TINJAUAN PUSTAKA
9
10
1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas
Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi covid-19
meskipun jarang, yaitu :
1. Diare
2. Sakit kepala
3. Konjungtivitis
4. Hilangnya kemampuan mengecap rasa
5. Hilangnya kemampuan untuk mencium bau (anosmia)
6. Ruam di kulit
Gejala-gejala covid-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari
sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus. Sebagian pasien mengalami
penurunan oksigen tanpa adanya gejala apapun. Kondisi ini disebut happy
hypoxia (M. Cristy Pane, 2020)
c. Transmisi fomit
Sekresi saluran pernapasan atau droplet yang dikeluarkan oleh
orang yang terinfeksi dapat mengontaminasi permukaan dan benda,
sehingga terbentuk fomit (permukaan yang terkontaminasi). Virus
dan/atau sars-cov-2 yang hidup dapat ditemui di permukaanpermukaan
tersebut selama berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung lingkungan
sekitarnya (termasuk suhu dan kelembapan) dan jenis permukaan (Germas
et al., 2020)
Kemudian sesorang dapat terpapar virus covid-19 ini dari orang
lain yang sudah terinfeksi virus. Virus penyakit ini menyebar dari orang
ke orang melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut yang dikeluarkan
ketika orang yang sudah terpapar virus covid-19 batuk, bersin atau
berbicara. Orang lain dapat terkena covid-19 jika mereka menghirup
tetesan-tetesan ini dari seseorang yang terinfeksi virus._tetesan ini dapat
mendarat di benda dan permukaan di sekitar orang seperti meja, gagang
pintu, dan pegangan tangan. Orang dapat terinfeksi dengan menyentuh
benda atau permukaan ini, kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut
mereka. Inilah sebabnya mengapa penting untuk mencuci tangan secara
teratur dengan sabun dan air atau membersihkannya dengan
mengguanakan alkohol (Germas et al., 2020).
kemudian disertai dengan batuk dan sesak nafas, bahkan bisa menyebabkan
kematian karena virus corona dapat meybabkan infeksi pada saluran
pernapasan. Dalam hal ini yang menjadi sorotan utama dalam pemnularan ini
yaitu pada kelompok-kelompok yang sangat bersiko tinggi terinfeksi virus
corona antar lain kelompok lansia, penderita penyakit kronis, perokok
danpenghisap vape, kemudian kaum pria yang memiliki golongan darah a
(Germas et al., 2020).
respiratory distress syndrome (ards), syok sepsis dan kondisi kritis lainnya
(World Health Organization, 2020)
Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik anti virus ncov 2019 dan anti
virus corona lainnya. Tatalaksana utama pada pasien adalah terapi suportif
disesuaikan kondisi pasien, terapi cairan adekuat sesuai kebutuhan, terapi
oksigen yang sesuai derajat penyakit mulai dari penggunaan kanul oksigen,
masker oksigen. Bila dicurigai terjadi infeksi ganda diberikan antibiotika
spectrum luas. Bila terdapat perburukan klinis atau penurunan kesadaran
pasien akan dirawat di ruang isolasi intensif (icu) (World Health Organization,
2020)
Salah satu yang harus diperhatikan pada tatalaksana adalah
pengendalian komorbid. Dari gambaran klinis pasien covid-19 diketahui
komorbid berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas. Komorbid yang
diketahui berhubungan dengan luaran pasien adalah usia lanjut, hipertensi,
diabetes, penyakit kardiovaskular dan penyakit serebrovaskular (World Health
Organization, 2020)
infiltrasi inflamasi oleh jaringan paru yang menyebabkan kerusakan paru pada
bagian epitel dan endotel. Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ards
dan kegagalan multi organ yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat (Germas et al., 2020)
Seperti diketahui bahwa transmisi utama dari sars-cov-2 adalah
melalui droplet. Akan tetapi, ada kemungkinan terjadinya transmisi melalui
fekal-oral. Penelitian oleh (Edy, 2020) menunjukkan bahwa dari 73 pasien
yang dirawat karena covid19, terdapat 53,42% pasien yang diteliti positif rna
sars- cov-2 pada fesesnya. Bahkan, 23,29% dari pasien tersebut tetap
terkonfirmasi positif rna sars- cov-2 pada fesesnya meskipun pada sampel
pernafasan sudah menunjukkan hasil negatif. Lebih lanjut, penelitian juga
membuktikan bahwa terdapat ekspresi ace2 yang berlimpah pada sel glandular
gaster, duodenum, dan epitel rektum, serta ditemukan protein nukleokapsid
virus pada epitel gaster, duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa
sars-cov-2 juga dapat menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan
untuk terjadi transmisi melalui fekal-oral (Taylor et al., 2020).
Virus corona
Resistensi insulin Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
Glikosuria Mukosa nasal Laring
Perubahan struktur
Osmotik diuresis
Virus menyerang organ target yang
mengekspresikan Angiotensin Penyumbatan
Converting Enzyme 2 (ACE2) pembuluh darah
Dehidrasi
24
25
4. Patrilokal
Sepasang suami-istri tinggal bersama keluarga sedarah dengan Ayah.
5. Keluarga kawin
Hubungan antara suami dan istri yang menjadi dasar bagi pembinaan
keluarga, serta beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena terdapat hubungan dengan suami maupun istri (Widagdo,
2017).
1) The Nuclear Family (Keluarga Inti), adalah keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The Dyad Family adalah pasangan suami-istri yang tinggal bersama
tanpa ada anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama.
3) The Single Parent Family (duda atau janda) adalah keluarga yang
terdiri dari 1 orang tua tunggal antara ayah atau ibu. Hal ini karena
bercerai, kematian atau ditinggalkan
4) The Extended Family (keluarga besar) adalah keluarga yang terdiri
dari keluarga inti dan orang yang berhubungan. Bisa terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti keluarga inti
disertai paman, bibi, orang-tua (kakek dan nenek), keponakan dan
lyang lain.
5) The Single adult living alone / single adult family adalah keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang memilih hidup sendiri (separasi)
seperti perceraian atau di tinggal mati.
6) Pasangan usia lanjut adalah keluarga inti dimana suami-istri yang
sudah tua dan sudah berpisah dengan anak-anaknya.
7) The Childless Family adalah keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan terlambat untuk mendapatkan anak. Hal ini karena
mengejar karir atau pendidikan yang wanita.
8) Commuter Family adalah keluarga dengan kedua orang tua bekerja di
kota yang berbeda, namun setiap akhir pekan semua
anggota berkumpul bersama di suatu kota yang menjadi tempat
tinggal.
9) Multigenerational Family adalah keluarga dengan generasi yang
berbeda atau kelompok usia yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
10) Kin-network Family adalah keluarga dengan beberapa keluarga inti
yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan menggunakan
28
10) Group network family adalah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan
dan nilai-nilai yang hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunkan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
bertanggung jawab membesarkan anaknya bersama.
11) Foster family adalah keluarga yang menerima anak yang tidak
memiliki hubungan keluarga atau saudara dalam waktu sementara.
12) Homeless family adalah keluarga yang terbentuk tanpa suatu
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan masalah kesehatan mental.
13) Gang adalah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian, tetapi berkembang dalam kehidupan dengan kekerasan dan
kriminal.
1. Fungsi Afektif
Fungsi yang berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
menjadi basis kekuatan keluarga. Fungsi ini berguna dalam pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif akan tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari anggota keluarga. Berikut ini
komponen yang perlu dipenuhi keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif menurut (Widagdo, 2017) :
1) Saling mengasuh dengan memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, serta saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota
keluarga dan selalu mempertahankan iklim positif.
30
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi ini di mulai sejak lahir. Keluarga menjadi tempat individu untuk
belajar sosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu dan orang-orang disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina
hubungan sosial anak, Membentuk norma-norma dan tingkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak, serta menaruh nilai-nilai budaya
keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi ini untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Sehingga dilakukan dengan ikatan suatu pernikahan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pasangan, tujuan membentuk
keluarga adalah meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, serta tempat
tinggal.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau untuk merawat anggota
keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
a. Bakteri :
Bakteri gram positif seperti streptococcus pneumonia, s. aerous dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative seperti klebsiella pneumonia,
haemophilus influenza dan p.aeruginosa.
b. Virus :
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Dalam hal
ini cytomegalovirus di kenal sebagai penyebab utama pneumonia oleh virus,
menurut (Eka et al., 2019) menjelaskan bahwa bersihan jalan nafas tidak
efektif di sebabkan karena virus lain yang di namakan dengan respiratory
syntical virus, virus influenza dan virus sitomegalik.
c. Jamur :
Infeksi oleh jamur di sebabkan oleg histoplasmosis yang menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya terdapat
pada kotoran burung, tanah dan kompos, (Edy, 2020)menyebutkan contohnya
yaitu: sitoplasma capsulatum, criptococcus nepromas, blastomices dermatides,
aspergilus, candinda albicus, mycoplasma pneumonia dan benda asing.
d. Protozoa
34
2.3.3 Proses Terjadinya Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Pasien
Covid-19
Virus penyebab covid-19 masuk kedalam jaringan paru-paru melalui
saluran pernafasan atas ke bronchioles, lalu masuk ke alveolus ke alveolus
lainnya dengan melalui poros kohn yang kemudian menyebabkan peradangan
pada dinding bronchus atau bronchioles dan alveoli (Edy, 2020). Setelahnya
mikoorganisme tiba di alveoli dan membentuk proses peradangan yang terdiri
dari 4 macam jenisnya:
a. Stadium I kongesti (4-12 jam)
Stadium ini terjadi hyperemia yang mengacu pada respon peradangan
di daerah yang baru terinfkesi, di tandai dengan peningkatan aliran darah
kapiler ke tempat yang telah terinfeksi, kemudian terjadinya hyperemia karena
di sebabkan karena adanya pelepasan mediator-mediator peradangan tersebut
dari sel-sel mast, mediator tersebut memunculkan senyawa yang di namakan
dengan histamine dan prostalglandin, sel-sel mast tersebut berubah menjadi
degranulasi yang menyebabkan timbulnya pengaktifan jalur komplemen.
Komplemen ini lalu berkerja dengan histamine dan prostalglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan meningkatkan permeabilitas kapiler
paru. Hal ini menyebakan perpindahan eksudat plasmake dalam ruang
interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan
alveolus. Terjadinya penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
menyebakan meningkat jarak yang harus di tempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas dalam darah berpengaruh dan
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen.
b. Stadium II hepatisasi (48 jam)
35
Stadium ini terjadi di alveolus yang terisi sel darah merah, eksudat dan
fibrin yang di hasilkan oleh host sebagian bagian dari reaksi peradangan.
Lobus yang terkena akan memadat oleh karena adanya penumpukkan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah. Pada
stadium ini udara alveoli tidak ada atau minim sehingga akan bertambah
sesak.
c. Stadium III hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Stadium ini terjadi di saat sel-sel darah putih berada di daerah paru-
paru yang terinfeksi. Pada tahap ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Eritrosit di alveoli
mulai di resorpsi, lobus tetap pada karena berisi fibrin dan leukosit, warna
merah menjadi pucat kelabu dan kapiler tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV resolusi (7-12 hari)
Stadium ini muncul jika respon imun dan peradangan mulai mereda,
sisa sel fibrin dan eksudat lisis mengabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus di tandai dengan
adanya penumpukkan secret, demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Dampak yang dapat di timbulkan dari bersihan jalan nafas tidak efektif.
Tabel 3. 2 Tanda Gejala Mayor Minor Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Tanda dan Gejala
Data Mayor Minor
Subjektif - - dyspnea
- sulit bicara
- ortopnea
nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding
jalan nafas, proses infeksi, respon alergi dan efek agen farmakologis.
Sedangkan pada penyebab situasionalnya meliputi merokok pasif dan
terpajan polutan (Germas et al., 2020).
Tanda dan gejala di klasifikasikan menjadi mayor dan minor, tanda
dan gejala mayor bersihan jalan nafas tidak efektif berupa batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, ronkhi,
gejala minor berupa dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis, bunyi
nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah (Germas et al.,
2020).
e. Perencanaan keperawatan
Perencanaan intervensi merupakan fungsi pemilihan berbagai
alternative, tujuan pemberian tindakan guna untuk mencegah, mengurangi
masalah yang telah di identifikasi pada diagnose keperawatan.
f. Pelaksanaan keperawatan
Implementasi merupakan fase di mana pemeriksan
mengimplementasikan intervensi keperawatan, fase ini memberikan
tindakan secara actual dan kaji respon pasien hingga ke fase akhir, dan
setelah itu pemeriksa mengevaluasi setelah di lakukan tindakan tersebut.
Pemeriksa atau perawata melaksanakan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang di susun dalam tahap perencanaan yaitu seperti contohnya
mengajarkan latihan batuk efektif dan mengevaluasi manajemen jalan nafas
serta pemantauan respirasi. Kemudian perawat mengakhiri dengan
mencatat hasil tindakan dan mencatat repons pasien setelah tindakan
(Ranggo et al., 2020).
g. Tahap evaluasi
Kegiatan mengukur pencapaian tujuan pasien dan menentukan
keputusan dengan membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan
pencapaian tujuan (Ranggo et al., 2020). Evaluasi adalah fase akhri dari
proses keperawatan, evaluasi merupakan aspek penting karena dengan
evaluasi dapat menentukan pengakhiran intervensi, dilanjutkan mapupun
41
bisa di rubah (Ranggo et al., 2020). Kriteria hasil yang di harapka setelah
tindakan yang diberkan untuk bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu:
1. Batuk efektif meningkat
2. Produksi sputum menurun
3. Mengi menurun
4. Wheezing menurun
5. Dyspnea menurun
6. Ortopnea menurun
7. Sulit bicara menurun
8. Sianosis menurun