Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR PENYAKIT CAMPAK

MAKALAH

oleh

Kelas C

Kelompok 3

Fauziyah NIM 142310101040


Rischa Isrotul Nur Afida NIM 142310101067
Musrifah NIM 142310101088
Rini Sulistyowati NIM 142310101092
Depi Lestari NIM 142310101106
Dewi Wulan Pratiwi NIM 142310101138
Zahra Marseliya Khusnah NIM 142310101143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016

i
KONSEP DASAR PENYAKIT CAMPAK

MAKALAH

diajukan guna melengkapi tugas matakuliah Keperawatan Medikal


dengan dosen Ns. Jon Hafan S. M. Kep., Sp. KMB

oleh

Kelas C

Kelompok 3

Fauziyah NIM 142310101040


Rischa Isrotul Nur Afida NIM 142310101067
Musrifah NIM 142310101088
Rini Sulistyowati NIM 142310101092
Depi Lestari NIM 142310101106
Dewi Wulan Pratiwi NIM 142310101138
Zahra Marseliya Khusnah NIM 142310101143

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER

ii
2016

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Dasar Penyakit
Campak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan
Medikal. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada saya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar
2. Ns. Jon Hafan S. M. Kep., Sp.KMB selaku penanggungjawab mata kuliah
Keperawatan Medikal
3. semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Jember, Desember 2016 Penyusun

iii
DAFTAR ISI

COVER DALAM....................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................. 2
1.3 Tujuan..................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian............................................................................... 3
2.2 Epidemiologi........................................................................... 3
2.3 Etiologi.................................................................................... 3
2.4 Tanda dan Gejala................................................................... 4
2.5 Patofisiologi............................................................................ 5
2.6 Komplikasi dan Prognosis..................................................... 5
2.7 Pengobatan............................................................................. 6
2.8 Pencegahan............................................................................. 7

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................. 9
3.2 Saran....................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iv
iv
BAB 1. PENDAULUAN

1.1 Latar Belakang

Campak merupakan salah satu penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabkan oleh paramixovirus yang menyerang anak-anak bahkan juga orang
dewasa.Seseorang yang terkena penyakit ini ditandai dengan demam tinggi,
terjadi peradangan pada mata (mata merah), serta timbul bercak kemerahan pada
kulit. Penyakit ini dapat menular melalui percikan ludah dari mulut, hidung,
maupun dari tenggorokan penderita.Kelompok yang paling rentan untuk terkena
penyakit ini adalah bayi dan anak-anak yang belum pernah mendapatkan
imunisasi campak. Penyakit ini juga merupakan salah satu penyebab utama
tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada bayi dan anak-anak.

Virus ampak dapat menekan imunitas atau daya tahan tubuh pada anak-
anak. Umumnya penyakit campak akan muncul dengan gejala demam, batuk,
lelah, hidung berair, mata merah, dan muncul ruam beberapa hari kemudian.
Ruam akan muncul mulai dari wajah dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh
dan berlanjut selama 4-7 hari. Kondisi ini akan menjadi lebih parah jika disertai
dengan komplikasi, diantaranya adalah diare, bronchopneumonia, malnutrisi,
enchepalitis, dan otitis media. Jika komplikasi ini tidak ditangani dengan cepat,
maka dapat berujung kepada kematian.

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit campak yang dewasa ini


yang dianggap paling efektif adalah dengan cara imuniasasi, dengan tujuan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit campak.
Pemberian vaksin Campak dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit
campak. Program imunisasi Campak di Indonesia dimulai pada tahun 1982,
kemudian pada tahun 1991 berhasil dicapai status imunisasi dasar lengkap atau
Univesal Child Imunization (UCI) secara nasional. Sejak tahun 2000 imunisasi
campak kesempatan kedua diberikan kepada anak sekolah kelas I-VI secara
bertahap yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian imunisasi Campak kepada
anak sekolah dasar kelas I. Maka dari itu kami sebagai penulis memberikan

1
beberapa pengertingan, tanda dan gejala serta cara pencegahannya agar tidak
terkena penyakit campak.

1.2 Rumusa Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian campak ?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi campak ?
1.2.3 Bagaimana etiologi campak ?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala campak ?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi campak ?
1.2.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis campak ?
1.2.7 Bagaimana pengobatan campak ?
1.2.8 Bagaimana pencegahan campak ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu memahami definisi campak
1.3.2 Mahasiswa mampu memahami epidemiologi campak
1.3.3 Mahasiswa mampu memahami etiologi campak
1.3.4 Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala campak
1.3.5 Mahasiswa mampu memahami patofisiologi campak
1.3.6 Mahasiswa mampu memahami komplikasi dan prognosis campak
1.3.7 Mahasisiwa mampu memahami pengobatan campak
1.3.8 Mahasiswa mampu memahami pencegahan campak

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola
(bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama
masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam
bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang
disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang
kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti
erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari
kulit. Menurut WHO, penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala
bercak kemerahan berbentuk makulopopular selama 3 hari atau lebih yang
sebelumnya didahului panas badan 38C atau lebih juga disertai salah satu gejala
batuk, pilek dan mata merah.

2.2 Etiologi
Penyakit campak disebabkan oleh karena virus campak. Virus campak
termasuk di dalam famili paramyxovirus. Virus campak sangat sensitif terhadap
panas, sangat mudah rusak pada suhu 37C yang bersifat sensitif terhadap eter,
cahaya dan trysine. Virus mempunyai jangka waktu hidup yang pendek (short
survival time) yaitu kurang dari 2 jam. Apabila disimpan pada laboratorium, suhu
penyimpananyang baik adalah pada suhu 70C. Virus berbentuk bulat dengan tepi
kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri
dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong
terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan
struktur heliks nucleoprotein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan
tonjolan pendek, satu protein yang berada di selubung luar muncul sebagai
hemaglutinin. Virus ini terdapat dalam darah dan secret (cairan) nasofaring
(jaringan antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala prodromal hingga 24
jam setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir.

3
2.3 Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013
terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar
400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun. Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014,
masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia
SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).

2.4 Tanda dan Gejala


Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:
2.4.1. Stadium Kataral (Prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema dan timbul bercak Koplik. Bercak
Koplik adalah bercak berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama
kali pada mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari
ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis
sebagai influenza.
2.4.2. Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi
adalah koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum
dan palatum mole, kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau
eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada
kulitdengan perasaan gatal dan muka yang bengkak. Ruam kemudian akan

4
menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah
pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang
berakhir dalam 2-3 hari.
2.4.3. Stadium Konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

2.5 Patofisiologi
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke-14, virus
ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.

2.6 Komplikasi dan Prognosis


Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi yaitu :
a. Usia muda terutama di bawah 1 tahun
b. Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor)
c. Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor
d. Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan
e. Anak dengan defisiensi vitamin
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain :
a. Saluran pernapasan : Bronkopneumonia dan Laringotrakeobronkitis
b. Saluran pencernaan : Diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi

5
c. Telinga : Otitis media
d. Susunan saraf pusat :
1. Ensefalitis akut : timbul pada 0,01 0,1% kasus campak. Gejala
berupa demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya
ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada
sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala
sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang.
2. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE) : suatu proses degeneratif
susunan saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak,
timbul beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Pasien
mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang
mioklonik, dan gangguan motorik.
e. Mata: Keratitis
f. Sistemik : Septikemia karena infeksi bakteri sekunder

Untuk prognosisnya campak merupakan self limited disease, namun sangat


infeksius. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada pasien dengan faktor risiko
yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian
mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB campak.

2.7 Pengobatan
Pada campak tanpa komplikasi pengobatan bersifat suportif, berupa tirah
baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diberikan sampai
setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A. Vitamin A dapat
berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respon antibodi terhadap
virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian komplikasi
seperti diare dan pneumonia. Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari
dengan dosis sebagai berikut :
a. 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
b. 100.000 IU pada anak umur 6 - 11 bulan
c. 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan

6
Pemberian vitamin A tambahan satu kalidosis tunggal dengan dosis sesuai
umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada anak dengan
gejala defisiensi vitamin A.

2.8 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun vaksinasi MMR
(Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun
2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat
dapat diberikan pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15
bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan
diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL
subkutan. Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan
imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau
transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak
immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa
imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat
imunisasi campak. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat
terjadi pasca-vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai
pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat
dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan
gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi.
Risiko kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan
1 di antara 1.000.000 dosis vaksin. Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan
pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun berupa malaise, demam,
atau ruam 1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi MMR
dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak.14
Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39C setelah imunisasi MMR.
Reaksi demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang
selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam
pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000 dosis.

7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38C
atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah. Keluhan
yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai
mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari kemerahan mulai
menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam
1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik. Pada anak
sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius. Dengan
istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan )
dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan
kematian pada anak. Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan
secara simtomatik yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap
komplikasi ayng timbul. Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan
menberikan imunisasi campak pada balita usia 9 bulan ke atas.
3.2 Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk
semua perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit
ssehingga anak secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih
baik. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat
mengunakan asuhan keperawatan secara tepat.
2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak
serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak
akan berdampak buruk bagi kondisi anak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Donna L. Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta:


EGC

Hasan, R. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Penyakit Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.


Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi


Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai