Anda di halaman 1dari 7

Cinta pertama

Karya;dwi ayu fathanah

Satu minggu berlalu begitu cepat.hari ini aku harus berangkat menuju kota jember
untuk memulai kehidupan baru.Dengan rok dengan berwarna biru tuadengan motif batik dan
kemeja berwarna biru polos dengan jilbab biru tua dengan hiasan pita kecil di atasnya,aku
berangkat dengan keluargaku.

Aku duduk di kursi belakang dengan kak bagas.sambil bercanda tawa tawa selama di
perjalanan,aku juga memikirkan bagaimana aku nanti jika hidup tanpa kasih sayang
mama,perhatian papa dan gurauan kak bagas.

Perjalanan memakan waktu hampir sehari penuh .aku,mama papa dan kakak bagas
mengunjungi salah satu tempat wisata.ini kesempatanku untuk berkumpul keluarga, mungkin
membutuhkan waktu yang lama untuk bias berkumpul lagi.

Papa kembali mengemudi mobil menuju ke rumah 0m Rudi. Setelah senang-senang bisa
berkumpul kali ini aku merasa sangat sedih menyjy rumah om rudi.mungkin, mereka juga
merasakan hal yang sama denganku. Mereka hanya diam seribu bahasa dan aku pun juga
begitu sambil meneteskan cukup banyak air mata. Aku juga melihat mama dari kaca kecil di
depan, dia juga gak henti hentinya menangis.

Dua jam perjalanan menuju rumah om Rudi, akhirnya sampailah kami di tempat
tujuan.Untuk malam ini aku marih pengen menhabiskan waktu bareng mama. Tapi,mama harus
kembali malam ini juga. Besok papa sama kakak bagas harus kembali kerja. Aku dan mama
rasanya gak bisa berhenti untuk menangis.

‘’Sayang, disini yang rajin, ya. Jangan nakal bikin mama papa bangga sama kamu, ‘’kata
mama sambil nangis di pelukanku.’’

‘’Dwi berjanji.nggak akan ngecewakan mama sama papa.’’

‘’Udah, sayang. Papa sama mama pulang dulu, besok papa harus kerja, dwi rajin belajar.
Mungkin bulan depan papa atau kalau ada hari libur papa,mama juga kakak bagas ke sini kok,’’
hibur papa sambil mencium dan mengelus kepalaku.

‘’iya, pesek, jangan manja gitu, nanti mama pasti ke sini kok. Kakak akan rindu kamu
kok, wi, belajar yang rajin ya, pesek,’’
‘’Udah jangan nangis. Mama udah nggak nangis kok, anak mama kan pintar, sini mama
peluk,’’

‘’Nanti kalau udah nyampek, hubungi dwi yaa, ma. Besok pagi, dwi akan telepon mama
kok,’’

Mama melambaikan tangan. Perlahan tapi pasti, mobil papa hilang dari pandanganku.
Om Rudi dan tante Dina mengajakku masuk untuk segera istirahat.

Tante dina membantuku menyiapkan apa yang di perintahkan kakak senior untuk
mengikuti MATSAMA (masa taaruf siswa madraah) besok. Sambil menyiapkan peralatan untuk
matsama, aku ngobrol dengan mama dan papa serta kakak bagas lewat telepon. Aku bercerita
yang telah aku lalui di sini.

Om Rudi dan tante Dina tidak memiliki anak, dan sepertinya mereka bangga dengan
kedatanganku. Om Rudi dan tante Dina tertawa melihatku berpakaian seperti ini. Berpakaian
karung, tas kardus, topi Koran dan sepatu beda warna.sebenarnya sih ak malu berpakaian
seperti ini ke sekolah. Tapi ini salah satu syarat agar aku bisa sekolah di sini.

Matsama di sekolahku ini berjalan selama satu minggu. Aku harus menjaga atributku
agar tidak rusak di kenakan dalam waktu satu minggu.

Ini hari terakhir aku mengikuti matsama. Aku melihat papan pengumuman, memastikan
aku masuk kelas x apa, di sekolahanku tiga jurusan; IPA,IPS AGAMA aku memang sudah memilih
jurusan IPA,tetapindalam jurusan IPA ini pun di bagi menjadi lima kelas. Dan ternyata ak
memasuki kelas 10 IPA 3.

Aku pulang ke rumah om Rudi, setiap pulang sekolah aku selalu di jemput tante Dina.
Dan setiap pulang sekolah tante dina selalu mengajak aku jalan jalan. Mungkin agar aku sedikit
terhibur. Kali ini aku akan ajak bermain game di roxy.

Hari ini langit terlihat begitu cerah dengan udara sejuk kota jember. Angina paginhari
cukup yang cukup dingin membuat aku malas untuk bangun. Tetapi hari ini aku harus sekolah
dengan memakai seragam putih abu abuku yang masih mulus. Hari ini aku memasuki kelas
baruku yaitu kelas x ipa3. Dan setiap berangkat sekolah aku selalu menelpon mama.

Aku berangkat ke sekolah dengan semangat. Aku memasuki area sekolah dan mencari
kelas 10 ipa3. Menemukan kelasku yang berada di lantai dua yang berada di antara kelas 10 ipa
2 dan 10 ipa 1. Aku mencari tempat duduk dan aku duduk di depan sebelah pintu. Sebenarnya
aku ingin duduk di bangku tepat di depan guru, tetapi sudah ada yang menempati.
‘’ Hai ak boleh duduk di sini, kan?’’

‘’oh,iya silahkan,’’

‘’aku elsa, kamu siapa?’’

‘’Aku dwi,’’

Aku dan elsa bercerita tentang alamat kita. Asal sekolah kita dan lain lain. Sepertinya
elsa ini anak yang baik dan enak di ajak curhat.

Aku jadi teringat sofi.

Seminggu sudah aku belajar di kelas ini. Aku juga sudah cukup akrab dengan kawan
baruku. Aku merasa betah di kelas ini dengan kawan-kawan yang ramah dan juga baik.

Tujuan yang awalnya menuntut ilmu, membahagiakan orang tua an aku yang dating
jauh-jauh dari bali , seiring berjalannya waktu tujuan itumemudar. Semua tujuan dan
keinginanku hancur setelah aku menyukai seseorang lelaki di kelasku. Dialah yang duduk tepat
di depan guru. Dia yang menurut aku sangat berbeda dengan yang lain, sangat istimewa
buatku. Di juga menjabat sebagai anggota osim dan dia terkenal sangat sajin.

Dia dewa, anak yang di segani teman-teman di kelas karena kepandaiannya, tetapi dia
cukup ramah. Termasuk sering menebarkan senyumannya setiap kali bertemu aku. Tapi, nggak
tau kenapa setiap kali aku ketemu dewa dan dia menyapaku dengan senyuman manisnya, aku
selalu salah tingkah (salting).

Sepualng sekolah, aku dan elsa berencana mengerjakan tugas sekolah di rumah elsa.
Namun, baru saja beberapa langkah mau meninggalkan kelas, dewa tiba-tiba melintas.

‘’Eh kalian mau kemana.’’

‘’Kita mau ngerjakan tugas di rumahku, kamu belum di jemput, ya?’’

Dewa mengangguk. ‘’Boleh nggk aku mengerjakan tugas bareng kalian?’’

‘’ nggak apa-apa kok. Dwi kenapa kamu diam saja dari tadi?’’

Dewa membangunkan aku dari lamunananku. Padahal dari tadi aku diam memikirkan
gimana nanti kalau aku bisa belajar bareng sama dewa. Tidak kebayang banget kan rasanya
seperti apa.
‘’oh, iya, iya. Aku nggak apa-apa kok.’’kataku gugup.

‘’itu busnya dating. Ayo dong dwi, kamu jangan diam saja,’’ elsa membisikiku.

Elsa memang belum tahu kalau aku itu menyukai dewa. Aku sih pengen cerita gitu sama
elsa, tapi aku malu. Padahal elsa selalu cerita tentang si rendi pacarnya sejak SMP, elsa selalu
saja mengejekku karna enggak pernah tahu sama yang rasanya jatuh cinta. Entah itu rasanya
pahit, mais atau pun masam. Tapi, kata si elsa sih rasanya jatuh cinta itu manis banget.
Mungkin yang ak rasakan sekarang ini adalah jatuh cinta. Apa yang seorang dwi yang masih
cegeng, manja bisa ngerasain jatuh cinta???. Ahh, gak mungkin.

Hari-hari berikutnya, elsa juga dewa sering belajar bareng. Entah di rumah elsa, di
rumah tante Dina dan pernah juga di rumah dewa. Kita bertiga udah seperti sahabat. Kita juga
sering jalan bareng meskipun kadang elsa bareng si rendi dan aku hanya sendiri. Tapia k bisa
jalan bareng sama dewa dan rasanya itu bahagia banget bisa jalan sama dewa dan tertawa
bareng dia.

Setiap waktu aku ditemani dewa lewat handphone genggamku. Sekarang aku bisa lebih
betah lagi tinggal di sini dengan di temeni dewa yang setisp detik, menit, jam selalu
menghiburku. Persahabatanaku dan dewa semakin dekat. Dewa sekarang pun sedikit
perhatianan sama aku. Tanya aku udah makan, udah sholat dan banyak lagi perhatian dia buat
aku.

Iya untuk kali ini, aku merasa kalau aku sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada sahabatku
yang baru saja ku kenal. Beginilah rasanya jatuh cnta, sangat manis seperti apa yang elsa
pernah ceritakan sama aku. Untuk kali ini aku akan cerita semuanya pada elsa.

‘’Oh, jadi sahabatku ini sedang jatuh cinta, ya?’’ kata elsa.

‘’ Ih, apaan sih, El. Jangan gitu. Aku malu tauk.’’

‘’Ciee…, yang udah tau rasanya jatuh cinta. Sebenarnya aku udah tau kalau kamu sama
dewa itu saling suka. Sikap kalian itu udah beda dan sepertinya hari-hari terakhir ini kalian lebih
dekat gitu. Aku pun udah curiga,’’

‘’ Udah dong, jangan keras-keras kalau ngamong, ntar yang lain pada denger,’’

‘’Iya deh, Dwi, sayang. Aku akan jaga rahasia ini kok.’’
Om rudi dan tante dina membolehkanku jalan sama dewa dengan syarat dan ketentuan
berlaku;tidak boleh pulang terlalu larut. Aku memakai celana jeans dengan baju abu-abu dan
jilbab biru dongkerku. Aku di jemput dewa dengan sepeda kakaknya menuju café coklat.

Tak hanya aku dan dewa, di café coklat aku bertemu dengan elsa ysng tengah duduk
sama rendi.

‘’Dewa, kamu mau pesen apa?’’

‘’ terserah kmau aja dah.’’

‘’Oya, aku pesen minum dulu ya.’’

Sambil menikmati segelas minum yang rasa banget coklatnya, aku ngobrol bareng dewa
dan sepertinya mala mini dewa terlihat sangat berbeda dari biasanya.

‘’Ehh, wi, sebenarnya aku ingin bilang sesuatu sama kamu.’’

Iya udah ngomong aja, emang mau ngomong apa sih.’’

Ketika dewa ingin melanjudkan pembicaraan hpku bordering. Elsa sms aku dan smsnya
sangat membingingkan.

Dwi, udah belum???

Bilang tuh sama dewa, pangeran tersayangmu suruh cepetan, udah malam nih.

Aku menunjukan smsku ke dewa.sawa tersenyum sambil menoleh kearah elsa dan
rendi, aku hanya diam dan penasaran, sebenarnya apa sih yang terjadi.

‘’Dwi, sebenarnya aku itu suka sama kamu, aku itu sayang sama kamu.’’

Aku bingung harus jawab apa. Maklumlah nggak pernah jatuh cinta. Dan juga nggak
pernah ada satu cowok yang pernah nyatain cinta sama aku. Dewa lah orang pertama yang
icnta sama aku.

‘’ Dwi kamu mau kan jadi pacar aku?’’ Tanya si dewa.

‘’Pacar?’’aku pun bingung.

‘’Aku butuh jawabanmu sekarang. Aku ingin di hari ulang tahunku ini aku lebih bahagia
lagi,’’
‘’Hari ini kamu ulang tahun? Kok kamu nggak bilang sih? Kan aku pengen ngasih kado
sama kamu.’’

‘’Kado terindah buatku…… kamu. Kado terindah bagi aku jawaban dirimu wi. Aku butuh
jawaban dirimu.’’

Aku hanya terdiam dan bingung. Dewa menggenggam tanganku erat erat.

‘’Sebenarnya aku juga suka sama kamu sejak kamu perhatian sama aku. Sejak kita jalan
bareng, belajar bareng,’’ Aku membernikan diri bicara sama dewa.’’

‘’ Jadi kamu juga merasakan apa yang aku rasakan ?’’

‘’ iya, dewa ‘’

‘’Berarti kamu juga suka sama aku ??? kamu juga sayang sama aku?? Kamu mau kan jadi
pacar aku???.’’

‘’maaf dew aku ganggak bisa;’’

‘’kenapa, dwi??? Apa alasanmu??? Padahal kamu juga merasakan apa yang aku rasakan,
kanapa kamu gak bisa dwi?’’

‘’Maaf, dewa , aku ngak bisa nolak ‘’ kataku sambil tesengum.’’

‘’itu berarti kamu mau jadi pacar aku?’’

‘’iya…’’

‘’makasih wi, ini kado terindah di hari ulang tahunku ini. Love you dwi.’’

‘’Love you too Dewa.’’

Hari demi hari ku lalui bersama dewa. Aku merasa sangat bahagia bisa kenal sama sosok
dewa yang bagiku berbeda dengan yang lain. Aku merasa nyaman sama dewa. Perhatian, selalu
mengingatkan belajar, sholat dan selalu mendengarkan curhatanku.

Dewa orang yang paling aku sayang di jember. Dewa yang bisa menghibur aku saat aku
menangis teringat mama. Dewa orang yang paling istimewa di kota indah ini di jember. Dewa
orang yang paling aku sayang.

Akhir-akhir ini aku sering jalan bareng Dewa, Elsa, juga rendi. Biasanya aku selalu sendiri
saat elsa bareng sama rendi, tapi kali ini aku udah ada dewa. Dan setiap kali kita jalan, kita
selalu berempat. Aku sangat bahagia bisa kenal sama mereka. Orang yang selalu ada di
sampingku saat aku membutuhkan mereka. Mereka ada di saat aku bahagia, maupun di saat
aku sedih.

Elsa sahabat terbaikku. Orang yang pertama kali aku kenal saat aku masuk SMA. Rendi
sahabatku juga sih,tapi aku baru kenal beberapa bulan yang lalu, kenalnya juga lewat elsa. Dan
orang yang paling special, dewa. Dia adalah pangeranku. Dewa penyemangatku, dia yang
membuat aku semangat sekolah.

Anda mungkin juga menyukai