PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAZHATUT THULLAB AL-MUAFA SAMPANG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami pa
njatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya, yang telah melimpahkan rahmat, dan hidayah-
Nya, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CAMPAK”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN CAMPAK” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap p
embaca.
Sampang, 07 Maret 2023
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus Morbili. Anak yang
terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan panas, bercak bercak
seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah. Biasanya penyakit ini timbul pada
masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan
secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila
seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I,
II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian
meninggal sebelum usia 1 tahun.
Morbili / campak adalah penyakit akut yang disebabkan virus campak
penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah terang,
pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). Pada
pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk
untuk istirahat, dan pasien dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan
ke pasien lain.
B. Rumusan Masalah
dengan Campak?
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Campak ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi
(Rampengan, 2015: 90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2016:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Rusepno, 2017:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 2014:351)
B. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 2015 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 2014:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama
periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada
suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 :
198).
C. Patofisiolgi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan.
Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh,
kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat
efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi
pada seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-
2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat
awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong
yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di
jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah
infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang
berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis.
Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem
saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak
tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam
makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody
humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat
respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada
kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus
infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah
epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.
D. Manifestasi klinis
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :
rambut dan bagian belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal
dan muka bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan
muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu morbili yang disertai perdarahan pada
E. Pemeriksaan Diagnostik
A . Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam
sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells yang khas
B . Pada pemeriksaan serologis
dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test
akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah
timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.tes ini
cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
F. Penatalaksanaan / Pengobatan
a.Medik
I. Pengkajian
Observasi umum :
• Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan.
• Inspeksi penampilan umum anak.
• Perhatikan :
1) Bernapas anak : sesak, batuk, coryza.
2) Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia.
3) Suhu tubuh anak.
4) Pola tidur anak.
5) Pola eliminasi.
Pemeriksaan Fisik :
• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.
• Kepala : sakit kepala .
• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung (pada stadium erupsi ).
• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
• Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas
(demam).
• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum.
• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
• Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
• Keadaan Umum : Kesadaran, TTV.
DIAGNOSA I
INTERVENSI RASIONAL
1. menempatkan anak pada rauang khusus 1. Menghindari resiko penyebaran infeksi
2. Gunakan prosedur perlindungan infeksi 2. Menghindari resiko penyebaran infeksi
4. Berikan antibiotik sesuai order 4. Mengurangi resiko penyebaran infeksi
DIAGNOSA II
1. Kaji status pernapasan (irama, 1. Mempengaruhi status kesehatan umum
3. Berikan posisi semi fowler / fowler 3. Memudahkan klien untuk bernapas
4. Bantu klien untuk melakukan aktivitas 4. Membantu klien beraktivitas
DIANGNOSA III
1. Pertahankan kuku anak tetap pendek, 1 . Menghindari kerusakan integritas kulit
2. Berikan obat antihistamin sesuai order 2. Mengurangi rasa gatal
2. Berikan makanan disertai suplemen 2. Meningkatkan kualitas intake nutrisi
DIANGNOSA V
1. Berikan aktivitas ringan yang sesuai 1. Supaya anak tidak lelah dan tidak terjadi
2. Libatkan anak dalam mengatur jadwal 2. Supaya anak tidak merasa bosan berada
diinginkan
DIANGNOSA VI
3. kolaborasi pemberian antibiotik dan anti 3. Menurunkan suhu tubuh
peritik
4. berikan obat sedative jika perlu 4. Mencegah terjadinya kejang
DIANGNOSA VII
1. Berikan bedak salisil 1 % jika anak 1. Mengurangi rasa gatal
gatal
2. Berikan kompres hangat pada saat anak 2. Supaya tidak terbangun kerena dingin
tidak tidur
3. Memandikan anak dengan air hangat 3. Mengurangi rasa gatal
DIANGNOSA VII
1. Ubah sikap baring anak beberapa kali 1. Mencegah timbul iritasi
sehari
2. Berikan bantal untuk meninggikan 2. Untuk mencegah sesak dan
3. jangan membaringkan anak didepan 3. Menghindari anak terkena angin kerena
masih demam
DIANGNOSA IX
1. Berikan Pen-Kes tentang imunisasi 1. Mencegah terjadinya penyakit campak
campak
2. Berikan penyuluhan tentang pentingnya 2. Agar anak tidak mudah mendapat
gizi yang baik bagi anak. infeksi atau timbulnya komplikasi yang
berat
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I.DENTITAS DATA
Nama : An.T
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 18 Februari 2010
Umur : 5 Tahun
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL.Pondok Kelapa No.26 Medan
Agama : Katolik
Suku/Bangsa : Batak
Pendidkan Ayah : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu : DIII komputer
- Telinga
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Cairan : Masih di batas normal
-Tengkuk : Normal (Tidak ada kelainan)
Dada : Normal (Tidak ada kelainan)
- Jantung : Dalam batas normal
TD 100/60 mmHg
1 Jumat , Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan -Pertahankan kuku anak -Untuk mencega
07-03-2023 kulit berhubungan keperawatan selama 2 x 24 tetap pendek, terjadinya luka
dengan adanya rash jam bintik-bintik merah pada menjelaskan kepada anak anak menggaru
kulit akan hilang. untuk tidak menggaruk
rash
Kriteria hasil :
Pasien tidak merasakan -Berikan obat antipruritus
gatal dan nyaman dengan topikal, dan anestesi
keadaannya topikal -Agar tidak me
Rash pada kulit berkurang gatal dan sakit
- Mandikan klien dengan pasien
menggunakan sabun
yang tidak perih
- Agar tidak me
gatal dan sakit
2 Jumat, Gangguan kebutuhan Setelah dilakukan askep 2x -Berikan banyak minum -Untuk mengko
07-03-2023 nutrisi kurang dari 24 jam diharapakan pasien (sari buah-buahan, sirup adanya peningk
kebutuhan tubuh menunjukkan peningkatan yang tidak memakai es). tubuh dan mera
berhubungan dengan nafsu makan dengan. nafsu makan
anoreksia
Kriteria Hasil : ---- Untuk
BB meningkat - Berikan susu porsi kebutuhan nutr
Nafsu makan meningkat. sedikit tetapi sering (susu cairan bernutri
dibuat encer dan tidak
(dapat menghabiskan 1 porsi terlalu manis.
untuk anak)
- Berikan makanan lunak,
misalnya bubur yang -Untuk memud
memakai kuah, dengan mencerna mak
porsi sedikir tetapi meningkatkan
dengan kuantitas yang makanan.
sering.
3 Jumat, Gangguan rasa Setelah dilakukan askep - Libatkan keluarga - Agar keluarga
07-03-2023
nyaman : peningkatan selama 2 x 24 jam dalam perawatan serta kooperatif dala
suhu tubuh bd proses diharapkan suhu badan ajari cara menurunkan
inflamasi / infeksi virus pasien berkurang suhu tubuh
maret 2023 integritas kulit kepada anak untuk tidak menggaruk rasa gatalnya masih ada
berhubungan -Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi
O :O: ditandai dengan ja
08.00 wib dengan adanya topikal pasien menggaruk ku
rash -Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang
A : A:Masalah belum ter
tidak perih P : Intervensi dilanj
-Memberikan antihistamin
2 Jumat,07 maret Gangguan -Memberikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup
S : S :Pasien mengatakan
2023 kebutuhan yang tidak memakai es). merasakan pahit pada
11.30 wib nutrisi kurang -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu sewaktu makan
dari kebutuhan dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu
O : O :ditandai dengan k
tubuh tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum). makan pada anak
berhubungan -Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang
A : A:Masalah belum ter
dengan memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula P : Intervensi dilanj
anoreksia dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
3 Jumat,07 maret Gangguan rasa -Melibatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara
S : S : pasien mengataka
2023 nyaman : menurunkan suhu tubuh sudah tidak panas lag
F. Catatan Perkembangan
maret 2023 integritas kulit menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rasa gatalnya
berhubungan rash O: ditandai dengan jara
08.00 wib dengan adanya -Memberikan obat antipruritus topikal, dan O:pasien menggaruk k
rash anestesi topikal A : A:Masalah teratasi
-Memandikan klien dengan menggunakan sebagian
sabun yang tidak perih P : Intervensi dilanjut
-Memberikan antihistamin
11.30 wib kurang dari -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering mulutnya sewaktu mak
kebutuhan tubuh (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan
O : O :ditandai dengan
berhubungan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat meningkatnya nafsu m
dengan anoreksia ketika diminum). pada anak
-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur
A : A:Masalah teratasi seb
yang memakai kuah, sup atau bubur santan P : Intervensi dilanjut
memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang
terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi
obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun
akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa
berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat.
Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut
berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada
komplikasi.
Umumnya, kondisi ini lebih sering menimpa anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Namun, siapapun bisa terinfeksi virusnya. Seseorang juga semakin rentan untuk terkena
campak bila belum pernah terkena penyakit tersebut atau belum mendapatkan vaksinasi.
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah
kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi
ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan
panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak. Lain
halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri,
melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang
gizi.
B. Saran
Penyakit Campak dapat dicegah dengan melakukan pemberian imunisasi pada anak
yang masih bayi.
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan
berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain
Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB
secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi
ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan
suhu ruangan yang hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Anak.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Halim, R. G. (2016). Campak pada Anak. CDK-238, Vol.43 No.3
Rammpengan, T.H dan Laurentz, I.R. 2015. Penyakit Infeksi Tropik Pad
a Anak. Jakarta: EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (20144). NANDA International
Nursing Diagnoses : Definitions & Classification, 2015-2017.
Oxford : Wiley Blackwell