Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


DENGAN PENYAKIT CAMPAK

Disusun Oleh :

Nurul Aini (20171660019)

Diah Ayu Susilawati (20171660033)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


KATA PENGANTAR

Segala puji serta rasa syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkah dan rahmat-Nyalah
serta ridho-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang
“Makalah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Penyakit Campak ”. Dengan harapan makalah
ini dapat membantu mahasiswa/i dalam mempelajari mata kuliah.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka
pengembangan dasar ilmu keperawatan Anak I yang berkaitan dengan penyakit campak pada
anak . Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi
positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna dan masih perlu
perbaikan serta penyempurnaan, baik dari segi materi maupun pembahasan. Oleh sebab itu
dengan lapang dada penulis akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
Demikianlah, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat ikut
memberikan sumbangan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Surabaya, 01 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 1


B. TUJUAN PENULISAN ........................................................................................... 1

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

A. DEFINISI................................................................................................................. 3
B. ETIOLOGI ............................................................................................................... 3
C. PATOLOGI ............................................................................................................. 4
D. PATOFISIOLOGI .................................................................................................... 5
E. MANIFESTASI KLINIS .......................................................................................... 6
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ............................................................................. 7
G. PENATALAKSANAAN.......................................................................................... 7
H. PENGKAJIAN TEORI ............................................................................................ 8
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................................................. 10
J. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................................................ 11

BAB III WEB OF COUTION ......................................................................................... 17

BAB IV KONSEP TUMBUH KEMBANG ..................................................................... 18

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 24
B. SARAN .................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan penyakit
menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di
Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju dan
Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok.
UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan
komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000. angka
tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi campak
dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan salah satu
upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi
tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak
umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun
relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan akhirnya
tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit campak dapat
dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan pemeriksaan
penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari penyakit campak.
B. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa medis
campak.
b. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b) Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c) Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien campak.
d) Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah dibuat pada pasien
campak.
e) Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

A. Definisi Campak
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c ata lebih dan disertai
salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu kesehatan anak
2:624 ) Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis ( peradangan selaput ikat
mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
B. Etiologi Campak
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des petiis
adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang jelas dengan
campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal dalam hal
kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing, manusia ).

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein
yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik, dengan
diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan fungsinya terlibat
dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan
panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature rendah. Virus campak
memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang
stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus
permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan
spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai dengan
pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan inklusi sinsitium dan
eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip dengan yang diamati di
specimen sitologi yang diambil dari secret traktus respiraturius dan banyak jaringan penderita
campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau hewan
percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi komplemen
dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh virus. Tidak terbukti
adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak selama 40 tahun ini.
Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.

Table 2-1. protein virus campak

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

C. Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas di adenoid,
tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat khas, di dalam focus
yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus multiple. Sel yang mengandung
inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan bronkiolus. Dengan dikenainya lapisan mukosa
saluran pernapasan ini, maka epitel yang terkena rontok kedalam saluran bersama dengan
makrofag, lender dan debris sel. Eksudat mononuclear peribronkus meluas keberbagai derajat
dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di dinding alveolus.
Di kulit, nekrosis hialin dini sel epidermis diikuti oleh eksudasi serum perivaskuler,
proliferasi sel endotel dan nekrosis element epitel. Lesi di daerah bukal ( bintik koplik )
terbentuk sebagai nekrosis setempat pada epitel basal kelenjar sub mukosa, dengan
berkumpulnya sel bundar dan pembentukan vesikel.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi perivaskuler
yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks lebih dalam. Bedungan
perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas terlihat disekitar vena kecil, yang sel
endotelnya membengkak.
D. Patofisiologi Campak
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak. Infeksi
mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret nasofaring
pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan
penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan
kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif
memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan
dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10
hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh
tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di
secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam
periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi
awal ), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di
urine, tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis
dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian karena
penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi barisan sel epitel
traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat
hilangnya pertahanan normal setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan serebrospinalis dan
50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di puncak serangan penyakit. Namun,
hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah
serangan akut, terlihat kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus
menular tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada pasien
SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun kemudian setelah
infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan lebih lanjut tentang interaksi virus
dengan system saraf pusat, baik secara akut maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai
ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi
campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan ini
akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang
sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak.
Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.
E. Manifestasi klinis Campak
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium, yaitu :
a. Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk,
fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum
timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang
dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan dibibir
bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat macula halus yang kemudian
menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia.
Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai
influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita
pernah kontak dengan penderita campak dalam waktu 2 minggu terakhir.
b. Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum
durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak koplik. Terjadinya eritema
yang berbentuk macula papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit
yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk,
sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan
pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan
akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembersaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan dibawah leher belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali.
Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black
measles” yaitu campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua ( hiperpigmentasi )
yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering
ditemukan pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik
untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada
komplikasi.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi hemaglutinasi,
metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang tersebar
secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini
merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil,
neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia (
dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak
mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak
terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk
demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian
pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan
untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi vitamin
A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan
pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU
dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera setelah diketahui
terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan
vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu kemudian.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu sering
menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk sehingga mudah
sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien campak dengan
bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang
memadai(kadang perlu infuse atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan ialah
kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.
H. Pengkajian Teori
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang kurang
dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku
bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga, di
bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan panas,
enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema
serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan
campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6 tahun
900-1300 kalori/hari.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Ø Gizi buruk kurang dari 60%
Ø Gizi kurang 60 % - <80 %
Ø Gizi baik 80 % - 110 %
Ø Obesitas lebih dari 120 %
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b)Kepala dan leher
Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah.
Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang,
c) Mulut
Inspeksi :
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi
Bising usus.
Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e) Kulit
Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan
tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
I. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
a. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
b. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
c. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
d. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
e. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
f. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
J. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang normal.
Dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.
2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat membantu
menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan kompres, berikan meningkatkan kenyamanan pasien.
pakaian tipis dalam
memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari
keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hyperthermia pasien dengan hypertemia.
5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan
dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak.
dan antibiotic sesuai dengan
ketentuan.
Diagnose II
Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d penumpukan
secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan kriteria hasil :
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi
bunyi napas, kecepatan, irama secret/ ketidakmampuan untuk
dan kedalaman dan penggunaan membersihkan jalan napas yang dapat
otot aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
dan latihan napas dalam. pernapasan.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.
trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak
Diagnose III
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane mukosa.
Dengan kriteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui perkembangan penyakit dan
dan lecet, warna dan suhu, mencegah terjadinya komplikasi melalui
kelembaban dan kekeringan deteksi dini pada kulit.
yang berlebih, area kemerahan
dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.
kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi
kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat
kondisi anak.
Diagnose IV
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan kriteria hasil :
Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal ginjal
akut pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan
mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor
turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung
berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.
sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a. Bentuk-bentuk cairan yang banyak.
menarik ( sari buah, sirup tanpa
es, susu )
Diagnose V
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan kriteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.
bedak salisil 1% atau lainya (
atas resep dokter )
2 Tidurkan anak ditempat yang Mencegah silau dan menambah
agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.
tepat dibwah lampu )

Diagnose VI
Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat penyembuhan.
Dengan kriteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.
sesudah kontak perawatan
dilakukan. Intruksikan klien /
orang terdekat untik memcuci
tangan sesuai indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan kesehatan
pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,
spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun
dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami
sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi. Lakukan isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang
pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.
produktif tidak diketahui.
6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah
sehari dan berikan bantal utnuk parah dan mencegah terjadinya
meninggikan kepala dekubitus.
7 Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi
minum
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.
BAB III
WEB OF CAUTION
BAB IV
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH
KONSEP TEORI
Menurut Joyce Engel (1999), yang dikatakan anak usia pra sekolah adalah anak-anak
yang berusia berkisar 3-6 tahun. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu :
Ø Aspek fisik
Ø Aspek motorik
Ø Aspek bahasa
Ø Aspek kognitif
Ø Aspek sosialisasi
Pola pertumbuhan dan perkembangan pada anak menunjukkan variasi normal yang luas,
sehingga perlu cara dan istilah statistik untuk menilainya. Terdapat 3 macam cara untuk
menunjukkan suatu variasi normal yang pada umumnya disusun dalam bentuk tabel atau
dalam kartu pertumbuhan (growth card), yaitu :
1. Menggunakan mean dan standar deviasi (SD)
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal, dengan cara ini
seorang anak dapat ditentukan posisinya, yaitu :
a. Mean ± 1 SD, mencakup 66,6 %
b. Mean ± 2 SD, mencakup 95 %
c. Mean ± 3 SD, mencakup 97,7 %
2. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukkan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan yang
khas, yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari 100 hasil pengukuran (100%).
Persentil ke-10 berarti bahwa anak tersebut berada pada posisi anak ke-10 dari bawah,
dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak lebih besar darinya. Sedangkan persentil ke-50
berarti bahwa anak tersebut berada pada urutan ke-50 sehingga jumlah yang sama berada di
bawah dan di atasnya.
3. Menggunakan persentase
Besarnya variasi normal berada di antara persentasi tertentu terhadap suatu nilai
patokan yang dianggap 100 %. Misalnya, pada Lokakarya Antopometri Gizi Depkes 1975
bahwa :
a. Nilai 100 % untuk berat atau nilai persentil ke-50 dari Baku Harvard
b. Variasi normal berada antara 80 – 110 %.
Dalam pengkajian yang dilakukan pada anak usia pra sekolah digunakan parameter
penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
1. Parameter penilaian pertumbuhan fisik
a. Berat badan
Untuk memperkirakan berat badan anak dapat menggunakan rumus yang dikutip dari
Behrman (1992). Karena anak usia pra sekolah termasuk termasuk ke dalam usia 1 – 6 tahun,
maka untuk memperkirakan berat badannya digunakan rumus : umur (tahun) x 2 + 8
Klasifikasi berat badan terhadap umur :
1). Gomez
Ø Baku Boston
Ø Cara : % dari median
Ø Klasifikasi :
a). > 90 % : normal
b). 75 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 75 % : malnutrisi sedang (grade 2)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 3)
2). Jellifre
Ø Baku Boston
Ø Cara : % dari median
Ø Klasifikasi :
a). 90 – 110 % : normal
b). 81 – 90 % : malnutrisi ringan (grade 1)
c). 61 – 80 % : malnutrisi sedang (grade 2 dan 3)
d). ≤ 60 % : malnutrisi berat (grade 4)
3). Klasifikasi menurut WHO
Ø Baku NCHS
Ø Cara : persentil
Ø Klasifikasi :
a). Persentil ke 3 – 50 : normal
b). Persentil ≤ 3 : malnutrisi
4). Klasifikasi di Indonesia
Ø Baku Boston
Ø Cara : % dari median dan kenaikan berat badan
Ø Klasifikasi :
Menggunakan modifikasi Gomez pada KMS, kemudian kenaikan berat badan dicatat pada
KMS. Bila terdapat kenaikan tiap bulan : normal, bila tidak terdapat kenaikan : resiko tinggi
terjadinya gangguan pertumbuhan.
b. Tinggi badan
Masih menurut Behrman (1992), perkiraan tinggi badan anak usia pra sekolah dapat
menggunakan rumus : umur (tahun) x 6 + 77. Rata-rata kenaikan tinggi badan anak pra
sekolah antara 6 – 8 cm.
Klasifikasi tinggi badan terhadap umur :
1). Kanawati dan Mc Laren
a). ≥ 95 % : normal
b). 80 – 95 % : malnutrisi ringan
c). 85 – 90 % : malnutrisi sedang
d). 85 % : malnutrisi berat
2). CDC/ WHO
a). ≥ 90 % : normal
b). < 90 % : stunted/malnutrisi kronis
c. Lingkar kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intra kranial. Digunakan untuk menaksir
pertumbuhan otak. Kenaikan berat otak anak pra sekolah (3-6 tahun) seperti yang dikutip dari
Lazuardi (1984) adalah 0,15 gram/24 jam.
d. Gigi
Saat akan mencapai usia 2,5 tahun, anak sudah memiliki 20 gigi susu. Waktu erupsi
gigi tetap adalah sebagai berikut :
1). Molar pertama : 6-7 tahun
2). Insisor : 7-9 tahun
3). Pre molar : 9-11 tahun
4). Kaninus : 10-12 tahun
5). Molar ke-2 : 12-16 tahun
6). Molar ke-3 : 17-25 tahun.
e. Jaringan lemak
Pertumbuhan jaringan lemak pada anak melambatsampai anak berumur 6 tahun. Pada
anak usia pra sekolahtubuhnya akan tampak kurus/langsing karena terjadi proses
pertumbuhan jaringan lemak yang melambat.
Lingkar Lengan atas (LLA) mencerminkan pertumbuhan dan perkembangan jarinagn
lemak.dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dengan berat badan. LLA dapat digunakan untuk menilai keadaan gizi atau pertumbuhan dan
perkembangan pada kelompok anak pra sekolah.
Klasifikasi LLA menurut WHO dan Shakir :
Ø Baku Wolanski : 16,5 cm
Ø Cara : % dari median
Ø Klasifikasi :
1). > 85% atau > 14 cm : normal
2). < 76% atau < 12,5 cm : malnutrisi berat
2. Parameter penilaian perkembangan
a. Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah dapat berjalan naik tangga
dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga,
seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini mampu mengendarai
sepeda roda tiga dan dapat berjalan sambil berjingkat. Anak ini dapat membangun sebuah
menara kecil dengan menggunakan 9-10 kubus. Ia dapat berjalan, membuka pakaian sendiri
dan mulai dapat mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia mampu
untuk menjiplak suatu lingkaran.
Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai mampu naik dan turun menggunakan satu
kaki per anak tangga. Ia mampu melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek.
Kemudian anak ini juga dapat memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-
jari.
Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah dapat mengggambar orang dalam
beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai
dapat menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.
b. Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun mampu untuk berbicara dengan normal bahkan
bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang-kadang terdapat substitusi fonetik yang
infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak dapat menggunakan bentuk
jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan
kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak dapat pula
melakukan percakapan dengan berbagai derajat yang kompleks dan menanyakan
banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak senang sekali mendengarkan cerita-
cerita dan seringkali mampu mengadakan improvisasi.
Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, karena pencapaian bahasa
telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak dapat menghubungkan cerita dari peristiwa-
peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang baru terjadi. Anak juga mampu untuk bermain
dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Lagu-lagu sederhana dapat dikuasai dan memahami analogi sederhana.
Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan
perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang
didengarnya. Anak senang mendengarkan cerita dan menceritakannya kembali.
Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan
objek-objek lewat gambar.
c. Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya
simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan
berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan
fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap.
Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan
kejadian sehari-hari, senang belajar berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka
yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan mampu menyebutkan satu atau lebih
uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, dapat
menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan
lingkungan sekitarnya dan mampu menyebutkan nama hari.
Usia 6 tahun, anak menunjukkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan
membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah
berturut-turut.
d. Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, perilaku anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu
perlawanan aktif terhadap permintaan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan
kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah mampu
membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari,
meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak laki-laki cenderung lebih dekat
dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun mampu melakukannya sendiri
dengan bantuan seminimal mungkin.
Saat usia beranjak 4 tahun, anak mampu makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan
garpu, walaupun dengan telapak tangan, dapat mengunyah seperti halnya orang dewasa, ada
ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada
anak seusia ini adalah suka mengadu, merasa mandiri dan agresif.
Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melakukan agresi kepada
anggota keluarga, suasana hati dapat berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang
kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis
kelamin yang berbeda.
Usia 6 tahun, anak ini mulai dapat dipercaya, rasa takut berkurang, suka menggoda orang
lain, kadang melakukan sikap menentang dan tidak sopan, kecemburuannya terhadap adik
tampak nyata, serta berlaku curang untuk menang.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c atau lebih dan disertai
salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang telinga,
dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai mata berair
dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah
menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit
akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.
Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan ) dapat
sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak
dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu antipeiretika
bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain
adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada
balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
B. Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang angka
mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua perawat jika
menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.
2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan anak
serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan
berdampak buruk bagi kondisi anak.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Universitas Indonesia.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : Teresa. Jakarta : EGC, 1998

Lewer,Helen.Belajar Merawat di Bangsal Anak.Alih bahasa: Ernie Noviestari. Jakarta : EGC,


1996

Majalah Ayah Bunda : Dari A sampai Z tentang Perkembangan Anak. Jakarta : Gaya Favorit
Press, 2002.

Sacharin, Rosa M. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Alih bahasa : RF Maulany, Jakarta
:EGC,1994.
http://komprehensif-nursing.blogspot.com/2013/05/tumbuh-kembang-anak-pra-sekolah.html

Anda mungkin juga menyukai