Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN MORBILI

OLEH : KELAS A8-B

KELOMPOK 3

DEVI WAHYU SARI (10.321.0733)

I GEDE ADISUKMA PURNAWAN (10.321.0738)

NI KADEK DESRIANI (10.321.0762)

NI PUTU RATNA SARI DEWI (10.321.0775)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AKADEMIK 2012/2013


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah system perkemihan dengan materi
anatomi dan fisiologi perkemihan.

Laporan ini diselesaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah sistem
perkemihan di STIKES Wira Medika PPNI Bali Program Studi Ilmu Keperawatan. Dalam
makalah ini diharapkan mampu memberi gambaran serta menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Morbili.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan yang disebabkan karena kurang serta terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis harapkan semoga
makalah.ini dapat bermanfaat.

Denpasar, 24 September 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit pada waktu yang
lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak
mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang
termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian
yang disebabkan komplikasinya.
Morbili atau campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak
yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek,
konjungtivitis dan ditemukan spesifik enantem (kopliks spot), diikuti dengan erupsi
makulopopuler yang me nyeluruh. Bertahun-tahun kejadian penyakit campak terjadi
pada anak-ana k balita meminta banyak korban tetapi masyarakat belum menyadari
bahayanya, bahkan ada mitos jangan memberikan obat apa saja pada klien sebelum
bercak-bercak merah pada kulit keluar.
Bahaya penyulit penyakit campak di kemudian hari adalah kurangnya gizi
sebagai akibat diare berulang da n berkepanjangan pasca campak.Subacute
Sclerosing Panensifilitis (SSPE) pada anak > 10 tahun, Munculnya gejala penyakit
tuberculosis paru yang lebih parah pasca mengidap penyakit campak yang berat
disertai pneumonia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan tentang konsep dasar penyakit morbili !
2. Jelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan morbili!

C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami konsep dasar penyakit morbili
2. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan morbili

D. MANFAAT PENULISAN
Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Penulis
a. Merupakan latihan dalam penulisan makalah dan upaya untuk
memperoleh ilmu pengetahuan.
b. Makalah ini memberikan informasi tentang morbili beserta asuhan
keperawatannya
2. Kalangan Medis
Mengetahui prevalensi morbili pada kasus batu saluran kemih
3. Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang morbili sebagai suatu
penyakit yang sering dijumpai di masyarakat dan mengetahui bagaimana
penanganannya.

E. METODE PENULISAN
Dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode observasi materi
dari berbagai sumber baik dari sumber berupa buku-buku maupun internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi
(Rampengan, 1997: 90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari
seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Rusepno, 2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 1997:351)

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas
dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari,
eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya
infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 :
90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara
penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama
periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada
suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198).

3. EPIDEMIOLOGI
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang
mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan
makan & minum bersama. Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-
4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.Biasanya
penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan
seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili
akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi
dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia
menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan
BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1
tahun.
Di Indonesia penyakit campak meru pakan penyebab kematian nomor
5 sepanjang tahun 1992-1995 dengan proporsi masing-masing 3,3% dan 4,1%
atau 1:1000 kasus dan sebagian kasus tersebut terjadi pada anak berusia 6
bulan sampai 3 tahun atau setidaknya 15- 20% sering terjadi pada anak berusia
36 bulan. (Depkes, 2007).

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Daya tahan tubuh yang lemah
b. Belum pernah terkena campak
c. Belum pernah mendapat vaksinasi campak

5. PATOFISIOLOGI

6. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan.
Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila
sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179).
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat
menimbulkan infeksi pada seseorang.
7. Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara
1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di
tempat awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat
ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun
berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal.
Di tempat ini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari
tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
8. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel
raksasa berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan
penolong yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian
awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari
setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi
yang berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami
nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas
diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak
merah.
9. Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran
pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak
tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam
makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu
antibody humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun,
sebagai akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus
terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh
darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak
berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran
pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.

10. PATHWAY
Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi sel mononukleus, polimorfonukleus

Penyebaran ke berbagai organ melalui hematogen

Reaksi inflamasi: demam, suhu naik, metabolisme Hipertermi


naik, RR naik,

Saluran cerna Inflamasi saluran nafas Kulit menonjol di Konjungtiva


atas; bercak koplik pada sekitar kelenjar radang
Bercak koplik mukosa bukalis meluas sebasea dan folikel
berwarna kelabu di ke jari trakeobronkial rambut
Konjungtivitis
kelilingi eritema
pada mukosa
Batuk, pilek, RR Eritema membentuk
bukalis, berhadapan Gangguan
meningkat, macula papula di kulit
pada molar, palatum persepsi
produksi sekret
durum, mole sensori
Rash, ruam pada balik
Obstruksi saluran
Mulut pahit telinga, leher, pipi, muka,
nafas Keterbatasan
seluruh tubuh,
deskuamasi rasa gatal informasi
Anorexia mengenai
Bersihan jalan Kerusakan penyakit
nafas tidak efektif integritas kulit
Intake nutrisi kurang

Hygiene Kurang
Perubahan nutrisi Rasa gatal,
tidak dijaga informasi
kurang dari kebutuhan tidak nyaman,
nyeri
Deficit
perawatan Gangguan rasa
diri nyaman nyeri
11. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :

A .Stadium kataral (prodiomal) berlangsung 4-5 hari, gejala menyerupai influenza


yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtiva. Gejala khas
(photognomonik) adalah timbulnya bercak komplik menjelang akhir stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih
kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi dieritema dan berlokalisasi gukalis dengan
molar bawah.

B .Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan timbulnya enantem
dipalatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritomatosa yang
berbentuk macula disertai meningkatnya suhu badan, ruam mula-mula timbul
dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal dan muka bengkak.
Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan
terjadinya dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher
bagian belakang, splenomegali, diare dan muntah,variasi mulut, yaitu measlek
yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit mulut,hidung dan traktus
dingestivus.

C .Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang,


erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit berupa hiperpigmentasi dan
kulit bersisik yang bersifat patogenik.

12. PENATALAKSANAAN
a.Medik
pemberian suplemsi vitamin A, tirah baring selama periode demam, pengobatan
simtomatik dengan anti piretika bila suhu badan tinggi, sedativum obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pencegahan / pengobatan
segera terhadap komplikasi yang timbul anti piretik antibody untuk mencegah
infeksi bakteri sekunderpada anak beresiko tinggi.
b.Keperawatan
Isolasi sampai ruam hari ke-5 ; bila dihospitalisasi, lakukan kewaspadaan
pernafasan, perhatikan tirah baring selama prodromal, berikan aktivitas tenang.
Demam : - anjurkan orangtua memberikan anti piretik
- hindari menggigil
- bila cenderung kejang, lakukan kewaspadaan yang tepat
(puncak demam dapat mencapai 400C hari ke-5 dan ke-5)
Perawatan mata : - beri cahaya redup bila terjadi fotofogia
- bersihakan kelopaka mata dengan larutan salin
hangat untuk menghilangkan secret.
- jaga anak tidak menggosok mata
- periksa mata (kornea) untuk tanda ulserasi

Koriza / batuk : - gunakan vaporizer embun dingin


- lindungi kulit sekitar hidung dengan lapisan
petroleum
- anjurkan agar mngkonsumsi makanan dan cairan
Perawatan kulit : - jaga agar kulit tetap bersih
- gunakan mandi air hangat bila perlu

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium

Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat jika ada


komplikasi infeksi bakteri. Dapat disertai leukopenia, limfopenia.

b. Pemeriksaan yang perlu dilakukan jika disertai komplikasi:


1) Ensefalopati : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar
elektrolit darah, dan analisis gas darah.

2) Enteritis : feses lengkap.

3) Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas


darah.

c. Pemeriksaan imaging

Pemeriksaan foto dada (chest radiograph) seringkali


menunjukkan gambaran hyperinflation, perihilar infiltrates, atau
parenchymal patchy, fluffy densities. Konsolidasi sekunder atau efusi
dapat juga terlihat (visible).

d. Pemeriksaan Sitologis : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa


hidung dan pipi.

e. Pemeriksaan Patologis

Dijumpai distribusi yang luas dari multinucleated giant cell


akibat fusi sel-sel. Multinucleated giant cell ini dapat ditemukan di
sputum, sekresi nasal, dan sedimen urin.

f. Pemeriksaan Serologi

1) Didapatkan IgM spesifik.

2) IgM lebih sensitif bila diperiksa antara hari ke-3 sampai hari
ke-28 timbulnya rash (ruam kemerahan).

3) Pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutinin inhibition


test dan complement fixation test akan dijumpai adanya
antibodi yang spesifik dalam waktu 1-3 hari setelah timbul rash
dan mencapai puncaknya 2-4 minggu kemudian. Tes ini cukup
praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau
subklinik.

14. PROGNOSIS
Biasanya sembuh setelah 7-10 hari setelah timbul ruam kulit. Kematian
disebabkan karena penyulit bronkopneumonia dan ensefalitis.

15. KOMPLIKASI

Berbagai penyakit dapat terjadi pada penderita campak. Penyakit


tersebut antara lain:

a. Konjungtivitis

b. Stomatitis

c. Bronkopnemonia

d. Diare

e. Otitis media akut

f. Laringitis

g. Malnutrisi

h. Purpura trombositopenia

i. Ensefalitis

j. Subakut sklerosing panensefalitis

k. Malnutrisi merupakan komplikasi yang tidak boleh dipandang enteng.


malnutrisi dan campak membentuk suatu lingkaran setan. Malnutrisi
memudahkan terjadinya sekaligus memperberat campak, sedangkan
campak akan menyebabkan penderita mengalami malnutrisi. Campak
dapat menyebabkan hal tersebut karena:

1) Penderita (terutama anak) malas makan akibat mulut sakit


(akibat stomatitis)

2) Diare menyebabkan turunnya kemampuan penyerapan


makanan
3) Demam meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi
yang didapat dari makanan akan terbuang

l. Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1000 sampai 2000 kasus,
ditandai dengan demam tinggi, kejang dan koma. Hal ini biasanya
terjadi antara 2 hari sampai 3 minggu setelah ruam muncul. Ensefalitis
biasanya berlangsung singkat dan sembuh dalam waktu satu minggu,
tapi kadang-kadang bisa berkepanjangan dan mengakibatkan terjadinya
kerusakan otak yang serius bahkan kematian.

m. Subakut sklerosing panensefalitis merupakan komplikasi yang sangat


jarang terjadi. Keadaan ini disebabkan oleh virus "detektif" yang
mengalami hipermutasi. Keadaan ini dapat berkembang bertahun-
tahun kemudian, khususnya bila campak terjadi pada usia muda.

16. PENCEGAHAN

a. Imunusasi aktif

Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak


hidup yang telah dilemahkan. Vaksin hidup yang pertama kali
digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari
Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian
Strain Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan
secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.

Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut


mulai mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar
vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan sebelum bayi berusia 15
bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.
Pada suatu komunitas dimana campak terdapat secara endemis,
imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
b. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang
dikumpulkan, serum stadium penyembuhan yang dikumpulkan,
globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat
memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan erum imunoglobulin dengan
dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah
pemaparan atau sesegera mungkin.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas diri :
b. Pemeriksaan Fisik :
1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia
2) Kepala : sakit kepala
3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut
terasa pahit.
5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam
makuler pada leher, muka, lengan dan kaki ( pada stadium
Konvalensi ), evitema, panas ( demam ).
6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing,
renchi, sputum
7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/
imunisasi.
8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare
9) Status Nutrisi : intake output makanan, nafsu makanan
c. Keadaan Umum : Kesadaran, TTV

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal, ruam
pada kulit, eritema
c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann suhu
tubuh.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan reaksi
inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak adekuat.
e. Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan konjungtivitis
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ruam pasa balik
telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh.
g. Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak terjaga.
h. Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi
mengenai penyakit.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


a. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi
saluran nafas, produksi secret, inflamasi saluran pernapasan atas.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat secret.
2) RR 12-20X per menit
3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)

INTERVENSI RASIONAL

Observasi karakteristik batuk Batuk paling efektif pada posisi duduk


tinggi atau kepala di bawah setelah
perkus dada.

Auskultasi bunyi nafas, catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus


bunyi nafas tambahan. terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat dimanifestasikan adanya
bunyi nafas tambahan

Beri posisi semifowler Peninggian kepala dapat


meningkatkan fungsi pernapasan

Ajarkan teknik nafas efektif Memberikan pasien beberapa cara


untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea dan menurunkan jebakan
udara

Delegasi dalam pemberian obat Merilekskan otot halus dan


sesuai indikasi (bronkodilator, menurunkan kongesti local,
mukolitik) menurunkan spasme jalan nafas, dan
produksi secret

a. Dx 2 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan rasa gatal,


ruam pada kulit, eritema
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil
1) Skala nyeri 0-3
2) Kemampuan istirahat meningkat
3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas

INTERVENSI RASIONAL

Observasi tingkat cema, mudah Petunjuk nonverbal ini


tersinggung, menangis, gelisah, mengindikasikan adanya nyeri yang
gangguan tidur dialami

Kaji tipe, lokasi, dan intensitas nyeri Nyeri dirasakan, dimanifestasikan,


dan di toleransi secara individual

Berikan tindakan nyaman seperti Dapat meningkatkan relaksasi


mengubah posisi pasien

Anjurkan pasien jika suhu tubuh Air hangat dapat mengurangi gatal
turun, untuk mengurangi gatal dapat dan menambah rasa nyaman.
dimandikan dengan air hangat

Delegasi dalam pemberian obat Menurunkan demam dan inflamasi


analgesik dan antipiretik sesuai serta menurunkan ketegangan otot
indikasi
a. Dx 3 : Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi, kenaikann
suhu tubuh.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2) Membrane mukosa lembab
3) Kulit tidak teraba panas

INTERVENSI RASIONAL

Pantau suhu tubuh pasien Suhu 38,9oC - 41oC menunjukan


proses penyakit infeksius.

Berikan kompres hangat Dapat membantu mengurangi demam,


penggunaan air es/alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara actual. Selain
itu alcohol dapat mengeringkan kulit.

Anjurkan menggunakan pakaian yang Pakaian tipis dapat meningkatkan


tipis evaporasi.

Delegasi dalam pemberian obat Digunakan untuk mengurangi demam


antipiretik dengan aksisentralnya pada
hipotalamus,

a. Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


reaksi inflamasi pada saluran cerna, anoreksia, intake nutrisi tidak
adekuat.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil
1) Berat badan stabil
2) Kebutuhan metabolic terpenuhi

INTERVENSI RASIONAL

Kaji kemampuan untuk mengunyah Inflamasi pada mulut tenggorokan


merasakan dan menelan. menyebabkan penurunan kemampuan
pasien untuk mengolah makanan.

Berikan perawatan mulut yang terus Mengurangi ketidaknyamanan, mulut


menerus. yang bersih akan meningkatkan nafsu
makan.

Timbang berat badan sesuai Indicator kebutuhan


kebutuhan. nutrisi/pemasukan nutrsi yang
adekuat.

Berikan banyak minum (sari buah- Untuk mengkompensasi adanya


buahan, sirup yang tidak memakai peningkatan suhu tubuh dan
es). merangsang nafsu makan

Anjurkan pasien untuk membatasi Rasa sakit pada mulut akan


makanan yang menyebabkan mual mengiritasi lesi mulut yang akan
muntah. menyebabkan pasien untuk enggan
makan.

Kolaborasi dengan ahli diet gizi. Menyediakan diet berdasarkan


kebutuhan individu dengan rute yang
tepat.

a. DX 5 : Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan


konjungtivitis
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X)
jam diharapkan pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan
dengan criteria hasil
1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi
terhadap perubahan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji ketajaman penglihatan, catat Kebutuhan individu dan pilihan


apakah satu atau kedua mata terlibat. intervensi bervariasi. Sebab
kehilangan penglihatan terjadi lambat
dan progresif.

Letakkan barang yang dibutuhkan Memungkinkan pasien melihat objek


pasien dekat dengan jangkauannya. lebih mudah dan memudahkan
panggilan pertolongan.

Anjurkan untuk meningkatkan Cahaya yang banyak akan membantu


pencahayaan di ruangan untuk pemenuhan kebutuhan pasien
dalam penglihatan

Delegasi dalam pemberian obat tetes Gangguan penglihatan dapat berakhir


mata 1-2 jam setelah tetesan mata tapi
secara bertahap menurun dengan
penggunaan.

a. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak


terjaga.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat
kemampuan pribadi denngan criteria hasil
1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini dan Mengidentifikas kebutuhan intervensi


hambatan untuk berpartisipasi dalam yang dibutuhkan
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi Meningkatkan perasaan control dan


rencana perawatan pada tingkat meningkatkan kerja sama dan
kemampuan perkembangan kemandirian

Berikan dann tingkatkan keleluasaan Kesederhanaan dapat mengarah pada


pribadi, termasuk selama mandi keengganan ikut serta dalam
perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses pelepasan


pakaian kemeja pakaian tanpa harus mengganggu
ruam-ruam pada kulit

c. Dx 7 : Deficit perawatan diri berhubungan dengan hygiene tidak


terjaga.
d. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat
kemampuan pribadi denngan criteria hasil
2) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk
pemenuhan kebutuhan diri

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kemampuan saat ini dan Mengidentifikas kebutuhan intervensi


hambatan untuk berpartisipasi dalam yang dibutuhkan
perawatan

Ikutsertakan pasien dalam formulasi Meningkatkan perasaan control dan


rencana perawatan pada tingkat meningkatkan kerja sama dan
kemampuan perkembangan kemandirian

Berikan dann tingkatkan keleluasaan Kesederhanaan dapat mengarah pada


pribadi, termasuk selama mandi keengganan ikut serta dalam
perawatan

Anjurkan untuk menggunakan Dapat mempercepat proses pelepasan


pakaian kemeja pakaian tanpa harus mengganggu
ruam-ruam pada kulit

a. Dx 8 : Kurang informasi berhubungan dengan keterbatasan informasi


mengenai penyakit.
b. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (X) jam
diharapkan pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
1) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang
diderita
2) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan

INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat pengetahuan/pendidikan Tingkat pendidikan akan


pasien mempengaruhi pengetahuan pasien
terhadap penyakitnya

Jelaskan pada orang tua tentang Memberikan pengetahuan kepada


morbili tentang hubungan orang tua tentang pencegahan
pencegahan dengan vaksinasi campak penyakit anaknya.
dan peningkatan gizi agar tidak
mudah timbul komplikasi

Berikan reinforcement saat pasien Meningkatkan rasa ingin tahu dan


menyatakan pemahamannya percaya diri pasien

4. IMPLEMENTASI
Implementasi sesuai intervensi

5. EVALUASI
a. Dx 1 : bersihan jalan nafas efektif dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat secret.
2) RR 12-20X per menit
3) Tidak ada suara nafas tambahan (rhonchi)
b. Dx 2 : nyeri terkontrol dengan criteria hasil
1) Skala nyeri 0-3
2) Kemampuan istirahat meningkat
3) Mampu meningkatkan kemampuan aktivitas
c. Dx 3 : suhu tubuh terkontrol dengan criteria hasil
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37,2oC)
2) Membrane mukosa lembab
3) Kulit tidak teraba panas
d. Dx 4 : asupan nutrisi adekuat dengan criteria hasil
1) Berat badan stabil
2) Kebutuhan metabolic terpenuhi
e. Dx 5 : pasien dapat meningkatkan ketajaman penglihatan dengan
criteria hasil
1) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
f. Dx 6 : integritas kulit baik dengan criteria hasil
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti (kalor, rubor, dolor,
tumor, fungsiolaesea)
g. Dx 7 : kemampuan perawatan diri pasien dalam tingakat kemampuan
pribadi denngan criteria hasil
1) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk pemenuhan
kebutuhan diri
h. Dx 8 : pasien memahami penyakitnya dengan criteria evaluasi
1) Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit yang diderita
2) Turut ikut serta dalam prosedur perawatan
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus
yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik yang
diikuti dengan rash makula popular kehitaman (Catzel dan Robert, 1995).
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Morbili dapat ditularkan dengan 3 cara,antara lain percikan ludah yang
mengandung virus, kontak langsung dengan penderita, penggunaan peralatan makan
& minum bersama. Manifestasi klinis dari morbili dapa kita lihat dari 3 stadiumnya
yang memiliki tanda dan gejala yang berbeda yaitu pada Stadium kataral (prodormal),
Stadium erupsi, Stadium konvalesensi
Adapun beberapa pencagahan dari morbili sendiri yaitu dengan melakukan
vaksin. Vaksin ini memiliki 2 cara yaitu dengan Imunusasi aktif yaitu hal ini dapat
dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Dan
Imunusasi pasif yaitu Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan
DAFTAR PUSTAKA

Kapita selekta kedokteran, edisi 3, jilid II, Media Aesculapius FKUI.

Kapita selekta Kedokteran Jilid 2, Jakarta: Media Aesculapius.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia. 1992. Patofisiologi Edisi Keempat. Jakartaa: EGC.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta: EGC.

Perry&Potter . Fundamental Keperawatan vol. 2 Edisi 4 . Jakarta: EGC . 2006 .

Anda mungkin juga menyukai