Disusun Oleh :
KELOMPOK III
SEMESTER IV B
ADI WIRANATA
ARDIANNOR
BAHRAINI
INDAH PURNAMA SARI
NISA NOVIYANTI
hidayah
dan
bimbingan-Nya,
sehingga
makalah
ini
dapat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit
Campak
sering
menyerang
anak
anak
balita.
Penyakit ini mudah menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena
itu, anak yang menderita Campak harus diisolasi untuk mencegah
penularan. Campak disebabkan oleh kuman yang disebut Virus Morbili.
Anak yang terserang campak kelihatan sangat menderita, suhu badan
panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok bernanah.
Biasanya
penyakit
ini
timbul
pada
masa
anak
dan
kemudian
B. Rumusan Masalah
Permasalahan
keperawatan
yang
timbul
sehingga
disusunnya
asuhan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagaimana
cara membuat Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Morbili.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa akan mampu:
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
pengkajian,
keperawatan.
diagnosis
keperawatan,
dan
intervensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal
dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan
melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang
rentan (Smeltzer, 2001:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan
stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan
stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351)
Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95)
Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang
menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan
bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451)
Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut
melibatkan
traktus
respiratorius
dan
dikarakteristikkan
oleh
ras
B. Etilogi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong
dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat
sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu
30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton.
Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak
mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam
sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam
setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan
kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili
Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen
saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis
dan
parainfluenza.
Virus
tersebut
ditemukan
di
dalam
sekresi
Panas
Malaise
Batuk
Fotofobia
Konjungtivitis
Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul
Erupsi
mulai
berkurang
dengan
meninggalkan
bekas
D. Patofisiologi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang
mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke
wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai
mata
berair
dan
kemerahan
(konjungtivis).
Setelah
3-4
hari,
kelenjar
getah
bening
lokal.
Di
tempat
ini
virus
dan
penolong
yang
rentan
terhadap
infeksi,
aktif
infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan
menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas,
kulit, kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada
di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis.
Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke
pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinik dari sistem
saluran napas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput
konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel
pada sistem saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis
berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu ulsera kecil pada mukosa pipi
yang disebut bercak koplik. Muncul ruam makulopapular pada hari ke14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat
dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat
respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam
pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami
defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.
Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak
berhasil tumbuh di kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan
saluran pernapasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni
2. Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan
adanya multinucleated giant cells yang khas
3. Pada pemeriksaan serologis dengan cara
hemagglutination
F. Komplikasi
1. Pneumonia
Perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder.
Bakteri
yang
streptokok,
menimbulkan
pneumokok,
pneumoni
stafilokok,
pada
hemofilus
mobili
adalah
influensae
dan
3. Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus
yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.
4. Otitis media
5. Mastoiditis
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN ANAK DENGAN MORBILI
A. Pengkajian
1. Biodata
Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.
2. Proses keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam
terus-menerus berlangsung 2 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)
b. Riwayat keperawatan sekarang
Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2
4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena
cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96).
c. Riwayat keperawatan dahulu
Anamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di
Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 :
185).
d. Riwayat Keluarga
Dapatkan
data
tentang
hubungan
kekeluargaan
dan
bersihan
jalan
napas
berhubungan
proses
dengan
C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh bd proses
inflamasi.
8. Tujuan : Diharapkan suhu badan pasien berkurang
9. Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh 36,6 37,4 0 C.
2) Bibir lembab.
3) Nadi normal.
4) Kulit tidak terasa panas.
5) Tidak ada gangguan neurologis ( kejang ).
10.
1)
2)
3)
4)
Intervensi :
menurunkan
suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
5) Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.
11.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
12.
Tujuan : Diharapakan pasien menunjukkan peningkatan
nafsu makan
13.
Kriteria hasil :
1) BB meningkat
2) Mual berkurang / hilang
3) Tidak ada muntah
4) Pasien menghabiskan makan 1 porsi
5) Nafsu makan meningkat
6) Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
7) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
14.
1)
2)
3)
4)
5)
Intervensi :
Berikan
Berikan
Berikan
Berikan
Monitor
gizi.
15.
3. Resiko kurang volume cairan b.d kehilangan sekunder terhadap
demam.
16.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh
17.
Kriteria hasil :
1) Turgor baik
2) Kulit lembab
3) TTV dalam batas normal
4) Mukosa mulut lembab
5) Cairan masuk dan keluar seimbang
6) Tidak pusing pada perubahan posisi
7) Tidak haus
8) Hb, Ht, dalam batas normal.
18.
Intervensi :
1) Observasi
penyebab
kekurangan
cairan
muntah,
diare,
kelelahan
Observasi TNSR.
Observasi tanda tanda dehidrasi.
Observasi keadaan turgor kulit, kelembaban, membran mukosa.
Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan
cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam,
21.
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status
pernapasan yang tidak berbahaya: ventulasi dan status tanda
vital.
2) Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu,
diotandai dengan indikator gangguan sebagai berikut (dengan
ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang, ringan , tidak).
3) Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas. Ekspansi dada
simetris.
4) Tidak ada penggunaan otot bantu.
5) Bunyi napas tambahan tidak ada.
6) Napas pendek tidak ada.
22.
Intervensi :
1) Pantau adanya pucat dan sianosis. Pantau efek obat pada status
respirasi. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada.
2) Kaji kebutuhan insersi jalan napas.
3) Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada
pasien dengan ventilator.
4) Pemantauan Pernapasan : Pantau kecepatan, irama, kedalaman
dan
suaha
respirasi;
perhatikan
pergerakan
dada,
amati
Intervensi:
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
dengan
bernapas.
Catat dan laporkan gejala takipnea, napas cuping hidung.
Observasi warna kulit dan selaput lendir.
Observasi sputum : warna, bau, sifat.
Ajarkan napas mulut, teknik relaksasi dan latihan napas.
Isap lendir bila perlu.
Beri posisi semi fowler.
D. Evaluasi
1. Suhu tubuh 36,6 37,4 0 C.
2. Bibir lembab.
3. Nadi normal.
4. Kulit tidak terasa panas.
5. Tidak ada gangguan neurologis ( kejang )
6. BB meningkat
7. Mual berkurang / hilang
8. Tidak ada muntah
9. Pasien menghabiskan makan 1 porsi
10.
Nafsu makan meningkat
11.
Pasien menyebutkan manfaat nutrisi
12.
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
13.
Turgor baik
14.
Kulit lembab
15.
TTV dalam batas normal
16.
Mukosa mulut lembab
17.
Cairan masuk dan keluar seimbang
18.
Tidak pusing pada perubahan posisi
19.
Tidak haus
20.
Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status
pernapasan yang tidak berbahaya: ventulasi dan status tanda vital.
21.
Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu,
diotandai
dengan
indikator
gangguan
sebagai
berikut
(dengan
31.
32.
BAB III
PENUTUP
33.
A. Kesimpulan
34. Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang
ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan
stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351). Penyebab penyakit ini
adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu
genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin,
dan dapat diinaktifkan pada suhu
eter,
tripsin,
dan
beta
propiolakton.
Sedang
formalin
dapat
Pada
pemeriksaan
serologis
dengan
cara
36.
37.
38.
DAFTAR PUSTAKA
49.