Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

CORONA VIRUS DISEASE 19


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns.Margiyati,M.Kep

Disusun Oleh:
AQILLA SALSA PERMATANINGAJI
20101440119019

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KESDAM IV/ DIPONEGORO


PRODI D III KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFISINI
Virus Corona adalah famili virus yang biasanya menyerang organ pernapasan.
Nama ini berasal dari kata latin “Corona”, yang berarti mahkota, karena bagian luar
virus ini runcing seperti mahkota yang mengelilingi virus ini. Dari banyaknya varian,
hanya tujuh yang diketahui menginfeksi manusia seperti Covid-19, SARS, dan
MERS. SARS diyakini telah berkembang di Cina dari kelelawar hingga musang dan
menginfeksi manusia. MERS telah menyebar dari kelelawar ke unta ke manusia di
area Timur Tengah. Belum ada yang tahu darimana Covid-19 berasal.
Sebagian besar penderita Covid-19 dimulai dengan gejala demam, batuk, dan
sesak napas. Melihat data dari 41 penderita Covid-19 pertama di Wuhan menunjukkan
gejala umum seperti demam, batuk, lendir, atau darah. Hasil scan menunjukkan
adanya pneumonia dan kelainan paru-paru. Yang menderita parah sejumlah 13 orang
dibawa ke ICU, di antaranya sejumlah enam pasien meninggal. Pada 22 Januari 2020,
sebagian besar pasien telah keluar dari rumah sakit dan kembali sehat (68 persen).
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Potensi penularan dan terinfeksi virus masih ada. Untuk itu, perlu diperhatikan
hal-hal yang dapat meningkatkan risiko penularan virus corona. Berikut adalah
sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko ini: 
1. Ruang tertutup 
Risiko penularan virus akan menjadi semakin tinggi di dalam ruangan tertutup
di mana ventilasi tidak baik. Virus juga menyukai suhu udara yang lebih sejuk
dari AC.
2. Kontak dekat 
Virus juga dapat ditularkan melalui tetesan (droplets) kecil saat seseorang
yang terinfeksi berbicara. Jadi, melakukan kontak dekat dapat meningkatkan
risiko penularan virus pada orang lain.
3. Tempat ramai 
Semakin banyak orang, semakin tinggi pula risiko penularan virus yang dapat
terjadi. Selain itu, tempat di mana orang-orang banyak berkumpul cenderung
menjadi lebih kotor daripada tempat yang sepi.
4. Durasi dan keragaman kontak 
Durasi waktu yang dihabiskan bersama orang lain juga turut berpengaruh pada
risiko penularan. Faktor ini sama pentingnya dengan berbagai kelompok
berbeda yang ditemui. Mereka dapat memiliki latar belakang dan kondisi
kesehatan yang berbeda-beda pula. 
5. Tempat atau kegiatan yang berisiko  
Probabilitas penularan virus semakin meningkat apabila seluruh faktor ini
saling tumpang tindih dan terjadi bersamaan. Berikut adalah contoh kegiatan
yang memungkinkan tumpang tindih dari faktor-faktor di atas: 
a. Perkumpulan sosial 
Perkumpulan di rumah seperti acara ulang tahun, pertemuan, dan
kelompok belajar, yang melibatkan orang-orang dari berbagai keluarga
berbeda dalam satu ruang tertutup tergolong berisiko.  Saat itu,
kemungkinan orang-orang akan lengah dengan perlindungan diri,
berbincang panjang lebar, berada dalam jarak dekat, dan mungkin
tidak memakai masker. Ada risiko yang sangat nyata dan dapat dilihat
pada peristiwa-peristiwa penyebaran super di mana satu orang mampu
menginfeksi orang lain dalam jumlah yang besar. Cobalah untuk
membatasi waktu yang dihabiskan bersama orang lain dan gunakan
teknologi untuk tetap berkomunikasi dengan teman atau anggota
keluarga yang rentan. 
b. Pusat jajanan dan kafe 
Duduk-duduk bersama teman di kafe mungkin terasa menyenangkan.
Akan tetapi, sekelompok orang di meja yang sama seringkali tanpa
sadar terlalu asik dalam berbincang dan berpotensi menjadi tempat
penularan virus.  Saat asik berbicara, tanpa sadar kemungkinan ada
droplets yang keluar, terutama saat masker dibuka untuk makan dan
minum. Oleh karena itu, menjadi lebih aman untuk tetap
mengaplikasikan pembelian take away. 
c. Tempat orang bersantai 
Tempat-tempat bersantai di luar ruangan juga dianggap sebagai tempat
yang berisiko. Di tempat-tempat tersebut, orang pun cenderung
berkumpul dan bersantai sembari bercakap-cakap dengan jarak dekat
satu sama lain. 
d. Tempat olahraga di dalam ruangan 
Kemungkinan tidak menggunakan masker dan kontak dekat dengan
orang lain di tempat olahraga juga patut diperhatikan. Sebab, banyak
orang di tempat olahraga yang mungkin terengah-engah dan
mengeluarkan droplets. Selain itu, berada di tempat tertutup yang sama
dalam jangka waktu tertentu juga meningkatkan kemungkinan
penularan virus ini.
C. PATOFISIOLOGI
Corona virus hanya bias memperbanyak diri melalui sel host nya.Virus tidak
bias hidup tanpa sel host.Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host
sesuai tropismenya.Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai
oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.Protein S penentu utama dalam
menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang,2020). Pada studi SARS-
CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-
convertingenzyme2).ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring,paru,lambung,usushalus,ususbesar,kulit,timus,sumsumtulang,limpa,hati,gi
njal, otak,sel epitel alveolar paru,sel enterosit usus halus,sel endotel arteri vena,dan sel
otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom
virus.Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui
translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus.Tahap selanjutnya adalah
perakitan dan rilis virus(Fehr,2015). Setelah terjadi transmisi,virus masuk kesaluran
napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus
hidupnya).Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi
peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu
di sel gastrointestinal setelah penyembuhan.Masa inkubasi virus sampai muncul
penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).
D. PATHWAY
E. KOMPLIKASI
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
1. Pneumonia (infeksi paru-paru)
2. Infeksi sekunder pada orang lain
3. Gagal ginjal
4. Acute cardiac injury
5. Acute respiratory distress syndrome
6. kematian
Selain itu, pada beberapa kasus, seseorang juga bisa mengalami kondisi yang
disebut post-acute Covid-19 syndrome, meski telah dinyatakan sembuh dari infeksi
viruss corona.
F. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan RT-PCR (Swab Test)
Pemeriksaan RT PCR merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendeteksi materi genetik virus. Pemeriksaan PCR dapat menggunakkan
sampel swab nasofaring (melalui hidung) dan swab orofaring (melalui
tenggorokan).
Alat yang digunakan menggunakan swab khusus yang digunakan untuk
pemeriksaan PCR kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung( viral
transport media/ VTM).
Metode PCR terdiri dari beberapa tahap yaitu proses pelepasan dan
penggandaan materi genetik virus sehingga dapat dideteksi dengan alat.
Pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan laboratorium dan peralatan PCR
yang sesuai dengan standar Biosafety Level 2. Faktor yang berpengaruh pada
pemeriksaan PCR antara lain faktor pengambilan sampel, transportasi sampel,
hingga proses pengerjaan sampelnya.
Untuk proses pengerjaan sampel hingga dikeluarkan hasil dapat memakan
waktu yang cukup lama dibandingkan pemeriksaan laboratorium lainnya.
Untuk memastikan adanya seseorang terinfeksi virus SARS COV-2 ini
dianjurkan menggunakan PCR SARS COV-2.
2. Pemeriksaan Serologis (Rapid Test)
Rapid test lebih berperan sebagai cara penyaringan awal terhadap kasus positif
Covid-19. Hasil rapid test tak bisa dijadikan penopang diagnosis pasien
Covid-19. Sebab, pemeriksaan serologis ini hanya bertujuan melihat ada atau
tidaknya sistem kekebalan tubuh yang muncul sebagai respons terhadap
masuknya virus.
Virus ini tidak selalu SARS-CoV-2 atau penyebab Covid-19. Waktu
pemeriksaan juga mempengaruhi hasil rapid test. Bisa jadi belum ada respons
dari sistem imun karena virus corona baru saja masuk.
Karena itu, hasil rapid test yang positif atau reaktif tidak selalu menandakan
orang yang dites positif corona. Diperlukan tes berulang hingga swab test
untuk menegakkan diagnosis. Walau demikian, orang dengan hasil rapid test
positif bisa disaring dan diisolasi sebagai langkah antisipasi penularan Covid-
19 sembari menunggu kepastian diagnosis.
Prosedur rapid test lebih sederhana dan singkat dibanding swab test. Biayanya
pun lebih murah. Cara yang paling jamak adalah dengan mengambil sampel
darah dari ujung jari. Sampel ini lalu diperiksa menggunakan alat rapid test
untuk melihat sistem imun.
Bila ditemukan respons sistem imun atau reaktif, ada potensi infeksi virus
corona. Begitu pula sebaliknya. Hasil ini bisa diketahui dalam hitungan menit
hingga jam sejak pengambilan sampel.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Status kesehatan saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Pola kebutuhan dasar
6. Pengkajian fisik
7. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi (D.0130)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Pola napas tidak efektif
4. Gangguan pertukaran gas
C. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Hipertermia Setelah dilakukan A. MANAJEMEN HIPERTERMIA
(D.0130) tindakan ... x24 (I.15506)
jam diharapkan 1. Observasi
Gejala dan termoregulasi  Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
Tanda Minor membaik dehidrasi terpapar lingkungan panas
Subjektif: (L.14134) dengan penggunaan incubator)
(tidak kriteria hasil :  Monitor suhu tubuh
tersedia) - Suhu tubuh dari  Monitor kadar elektrolit
Objektif: skala 1  Monitor haluaran urine
1. Suhu memburuk ke 2. Terapeutik
tubuh diatas skala 5 membaik  Sediakan lingkungan yang dingin
nilai normal - Suhu kulit dari  Longgarkan atau lepaskan pakaian
Gejala dan skala 1  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Tanda Mayor memburuk ke  Berikan cairan oral
Subjektif: skala 5 membaik  Ganti linen setiap hari atau lebih
(tidak sering jika mengalami hiperhidrosis
tersedia) (keringat berlebih)
Objektif:  Lakukan pendinginan eksternal (mis.
1. Kulit selimut hipotermia atau kompres dingin
merah pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
2. Kejang  Hindari pemberian antipiretik atau
3. Takikardi aspirin
4. Takipnea  Batasi oksigen, jika perlu
5. Kulit 3. Edukasi
terasa hangat  Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
B. REGULASI TEMPERATUR (I.14578)
1. Observasi
 Monitor suhu bayi sampai stabil
( 36.5 C -37.5 C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam,
jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi
pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat  tanda dan gejala
hipotermia dan hipertermia
2. Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu,
jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir,
untuk mencegah kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam
plastic segera setelah lahir ( mis. bahan
polyethylene, poly urethane)
 Gunakan topi bayi untuk memcegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah
radiant warmer
 Pertahankan kelembaban incubator
50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bhan-
bahan yang akan kontak dengan bayi (mis.
seelimut,kain bedongan,stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat
jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat, selimut
hangat dan penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika perlu
 Gunakan kasur pendingin, water
circulating blanket, ice pack atau jellpad
dan intravascular cooling catherization
untuk menurunkan suhu
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
3. Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion,heat stroke
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi
karena terpapar udara dingin
 Demonstrasikan teknik perawatan
metode kangguru (PMK) untuk bayi
BBLR
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik jika
perlu
Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif tindakan 1x24 jam Tindakan
diharapkan tingkatan Observasi
bersihan jalan napas - Monitor pola napas
(L.01001) meningkat - Monitor bunyi napas tambahan
dengan kriteria hasil : - Monitor sputum
a. Batuk efektif
dari Terapeutik
skala 1 menurun ke - Pertahankan kepatenan jalan napas
skala 5 meningkat - Berikan minum hangat
b. Produksi sputum dari
- Posisikan semi fowler atau fowler
skala 1 meningkat ke
- Lakukan fisioterapi dada
skala 5 menurun
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
c. Frekuensi napas dari
- Berikan oksigen jika perlu
skala 1 memburuk ke
Edukasi
skala 5 membaik
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

Latihan Batuk Efektif (I.01006)


Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi aputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
napas
- Monitor input dan output cairan
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok dipangkuan
pasien
- Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
- Anjurkan tarik napas dalam mealui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian dikeluarkan melalui mulut selama
8 detik
- Anjurkan mengulang tarik napas dalam
selama 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ketiga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu

Pemantauan Respirasi (I.01014)


Tindakan
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif tindakan 1x24 jam Tindakan
diharapkan tingkatan Observasi
pola napas (L.01004) - Monitor pola napas
membaik dengan kriteria - Monitor bunyi napas tambahan
hasil : - Monitor sputum
a. Frekuensi napas Terapeutik
dari skala 1 - Pertahankan kepatenan jalan napas
memburuk ke - Berikan minum hangat
skala 5 membaik
- Posisikan semi fowler atau fowler
b. Pernapasan
- Lakukan fisioterapi dada
cuping hidung
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik
dari skala 1
- Berikan oksigen jika perlu
meningkat ke
Edukasi
skala 5 menurun
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
c. Kedalaman napas
- Ajarkan teknik batuk efektif
dari skala 1
Kolaborasi
memburuk ke
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
skala 5 membaik
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
d. Ekskursi dada
dari skala 1
Pemantauan Respirasi (I.01014)
memburuk ke
Tindakan
skala 5 membaik
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
upaya napas
- Monitor pola napas (seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
Cheyne-Stokes, Biot, ataksik
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan
Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas tindakan 1x24 jam Tindakan
diharapkan tingkatan Observasi
pertukaran gas (L.01003) - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
meningkat dengan upaya napas
kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti bradipnea,
a. Tingkat takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
kesadaran dari Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
skala 1 menurun - Monitor kemampuan batuk efektif
ke skala 5 - Monitor adanya produksi sputum
meningkat - Monitor adanya sumbatan jalan napas
b. Napas cuping - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
hidung dari skala
- Auskultasi bunyi napas
1 meningkat ke
- Monitor saturasi oksigen
skala 5 menurun
- Monitor nilai AGD
c. FCO2 dari skala
- Monitor hasil x-ray toraks
1 memburuk ke
Terapeutik
skala 5 membaik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
d. PO2 dari skala 1 kondisi pasien
memburuk ke - Dokumentasikan hasil pemantauan
skala 5 membaik Edukasi
e. Pola napas dari - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
skala 1 - Informasikan hasil pemantauan
memburuk ke
skala 5 membaik Terapi Oksigen (I. 01026)
Tindakan
Observasi
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
- Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.
oksimetri, analisa gas darah ), jika perlu
- Monitor kemampuan melepaskan oksigen
saat makan
- Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelektasis
- Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
- Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trachea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengat tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan/atau tidur
DAFTAR PUSTAKA

http://repo.darmajaya.ac.id/3241/4/BAB%201.pdf diakses pada tanggal 13 Desember 2021


pukul 15.30 WIB
https://primayahospital.com/covid-19/jenis-pemeriksaan-untuk-diagnosis-covid-19/
-diakses pada tanggal 13 Desember 2021 pukul 17.30 WIB
https://www.papdi.or.id/pdfs/983/Buku%20Pedoman%20Tatalaksana%20COVID-
19%205OP%20Edisi%203%202020.pdf . diakses pada tanggal 13 Desember 2021
pukul 15.55 WIB
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/14702/1/385d7b9c6a60947ff4f1884689a41ae8.pdf diakses
pada tanggal 13 Desember 2021 pukul 15.55 WIB
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona virus Disease (COVID-19). Diakses dari
https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-05_Pedoman_P2_COVID
19_13_Juli_2020.pdf diakses pada tanggal 13 Desember 2021 pukul 15.55 WIB
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
World Health Organization. 2020. CoronavirusDisease 2019 (COVID-19) Situation Report
[online]. Indonesia: World HealthOrganization

Anda mungkin juga menyukai