Anda di halaman 1dari 6

RESUME PNEUMONIA

Nama pasien : Tn. C Nama Presepte : Suci Desrianti, S.Kep

Ruangan : ICU Nim : 20501066

No. RM : 36-06-26

Seorang pasien laki-laki berinisial Tn. C berusia 69 tahun masuk ke Rumah


Sakit Ibnu Sina Pekanbaru ke IGD pada tanggal 21 Januari 2021. Pasien masuk
dengan keluhan sudah 2 minggu terbaring lemah, nafsu makan berkurang, mual (+),
muntah (-), demam sejak 2 hari SMRS, batuk sesekali, pasien cenderung mengantuk.
Pemeriksaan fisik didapatkan TD: 170/100, N: 137x/I, RR: 28x/I, S: 38oC.

Hasil pengkajian pada tanggal 10 Februari 2021 di dapatkan hasil Keadaan


umum pasien buruk, GCS:5 (E3M2Vett), tingkat kesadaran soporocoma, pasien
terpasang NGT, terpasang ETT, O2 10L/I, DC (+), terpasang monitor, infus RL 20x/i.
TD: 150/80 mmHg, N: 120x/I, RR: 26x/I, S: 36oC, Sao2: 95%. Pola nafas irregular,
suara nafas vesikuler, Sputum (+) dan perkusi dullness pada kedua paru. Pemeriksaan
anlisa gas darah pada tanggal 10 februari 2021 didapatkan PH 7,42 mmol/L (7,35-
7,45 mmol/L), pCO2 44 mmHg (35-45 mmHg), PO2 132 mmHg (80-100 mmHg),
HCO3 28,1 MEq/L (21-26 MEq/L), BE 3,2 MEq/L (-2,5-+2 MEq/L), TCO2 29,5
MEq/L 21-27 MEq/L).

Hasil pemeriksaan Rontgen Thorax di dapatkan hasil pneumonia bilateral.


Terapi yang diberikan amlopidin 1x5 mg, ondancetron 8 mg 2x1, citocilin 500 mg
2x1, ranitidine 2x1, lansoprazole 3x1, PCT 3x2, CPG 75 mg 1x1, dan citicolin 2x500
mg.
Maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d spasme jalan nafas

Untuk intervensi yang diberikan kepada pasien dengan ketidakefektifan bersihan


jalan nafas adalah
1. Monitor pola nafas
2. Monitor bunyi nafas tambahan (gurgling, wheezing, mengi dll)
3. Monitor sputum
4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt san dan chin-lift
5. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Berikan oksigen
7. Ajarkan batuk efektif
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
9. Pantau irama dan frekuensi jantung
10. Auskultrasi buntyi jantung
11. Dorong tirah baring dalam posisi semi fowler
12. Evaluasi keluhan lelah, dispnea, palpitasi, nyeri dada kontinyu, dan
perhatikan adanya bunyi napas
13. Edukasi keluarga tentang masalah yang terjadi pada pasien serta faktor resiko
yang mungkin terjadi pada pasien
14. Kolaborasi pemberian oksigen
15. Berikan obat obatan sesuai indikasi
RESUME HIPERGLIKEMIA

Nama pasien : Ny.S Nama Presepte : Suci Desrianti, S.Kep

Ruangan : Arafah Nim : 20501066

No. RM : 50-86-94

Seorang pasien perempuan berinisial Ny. S berusia 56 tahun masuk ke Rumah


Sakit Ibnu Sina Pekanbaru ke IGD pada tanggal 13 Februari 2021. Pasien masuk
dengan keluhan badan terasa lemas, kepala pusing terasa seperti berputar-putar, mual
dan muntah (+), kaki teasa kesemutan. Pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 180/100
mmHg, N: 92x/I, RR: 21x/I, S: 36oC.

Hasil pengkajian pada tanggal 15 Februari 2021 di dapatkan pasien mengeluh


kepala sakit, sempoyongan, mual (+), pasien mengatakan badan terasa lemas, kaki
terasa kesemutan, pasien mengeluh sulit tidur di malam hari, sering terjaga saat tidur.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran umum baik, GCS 15, TD: 150/80 mmHg, N:
120x/I, RR: 26x/I, S: 36oC, Sao2: 98% GDS: 235 mg/dl.

Hasil pemeriksan darah lengkap pada tanggal 213 Februari didapatkan Hb


14,5 g/dl (12-16 g/dl), leukosit 9.460 (4000-11000), trombisit 246000 (150.000-
450.00), hematocrit 42,6 % (37-47%), basophil 0,4 (0-1 %), eusionofil 1,9 (1-3%),
neutrophil 51,7 (50-79%), limfosit 40,4 (20-40%), monosit 50, 6 (2-8%). Ureum 43
mg/dl (15-41 mg/dl), Kreatinin 0,8 mg/dl (0,55-1,30 mg/dl), natrium 133 (135-145
mmol/L).
Terapi yang diberikan injeksi nevorapid 3x10 u, injeksi lantus 1x 20 u,
domperidone 3x1, lansoprazole 1x1, betahistamin 3x1.
Maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia

Untuk intervensi yang diberikan kepada pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa
darah adalah:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Monitor kadar glukosa darah
3. Monitor tanda dan gejala hperglikemia (mis, polipagi, polidipsi, poliuri,
kelemahan, pandangan kabur, sakit kepala)
4. Monitor intake dan output cairan.
5. Cek GDS
6. Konsultasi dengan tim medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
7. Anjurkan pasien kepatuhan terhadap diet dan olahraga
8. Ajarkan pasien dan keluarga untuk monitor kadar glukosa darah secara
mandiri saat dirumah.
9. Kolaborasi pemebrian insulin
10. Kolaborasi pemberian cairan IV
RESUME HIPERGLIKEMIA

Nama pasien : Tn. I Nama Presepte : Suci Desrianti, S.Kep

Ruangan : Mina Nim : 20501066

No. RM : 54-12-54

Seorang pasien laki-laik berinisial Tn.I berusia 23 tahun masuk ke Rumah


Sakit Ibnu Sina Pekanbaru ke IGD pada tanggal 19 Februari 2021. Pasien masuk
dengan keluhan sesak napas, batuk (+), nafsu makan menurun, badan tersa lemas,
mual (+), muntah (-). Pemeriksaan fisik di dapatkan TD: 110/198 mmHg, N: 99x/I,
RR: 24x/I, S: 36oC.

Hasil pengkajian pada tanggal 22 Februari 2021 di dapatkan pasien mengeluh


nyeri pada bagian dada, pasien mengatakan nyeri muncul tiba-tiba dan terasa kuat
pada saat batuk, nyeri terasa seperti menekan pada dada pasien mengeluh sulit tidur
di malam hari, sering terjaga saat tidur dan pasien tampak lemas. Pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran umum baik, GCS 15, TD: 120/80 mmHg, N: 90x/I, RR: 21x/I,
S: 36,5oC, Sao2: 98%.

Hasil pemeriksan analisa cairan pleura pada tanggal 20 Februari 2021 di


dapatkan hasil warna cairan kuning, kekeruhan positif, bekuan negative, PH 8,
Volume + 6 ml, tes rivalta positif, protein 4,9 g/dl, glukosa 100 mg/dl, albumin 3,6
g/dl, jumlah sel 1500/mm3, PMN 5%, MN 95%, kesan: berdasarkan kriteria light
cairan adalah eksudat. Pemeriksaan rontgen thorax di dapatkan hasil efusi pleura
sinistra.
Terapi yang diberikan lansoprazole 1x1, tuzalos 3x1, levofloxacin 250 1x1.
Maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (Efusi pleura)

Untuk intervensi yang diberikan kepada pasien dengan nyeri akut adalah:

1. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis, relaksasi
nafas dalam, terapi morrotal, hypnosis 5 jari)
5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri sperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
6. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
7. Ajarkan teknik non farmakologis untuk meredukasi nyeri seperti
menggunakan teknik napas dalam dan hypnosis 5 jari
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam memberikan obat analgesic

Anda mungkin juga menyukai