Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya sampaikan kepatada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmatnya saya bisa
menyelesaikan makalah tentang " Surveilans Campak " untuk memenuhi salah satu tugas Epidemiologi
Penyakit Menular

Selanjutnya saya menyadari jika dalam pembuatan makalah ini banyak berbagai pihak, yang
memberikan dukungan dan sambutan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik . Oleh
karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulisan menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Oleh karena ini dengan
segala kerendahan hati , kepada para pembaca kami mohon dapat menyampaikan Saran dan Kritik
untuk perbaikan selanjutnya

Kutacane,30 Oktober

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I

A. Latar belakang........................................................................................................1

B. Tujuan......................................................................................................................1

C. Manfaat...................................................................................................................1

BAB II

A. Epidemiologi campak..............................................................................................2

B. Surveilans Campak ..............................................................................................4

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.....................................................................................................................6

Saran................................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................6

BAB 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Kesehatan merupakan hal
mutlak yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa. Masalah kesehatan yang dihadapi dunia
antara lain adalah penyakit campak. Campak dan polio adalah penyakit yang sangat potensial untuk
menimbulkan wabah (Depkes RI, 2011). Hasil dari paparan World Health Organization (WHO)
menyebutkan, pada periode Januari hingga Juli 2011, tercatat ada 26 ribu kasus campak di 40 negara di
benua Eropa. Jumlah kasus yang berhasil terekam WHO itu, menunjukkan kasus campak di benua Eropa
meningkat 276 % dibandingkan periode yang sama pada 2007 lalu.Hingga saat ini Indonesia belum bisa
terlepas dari penyakit campak, data terakhir menunjukkan penyakit campak sebanyak 11.704 kasus
pada tahun 2011 (Dirjen P2PL, 2012).

Campak merupakan suatu infeksi penyakit akut yang menular , disebabkan oleh paramixovirus dengan
genus morbilivirus yang pada umumnya menyerang anak-anak (Julia andriani, 2009). Penyakit campak
termasuk penyakit yang sering menyerang anak-anak, karena itu penyakit akibat virus ini sering
disepelekan dan masyarakat kita masih berpikiran kalau anak kena campak adalah hal yang biasa dan
wajar (Soedjatmiko, 2011).

B. Tujuan

Surveilans campak bertujuan untuk mempelajari gambaran epidemiologi dari kasus campak sehingga
dapat diketahui:

1. Mengetahui siapa orang yang dapat terserang atau beresiko campak. 2.


Mengetahui tempat kejadian atau terjadinya campak 3.
Mengetahui waktu kejadian campak 4.Mengetahui faktor
resiko terjadinya campak.

C Manfaat

1. Sebagai ilmu pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan pembaca. 2.


Diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pekasanaan survilansepidemiologi campak. 3.
Dibuatnya makalah surveilans ini adalah sebagai tugas kelompok mata kuliah surveilans Epidemiologi.

BAB II

SURVEILANS EPIDEMIOLOGI CAMPAK A.


Epidemiologi Campak

a. Etiologi

Penyebab campak adalah Paramyxoviridae (RNA), jenis Morbillivirus yang mudah mati karena panas dan
cahaya. Hanya satu tipe antigen yang diketahui. Selama masa prodromal dan selama waktu singkat
sesudah ruam tampak, virus ditemukan dalam sekresi nasofaring, darah dan urin. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Virus campak dapat diisolasi dalam biakan
embrio manusia atau jaringan ginjal kera rhesus (Dirjen P2PL, 2008).

b. Cara dan Masa Penularan

Cara dan masa penularan campak adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008)

1. Penularan dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara terutama melalui
batuk, bersin atau sekresi hidung.

2. Masa penularan 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash, puncak penularan pada saat
gejala awal (fase prodromal), yaitu pada 1-3 hari pertama sakit.

c. Gejala dan tanda-tanda

Gejala dan tanda-tanda campak adalah sebaai berikut (Dirjen P2PL, 2008).

1. Panas badan biasanya > 38 derajat celcius selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih
gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair

2. Khas (Pathognomonis) ditemukan Koplik’s spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi
bagian dalam (mucosa bucal)

3. Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga pada tubuh berbentuk makulo papular
selama 3 hari atau lebih, beberapa hari (4-7 hari) keseluruh tubuh.

4. Bercak kemerahan makulo papular setelah 1 minggu sampai 1 bulan berubah menjadi kehitaman
(hiperpigmentasi) disertai kulit bersisik. Untuk kasus yang telah menunjukkan hiperpigmentasi
(kehitaman) perlu dilakukan anamnesis dengan teliti, dan apabila pada masa akut (permulaan sakit)
terdapat gejala-gejala tersebut di atas maka kasus tersebut termasuk kasus campak klinis.

d. Komplikasi

Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan
penderita dewasa usia >20 th. Kasus campak pada penderita malnutrisi dan defisiensi Vitamin A serta
imun defisiency (HIV), campak dapat menjadi lebih berat atau fatal. Komplikasi yang sering terjadi yaitu
Diare, Bronchopneumonia, Malnutrisi, Otitis media, Kebutaan, Encephalitis, Measles encephalitis hanya
1/1000 penderita campak, Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE), hanya 1/100.000 penderita
campak, Ulkus mucosa mulus (Dirjen P2PL, 2008).

e. Penyebab kematian

Kematian penderita campak umumnya disebabkan karena komplikasinya, seperti : Bronchopneumonia,


Diare berat dan gizi buruk serta penanganan yang terlambat (Dirjen P2PL, 2008).

f. Diagnosa banding
Diagnosa banding penyakit campak adalah sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008).

1. Rubella (campak Jerman), terdapat pembesaran kelenjar getah bening di belakang telinga.

2. DHF atau DBD, dalam 2-3 hari bisa terjadi mimisan, turniket test (Rumple Leede) positip, perdarahan
diikuti shock, laboratorium menunjukkan trombosit <100.000/ml dan serologis positif DHF (spesimen
akut dan spesimen penyembuhan)

3. Cacar air (varicella), ditemukan vesikula atau gelembung berisi cairan 4. Allergi obat, kemerahan di
tubuh setelah minum obat/disuntik, disertai gatal-gatal.

g. Patogenesis

Campak adalah penyakit infeksi sistemik yang dimulai infeksi pada bagian epitel saluran pernafasan di
nasopharing. Virus campak dikeluarkan dari nasopharing mulai dari masa prodromal sampai 3 -4 hari
setelah rash (Dirjen P2PL, 2008).

h. Imunitas

Infeksi alami karena infeksi penyakit campak cenderung menimbulkan antibody lebih baik disbanding
antibody yang terbentuk karena vaksinasi campak. Stelah terjadi infeksi virus, maka terjadi respon
seluler segera yang kemudian diikuti oleh respon imunitas pada saat timbulnya rash. Bila seorang anak
tidak terdeteksi adanya titer antibody campak, maka anak tersebut kemungkinan masih rentan.
Penyembuhan terhadap penyakit campak tergantung kepada kemampuan respon dari T-Cell yang
adekuat (Dirjen P2PL, 2008).

B. Surveilans Campak

a. Defenisi kasus campak

Definisi Kasus Campak yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi nasional adalah sebagai
berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

 Kasus klinis

Demam, bercak merah berbetuk mokulopapular dan satu atau lebih gejala berikut : Batuk, pilek atau
mata merah (conjunctivitis) atau didiagnosa oleh dokter sebagai kasus campak  Kasus
konfirmasi

Pasti secara laboratorium : Kasus campak klinis yang telah dilakukan konfirmasi laboratorium dengan
hasil positif campak.

Pasti secara epidemiologi : Semua kasus klinis yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus
yang pasti secara laboratorium.

Bukan kasus campak (Discarded) : Kasus tersangka campak , yang setelah dilakukan pemeriksaan
laboratorium, hasilnya negatif.
b. Kematian campak

Kematian campak adalah kematian dari seorang penderita campak pasti (klinis, laboratorium maupun
epidemiologi) yang terjadi dalam 30 hari setelah timbul rash, bukan disebabkan oleh hal-hal lain seperti :
trauma atau penyakit kronik yang tidak berhubungan dengan komplikasi campak (Dirjen P2PL, 2008).

c. Daerah resiko campak

Daerah risiko tinggi campak yaitu daerah yang berpotensi terjadinya KLB campak, dilihat dari (Dirjen
P2PL, 2008) :

 Daerah dengan cakupan imunisasi rendah (< 80%)  Lokasi yang padat dan kumuh antara lain
pengungsian  Daerah rawan gizi

 Daerah sulit dijangkau atau jauh dari pelayanan kesehatan  Daerah dimana budaya masyarakatnya
tidak menerima imunisasi

d. Kegiatan surveilans campak

Kegiatan surveilans Campak yang digunakan dalam sistem surveilans epidemiologi nasional adalah
sebagai berikut (Dirjen P2PL, 2008) :

 Tingkat Puskesmas

Pengumpulan data dari puskesmas, pembantu, praktek dokter,bidan, perawat dan pelayanan kesehatan
swasta lainnya, masyarakat/Posyandu maupun petugas desa siaga. Setelah dilaksanakan pengumpulan
data lalu dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

 Tingkat Rumah Sakit

Kegiatan surveilans campak di RS lebih ditekankan pada penemuan kasus secara aktif. Setiap hari
petugas kesehatan di bangsal dan poliklinik anak memeriksa adanya kasus maupun kematian campak.
Perlu diingat bahwa kematian akibat campak sebagian besar disebabkan oleh komplikasi terutama
broncho pneumonia, diare dan encephalitis. Setelah penemuan kasus lalu dilakukan pencatatan dan
pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

lalu dilakukan pencatatan dan pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

e. KLB Campak

Penyelidikan KLB campak bertujuan untuk mengetahui gambaran epidemiologi KLB berdasarkan waktu
kejadian, umur dan status imunisasi penderita, sehingga dapat diketahui luas wilayah yang terjangkit
dan kelompok yang teresiko. Disamping itu juga untuk mendapatkan faktor risiko terjadinya KLB
sehingga dapat dilakukan tindak lanjut.

Suatu kondisi dinyatakan sebagai KLB campak apabila terdapat kasus campak di suatu wilayah yang
melebihi dari kondisi biasa, seperti meluasnya wilayah yang terjangkit dan meningkatnya jumlah
populasi yang terserang, atau adanya kematian karena campak atau jika ada 5 kasus dalam satu wilayah
puskesmas dalam kurun waktu 4 minggu (tidak cluster) maka harus diambil spesimennya untuk
membuktikan apakah merupakan kasus campak atau bukan (Dirjen P2PL, 2008)

f. Penanggulangan campak

Langkah-langkah penanggulangan campak dalam sistem surveilans epidemiologi nasional adalah sebagai
berikut (Dirjen P2PL, 2008).

Langkah-langkah penanggulangan :

 Tata laksana kasus adalah kegiatan yang meliputi pengobatan penderita yang tidak komplikasi,
pemberian vitamin A, pengobatan Komplikasi di puskesmas (antibiotik ), apabila keadaan penderita
cukup berat, segera rujuk ke rumah sakit.

 Imunisasi

Respon imunisasi pada KLB campak dapat dilakukan seperti berikut, sesuai situasi :

- Imunisasi selektif, dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi rutin di desa terjangkit dan sekitarnya,
upayakan cakupan 100 % dan melakukan imunisasi campak kepada seluruh anak usia 6 bl – 5 th yang
tidak mempunyai riwayat imunisasi campak yang berkunjung ke puskesmas maupun posyandu hingga 1
bulan dari kasus terakhir.

- Pemberian imunisasi campak masal : yaitu memberikan imunisasi campak secara masal kepada seluruh
anak pada golongan umur tertentu tanpa melihat status imunisasi anak tersebut. Pelaksanaan imunisasi
masal ini harus dilaksanakan sesegera mungkin, sebaiknya pada saat daerah tersebut diperkirakan
belum terjadi penularan secara luas. Selanjutnya cakupan imunisasi rutin tetap dipertahankan tinggi dan
merata.

 Penyuluhan

- Masyarakat diingatkan akan bahaya penyakit campak dan pentingnya imunisasi dan makanan cukup
gizi.

- Segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan bila ada gejala panas.

BAB III

PENUTUP A.
Kesimpulan

* Sebagian besar penderita campak akan sembuh, komplikasi sering terjadi pada anak usia < 5 tahun dan
penderita dewasa usia >20 th Campak dapat menyerang semua golongan umur, namun resiko campak
lebih besar pada anak usia < 5 tahun dan penderita dewasa usia >20 th.
*Campak dapat terjadi dimana saja, mamun campak mempunyai resiko lebih besar terjadi pada daerah
yang cakupan imunisasi rendah (< 80%), daerah kumuh atau pengungsian, daerah yang rawan gizi,
daerah sulit dijangkau dari pelayanan kesehatan dan daerah yang masyarakatnya tidak menerima
imuisasi.

*Waktu terjadinya campak dapat terjadi kapan saja, tidak bergantung musim.

B. Saran *Masyarakat harus


memberi imunisasi pada anaknya. * Masyarakat harus
menjaga gizi anak. * Masyarakat harus menjaga
kesehatan lingkungannya dan kebersihan dirinya

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011). Pedoman Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak
dan Polio. Dirjen P2PL, Jakarta Dirjen P2PL (2008). Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Sub Direktorat
Surveilans Epidemiologi, Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai