Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.

K
DENGAN HIPERTENSI

(Studi Kasus di Kecamatan Sukun Wilayah Kerja Puskesmas Janti)

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah


Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :
FENIA NOMI HANDANI
2021104601011055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Karya Ilmiah Akhir Ners : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. K
Dengan Hipertensi (Studi Kasus Di Kecamatan
Sukun Wilayah Kerja Puskesmas Janti)
Nama lengkap : Fenia Nomi Handani

NIM : 202110461011055

Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Malang

Alamat Rumah dan No Tel./HP : 085746566812

Alamat email : Nomihandanifenia@gmail.com

Dosen Pembimbing : Anggraini Dwi Kurnia, MNS

NIP.UMM : 114.13120.523

Menyetujui, Malang, Mei 2021

Ketua Program Studi Profesi Ners


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang Dosen Pembimbing I

(Sunardi S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Anggraini Dwi Kurnia, MNS)


NIP.UMM. 112.0508.0425 NIP.UMM. 114.13120.523

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. K Dengan Hipertensi


(Studi Kasus Di Kecamatan Sukun Wilayah Kerja Puskesmas
Janti)

Disusun oleh :
Fenia Nomi Handani
202110461011055

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji


dalam ujian sidang tanggal: xxxxxxxxx dan telah diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk meraih gelar NERS pada Program Studi
Profesi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah Malang

DEWAN PENGUJI

Penguji 1: ( )
NIP-UMM.

Penguji 2: ( )
NIP-UMM.

Penguji 3: Anggraini Dwi Kurnia, MNS ( )


NIP-UMM. 114.13120.523
Ditetapkan di Malang, Tanggal:

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Malang

Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom


NIP-UMM. 112.0309.0405

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami mahasiswa pendidikan
profesi ners Universitas Muhammadiyah Malang dapat menyelesaikan tugas
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN).
Kami menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan,
arahan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep, Sp.Kom. Selaku Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Sunardi S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku Kepala Prodi pendidikan Profesi
Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Anggraini Dwi Kurnia, MNS Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
sabar memberikan dorongan, masukan, motivasi, serta memberikan dukungan
untuk mengerjakan KIAN ini.
4. Terimakasih kepada kedua orangtua saya dan saudara saudara saya yang
selalu memanjatkan do’a, memberi dukungan dan memberi semangat kepada
saya
5. Teman-teman Ners angkatan 24 yang selalu memberikan motivasi dan
semangat dalam mengerjakan KIAN.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritikan yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi masyarakat dan dunia kesehatan khususnya dibidang keperawatan.
Malang, 11 Mei 2022

PENULIS

iv
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. K Dengan Hipertensi (Studi Kasus
Di Kecamatan Sukun Wilayah Kerja Puskesmas Janti)
1 2
Fenia Nomi Handani , Anggraini Dwi Kurnia

Latar Belakang : Orang lanjut usia (lansia) adalah orang yang berusia di atas 60
tahun. Orang yang lebih tua lebih rentan terhadap penyakit terkait proses penuaan
seperti tekanan darah tinggi. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah penulis
mampu memahami konsep penyakit Hipertensi dan mampu memberikan Asuhan
Keperawatan Gerontik Pada Ny. K Dengan Hipertensi.

Metode : KIA-N menggunakan desain penelitian studi kasus untuk mendalami


masalah asuhan keperawatan gerontik Ny. K. Studi kasus ini merupakan
rangkaian proses keperawatan geontik dari pengkajian, menganalisa data,
intervensi keperawatan, implementasi serta evaluasi. Pengumpulan data yang di
dapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan observasi.

Hasil : Hasil dari pengkajian didapatkan 3 diagnosa keperawatan yaitu, Nyeri


Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan berhubungan dengan kontrol tekanan darah dan pola tidur
bd kurang kontrol tidur. rencana keperawatan yang diangkat adalah manajemen
nyeri, edukasi proses penyakit dan dukungan tidur. materi penyuluhan tentang
lembar leaflet penyakit hipertensi, teknik relaksasi benson, dan rendam kaki
dengan air hangat. Dengan hasil intervensi semua masalah teratasi.

Diskusi : Relaksasi benson mampu menurunkan tingkat nyeri dikarenakan,


prinsip rendam air hangat adalah konduksi panas atau perpindahan panas dari air
ke tubuh. Dapat meningkatkan elastisitas, melebarkan tekanan darah tepi dan
aliran darah, dan meredakan ketegangan otot. Berendam dalam air hangat
menyebabkan vasodilatasi arteriol, mengurangi resistensi perifer, mengurangi
beban pada jantung, dan menurunkan tekanan darah penurunan terhadap konsumsi
oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga menimbulkan
perasaan tenang dan nyaman

Kata kunci : Asuhan Keperawatan Gerontik, Hipertensi, Lansia


1
, Mahasiswa Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Malang
2
, Dosen Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Malang

v
ABSTRACT
Gerontic Nursing Care for Mrs. K with Hypertension (Case Study in Sukun
District, Janti Health Center Working Area)
1 2
Fenia Nomi Handani , Anggraini Dwi Kurnia

Background : Elderly people (elderly) are people who are over 60 years old.
Older people are more prone to diseases related to the aging process such as high
blood pressure. The purpose of writing this scientific paper is that the author is
able to understand the concept of hypertension and is able to provide gerontic
nursing care for Ny. K With Hypertension.

Methods : KIA-N uses a case study research design to explore the problem of
gerontic nursing care for Ny. K. This case study is a series of geonetic nursing
processes from assessment, data analysis, nursing interventions, implementation
and evaluation. Collecting data obtained from anamnesis, physical examination
and observation.

Results : The results of the study obtained 3 nursing diagnoses, namely, Acute
Pain associated with physiological injury agents, readiness to improve health
management related to blood pressure control and sleep patterns related to lack of
sleep control. The nursing plans adopted are pain management, disease process
education and sleep support. counseling materials about hypertension leaflets,
Benson relaxation techniques, and foot soaks in warm water. With the results of
the intervention all problems were resolved.

Discussion : Benson relaxation can reduce pain level because, the principle of
warm water immersion is heat conduction or heat transfer from water to the body.
It can increase elasticity, widen peripheral blood pressure and blood flow, and
relieve muscle tension. Soaking in warm water causes arteriolar vasodilation,
reduces peripheral resistance, reduces the burden on the heart, and lowers blood
pressure, decreases oxygen consumption by the body and relaxes the muscles of
the body, causing a feeling of calm and comfort.

Keywords: Gerontic Nursing Care, Hypertension, Elderly

,1Student Of Nursing Program, Faculty Of Health Sciences, University Of


Muhammadiyah Malang
,2Lecturer Of Nursing Study Program, Faculty Of Health Sciences, University Of
Muhammadiyah Malang

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................II
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................III
KATA PENGANTAR...........................................................................................IV
ABSTRAK..............................................................................................................V
ABSTRACT...........................................................................................................VI
DAFTAR ISI........................................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................X
DAFTAR TABEL..................................................................................................XI
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................XII
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 PERUMUSAN MASALAH.................................................................................3
1.3 TUJUAN PENELITIAN......................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................3
1.4 MANFAAT PENULISAN...................................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................................................4
BAB II......................................................................................................................6
2.1 KONSEP LANSIA.............................................................................................6
2.1.1 Definisi...................................................................................................6
2.1.2 Batasan-batasan lanjut usia....................................................................6
2.1.3 Perubahan fisiologis pada lansia............................................................6
2.2 KONSEP HIPERTENSI.....................................................................................10
2.2.1 Pengertian Hipertensi............................................................................10
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi............................................................................10
2.2.3 Jenis Hipertensi.....................................................................................11
2.2.4 Manifestasi Klinis.................................................................................11
2.2.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi...........................................................12
2.2.6 Patofisiologi Hipertensi.........................................................................14

vii
2.2.7 Pathway Hipertensi...............................................................................15
2.2.8 Komplikasi Hipertensi..........................................................................16
2.2.9 Cara Pencegahan Hipertensi.................................................................17
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang......................................................................17
2.2.11 Penatalaksanaan Hipertensi.................................................................17
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI...............................................18
2.3.1 Pengkajian.............................................................................................18
2.3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................19
BAB III..................................................................................................................20
3.1 PENGKAJIAN................................................................................................20
3.2 ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................21
3.3 RENCANA KEPERAWATAN...........................................................................22
3.4 IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN....................................................23
3.5 EVALUASI....................................................................................................24
BAB IV..................................................................................................................26
4.1 ANALISA PROFIL PELAYANAN.....................................................................26
4.2 ANALISA MASALAH KEPERAWATAN...........................................................27
4.3 ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................27
4.4 REKOMENDASI TERAPI ATAU INTERVENSI LANJUTAN YANG DAPAT DI
LAKUKAN...........................................................................................................28
4.4.1 Warm Water Foot Soak.........................................................................28
4.4.2 Terapi Relaksasi Benson.......................................................................29
BAB V....................................................................................................................30
5.1 KESIMPULAN...............................................................................................30
5.2 SARAN.........................................................................................................31
5.2.1 Bagi Pasien............................................................................................31
5.2.2 Bagi Perawat.........................................................................................31
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan......................................................................31
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya......................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Hipertensi...........................................................................15

ix
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII...........................................10

TABEL 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO...............................................11

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Pengkajian..................................................................................35

LAMPIRAN II : Dokumentasi.............................................................................60

LAMPIRAN III : Leaflet Hipertensi....................................................................61

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal, yaitu
peningkatan tekanan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik sekitar 90 mmHg (Setiati & Rahayu, 2017). Tekanan darah tinggi
merupakan masalah yang harus diwaspadai, karena tidak ada tanda-tanda
khusus dari tekanan darah tinggi dan beberapa orang masih merasa sehat
untuk melakukan aktivitas normal (Kendu et al., 2021). Hal ini membuat
tekanan darah tinggi menjadi silent killer. Jika gejala Anda memburuk, Anda
akan melihat tekanan darah tinggi dan menghubungi pusat kesehatan
(Permatasari, 2018).
Gejala yang biasa dilaporkan oleh penderita hipertensi antara lain sakit
kepala, pusing, lemas, malaise, sesak napas, gelisah, mual, muntah, mimisan,
dan penurunan kesadaran (Nurafif & Kusuha, 2016). Tekanan darah tinggi
disebabkan oleh efek dari faktor risiko. Faktor risiko yang menyebabkan
tekanan darah tinggi adalah usia, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetika,
stres, asupan garam, merokok, pola olahraga, penyakit ginjal, dan diabetes
(Arafah et al., 2019).
Orang lanjut usia (lansia) adalah orang yang berusia di atas 60 tahun.
Orang yang lebih tua lebih rentan terhadap penyakit terkait proses penuaan
seperti tekanan darah tinggi (Khofifah, 2016). Menurut WHO (2019), yang
disebut lansia dikatakan berusia 60 tahun. Klasifikasi lanjut usia dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu kelompok lansia awal dengan usia 55-64 tahun,
yang kedua adalah kelompok lansia dengan usia 65-69 Tahun dan kelompok
lansia berisiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 Tahun. Pada lansia terjadi
gangguan fungsi fisik salah satunya gangguan fungsi vaskuler. Penyakit yang
umum terjadi pada lansia disebabkan oleh penurunan fungsi pembuluh
darah, seperti tekanan darah tinggi dan tekanan darah tinggi. Hipertensi
merupakan penyakit degeneratif dengan tingkat morbiditas dan mortalitas
tinggi (Amri, 2019).

1
2

Hipertensi adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan tekanan


darah arteri sistemik baik sistol maupun diastol. Seiring bertambahnya usia
manusia, terjadi proses penuaan degeneratif yang mempengaruhi perubahan
pada tubuh manusia, tidak hanya mengalami perubahan fisik, kognitif,
emosional, dan sosial, tetapi juga perubahan seksual (Permatasari, 2018).
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2020), hampir 1,56 miliar
orang di seluruh dunia menderita tekanan darah tinggi, yang merupakan
penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Di Indonesia, berdasarkan
data Riskesdas (Kemenkes RI, 2018), prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 34,1%. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2018, prevalensi Jawa Timur sebesar 22,71% atau sekitar 2.360.592, dengan
laki-laki 18,99% (penduduk 808.009) dan perempuan 18,76% (1.146.412).
Menurut data tahun 2020, penyakit terbanyak di Puskesmas Janti tahun 2021
adalah hipertensi, dengan prevalensi 3563 Kasus.
Tekanan darah tinggi pada lansia mempengaruhi kualitas hidup
terutama aktivitas fisik mempengaruhi kualitas hidup pada lansia yang
nantinya dapat mempengaruhi hubungan sosial dan psikologis lansia (Wulan
& Zafirah, 2016). Salah satu cara untuk mencegah komplikasi pada lansia
adalah pengetahuan tentang tekanan darah tinggi. Pada penelitian ini terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan lansia tentang hipertensi
dengan sikap menghindari komplikasi (Rahmawati et al., 2020). Penelitian
lain menemukan bahwa jika hipertensi pada lansia tidak segera ditangani
maka akan terjadi komplikasi seperti stroke dan terdapat hubungan yang
signifikan antara tekanan darah tinggi dengan kejadian stroke pada lansia
(Hidayat et al., 2021).
Pencegahan hipertensi diperlukan untuk menurunkan mortalitas dan
morbiditas. Dengan cara meningkatkan kesadaran umum dan pola perilaku
untuk gaya hidup yang lebih sehat melalui pengurangan asupan garam dan
diet rendah garam, olahraga teratur dan kepatuhan minum obat, serta
pemantauan rutin (Suprayitno & Corry, 2020). Perawatan untuk tekanan
darah tinggi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dengan pendekatan
pengobatan nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologi untuk
3

menjaga kestabilan tekanan darah antara lain menghindari makanan cepat


saji, mengurangi konsumsi lemak jenuh, menghindari atau meminimalkan
penggunaan bahan pengawet dalam makanan, mengurangi konsumsi kopi dan
tembakau, Meliputi olahraga teratur dan menghindari faktor risiko dari pola
makan (Kandarini, 2017). Penatalaksanaan farmakologis diberikan melalui
konsumsi obat antihipertensi, dimulai dari satu obat atau kombinasi obat
sampai tekanan darah masuk dalam kategori normal (Yulanda & Lisiswanti,
2017).
Ny. K berusia 70 tahun termasuk kategori jenis lansia old , beralamat
tempat tinggal di kecamatan sukung gang 6 kota malang. Ketika saat
pengkajian keadaan umum pasien cukup dengan kesadaran compos mentis,
keluhan pasien saat ini adalah nyeri sendi pada kaki kanan dan kiri dirasakan
setelah melakukan aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
dan nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi
selama 3 tahun dan pasien rutin untuk minum obat darah tinggi serta rutin
periksa ke Puskesmas, pasien juga memiliki riwayat penyakit asam urat
kurang lebih 2 tahun yang lalu. Tanda tanda vital pasien saat pengajian
dengan tekanan darah 150/98x/menit, nadi 79 x/menit, respiration rate
20x/menit, suhu badan 36,7oC dengan tinggi badan 64Kg dan tinggi 156cm
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas tentang
banyaknya penderita Hipertensi terjadi di Indonesia terutama di Jawa Timur
dapat dirumuskan permasalahan yaitu: “Bagaimana Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Ny. K Dengan Hipertensi Di Kecamatan Sukun Wilayah Kerja
Puskesmas Janti?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah penulis mampu memahami
konsep penyakit Hipertensi dan mampu memberikan Asuhan Keperawatan
Gerontik Pada Ny. K Dengan Hipertensi
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah teridentifikasi:
4

1. Gambaran pengkajian keperawatan gerontik pada Ny. K dengan


Hipertensi
2. Diagnosa keperawatan gerontik pada Ny. K dengan Hipertensi
3. Rencana asuhan keperawatan gerontik pada Ny. K dengan Hipertensi
4. Tindakan keperawatan keperawatan gerontik pada Ny. K dengan
Hipertensi
5. Evaluasi dan dokumentasi dari implementasi yang telah dilakukan
kepada keluarga Ny. K
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk peneliti lain
yang serupa pada klien Hipertensi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Karya ilmiah ini di harapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan keilmuan bagi perawat dan memberikan asuhan keperawatan
pasien dengan hipertensi.
1. Manfaat Pelayanan Keperawatan Dan Kesehatan
Karya ilmiah ini di harapkan dapat menjadi informasi bagi bidang
keperawatan gerontik dan pelayanan kesehatan di puskesmas terkait
intervensi keperawatan yang dapat di lakukan untuk menyelesaikan
masalah lansia yang mengalami masalah kesehatan. Selain itu, di harapan
karya ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi bidang keperawatan dan
pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan intervensi yang telah di
lakukan menjadi kegiatan rutin bagi lansia yang saat ini sedang
mengalami hipertensi
2. Manfaat Intitusi Pendidikan
Karya ilmiah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan
keperawatan gerontik maupun bagi penelitian selanjutnya. Bagi
pendidikan karya ilmiah ini dapat di jadikan sebagai dasar untuk
pengembangan ilmu mengenai intervensi keperawatan pada lansia
dengan hipertensi. Selain itu, juga dapat di jadikan sumber intervensi
5

yang telah di lakukan sebagai salah satu pemecah masalah pada saat
perawatan hipertensi pada lansia
3. Bagi Pasien Dan Keluarga
Karya tulis ini di harapkan kepada pasien dan keluarga dapat mengetahui
tentang cara pemeliharaan kesehatan serta perawatan pada lansia yang
sakit dengan benar dan memberikan dukungan keleuarga untuk
mendapatkan peleyanan keperawatan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
memepertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Khofifah, 2016). Proses
menua merupakan proses terus menerus atau berkelanjutan secara alamiah.
Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya.
Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia atau masih muda tapi
kekurangan kekurangannya menonjol (Sopyanti et al., 2019).
2.1.2 Batasan-batasan lanjut usia
Menurut World Health Organitation (2019) lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
2.1.3 Perubahan fisiologis pada lansia
Perubahan fisiologis pada lansia terjadi dalam beberapa anggota
tubuh diantaranya adalah (Khofifah, 2016) :
1. Sel : Lebih sedikit jumlanya, Lebih besar ukurannya, Berkurangnya
cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, Meurunya proporsi
protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, Jumlah sel otak meurun,
Tergangungya mekanisme perbaikan sel, Otak menjadi atrofi beratnya
berkurang 5-20%.
2. Sistem Cardiovaskuler: Elastisitas dinding aorta menurun, Katup
jantung menebal dan menjadi kaku, Kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% setiap tahunya sesudah berumur 20 tahun, hal ini

6
menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya,
Kehilangan

7
8

elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah


perifer untuk oksigenasi, Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer: sistolis normal ± 170 mmHg,
distolis normal ± 90 mmHg.
3. Sitem Pernafasan : Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan
menjadi kaku, Menurunya aktivitas dari silia, Paru-paru kehilangan
elastisitas, Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang, Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,
Karbondioksida pada arteri tidak berganti, Kemampuan utuk batuk
berkurang, Kemampuan pegas, dinding , dada, dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.
4. Sistem Persarafan: Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang
sel saraf otaknya dalam setiap harinya, Cepat menurunya hubungan
persarafan, Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress, Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya
penglihatan, berkurangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman
dan perasa, lebih sensitive terhadap perubhan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin, Berkurangnya sensitivue terhadap sentuhan.
5. Sistem Gastrointsetinal: Kehilangan gigi: penyebab utuama adanya
periodontal Disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tuahun, penyebab
lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yanuug buruk, Indra
pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dan selaput lendir, atropi
indra pengecauup (±80%), hilangnya sensifitas dari indra pengecap di
lidah teruutama rasa manis bdan asin, hilangnya sensifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam, pahit, Esofagus melebar, Lambung:
rasa lapar menurun (sensivitas lapar menurun), asam lambung lambung
meunurun, waktu mengosongkan menurun, Peristaltic lemah dan
biasanya timbul konstipasi, Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi
terganggu), Liver: makin mengecil dan menurunya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
6. Sistem Genitourinaria: Ginjal, merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh melalui urin darah yang masuk ke ginjal disaring
9

oleh satuan (unit) terkecildari ginjal yang disebut nefron. Kemudian


mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya
kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria
(biasanya +1) BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningtkat, Vesika Urinaria, otot-
otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah
di kosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan
meningkatnya retensi urin, Pembesaran prostat ±75% dialami oeloh pria
usia diatas 65 tahun.
7. Sistem Endokrin : Produksi dari semua hormone menurun, Fungsi
parathyroid dan sekresinya tidak berubah, Pituitary pertumbuhan
hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh darah,
berkurangnya produksi dari ACTH (Adrenocortikotropic Hormone),
Menurunya aktivitas tiroid, menurunya BMR (Basal Metabolic Rate),
dan menurunya daya pertukaran zat, Menurunya produksi aldosterone,
Menurunya seksresi hormone kelamin, misalnya: progesterone,
estrogen, dan testosteron.
8. Sistem indera:
a) Sistem pendengaran, Presbiakusis (gangguan pendengaran).
Hilangnya kemampuan atau daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun, Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis, Terjadinya pengumpulan cerumen dapat
mengeraskarena meningkatnya keratin, Pendengaran menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketenggangan jiwa atau stress
b) Sistem Penglihatan, Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangya
respon terhadap sinar, Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan,
Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
10

kegelapan, lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap,


Hilangnya daya akomodasi, Menurunya lapang panndang,
Menurunnya daya membedakan warna biru/hijau pada skala.
c) Sistem Peraba Indra peraba memberikan pesan yang paling inti dan
yang paling mudah untuk menterjemahkan. Biola indra lain hilang,
rabaan dapt mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun reseptor lain
akan menumpul dengan bertambahnya usia, namun tidak pernah
hilang
d) Sistem Pengecap Empat rasa dasar yaitu manis, asam. Asin, pahit.
Diantara semuanya, rasa manis yang paling tumpul pada lansia.
Maka jelas bagi kita mengapa mereka senang membubuhkan gula
secara berlebihan. Rasa yang tumupul menyebabkan kesukaan
terhadap makanan yang asin dan banyak berbumbu
9. Sitem integumen : Kulit mengkerut dan keriput akbita hilangnya
jaringan lemak, Permukaan kulit kasar dan bersisik, Menurunnya
respon terhadap trauma, Mekanisme proteksi kulit menurun, Kulit
kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, Rambut dalam hidung dan
telinga menebal, Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya
cairan dan vaskularisasi, Pertumbuhan kuku lebih lambat, Kuku jari
menjadi keras dan rapuh, Kuku kaki tumbuh secara berlebihan,
Kelenjar keringat berkurang jumlahnya, Kuku menjadi pudar dan
kurang bercayaha
10. Sistem Muskuloskeletal: Tulang kehilangan density (cairan) dan makin
rapuh dan osteoporosis, Kifosis, Pinggang, lutut, dan jari-jari
pergelangan terbatas, Discus intervertebalis menipis dan menjadi
pendek (tingginya berkurang), Tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, Persendian membesar dan menjadi kaku, Serabut otot
mengecil, Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
11. Sistem reproduksi dan seksualitas : Vagina Seseorang yang makin
menua sexual intercourse masih membutuhkannya, tidak ada batasan
umur tertentu. Fungsi seksual berhenti, frekuensi sexual intercourse
cenderung menurun secara bertahap setiap tahun tetapi kapasitas untuk
11

melakukan dan menikmatiterus berjalan sampai tua, Mengecilnya ovary


dan uterus, Atrofi payudara, Pada laki-laki testis masih menghasilkan
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur, Dorongan
seksualitas menetap sampai usia di atsa 70 tahun (asal kondisi
kesehatan baik), Produksi estrogen pada progesterone oleh ovarium
menurun saat menopause. Perubahan yang terjadi pada sistem
reproduksi wanita meliputi penipisan dinding vagina, mengakibatkan
kekeringan, gatal, dan menurunya keasaman vagina. Pada pria lansia
penis dan tetis menurun ukurannya dan kadar androgen berkurang
2.2 Konsep Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kelainan sistem sirkulasi darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan
darah ≥140/90 mmHg (Jumraini et al., 2019). Hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan (Arifin & Mustofa, 2021).
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada
masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala penyakit hipertensi adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, vertigo,
jantung berdebar-debar, mudah Ielah, penglihatan kabur, telinga berdenging
(tinnitus), dan mimisan (Suprayitno & Huzaimah, 2020). Menurut WHO,
hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (WHO, 2020).
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi
Menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure (JNC VII) (Nurafif &
Kusuha, 2016) hipertensi diklasifikasikan seperti berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII
Tekanan Darah Tekanan Darah
Klasifikasi Darah Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
12

Hipertensi stage 1 140-159 90-99


Hipertensi stage 2 >160 >100
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society
of Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Tekanan
Tekanan darah
Kategori darah
diastol (mmHg)
sistol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
2.2.3 Jenis Hipertensi
Menurut nurhadi (Nurafif & Kusuha, 2016), berdasarkan etiologinya
hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi
yang tidak jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya
peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi.
Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini.
Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik, gaya hidup,
dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit sistemik lain yaitu, seperti renal arteri stenosis,
hyperldosteronism, hyperthyroidism, pheochromocytoma, gangguan
hormone dan penyakit sistemik lainnya. (Herbert Benson, 2017).
2.2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Hipertensi tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi (Nurafif & Kusuha, 2016):
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
13

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang sering muncul
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun
2.2.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
Menurut WHO (WHO, 2019), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi
2 kelompok, yaitu:
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a) Riwayat Keluarga Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah,
ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan
hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b) Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.
Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan
pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c) Jenis Kelamin Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria
daripada wanita.
d) Ras/etnik Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar
negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
14

a) Merokok Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi


karena dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh
darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah
yang lebih tinggi.
b) Kurang aktifitas fisik Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk
penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat
menyebabkan kematian secara global.
c) Konsumsi Alkohol Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan
karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah
menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat
lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi. Maka dapat
disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah.
d) Kebiasaan minum kopi Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit
jantung koroner, termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar
kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol,
kalium, dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan
tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja
dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang berasal dari
reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan
tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam
5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam.
e) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam Garam
merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah,
natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh
yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih
15

dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga


menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f) Kebiasaan konsumsi makanan lemak Menurut, lemak didalam
makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan
kholesterol darah, terutama lemak hewani yang mengandung lemak
jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi
penyakit hipertensi.
2.2.6 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi dikaitkan dengan penebalan dinding pembuluh darah dan
hilangnya elastisitas dinding arteri. Hal ini menyebabkan resistensi perifer
akan meningkat sehingga jantung akan memompa lebih kuat untuk
mengatasi resistensi yang lebih tinggi (Suprayitno & Huzaimah, 2020).
Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal akan
menurun. Selain itu juga terjadinya mekanisme yang mengontrol konstriksi
dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut
ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen (Nurafif & Kusuha, 2016).
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat 22 sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Kandarini, 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
16

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang


mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi. Untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, 23 aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Nurafif & Kusuha, 2016)
2.2.7 Pathway Hipertensi
Gambar 2.1 Pathway Hipertensi
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang
olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak
17

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/leher belakang

Nyeri Akut

2.2.8 Komplikasi Hipertensi


Komplikasi Hipertensi Menurut WHO (2018) komplikasi dari
hipertensi adalah:
1) Stroke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area
tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh
tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka
kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke
unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik
dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui
urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga
terjadi edema pada penderita hipertensi kronik.
4) Ensefalopati
18

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi


yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian.
2.2.9 Cara Pencegahan Hipertensi
a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi keturunan
(Nurafif & Kusuha, 2016)
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
c. Glukosa: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat di
akibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan adanya DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
a. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
b. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal,
perbaikan ginjal.
c. Foto Rongten dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area
katup, pembesaran jantung (Nurafif & Kusuha, 2016)
2.2.11 Penatalaksanaan Hipertensi
a) Penanganan secara farmakologi
19

Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan


penghambat konversi rennin angiotensin. (Nurafif & Kusuha, 2016)
b) Penanganan secara non-farmakologi
a. Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi
darah, dan inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan
meningkatkan keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih
nyenyak dan sebagai pengobat nyeri secara non-farmakologi.
b. Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
c. Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
d. Mengurangi asupan natrium.
e. Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol .
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi
Menurut Amin dan Hardi (Nurafif & Kusuha, 2016) asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi meliputi:
2.3.1 Pengkajian
a) Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, antara lain: kegemukan,
riwayat keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok sigaret
berat, penyakit ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan.
b) Aktivitas/ Istirahat, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton. Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
c) Sirkulasi, gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda:
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
d) Integritas Ego, gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
20

e) Eliminasi, gejala: gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
f) Makanan/cairan, gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir-akhir ini (meningkat/turun) dan riwayat penggunaan diuretik.
Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
g) Neurosensori, gejala: keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, sub oksipital (terjadi saat bangun dan menghilangkan secara
spontan setelah beberapa jam), gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur, epistakis). Tanda: status mental, perubahan
keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan
kekuatan genggaman tangan.
h) Nyeri/ketidak nyamanan, gejala: angina (penyakit arteri koroner/keter
lambatan jantung), sakit kepala.
i) Pernafasan, gejala: dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok. Tanda: distres
j) Pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas tambahan.
(krakties/mengi), sianosis.
k) Keamanan, gejala: gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
l) Pengkajian status mental
m)Pengkajian status fungsional
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan curah jantung b/d perubahan afterload, perubahan preload,
perubahan irama jantung, perubahan frekuensi jantung dan perubahan
kontraktiltas
b) Nyeri akut b/d pencedera fisiologis, pencedera kimiawi dan pencedera
fisik
c) Risiko perfusi perifer tidak efektif b/d hipertensi.
BAB III
LAPORAN KASUS KELOLAAN

3.1 Pengkajian
Ny. K berusia 70 tahun termasuk kategori jenis lansia old , beralamat
tempat tinggal di kecamatan sukung gang 6 kota malang. Ny.K berstatus
janda dengan tamatan sekolah dasar dengan pendapatan bulanan 500.000
sampai 1.000.000 rupiah yang didapatkan dari anak beliau. Ny. K sendiri
memiliki asuransi kesehatan BPJS Kesehatan, anak pasien merupakan angota
keluarga yang bisa dihubungi.
Ketika saat pengkajian keadaan umum pasien cukup dengan kesadaran
compos mentis, keluhan pasien saat ini adalah nyeri sendi pada kaki kanan
dan kiri dirasakan setelah melakukan aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk
dengan skala nyeri 5 dan nyeri hilang timbul. Pasien mengatakan mempunyai
riwayat hipertensi selama 3 tahun dan pasien rutin untuk minum obat darah
tinggi serta rutin periksa ke Puskesmas, pasien juga memiliki riwayat
penyakit asam urat kurang lebih 2 tahun yang lalu. Tanda tanda vital pasien
saat pengajian dengan tekanan darah 150/98x/menit, nadi 79 x/menit,
respiration rate 20x/menit, suhu badan 36,7oC dengan tinggi badan 64Kg dan
tinggi 156cm.
Pasien setiap hari makan 3 kali dalam sehari, selalu menghabis kan
porsi makan dengan jenis makanan nasi, daging, ayam krispi, tempe tahu dan
sop. Pasien juga tidak memiliki kesulitan dalam makan. Minum dengan rata-
rata 3000 cc setiap harinya dengan jenis minuman yaitu air putih dan kopi
hangat disetiap paginya. BAB 1 kali dengan konsistensi lembek, berwarna
kuning dan bau khas feses. BAK ketika ingin mandi dan kebelet pipis dengan
warna kuning dan bau khas urin. Pasin mandi 2 kali sehari dan keramas 3-4
kali seminggu, selalu sikat gigi dan kuku dipotong ketika panjang. Pasien
tidur 6 jam seharinya dengan tidur siang 1 jam terbangun ketika malam
karena ingin kencing, pasien pun masih bisa beraktifitas secara normal dan
selalu jalan pagi setiap pagi harinya.

21
Pengkajian Head to Toe tidak ditemukan adanya masalah. Pengkajian
Time Up and Go dengan hasil 9 detik dengan interpretasi normal.
Pengkajian

22
23

lingkungan rumah ditemukan jalan masuk kerumah agak terjal/menurun


dengan anak tangga, kamar mandi pasien dekat dengan kamar pasien, rumah
terdiri dari 1 lantai, lantai dari kramik tapi tidak licin, sumber api berada
hanya di dapur. Hasil test Short Portable Mental Status Questionnaire dengan
jawaban salah 3 yang berarti fungsi intelektual utuh. Mini-Mental State Exam
dengan hasil 29 dengan interpretasi hasil tidak ada gangguan kognitif.
Geriatric Depression Scale didapatkan hasil fungsi intelektual utuh. Index
Barthel dengan hasil 95 dengan interpretasi mandiri.
3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Analisa data dilakukan berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
pada tanggal telah dilakukan sebelumnya. Sehingga masalah yang dapat
diangkat berdasarkan SDKI (2016). Dari hasil pengkajian didapatkan 3
masalah keperawatan yang muncul yaitu :
a. Nyeri Akut b/d agen pencedera fisiologis (Hipertensi)
Berdasarkan masalah keperawatan pertama nyeri akut didapatkan data
pendukung masalah keperawatan tersebut secara subjektif adalah pasien
mengatakan nyeri sendi pada kaki kanan dan kiri dirasakan setelah
melakukan aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dan
nyeri hilang timbul. Sedangkan data objektif klien tampak meringis,
Pasien nampak memegangi kaki kanan dan kirinya, tekanan darah 150/98
mmHg, Nadi 79 x/menit
b. Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan b.d Kontrol Tekanan darah
Masalah keperawatan Kesiapan Peningkatan Manajemen Kesehatan
dengan data pendukung pasien mengatakan pasien mengatakan
mempunyai riwayat Hipertensi selama 3 tahun dan pasien mengatakan
tidak terlalu banyak mengetahui tentang penyakitnya. Sedangkan data
objektif yaitu pasien nampak antusias saat perawat memberikan
pendidikan kesehatan mengenai penyakitnya
c. Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Kontrol Tidur
Masalah keperawatan ketiga Gangguan Pola Tidur dengan data pendukung
pasien mengatakan akhir akhir ini sering tidur larut malam diatas jam 11
24

malam, sering terbangun dikarenakan ingin BAK. Sedangkan data objektif


tekanan darah 150/98 mmHg dan mata pasien tampak sayu
3.3 Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien Tn.P
berdasarkan diagnosis yang telah diangkat akan mengacu pada SLKI dan
SIKI. Tujuan dilakukannya rencana keperawatn akan disesuaikan dengan
masing-masing diagnosis yang telah diangkat sebelumnya.
Masalah keperawatan pertama dengan diagnosis Nyeri Akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Dengan Luaran yang
diharapkan klien mampu mengatasi tingkat nyeri menurun dengan kriteria
hasil kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun dan pola tidur
membaik. Intervensi yang akan dilakukan manajemen nyeri yang terdiri dari
Identifikasi nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi faktor yang
memperingan dan memperberat nyeri, Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri, Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi, meredakan nyeri, Jelaskan periode, penyebab, dan pemicu
nyeri dan memberikan erapi rendam kaki dengan air hangat.
Masalah keperawatan kedua kesiapan peningkatan manajemen
kesehatan berhubungan dengan kontrol tekanan darah. Dengan Luaran yang
diharapkan mampu melakukan manajemen kesehatan keluarga dengan
kriteria hasil Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami
meningkat, aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan tepat cukup
meningkat, verbalisasi kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan
cukup menurun. Intervensi yang dilakukan edukasi proses penyakit.
Masalah keperawatan ketiga gangguan pola tidur bd kurang kontrol
tidur. Dengan Luaran yang diharapkan klien mampu kesulitan tidur menurun,
keluhan sering terjaga menurun, keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan
pola tidur berubah menurun, keluhan istirahat tidak cukup menurun. Dengan
intervensi dukungan tidur.
25

3.4 Implementasi Asuhan Keperawatan


Masalah keperawatan yang pertama nyeri akut untuk tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan mengkaji nyeri secara komprehensif,
mengajarkan teknik relaksasi benson, mengobservasi tanda-tanda vital dan
menganjurkan untuk istirahat yang cukup. Teknik non farmakologi yang
digunakan yaitu teknik relaksasi benson. Teknik relaksasi benson, sebelum
dilakukan intervensi pasien dianjurkan minum air putih hangat secukupnya
dan istirahat dengan posisi duduk selama 10 menit. Kemudian pengukuran
tekanan darah baseline dilakukan. Responden dijelaskan mengenai metode
dari intervensi. Langkah yang dilakukan yaitu:
1. Posisikan pasien pada posisi duduk yang paling nyaman
2. Instruksikan pasien memejamkan mata
3. Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot-otot tubuh dari
ujung kaki sampai dengan otot wajah dan rasakan rileks
4. Instruksikan kepada pasien agar menarik nafas dalam lewat hidung,
tahan 3 detik lalu hembuskan lewat mulut disertai dengan mengucapkan
do’a atau kata yang sudah dipilih
5. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran negatif, dan tetap fokus
pada nafas dalam dan do’a atau kata-kata yang diucapkan
6. Lakukan selama kurang lebih 10 menit
7. Instruksikan pasien untuk mengakhiri relaksasi dengan tetap menutup
mata selama 2 menit, lalu membukanya dengan perlahan
Masalah keperawatan yang kedua adalah kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan diberikan tindakan yaitu pendidikan kesehatan dengan
memberikan informasi pendidikan kesehatan terkait faktor risiko yang dapat
mempengaruhi hipertensi, tanda dan gejala, faktor risiko tekanan darah tinggi,
komplikasi, pengobatan, dan diet seperti diet rendah garam, rendah kolesterol,
diet rendah lemak jenuh, diet rendah kalori, dan diet tinggi serat, perbanyak
Makan buah dan sayur dan olahraga teratur. Dan memperikan penjelaskan
langsung di media leaflet untuk mengajarkan terapi rendam kaki air hangat :
1. Siapkan air hangat 40C dan tuang ke ember
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
26

3. Duduklah dengan posisi yang nyaman


4. Masukkan kaki secara perlahan ke dalam ember berisi air hangat hingga
kaki terendam hingga ±10cm di atas mata kaki.
5. Tutup ember dengan handuk untuk menjaga suhu air.
6. Mata tertutup
7. Merelaksasikan seluruh otot tubuh
8. Berlatihlah selama 20 menit
9. Tetap duduk sampai satu menit, pikirkan hal lain dan buka mata.
10. Angkat kaki dan keringkan dengan handuk.
Masalah keperawatan yang ketiga gangguan pola tidur tindakan yang
sudah dilakukan mengidentifikasi pola aktifitas tidur, mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur. identifikasi makanan / minuman yang mengganggu tidur
(pasien senang minum kopi hitam), menganjurkan pasien untuk mengurangi
makan / minuman yang mengganggu tidur
3.5 Evaluasi
Pada masalah keperawatan yang sudah diatasi selama 2 pertemuan
implementasi dan evaluasi menunjukkan hasil sebagai berikut, Masalah
keperawatan pertama nyeri akut klien mengatakan memahami apa yang
diajarkan oleh perawat dan nyeri sudah menurun dengan data objektif hasil
kemampuan menuntaskan aktivitas sedang, keluhan nyeri cukup menurun
(Skala nyeri 3), Meringis cukup menurun, sikap protektif sedang, Frekuensi
nadi cukup membaik (N: 83 x/menit), tekanan darah cukup membaik (TD
140/80 mmHg), klien mampu mendemonstrasikan teknik relaksasi benson.
Sehingga masalah keperawatan teratasi
Masalah keperawatan kedua kesiapan peningkatan manajemen
kesehatan. Pasien mengatakan sudah memahami mengenai penyakit
hipertensi dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penyakit tersebut dan
melakukan rendam kaki hangat secara mandiri. Data objektif kemampuan
menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat, aktivitas keluarga
mengatasi masalah kesehatan tepat cukup meningkat, verbalisasi kesulitan
menjalankan perawatan yang ditetapkan cukup menurun. Sehingga masalah
keperawatan teratasi.
27

Masalah keperawatan ketiga gangguan pola tidur. Pasien mengatakan


sudah bisa tidur lebih awal daripada sebelumnya. Data objektif klien, keluhan
sering terjaga menurun, keluhan sulit tidur menurun, keluhan tidak puas tidur
menurun. Dari hasil tersebut maka masalah keperawatan teratasi.
BAB IV
ANALISA SITUASI

4.1 Analisa Profil Pelayanan


Puskesmas Janti adalah salah satu penyedia layanan kesehatan di Kota
Malang yang berpusat di Jl. Janti Barat No. 88 RT : 11 RW : 04 Desa Sukun,
Kecamatan Sukun, Kota Malang. Wilayah kerja Puskesmas Janti saat ini
meliputi tiga kecamatan, yaitu desa Bandungrejosari, Sukun dan Tulungrejo.
Puskesmas Janti memiliki luas wilayah kerja kurang lebih 7,6 hektar,
sedangkan Puskesmas Janti memiliki luas konstruksi 780 kavling dan luas
konstruksi 754. Status fasilitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Janti
adalah sebagai berikut. Terakreditasi penuh dan berstatus Badan
Kepegawaian Daerah (BLUD). Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan,
Puskesmas Janti merupakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Tingkat
Pertama dan Upaya Kesehatan Perorangan dengan upaya promotif dan
preventif untuk memberikan dan meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dan bermutu di wilayah kerjanya.
UKM dan UKP dilaksanakan sesuai pedoman, prinsip integrasi dan
keberlanjutan. Puskesmas Janti berupaya mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan UKM dan UKP lintas program dan sektor
serta menyediakan sistem rujukan. Hal ini tentunya didukung oleh pengelola
Puskesmas.
Puskesmas Janti memberikan pelayanan kesehatan dari Senin sampai
Sabtu. Jam kerja adalah Senin sampai Kamis pukul 07:00 WIB (awal nomor
antrian), 07:30 hingga 12:00 WIB (konter pendaftaran), dan berakhir pada
pukul 07:30 WIB (pelayanan kesehatan). Jumat 07.00 WIB (nomor antrian
mulai), 07.30-10.00 WIB (loket pendaftaran), 07.30 WIB-selesai (pelayanan
kesehatan). Juga mulai pukul 07.00 WIB (mulai nomor antrian), 07.30
hingga 11.00 (meja pendaftaran), 07.30 hingga selesai (pelayanan medis)
pada hari Sabtu. Selain itu, layanan Puskesmas Janti akan ditutup pada hari
Minggu dan Hari Merah.

28
29

4.2 Analisa Masalah Keperawatan


Dari hasil pengkajian yang didapatkan 3 masalah keperawatan yaitu,
Masalah keperawatan pertama dengan diagnosis Nyeri Akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis, Masalah keperawatan kedua kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan kontrol tekanan
darah, Masalah keperawatan ketiga gangguan pola tidur bd kurang kontrol
tidur.
Berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam
PPNI (2018a), diagnosa prioritas pertama yang ditegakkan adalah Nyeri Akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Hal ini sesuai dengan
keadaan dari Ny. K dikarenakan sudah memenuhi standar bahwa maslah
tersebut sudah dapat diangkat. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, onset yang tiba-tiba atau lambat, dan intensitas ringan sampai
berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. (PPNI, 2018b). Pada Ny. K
menunjukkan suhu 38,70C dan akral hangat. Nyeri akut pada Ny. K
dikarenakan kerusakan pembuluh darah perifer yang disebabkan dari
perubahan tekanan darah yang menyebabkan aliran darah terganggu (Susilo et
al., 2020).
Diagnosa prioritas keperawatan kedua yaitu kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan berhubungan dengan kontrol tekanan darah. kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan adalah Integrasi pola pengaturan dan
program kesehatan ke dalam kehidupan sehari-hari yang memadai dan dapat
ditingkatkan untuk mencapai tujuan kesehatan (PPNI, 2018a). Pada pasien
lansia dengan hipertensi peningkatan pengetahuan berpengaruh terhadap
Quality of Life (Telaumbanua & Rahayu, 2021).
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan
Intervensi yang di lakukan kepada pasien ini sesuai dengan panduan
standar intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) oleh (PPNI, 2018) dengan
tujuan pencapaian yang juga di sesuaikan dengan standar luaran keperawatan
indoensia (SLKI) dan beberpa jurnal penelitian (Fildayanti. Dharmawati,
2020; Murwidi & Abdullah, 2019).
30

Adapun intervensi yang dilakukan untuk masalah prioritas pertama


hipertermia. Rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah manajemen
hipertermia dalam 3 metode yaitu observasi, terapeutik, edukasi dan
kolaborasi. Untuk masalah pertama yaitu nyeri akut, mahasiswa melakukan
pengkajian mendalam terkait nyeri yang dirasakan oleh pasien, kemudian
mahasiswa menganjurkan untuk menghindari makanan pedas, tinggi lemak
dan tinggi minyak. Memotivasi pasien untuk minum susu kedelai dan
mengedukasi tentang Relaksasi benson (Murwidi & Abdullah, 2019).
Relaksasi Benson adalah metode relaksasi pernapasan yang andal yang
mengurangi konsumsi oksigen tubuh, melemaskan otot-otot tubuh, serta
memberikan ketenangan dan kenyamanan.
Untuk masalah kedua, yaitu kesiapan peningkatan manajemen
kesehatan. Mahasiswa menyiapkan materi terkait hipertensi dan rendam kaki
hangat dalam bentuk leaflet. Rendam kaki hangat dapat menurunkan tekanan
darah dikarenakan prinsip rendam air hangat adalah konduksi panas atau
perpindahan panas dari air ke tubuh. Dapat meningkatkan elastisitas,
melebarkan tekanan darah tepi dan aliran darah, dan meredakan ketegangan
otot. Berendam dalam air hangat menyebabkan vasodilatasi arteriol,
mengurangi resistensi perifer, mengurangi beban pada jantung, dan
menurunkan tekanan darah (Arafah et al., 2019).
4.4 Rekomendasi Terapi atau Intervensi Lanjutan yang Dapat di Lakukan
Pasien dengan peningkatan suhu diatas batas normal, dapat dilakukan
penatalaksanaan nonfarmakologi dengan memberikan edukasi atau terapi
untuk meminimalkan terjadinya komplikasi yang berlebihan. Pada pasien
kelolaan ada beberapa intervensi yang dapat dilakukan kedepannya yaitu :
4.4.1 Warm Water Foot Soak
Warm Water Foot Soak merupakan suatu metode merendam kaki di
air hangat memiliki efek fisiologis pada beberapa bagian tubuh manusia
seperti jantung. Tekanan hidrostatik air pada tubuh meningkatkan aliran
darah dari kaki ke rongga dada, di mana darah terkumpul di pembuluh darah
besar jantung. Air hangat meningkatkan pelebaran pembuluh darah dan
meningkatkan detak jantung. Efek ini berlangsung segera setelah rendam
31

kaki. Meningkatkan aliran darah juga meningkatkan sirkulasi limfatik,


menghilangkan racun dari tubuh.. Berikut adalah tata cara Warm Water
Foot Soak :
1. Siapkan air hangat 40oC dan tuang ke ember
2. Ciptakan lingkungan yang tenang
3. Duduklah dengan posisi yang nyaman
4. Masukkan kaki secara perlahan ke dalam ember berisi air hangat hingga
kaki terendam hingga ±10cm di atas mata kaki.
5. Tutup ember dengan handuk untuk menjaga suhu air.
6. Mata tertutup dan merelaksasikan seluruh otot tubuh
7. Berlatihlah selama 20 menit
8. Tetap duduk sampai satu menit, pikirkan hal lain dan buka mata.
9. Angkat kaki dan keringkan dengan handuk.
4.4.2 Terapi Relaksasi Benson
Pada penelitian yang dilakukan hesti (2016) relaksasi benson mampu
menurunkan nyeri pada pasien gastritis. Relaksasi benson merupakan teknik
relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan yang mengakibatkan
penurunan terhadap konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh
menjadi rileks sehingga menimbulkan perasaan tenang dan nyaman. Dengan
tata cara
1. Posisikan pasien pada posisi duduk yang paling nyaman
2. Instruksikan pasien memejamkan mata
3. Instruksikan pasien agar tenang dan mengendorkan otot-otot tubuh dari
ujung kaki sampai dengan otot wajah dan rasakan rileks
4. Instruksikan kepada pasien agar menarik nafas dalam lewat hidung, tahan
3 detik lalu hembuskan lewat mulut.
5. Instruksikan pasien untuk membuang pikiran negatif, dan tetap fokus
pada nafas dalam dan do’a atau kata-kata yang diucapkan
6. Lakukan selama kurang lebih 10 menit
7. Instruksikan pasien untuk mengakhiri relaksasi dengan tetap menutup
mata selama 2 menit, lalu membukanya dengan perlahan
32
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus di atas dan setelah melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dapat disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan
Ny. K (70 th) merupakan pasien dengan diagnose medis hipertensi.
Ny. K berusia 70 tahun termasuk kategori jenis lansia old, keluhan pasien
saat ini adalah nyeri sendi pada kaki kanan dan kiri dirasakan setelah
melakukan aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dan
nyeri hilang timbul. Tanda tanda vital pasien saat pengajian dengan
tekanan darah 150/98x/menit, nadi 79 x/menit, respiration rate 20x/menit,
suhu badan 36,7C dengan tinggi badan 64Kg dan tinggi 156cm.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian didapatkan 3 pada Ny. K masalah
keperawatan yang muncul yaitu Masalah keperawatan pertama dengan
diagnosis Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis,
kesiapan peningkatan manajemen kesehatan berhubungan dengan kontrol
tekanan darah dan pola tidur bd kurang kontrol tidur.
3. Rencana Keperawatan
Berdasarkan SIKI, rencana keperawatan yang diangkat adalah
manajemen nyeri, edukasi proses penyakit dan dukungan tidur
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan di kediaman pasien dengan melakukan
intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan memberikan lembar leaflet
penyakit hipertensi, teknik relaksasi benson, dan rendam kaki dengan air
hangat
5. Evaluasi Keperawatan
Untuk evaluasi pasien mengatakan sudah mengerti batasan diet
untuk hipertensi dan mendemonstrasikan teknik relaksasi benson,
pasien

33
34

mengatakan sudah mengetahui berapa kisaran norml tekanan darah


dan juga pasien menjelaskan tentang penyebab dari penyakit hipertensi itu
sendiri.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Pasien
Di harapkan pasien dan keluarga dapat memanfaatkan tulisan ini sebagai
media dalam meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana menangani
masalah penyakit yang di deritanya. Dengan tindakan yang tepat ketika
terjadi perburukan atau dapat menjadi role model.
5.2.2 Bagi Perawat
Di harapkan studi kasus yang peneliti lakukan dapat menjadi tambahan bagi
perawat di puskesmas janti dalam melakukan asuhan keperawatan secara
professional.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan bacaan di perpustakaan untuk menambah wawasan dalam
melakukan asuhan keperawatan secara professional.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat di jadikan sebagai data untuk penelitian selanjutnya dalam penerapan
asuhan keperawatan secara professional.
DAFTAR PUSTAKA

Amri, N. (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi.


Jurnal Abdimas Saintika, 1(1), 1–8.
Arafah, S., Stikes, K., & Persada Takalar, T. (2019). The Effect Of Heat Water
Foot Therapy On Reduction Of Blood Pressure On Hypertension At
Pattallassang Public Health Centre Takalar. Politeknik Kesehatan Makassar,
10(02), 2087–2122.
Arifin, N., & Mustofa, A. (2021). Penerapan rendam kaki air hangat untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia hipertensi. Ners Muda, 2(3).
https://doi.org/10.26714/nm.v2i3.8133
Fildayanti. Dharmawati, T. L. A. R. P. (2020). Pengaruh Pemberian Rendam Kaki
Air Dengan Air Hangat Campuran Garam Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah Karya Kesehatan, 1(1), 70–
76. https://stikesks-kendari.e-journal.id/jikk
Hidayat, R., Agnesia, Y., Studi, P., Keperawatan, S., Pahlawan, U., Tambusai, T.,
Kunci, K., Ners, J., & Pahlawan, U. (2021). Faktor Risiko Hipertensi Pada
Masyarakat Di Desa Pulau Jambu Uptd Blud Kecamatan Kuok Kabupaten
Kampar. Jurnal Ners, 5(23), 8–19.
Jumraini, A., Indra, D., & Apriani, M. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi
Pada Pengunjung Posbindu Di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota
Makassar. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan, 1(3), 28–35.
Kandarini, Y. (2017). Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Divisi Ginjal
Dan Hipertensi RSUP Sanglah Denpasar.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kendu, Y. M., Qodir, A., & Apryanto, F. (2021). Hubungan Self-Efficacy Dengan
Tingkat Kepatuhan Minum Obat. Media Husada Journal of Nursing Science,
2, 13–21.
Khofifah, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik.
Linda, L. (2018). the Risk Factors of Hypertension Disease. Jurnal Kesehatan
Prima, 11(2), 150. https://doi.org/10.32807/jkp.v11i2.9

35
Mulyani, E., & Nur, E. (2020). Efektifitas Tepid Water Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan Masalah Keperawatan
Hipertermia: Studi Kasus. 2(1), 16.
Murwidi, I. C., & Abdullah, F. (2019). Effectiveness of Warm Water Foot Soak
and Benson Relaxation Techniques Combination in Reducing Blood Pressure
of Hypertensive Patients. International Journal of Health, Economics, and
Social Sciences (IJHESS), 1(1), 35–41.
Nurafif, A. H., & Kusuha, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 1
(Revisi). Mediaction.
Permatasari, L. I. (2018). Analisis Capaian Indikator Program Penyakit Tidak
Menular Jawa Timur 2015-2016. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(2),
66–74. https://doi.org/10.30651/jkm.v3i2.1722
PPNI. (2018a). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.
PPNI. (2018b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik.
PPNI. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan.
Rahmawati, I., Suryandari, D., & Rizqiea, N. S. (2020). Peningkatan Pengetahuan
Lansia tentang Hipertensi Emergensi melalui Pendidikan Kesehatan. Jurnal
Empathy, 1(1), 1–95.
Setiati, A. R., & Rahayu, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) Di Ruang Perawatan Intensif Neonatus RSUD
DR Moewardi Di Surakarta. (Jkg) Jurnal Keperawatan Global, 2(1), 9–20.
https://doi.org/10.37341/jkg.v2i1.27
Sopyanti, Y. D., Sari, C. W. M., & Sumarni, N. (2019). Gambaran Status
Demensia Dan Depresi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur
Kelurahan Sukamentri Garut. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(1), 26–38.
https://doi.org/10.33755/jkk.v5i1.125
Suprayitno, E., & Corry, D. (2020). Selfcare Perawatan Diri Penderita

36
Hipertensi.
Suprayitno, E., & Huzaimah, N. (2020). Pendampingan Lansia Dalam
Pencegahan Komplikasi Hipertensi. SELAPARANG Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 4(1), 518.
https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i1.3001
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen,
L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F.,
Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019:
Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Telaumbanua, A. C., & Rahayu, Y. (2021). Penyuluhan Dan Edukasi Tentang
Penyakit Hipertensi. Jurnal Abdimas Saintika, 3(1), 119.
https://doi.org/10.30633/jas.v3i1.1069
WHO. (2019). Ageing. https://www.who.int/health-topics/ageing#tab=tab_1
WHO. (2020). Hypertension.
https://www.who.int/health-topics/hypertension#tab=tab_1
Wulan, A. J., & Zafirah, N. H. (2016). Hipertensi dan Diabetes Melitus sebagai
Faktor Risiko Demensia Vaskular. Majority, 5(1), 68–75.
Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Jurnal
Majority, 6(1), 25–33.

37
Lampiran I : Pengkajian

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

I. IDENTITAS
Nama : Ny.K
Alamat : Sukun Gang 6 Rt.18 Rw.06

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( √ ) Perempuan

Umur : 70 th ( ) Middle ( ) Elderly (√) Old ( ) Very Old


Status : ( ) Menikah ( ) Tidak Menikah ( √ ) Janda ( ) Duda
Agama : (√ ) Islam ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik ( ) Budha
Suku : (√ ) Jawa ( ) Madura ( ) lain-lain, Sebutkan:
Tingkat Pendidikan :( ) Tidak tamat SD (√ ) Tamat SD ( ) SMP ( ) SMU
( ) PT ( ) Buta Huruf
Sumber Pendapatan :
(1) Ada, jelaskan : ada, dari pendapatan anak Rp 500.000 – Rp 1.000.000
(2) Tidak, jelaskan :
Kepemilikan jaminan kesehatan : (BPJS)
Keluarga yang dapat dihubungi:
(1) Ada, jelaskan : Anak pasien
(2) Tidak, jelaskan :
Riwayat pekerjaan : Pasien pernah bekerja di luar negeri

II. RIWAYAT KESEHATAN


Keadaan Umum : cukup

Kesadaran : composmentis, GCS : E :4 V :5, M :6

Keluhan yang dirasakan saat ini :


(1) Nyeri dada
(2) Pusing
(3) Batuk

38
(4) Panas
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare
(8) Nyeri sendi
(9) Jantung berdebar
(10) Penglihatan kabur
(11) Lain-lain, sebutkan:
P : Nyeri kaki kanan dan kiri dirasakan setelah melakukan aktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : kaki kanan dan kiri
S : Skala 5
T : nyeri hilang timbul
RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU:
Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi selama 3 tahun dan pasien rutin untuk
minum obat darah tinggi serta rutin periksa ke Puskesmas, pasien juga memiliki riwayat
penyakit asam urat kurang lebih 2 tahun yang lalu.

III. STATUS FISIOLOGIS


A. Tanda-tanda vital dan status gizi:
(1) Tensi : 150/98 mmHg
(2) Nadi : 79
(3) Respirasi : 20
(4) Suhu : 36,7°C
(5) TB : 156
(6) BB : 64 Kg Naik: Kg Turun: Kg
IV. PENGKAJIAN POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
V. Pola Nutrisi
Jumlah : Setiap makan pasien selalu habis
Jenis : Nasi, daging, ayam krispi, tempe tahu, sop
Frekuensi : 3x sehari (Jam 7 pagi, jam 12 siang dan jam
6 malam)
Kesulitan : Tidak
ada konsumsi suplemen : -

39
VI. Pola Cairan
Jumlah : +/- minum 5 gelas besar (3000 cc)
Jenis : Air putih, kopi hitam setiap pagi
Kesulitan :-
konsumsi suplemen : -
VII. Pola Eliminasi
( BAB )
Frekuensi : Setiap pagi selalu BAB 1x,
Karakteristik : Biasa, lembek, bau khas, dan berwarna
kuning Kesulitan :-
(BAK)
Frekuensi : kencing saat mandi dan saat ingin
pipis Karakteristik : Warna kuning, dan bau khas
Kesulitan :-
VIII. Pola Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari pagi dan sore hari
Keramas : 3-4x seminggu
Gosok Gigi : Selalu membersihkan dengan gosok gigi
Kebersihan Kuku : Selalu dipotong kalau sudah terlihat
panjang
IX. Pola Istirahat Tidur
Frekuensi : 6 jam sehari
durasi/kuantitas : Biasanya tidur siang 1 jam dan di malam hari Ny.K jarang
terbangun kecuali ingin BAK
kualitas : Terbangun saat tidur apabila ingin BAK
Kesulitan : Ketika malam kadang terbangun ketika BAK
cara mengatasi :-
X. Pola Aktifitas Fisik
Mobilisasi fisik sehari-hari : Berpindah dari satu tempat ke tempat lain
tidak dibantu
Pola olah raga/ latihan fisik : Setiap pagi selalu jalan-jalan tanpa bantuan.

XI. PENGKAJIAN HEAD TO TOE


1. Kepala
40
a. Kebersihan : kotor / bersih
b. Kerontokan rambut : ya / tidak

41
c. Keluhan : ya / tidak
d. Jika ada, jelaskan :
2. Mata
a. Konjungtiva : anemis / tidak
b. Sclera : ikterik / tidak
c. Strabismus : ya / tidak
d. Penglihatan : kabur / tidak
e. Peradangan : ya / tidak
f. Riwayat katarak : ya / tidak
g. Penggunaan kacamata : ya / tidak
h. Keluhan : ya / tidak
i. Jika ya, jelaskan :
3. Hidung
a. Bentuk : simetris / tidak
b. Peradangan : ya / tidak
c. Penciuman : terganggu / tidak
d. Pernafasan cuping hidung: + / -
4. Mulut dan tenggorokan
a. Kebersihan : bersih / tidak
b. Mukosa : kering / lembab
c. Peradangan / stomatitis : ya / tidak
d. Gigi geligi : karies / tidak, ompong / tidak /Memakai gigi palsu
e. Radang gusi : ya / tidak
f. Kesulitan mengunyah : ya / tidak
g. Kesulitan menelan : ya / tidak
5. Telinga
a. Kebersihan : bersih / tidak
b. Peradangan : ya / tidak
c. Pendengaran : terganggu / tidak
d. Jika terganggu, jelaskan :
e. Keluhan lain : ya / tidak
f. Jika ya, jelaskan :

42
6. Leher
a. Pembesaran kelenjar thyroid : ya / tidak
b. JVD : ya / tidak
c. Kaku kuduk : ya / tidak
d. Keluhan lain :
7. Dada
a. Bentuk dada : normal chest / barrel chest / pigeon chest /
lainnya….
b. Retraksi : ya / tidak, daerah ………..
c. Wheezing :+/-
d. Ronchi :+/-
e. Suara jantung tambahan : ada / tidak
f. Ictus cordis : ICS …………
g. Keluahan lain :
8. Abdomen
a. Bentuk : distend / flat / lainnya……..
b. Nyeri tekan : ya / tidak
c. Hypersonan/sonan : ya / tidak
d. Supel : ya / tidak
e. Bising usus : ada / tidak Frekuensi 12 kali/menit
f. Massa : ya / tidak, region……………..
g. Keluhan lain :
9. Genetalia
a. Kebersihan : baik / tidak
b. Hemoroid : ya / tidak
c. Hernia : ya / tidak
d. Keluhan lain : Tidak terkaji
10. Ekstermitas
a. Kekuatan otot : (skala 1-5)
0 : Lumpuh
1 : Ada kontraksi
43
2 : Melawan gravitasi dengan sokongan
3 : Melawan gravitasi tapi tidak ada tahanan
4 : Melawan gravitasi dengan tahanan sedikit
5 : Melawan gravitasi dengan kekuatan penuh
b. Postur tubuh : skoliosis / lordosis / kifosis / tegap (normal)
c. Rentang gerak : maksimal / terbatas
d. Deformitas : ya / tidak
e. Tremor : ya / tidak
f. Edema kaki : ya / tidak pitting edema / tidak Edema tipe:
g. Penggunaan alat bantu : ya / tidak, jenis:
h. Refleks
Area Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + +
Achiles + +

Keterangan:
Refleks + : normal
Reflek - :
menurun
11. Integumen
a. Kebersihan : bersih / tidak
b. Warna : pucat / tidak
c. Kelembaban : kering / lembab
d. Gangguan pada kulit : ya / tidak, jelaskan gatal-gatal
e. Perifer : Sianosis / tidak

12. PENGKAJIAN TINGKAT KESEIMBANGAN DAN RESIKO


JATUH/ INJURI
a. Time Up and Go Test : 9 detik
b. Pengkajian Sullivan
44
c. Pengkajian Lingkungan Rumah ( Keberadaan sekitar rumah : Jalan
masuk kerumah agak terjal/menurun dengan anak tangga, kamar
mandi pasien dekat dengan kamar pasien, rumah terdiri dari 1
lantai, lantai dari kramik tapi tidak licin, sumber api berada hanya
di dapur.

XII.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Hubungan dengan orang lain dalam wisma / tetangga
(a) Tidak dikenal
(b) Sebatas kenal
(c) Mampu berinteraksi
(d) Mampu kejasama
2. Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti / tetangga
(a) Selalu
(b) Sering
(c) Jarang
(d) Tidak pernah
3. Stabilitas emosi
(a) Labil
(b) Stabil
(c) Iritabel
(d) Datar
Jelaskan: pasien tidak ada masalah dalam kestabilan emosi

4. Pengkajian Kondisi Rumah dan Lingkungan Sekitar tempat tinggal lansia..


Kamar mandi pasien dekat dengan kamar pasien, rumah terdiri dari 1
lantai, lantai dari kramik tapi tidak licin, sumber api berada hanya di
dapur. Untuk keadaan lingkungan sekitar rumah ada tanjakan atau
turunan yang curam. Pasien tinggal didaerah padat penduduk.

45
XIII. PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF / AFEKTIF (STATUS
MENTAL)
A. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenaan dengan orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan perawatan diri,
memori jauh, dan kemampuan matematis atau perhitungan (Pfeiffer,
1975). Metode penentuan skor sederhana meliputi tingkat fungsi
intelektual dimana berfungsi membantu membuat keputusan yang khusus
mengenai kapasitas perawatan diri.
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar, catat semua jawaban. Catat jumlah
kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini ? √
2 Hari apa sekarang ? √
3 Apa nama tempat ini ? √
4 Dimana alamat anda ? √
5 Berapa umur anda ? √
6 Kapan anda lahir ? √
7 Siapa presiden Indonesia ? √
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ? √
9 Siapa nama ibu anda ? √
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
10 √
setiap angka baru, secara menurun
JUMLAH
Interpretasi:
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

46
B. Mini-Mental State Exam (MMSE)

Aspek Nilai Nilai


No Kriteria
Kognitif Maksimal klien
Menyebutkan dengan
benar Tahun : 2022
Musim : Penghujan 4
1 Orientasi 5
Tanggal:
Hari : Kamis
Bulan : April
Dimana sekarang kita
berada? Negara :
Indonesia 5
2 Orientasi 5
Propinsi : Jawa
Timur Kabupaten/kota:
Malang Panti : Rumah
Wisma : Ruang Tamu
Sebutkan 3 nama obyek (misal:
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
3 Registrasi menjawab: 3 3
a. kursi
b. meja
c. kertas
Meminta klien berhitung mulai
dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat
Jawaban:
Perhatian 1. 93
4 5
dan kalkulasi 2. 86 5
3. 79
4. 72
5. 65
Minta klien untuk mengulangi
5 Mengingat ketiga obyek pada poin ke 3 3 3
(tiap poin nilai 1)
a. Menanyakan pada klien
tentang 2 benda (sambil
menunjukan benda tersebut).
b. Minta klien untuk
6 Bahasa mengulangi kata berikut: 9 9
tidak ada, dan, jika, tetapi
c. Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
3 langkah:

47
1) Ambil kertas ditangan
anda
2) Lipat dua
3) Taruh di lantai
4) Perintahkan pada klien
untuk hal berikut
“tutup mata anda,
buka” (bila aktifitas
sesuai perintah nilai 1
poin)
d. Perintahkan kepada klien
untuk menulis kalimat dan
menyalin gambar.
Nilai : 30 29
Interpretasi hasil :
30-24 : tidak ada gangguan kognitif
23-18 : gangguan kognitif sedang
<17 : gangguan kognitif berat

C. Skala Depresi Geriatrik (Geriatric Depression Scale)


No Pertanyaan Jawaban

Apakah anda merasa puas dengan kehidupan


1 Ya TIDAK
sekarang ini?
Apakah anda banyak meninggalkan
2 YA Tidak
kegiatan/hoby akhir-akhir ini?
Apakah anda sering merasa kosong/hampa dalam
3 YA Tidak
hidup ini?
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA Tidak
Apakah anda dalam semangat/harapan yang baik
5 Ya TIDAK
di masa depan?
Apakah anda mempunyai pikiran jelek
6 YA Tidak
yang mengganggu terus-menerus?
Apakah anda merasa semangat sebagian
7 Ya TIDAK
besar waktu?
8 Apakah anda yang buruk akan menimpa anda YA Tidak
9 Apakah anda sering merasa bahagia? Ya TIDAK
Apakah anda lebih suka tinggal di rumah,
10 YA Tidak
ketimbang keluar dan melakukan hal-hal baru?
Apakah anda merasa tidak mampu berbuat apa-
11 YA Tidak
apa?
12 Apakah anda sering merasa resah dan gelisah? YA Tidak
Apakah anda sering merasa khawatir tentang
13 YA Tidak
masa depan?
14 Apakah anda sering pelupa? YA Tidak
Apakah anda merasa kehidupan sekarang ini
15 Ya TIDAK
menyenangkan?

48
16 Apakah anda sering merasa sedih dan putus asa? YA Tidak
Apakah anda merasa tidak berharga akhir-akhir
17 YA Tidak
ini?
18 Apakah anda merasa khawatir tentang masa lalu? YA Tidak
19 Apakah anda merasa hidup ini menggembirakan? Ya TIDAK
Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih
20 YA Tidak
baik keadaannya dari pada anda?
Apakah anda sering merasa sulit untuk memulai
21 YA Tidak
kegiatan baru?
Apakah anda merasa situasi saat ini tidak
22 YA Tidak
ada harapan?
23 Apakah anda merasa penuh semangat? Ya TIDAK
24 Apakah anda sering marah karena hal sepele? YA Tidak
25 Apakah anda sering merasa ingin menangis? YA Tidak
26 Apakah anda memiliki kesulitan berkonsentrasi? YA Tidak
Apakah anda merasa senang waktu bangun di pagi
27 Ya TIDAK
hari?
Apakah anda lebih suka untuk menghindari
28 YA Tidak
pertemuan sosial?
Adalah hal mudah bagi anda untuk membuat
29 Ya TIDAK
keputusan?
Apakah anda merasa masih tetap mudah dalam
30 Ya TIDAK
memikirkan sasuatu seperti dulu?
JUMLAH
Interpretasi:
Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

XIV. PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


A. Index Barthel
Aktifitas Score
Makan
0 : Bantuan penuh
5 : Bantuan untuk memotong, mengoles mentega, modifikasi 10
diet
10 : Independent
Mandi
0 : Membutuhkan bantuan 5
5 : Independent (menggunakan shower)
Berdandan
0 : Perlu bantuan 5
5 : Independent (berbedak / menyisir / gosok gigi /

49
mencukur)

Memasang Baju
0 : Dengan bantuan
5
5 : Dengan bantuan 50%
10 : Independent (mengancing baju, restleting)
BAB
0 : Incontinensia Alvy (menggunakan barium enema)
10
5 : Kadang tidak tertahan
10 : Dapat mengontrol
BAK
0 : Menggunakan kateter
10
5 : Kadang ngompol
10 : Bisa mengontrol
Ke Toilet
0 : Butuh Bantuan Penuh
10
5 : Butuh Bantuan 50%
10 : Independent (menghidupkan, dressing, menyeka)
Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur
0 : Bantuan penuh
5 : Saat berpindah membutuhkan 2 orang untuk membantu 15
10 : Bantuan minimal 1 orang
15 : Independent
Berjalan di jalan yang datar
0 : Immobilisasi
5 : Selalu menggunakan kursi roda
15
10 : Berjalan dengan bantuan 1 orang
15 : Independent (but may use any aid; for example, stick)
> 50 yards
Berjalan di tangga
0 : Bantuan penuh
10
5 : Dengan bantuan (verbal, physical, carrying aid)
10 : Independent
TOTAL (0 - 100) 95
Interprestasi :
100-80 : Mandiri
81-36 : Bantuan sedang
< 35 : Membutuhkan bantuan penuh

50
B. Pengkajian Activity Daily Living
Instrumental Kegiatan Sehari-hari (IADL)
Instruksi: Lingkari poin penilaian untuk pernyataan yang paling
mendekati, sesuai dengan kemampuan fungsional pasien untuk setiap
tugas. Pemeriksa harus menyelesaikan skala berdasarkan informasi tentang
pasien dari pasien sendiri, informan (seperti anggota keluarga pasien atau
pengasuh lainnya), dan catatan terbaru.

Instrumental Score
1) Kemampuan menggunakan telepon
a. Mengoperasikan telepon atas inisiatif sendiri; melihat 1
dan menekan tombol untuk menelpon
b. Menelpon beberapa nomor yang dikenal 1
c. Menjawab telepon tapi tidak menelpon 1
d. Tidak menggunakan telepon sama sekali 0
2) Belanja
a. Mengurus semua kebutuhan belanja sendiri 1
b. Belanja sendiri untuk membeli hal-hal kecil 0
c. Perlu ditemani setiap kegiatan belanja 0
d. Tidak bisa berbelanja sama sekali 0
3) Persiapan makan
a. Rencana, mempersiapkan, dan melayani makanan secara 1
mandiri 0
b. Menyiapkan makanan yang cukup jika bahan tersedia 0
c. Memanaskan dan menyajikan makanan atau menyiapkan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan diet sehari- 0
hari
d. Kebutuhan makan dilayani dan disiapkan
4) Rumah Tangga
a. Memelihara rumah sendiri atau dengan bantuan sesekali 1
(mis, "pekerjaan berat pembantu rumah tangga")
b. Melakukan tugas-tugas harian ringan seperti mencuci 1
piring, mengganti alas tempat tidur
c. Melakukan tugas-tugas harian ringan tetap tidak bersih 1
d. Membutuhkan bantuan untuk semua tugas 1
pemeliharaan rumah 0
e. Tidak bisa berpartisipasi sama sekali
5) Mencuci
a. Bisa mencuci sendiri 1
b. Mencuci hal-hal kecil; membilas stoking dll. 1
c. Tidak bisa mencuci sama sekali 0
6) Model Transportasi
a. Menggunakan perjalanan dengan angkutan umum atau 1

51
mengendarai kendaraan pribadi
b. Mengatur sendiri perjalanan menggunakan taxi tetapi 1
tidak menggunakan angkutan umum
c. Berpergian menggunakan angkutan umum saat dibantu 1
atau ditemani orang lain
d. Hanya menggunakan taxi atau berpergian dengan bantuan 0
orang lain 0
e. Tidak bisa berpergian sama sekali
7) Tanggung Jawab Pengobatan
a. Apakah bertanggung jawab untuk mengambil obat 1
dalam dosis yang benar pada waktu yang tepat
b. Membawa tanggung jawab jika obat adalah 0
dipersiapkan sebelumnya dalam dosis terpisah
c. Apakah tidak mampu meracik sendiri obat 0
8) Kemampuan Untuk Menangani Keuangan
a. Mengatur masalah keuangan independen (anggaran, 1
menulis cek, membayar sewa dan tagihan, pergi ke bank),
mengumpulkan dan melacak pendapatan
b. Mengatur sehari-hari pembelian, tetapi 1
membutuhkan membantu dengan perbankan,
pembelian besar, dll 0
c. Tidak mampu menangani uang
JUMLAH 7

Skoring: Pasien menerima skor 1 untuk setiap item berlabel 1-8 jika
kompetensi nya berperingkat di beberapa tingkat minimal atau lebih tinggi.
Tambahkan total poin dilingkari untuk 1-8. Total skor dapat berkisar dari 0-8
skor yang lebih rendah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dari
ketergantungan.

52
C. Index Katz
Index of Independence in Activities of Daily Living
(Katz Index of ADL)
Petunjuk:
Untuk masing-masing area dari daftar fungsional di bawah ini, cek
deskripsi yang tertera (kata asistensi berarti mengawasi, memimpin atau
asisten pribadi) data dicatat pada format evaluasi yang dirubah ke ADL
keseluruhan yang bertujuan untuk mendefinsikan dalam tabel pada
halaman berikut:

MANDI - Spon, Pancuran, atau


√ BAK Tanpa bantuan
Menerima bantuan hanya satu bagian tubuh (misalnya
punggung atau kaki
Menerima bantuan lebih dari satu bagian tubuh (atau tidak bisa
mandi sendiri)

BERPAKAIAN - mengambil pakaian dari lemari dan laci, termasuk


pakaian bawah, dan mengancing baju (termasuk ikat pinggang, jika
memakai)

Mengambil pakaian dan memakai secara lengkap tanpa


bantuan Mengambil pakaian dan memakai secara lengkap tanpa

bantuan kecuali bantuan mengikat tali sepatu
Menerima bantuan mengambil pakaian dan memakai pakaian
atau sebagian dipakaikan dan tidak bisa memakai sama sekali

ELIMINASI - pergi ke toilet untuk BAK atau BAB, membersihkan diri


setelah eliminasi dan merapikan pakaian
√ Pergi ke toilet, membersihkan diri, merapikan baju tanpa bantuan
(mungkin menggunakan benda atau dukungan seperti tongkat,
walker, kursi roda, mengatur lampu tidur atau lemari pakaian yang
berlaci, eliminasi pada pagi hari.
Menerima bantuan pergi ke toilet atau membersihkan diri atau
merapikan pakaian setelah eliminasi atau menggunakan lampu
tidur atau lemari pakaian yang berlaci
Tidak dapat pergi ke toilet untuk eliminasi

BERPINDAH
√ Berpindah naik dan turun dari tempat tidur dengan baik dan berdiri
dari kursi tanpa bantuan (mungkin menggunakan benda untuk
membantu seperti tongkat atau walker)
Berpindah naik dan turun dari tempat tidur dengan baik dan berdiri
dari kursi dengan bantuan
Tidak dapat bangun dari tempat tidur

PENGAWASAN DIRI
√ Mengontrol BAK dan BAB secara mandiri

53
Terkadang tidak dapat mengontrol BAK dan BAB
Diawasi dalam mengontrol BAK dan BAB, kateter
jika menggunakan atau inkontinensia

MAKAN
√ Makan sendiri tanpa bantuan
Makan sendiri kecuali dibantu dalam memotong makanan atau
mengoles mentega di roti
Menerima bantuan dalam makan atau makan sebagian atau makan
seluruhnya menggunakan NGT atau cairan infus intra vena

Skoring:
Indeks kemandirian Kegiatan Sehari-hari berdasarkan evaluasi
kemandirian fungsional atau ketergantungan pasien dalam mandi,
berpakaian, toileting, berpindah, BAB/BAK, dan makan.
Definisi khusus kemandirian fungsional dan ketergantungan sebagai
berikut:
A : Mandiri, untuk 6 fungsi
B : Mandiri, untuk 5 fungsi
C : Mandiri, kecuali untuk mandi dan 1 fungsi lain.
D : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian dan 1 fungsi lain
E : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain
F : Mandiri, kecuali untuk mandi, bepakaian, pergi ke toilet dan 1 fungsi
lain
G: Tergantung untuk 6 fungsi.

Definisi
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
1. Bathing
Mandiri: memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan seluruhnya sendiri.
Tergantung: memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh
atau tidak dapat mandi sendiri
2. Dressing
Mandiri: menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian
sendri serta menalikan sepatu sendiri.
Tergantung: tidak dapat berpakaian sebagian.
3. Toileting
Mandiri: pergi ke toilet, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian
dalam, membersihkan kotoran.
Tergantung: mendapat bantuan orang lain
4. Transferring
Mandiri: berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke tempat duduk
(memakai/tidak memakai alat Bantu)
Tergantung: tidak dapat melakuakan sendiri dengan/bantuan

54
5. Continence
Mandiri: dapat mengontrol BAB/BAK
Tergantung: tidak dapat mengontrol sebagian atau seluruhnya dengan
bantuan manual atau kateter
6. Feeding
Mandiri: mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
mmasukkan ke dalam mulut (tidak termasuk kemampuan memotong
daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada
roti)
Tergantung: memelukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan
sendiri secara parenteral.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TEST LABORATORIUM
2. RADIOLOGI

55
56

BAB III PERENCANAAN

Data Masalah Etiologi Diagnosa


DS : Nyeri Akut (D.0077) Agen Pencedera Fisiologis Nyeri Akut bd Agen
 Pasien mengatakan Pencedera
akhir akhir ini kaki Fisik.
kanan dan kiri terasa
pegal linu
P : Nyeri kaki kanan dan kiri
dirasakan setelah melakukan
aktivitas
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : kaki kanan dan kiri
S : Skala 5
T : nyeri hilang timbul

DO :
 Pasien nampak
memegangi kaki kanan
dan kirinya
 Pasien tampak meringis
 TD: 150/98 mmHg
 N: 79 x/menit
57

DS : Kesiapan Peningkatan Kontrol tekanan darah Kesiapan Peningkatan


 Pasien mengatakan Manajemen Kesehatan Manajemen Kesehatan dd
mempunyai riwayat (D.0112) kontrol tekanan darah
Hipertensi selama 3
tahun
 Pasien mengatakan tidak
terlalu banyak
mengetahui tentang
penyakitnya
DO :
 Pasien nampak antusias
saat perawat
memberikan pendidikan
kesehatan mengenai
penyakitnya
DS : Gangguan Pola Tidur (D.0055) Kurang kontrol tidur Gangguan Pola Tidur
 Pasien mengatakan akhir bd Kurang kontrol tidur
akhir ini sering tidur
larut malam diatas jam
11 malam
 Pasien mengatakan
sering terbangun
dikarenakan ingin BAK
DO :
 TD : 150/98 mmHg
 Mata pasien nampak sayu
54

SLKI DAN SIKI

No Diagnosa Luaran Intervensi Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri Akut bd Setelah dilakukan Manajemen Nyeri 13 April 1. Mengidentifikasi lokasi, 14 April S:
Agen Pencedera intervensi 2x24 (I.08238) 2022 karakteristik, durasi, 2022 Pasien
Fisik jam “Tingkat Observasi frekuensi, kualitas, mengatakan
Nyeri 1. Identifikasi memahami apa
intensitas nyeri
(L.08066)” lokasi, yang diajarkan
karakteristik, P: Nyeri kaki kanan
menurun, dengan oleh perawat
durasi, dan kiri dirasakan
kriteria hasil :
frekuensi, setelah melakukan
1. Kemampuan O:
kualitas, aktivitas
menuntaskan - Kemampuan
intensitas nyeri. Q: Nyeri seperti
aktivitas menuntaskan
2. Identifikasi ditusuk-tusuk
meningkat
skala nyeri R: kaki kanan dan aktivitas sedang
2. Keluhan nyeri
3. Identifikasi kiri - Keluhan nyeri
menurun
faktor yang S : Skala 5 cukup
3. Meringis
memperingan T : nyeri hilang timbul
menurun menurun
dan 2. Mengidentifikasi skala
4. Gelisah (Skala nyeri
menurun memperberat nyeri
3)
5. Kesulitan tidur nyeri 3. Skala nyeri 5
- Meringis
menurun Terapuetik 4. Mengidentifikasi respon
1. Berikan teknik cukup
6. Pola tidur nyeri non verbal
membaik nonfarmakologi menurun
Pasien tampak meringis
untuk - Sikap protektif
5. Menjelaskan penyebab,
mengurangi sedang
rasa nyeri periode, dan pemicu
- Frekuensi nadi
2. Pertimbangkan nyeri
cukup
jenis dan 6. Menjelaskan strategi
membaik
sumber nyeri meredakan nyeri
dalam (N: 83 x/menit)
7. Mengajarkan teknik
pemilihan - Tekanan darah
nonfarmakologi untuk
strategi cukup
mengurangi nyeri yaitu
meredakan membaik
55

nyeri terapi Relaksasi Guide (TD 140/80


mmHg)
56

Edukasi Imagery dan Teknik


1. Jelaskan Relaksasi nafas dalam A:
periode, 8. Berkolaborasi Masalah teratasi
penyebab, dan pemberian obat sebagian
pemicu nyeri antihipertensi
(Amlodipin 1x1) P:
Lanjutkan
intervensi
mandiri nomor
7 dan 8
56

No Diagnosa Luaran Intervensi Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi


Keperawatan
2. Kesiapan Setelah dilakukan Edukasi Proses 13 April 1. Menyediakan 14 April S:
Peningkatan intervensi 2x24 Penyakit (I.12443) 2022 materi dan 2022 Pasien
Manajemen jam Observasi media mengatakan
Kesehatan b.d “Manajemen 1. Identifikasi pendidikan sudah memahami
Kontrol Tekanan Kesehatan kesiapan dan kesehatan mengenai
darah Keluarga kemampuan 2. Melakukan penyakit
(L.12105)” menerima pendidikan hipertensi dan
meningkat, dengan informsi kesehatan bahaya yang
kriteria hasil : Terapuetik tentang dapat
1. Kemampuan 1. Sediakan hipertensi ditimbulkan oleh
menjelaskan materi dan pada lansia penyakit tersebut
masalah media 3. Memberikan sesi
kesehatan pendidikan tanya jawab
O:
yang dialami kesehatan 4. Menganjurkan
- Kemampuan
meningkat 2. Jadwalkan pasien untuk
menjelaskan
2. Aktivitas pendidikan mengurangi
masalah
keluarga kesehatan garam/makanan
kesehatan yang
mengatasi sesuai yang asin
dialami
masalah kesepakatan 5. Menganjurkan
(meningkat)
kesehatan 3. Berikan pasien minum
- Aktivitas
tepat cukup kesempatan obat secara
keluarga
meningkat untuk bertanya rutin
mengatasi
3. Verbalisasi Edukasi
1. Jelaskan masalah
kesulitan
kesehatan tepat
menjalankan penyebab dan
cukup
perawatan faktor risiko
(meningkat)
yang penyakit
2. Jelaskan - Verbalisasi
Ditetapkan
cukup proses kesulitan
menurun menjalankan
57

patofisiologi perawatan
munculnya yang
penyakit ditetapkan
3. Jelaskan tanda (cukup
dan gejala menurun)
yang
ditimbulkan A:
oleh penyakit Masalah
4. Jelaskan teratasi
kemungkinan
terjadinya P:
komplikasi Hentikan
5. Ajarkan cara intervensi
meredakan
atau
mengatasi
gejala yang
dirasakan
6. Ajarkan cara
meminimalka
n efek
samping dari
intervensi
atau
pengobatan.
58

No Diagnosa Luaran Intervensi Hari/Tgl Implementasi Hari/Tgl Evaluasi


Keperawatan
3. Gangguan Pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur 13 April 1. Mengidentifikasi 14 April S:
Tidur bd Kurang intervensi 2x24 (I.05174) 2022 pola aktifitas 2022 Pasien
Kontrol Tidur jam “Pola Tidur Observasi tidur mengatakan
(L.05045)” 1. Identifikasi 2. Mengidentifikasi sudah bisa tidur
membaik, dengan pola aktifitas faktor lebih awal
kriteria hasil : tidur pengganggu tidur daripada
1. kesulitan 2. Identifikasi 3. Identifikasi sebelumnya
tidur faktor makanan/minu
menurun pengganggu man yang O:
2. Keluhan tidur mengganggu tidur - Keluhan
sering 3. Identifikasi (pasien senang sering
terjaga makanan/minu minum kopi terjaga
menurun man yang hitam) menuru
3. Keluhan mengganggu 4. Menganjurkan n
tidak puas tidur pasien untuk - Keluhan
tidur Terapuetik mengurangi sulit tidur
menurun 1. Modifikasi makan/minuma n menurun
4. Keluhan lingkungan yang - Keluhan
pola tidur (mis mengganggu tidur tidak puas
berubah pencahayaan) tidru
menurun 2. Batasi waktu menurun
5. Keluhan tidur siang A:
istirahat Edukasi Masalah teratasi
tidak cukup 1. Anjurkan
sebagian
menurun menepati
kebiasaan
P:
waktu tidur
Lanjutkan
intervensi
59

mandiri nomor
60

2. Anjurkan
menghindari
makan/minum
an yang
mengganggu
tidur
Lampiran II : Dokumentasi

61
Lampiran III : Leaflet Hipertensi

62

Anda mungkin juga menyukai