DISUSUN OLEH:
Kelompok 3
Menyetujui
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
Universitas Sari Mulia
1
Di Indonesia, kasus baru dan kasus kematian akibat leukemia
cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 terdapat 19
kasus baru dan 31 kasus kematian, pada tahun 2011 tidak terjadi
peningkatan kasus baru yaitu tetap pada angka 19 kasus baru, namun terjadi
peningkatan kasus kematian menjadi 35 kasus, pada tahun 2012 terjadi
peningkatan kasus baru dan kematian menjadi 23 kasus baru dan 42 kasus
kematian, dan tahun 2013 terjadi peningkatan lagi menjadi 30 kasus baru
dan 55 kasus kematian (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan kembali menjadi 46 kasus leukemia (Kemenkes, 2015).
Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki prevalensi 2,47% dengan
penyakit kanker kedua terbanyak setelah provinsi Yogyakarta 4,9%
(Riskesdas, 2018). Kota Padang, khususnya di RSUP Dr. M. Djamil Padang
menunjukan bahwa terjadi peningkatan kasus leukemia lympoblastic akut
(LLA) pada anak yang berusia 0-14 tahun dari tahun 2016-2018. Pada tahun
2016 tercatat 51 kasus anak penderita LLA, lalu terjadi peningkatan pada
tahun 2017 yaitu tercatat 89 kasus anak penderita LLA, dan terjadi
peningkatan kembali pada tahun 2018, yaitu tercatat sebanyak 144 anak
penderita LLA (Data Rekam Medik Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil
Padang, 2016, 2017, 2018).
Penatalaksanaan leukemia meliputi kemoterapi, radioterapi,
transplantasi sumsum tulang dan steroid. Masing-masing terapi memiliki
dampak yang berbeda-beda terhadap kesehatan dan perkembangan pasien
selanjutnya, oleh karena itu dampak setiap terapi harus dikenali untuk
memungkingkan akses informasi pengobatan (Whitaker & Green, 2014).
Terapi yang dinilai sangat efektif untuk leukemia adalah kemoterapi.
Kemoterapi dinilai efektif dalam pengobatan kanker, menjaga dan menahan
penyebaran sel kanker, memperlambat pertumbuhan sel kanker, membunuh
sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan mengurangi gejala
yang disebabkan oleh kanker (ACS, 2018). Kemoterapi untuk penderita
leukemia terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap induksi, konsolidasi, dan
maintenance (Wong et al, 2009).
Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka
kesembuhan pada penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik
maupun psikologis pada anak. Pada penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo
(2018) gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi ialah mual, munttidah,
mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi, penurunan
berat badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis.
Kemoterapi juga memiliki dampak signifikan pada status psikologis
pasien yaitu harga diri yang rendah pada anak- anak (Sherief, 2015). Pasien
yang hidup dengan kanker stadium lanjut mengalami gejala psikologis yaitu,
kecemasan, gejala depresi, dan keputusasaan (Bail et al, 2018).
Gejala fisiologis yang tidak ditangani secara tepat dapat
mempengaruhi psikologis pasien, yang mana gejala fisiologis yang timbul
akibat kemoterapi dapat menimbulkan stres bagi pasien (Djoerban, 2014).
Hal ini dibuktikan dengan Penelitian Mcculloch, Hemsley & Kelly (2018)
mengatakan bahwa gejala-gejala fisiologis yang dialami pasien selama
kemoterapi seperti nyeri, mukositis, mual, muntah, perubahan berat badan,
kekurangan nutrisi, kelelahan, gangguan tidur, dapat menimbulkan gejala
psikologis yang akan terjadi seperti perasaan sedih, depresi, cemas, takut,
dan khawatir akan terjadi gejala yang lebih parah selama perawatan mereka.
Oleh karena itu, perlu adanya penanganan terhadap gejala fisiologis
kemoterapi terlebih dahulu untuk mengurangi gejala psikologis yang akan
terjadi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini untuk mempelajari tentang penyakit
leukemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari perjalanan penyakit leukemia
b. Mempelajari pengkajian pada pasien dengan diagnosa leukemia
c. Mepelajari diagnosa keperawatan apa saja yang muncul pada
pasien leukemia
d. Melakukan perencanaan pada pasien leukemia
e. Melakukan implementasi pada pasien leukemia
f. Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan pada pasien leukemia
C. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil masalah ini dapat menambah wawasan dan mengembangkan
pengetahuan khususnya dalam keperawatan kegawatdaruratan mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa leukemia.
2. Praktis
a. Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien leukemia
b. Diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan baik pada
pasien dengan diagnosa keperawatan leukemia
c. Diharapkan dapat mengolah asuhan keperawatan terbaik khususnya
dalam pemberian asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
leukemia.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 1. Darah
4. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan
genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak. (Hidayat, 2020).
Pathway
O2 darah
Nyeri Akut turun
Perfusi Perifer
Tidak Efektif Hipoksia
Hipovolemia
Mual, muntah Kulit kering Kerontokan rambut
Pathway Leukimia
(Suriadi & Yuliani 2020)
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang khas leukemia secara umum menurut (Effendi, 2019):
1) Pucat
2) Panas
3) Splenomegali
4) Hepatomegali
5) Limfadenopati
6) Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan
perdarahan gusi
6. Komplikasi
a. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa
anak-anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena
neutropenia. Anak paling rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase
penyakit berikut:
1) Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika
proses leukemia telah menggantikan leukosit normal.
2) Selama terapi imunosupresi
3) Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga
mempredisposisi pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
Walau demikian , penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni
granulosit telah mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak
yang mendapat terapi kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi
adalah pencegahan (Wong, 2019)
b. Perdarahan
Sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan
merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini
sebagaian besar episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan
dengan pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena
lokasi perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit
sedapat mungkin harus dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari
tangan, pungsi vena dan penyuntikan IM dan aspirasi sumsum tulang,
prosedur pelaksanaannya harus menggunakan teknik aseptic, dan
lakukan pemantauan kontinu untuk mendeteksi perdarahan.
c. Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian
total sumsum tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi,
transfusi darah mungkin diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa
dilakukan dalam perawatan anak yang menderita anemia harus
dilaksanakan.
(Wong, 2019)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) dan Apus Darah Tepi
a) Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat
diagnosis. Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung
dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah
b) Hiperleukositosis (> 100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15%
pasien dan dapat melebih 200.000/mm3.
c) Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia
d) Proporsi sel blast pada hitung leukosit bervariasi dari 0-100%
e) hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3
f) Kadar hemoglobin rendah
b. Aspirasi dan Biopsi sumsum tulang
Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan limpoblast yang
sangat banyak lebih dari 90% sel berinti pada ALL dewasa. Jika
sumsum tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka
aspirasi sumsum tulang dapat tidak berhasil, sehingga touch imprint dari
jaringan biopsy penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan
sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
1) Sitokimia
Pada ALL, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase akan
memberikan hasil yang negative. Mieloperoksidase adalah enzim
sitoplasmik yang ditemukan pada granula primer dari precursor
granulositik yang dapat dideteksi pada sel blast AML.
Sitokimia berguna untuk membedakan precursor B dan B-ALL
dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T
yang gans, sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang positif
pada pewarnaan periodic acid Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan
oleh limpoblast dapat dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase
atau flow cytometry
2) Imunofenotif (dengan sitometri arus/ Flow cytometry)
Reagen yang dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtype
imunologi adalah antibody terhadap:
a) Untuk sel precursor B: CD 10 (common ALL antigen),
CD19,CD79A,CD22, cytoplasnic m-heavy chain, dan TdT
b) Untuk sel T: CD1a,CD2,CD3,CD4,CD5 ,CD7,CD8 dan TdT
c) Untuk sel B: kappa atau lambda CD19,CD20, dan CD22
3) Sitogenetik
Analisi sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan
sitogenetik berhubungan dengan subtype ALL tertentu, dan dapat
memberikan informasi prognostik. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t
(8;22) hanya ditemukan pada ALL sel B, dan kelainan kromosom ini
menyebabkan disregulasi dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-
myc pada kromosom.
4) Biopsi limpa
pemeriksaan ini memeperlihatkan poriferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limposit
normal, RES, granulosit, dan pulp cell.
8. Penatalaksanaan
a. Kemotherapi
Bertujuan untuk mengurangi remisi, pada sumsum tulang yang normal
dimana sel blast <5% dan tidak ada tanda klinis.
b. Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan
transfuse trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
c. Obat-obat kortikosteroid
Kombinasi prednison, vinkristin diharapkan dapat mengurangi remisi
pada sekitar 95% anak dengan Akut Limfositik Leukemia.
d. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkatopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten
seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai
nama obat lainnya. umumnya sitostatiska diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednisone. Pada pemberian obat-obatan ini
sering terdapat akibat samping berupa alopecia, stomatitis, leucopenia,
infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari
2000/ mm3 pemberiannya harus hati-hati.
e. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai
diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru, masih dalam
pengembangan)
f. Transplantasi sum-sum tulang
1) Sebelum transplantasi pasien menjalani penyinaran seluruh tubuh
dan kemotherapi mengurangi kemungkinan penolakan.
2) Transplantasi dianjurkan pada penderita akut Limfositik Leukemia
dengan remisi ke-2
3) Transplantasi membutuhkan donor sumsum tulang dari saudara
sekandung.
g. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-
sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray
dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika
terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
h. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.
C. Konsep Dasar Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses yang komples yang sistematis
untuk bekerja sama dengan pasien maupun keluarga. Tahapan dari proses
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, penyusunan
perencanaan, pelaksanaan rencana sebuah asuhan keperawatan dan
peniliaian hasil (Padila, 2019 dan Nurarif, 2019).
1. Pengkajian
a. Identitas dan Riwayat Kesehatan
1) Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga
dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya
dengan klien.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan
keluhan sekarang.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda
dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya
yang dilakukan.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit Leukemia
b. Pemeriksaan Fisik Data Fokus
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada leukemia
a) Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan, kelemahan, malaise
b) Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
c) Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah
liat.
d) Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
e) Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur,
asteriksis
f) Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
g) Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran
nodus servikal posteior
h) Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
a) Tanda – tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadi brakikardial,
suhu meningkat, pernafasan meningkat.
b) Mata : Skera ikterik
c) Mulut : Mukosa kering, bibir pucat.
d) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler.
e) Kulit :Gatal – gatal ( pruritus )
f) Ekstremitas : Mengalami kelemahan, peningkatan edema
2. Dignosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
2) Gangguan Citra Tubuh b/d Efek Pengobatan (kemoterapi)
3) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi Hemoglobin
4) Gangguan Integritas Kulit/jaringan b/d Kerusakan Jaringan
5) Hipovolemia b/d Kehilangan Cairan Aktif
6) Nausea berhubungan dengan gangguan esophagus
7) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
8) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
Agen selama 1x24 jam masalah keperawatan Observasi
Pencedera gangguan pertukaran gas dapat teratasi - Identifikasi skala nyeri
Biologis dengan kriteria hasil: - Identifikasi respon nyeri non verbal
Mobilitas Fisik (L.05042) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Pergerakan eksermitas meningkat memperingan nyeri
2. Kekuatan otot meningkat Terapeutik
3. Nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
4. Kelemahan fisik menurun mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Tubuh berhubungan 3x24 jam diharapkan citra tubuh meningkat Observasi:
dengan Efek dengan kriteria hasil: - Identifikasi harapan citra tubuh
Pengobatan Citra Tubuh (L.09067) berdasarkan tahap perkembangan
(kemoterapi) 1. Verbalisasi perasaan negatif tentang - Identifikasi perubahan citra tubuh yang
perubahan tubuh menurun mengakibatkan isolasi sosial
2. Melihat bagian tubuh membaik - Monitor frekuensi pernyataan kritik
3. Menyentuh bagian tubuh membaik terhadap diri sendiri
Edukasi
- Jelaskan pada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis.wig,kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Terapeutik:
- Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
3 Perfusi Perifer Tidak
Perfusi Perifer (L.02011) Pemantauan Hasil Lab (I.02057)
Setelah diberikan resume keperawatan selama 1x Observasi
Efektif b.d
60 menit perfusi perifer tidak efektif teratasi 1) Identifikasi pemeriksaan laboratorium
penurunan dengan Kriteria Hasil: yang dibutuhkan
1. Warna Kulit pucat dari (3) sedang menjadi 2) Monitor hasil laboratorium yang
konsentrasi
(4) cukup menurun dibutuhkan
Hemoglobin 2. CRT dari (3) sedang menjadi (4) cukup 3) Periksa kesesuaian hasil laboratorium
membaik dengan penampilan klinis pasien
3. Akral dari (3) sedang menjadi (4) cukup Terapeutik
membaik 1) Interpretasikan hasil pemeriksaan lab
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan dokter jika hasil
laboratorium memerlukan intevensi
4 Gangguan Integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Perawatan Luka (I.06202)
Kulit/Jaringan b.d 1x8 jam gangguan integritas kulit/jaringan - Monitor karakteristik luka
kerusakan jaringan teratasi dengan Kriteria Hasil: - Monitor tanda tanda infeksi
Penyembuhan luka (L.14130) Terapeutik
1. Penyatuankulit meningkat - Lepaskan balutan secara perlahan
2. Penyatuantepi luka meningkat - Besihkan dengan cairan NACL
3. Jaringan granulasi meningkat - Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Nyeri menurun Edukasi
5. Bau tidak sedap pada luka menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Nekrosis menurun Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian debridement
- Kolaborasi pemberian antibiotik
5 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 Manajemen Hipovolemia ( I.03116)
Kehilangan Cairan jam diharapkan status cairan membaik dengan Observasi:
Aktif kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Status Cairan (L.03028) (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
1. Turgor kulit membaik teraba lemah, tekanan darah menurun,
2. TTV membaik tekanan nadi menyempit, turgor kulit
3. Membrane mukosa menurun, membran mukosa, kering,
volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan’
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotons
(mis. Nacl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian produk darah
6 Nausea Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual (I.03117)
berhubungan selama 3x24 jam masalah keperawatan Observasi
dengan gangguan gangguan tingkat kenyamanan dapat - Monitor mual
esophagus teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor asupan nutrisi dan kalori
Status Kenyamanan (L.08064) Terapeutik
1. Keluhan sulit tidur menurun - Kurangi atau hilangkan keadaan
2. Mual menurun penyebab mual
3. Pola eliminasi membaik - Berikan makanan dingin, cairan bening,
4. Pola tidur membaik tidak berbau dan tidak bewarna
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajeman Jalan Napas (L01011)
efektif b.d hambatan 1x8 jam diharapkan pola napas teratasi dengan Observasi :
upaya napas kriteria hasil : a. Monitor pola napas (frekuensi,
1. Dispnea yang awalnya meningkat (1) menjadi kedalaman,usaha napas)
sedang (3). b. Monitor bunyi napas yambahan (mis,
2. Penggunaan otot bantu nafas yang awalnya gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
meningkat (1) menjadi sedang (3) Terapeutik :
3. Kedalaman napas yang awalnya memburuk (1) a. Posisikan semi-fowler atau fowler
menjadi sedang (3) b. Berikan oksigen, jika perlu
4. Frekuensi Napas yang awalnya memburuk (1) Edukasi:
menjadi sedang (3) Ajurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
8 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Label: Manajemen Energi
b.d diharapkan masalah teratasi dengan kriteria Observasi
ketidakseimbangan hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antara suplai dan Label: Toleransi Aktivitas menyebabkan kelelahan
kebutuhan oksigen - Mampu melakukan aktivitas secara mandiri - Monitor pola dan jam tidur
- Kekuatan tubuh meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Tidak mengeluhkan merasa lelah Terapeutik
- Tidak merasa sesak saat beraktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
dapat berjalan atau berpindah tempat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
I. Identitas Klien
Nama : Nn.N Agama : Islam
No. RM : XXXXXX Suku : Banjar
Umur : 20 Tahun Tanggal MRS : 27 juni 2023
Pendidikan : SMA Jam Masuk IGD : WITA
Pekerjaan : Mahasiswa Tgl & Jam Pengk : 27 juni 2023/ 19.00
Status Perkawinan : Belum Menikah Diagnosa Medis : Leukemia
Alamat : Jl. A
II. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan pusing dan lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan di RS Barabai pasien tidak ada dapat pendonor trombosit lalu pasien
di rujuk ke ulin sekaligus melkaukan kemoterapi ke 2 kemoterapi pertama pada bulan
November. Pasien mengatakan mengeluh pusing, lemas dan muntah-muntah kurang lebih
7x dalam sehari. TD : 106/77 mmHg, RR : 21x/menit, HR : 100x/menit, T : 37,8 oC.. Saat
pasien di rawat di RS ulin pasien sempat mengalami kejang 1x. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan BB awal : 65Kg, BB sekarang : 62Kg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS Barabai selama 6 hari tidak ada batuk-batuk
namun setelah dirawat pasien mengeluh batuk-batuk. Saat masuk RS Barabai pasien juga
mengeluh demam, mual muntah.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada memiliki penyakit yang
sama dengan pasien, tidak ada memiliki Riwayat HT, dan DM.
Diagnosis Keperawatan:
1. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
III. Pengkajian Primer / Triase
1. Keadaan Umum (Gambaran Umum Pasien, Mekanisme Cidera, Orientasi)
Pasien tampak lemes karena tidak nafsu makan
Diagnosis Keperawatan:
-
3. Breathing (Pola Nafas)
Pasien tidak tampak sesak napas, pernapasan reguler, tidak tampak menggunakan otot
bantu napas, kedalaman dangkal, pengembangan dinding dada tampak simetris antara kiri
dan kanan, tidak tampak ada cuping hidung, RR: 21 x/menit, pulse: reguler, SPO 2: 99%
dengan nasal kanula 3 lpm.
Diagnosis Keperawatan:
-
4. Circulation
Akral Teraba dingin, frekuensi nadi perifer 100x/menit Cepat, kuat, dan reguler, CRT > 2
detik, kulit tampak pucat, suhu tubuh 37,8°, tekanan darah 106/77 mmHg.
Diagnosis Keperawatan:
- Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi Hemoglobin
5. Disability
GCS: E 4 M 6 V 5, pupil isokor (pupil di kedua mata besarnya sama), pasien tampak
lemah, tingkat kesadaran composmentis dan GDS: 90 mg/dl, suhu 37,8 oC
Diagnosis Keperawatan:
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Diagnosis Keperawatan:
-
IV. Pemeriksaan SAMPEL
S : -
A : -
M : -
P : -
E : -
L : -
V. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala & Leher
Inspeksi: Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata dan tampak rambut
berwarna hitam, leher tampak tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan JVP., pasien tampak mual, pasien tampak pucat
Palpasi: Tidak terdapat luka di area kepala dan tidak terdapat massa serta nyeri tekan
dan pada leher palpasi arteri carotis seimbang antara sinistra dan dextra, pada trakea
tidak ada pergeseran dan tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : Bentuk dada pasien normal chest, naik turun dada seimbang saat
respirasi, RR: 21x/menit irama: reguler, pulse: reguler, SPO2: 99%
Auskultasi : Terdengar suara vesikuler di lobus paru dextra maupun sinistra
Perkusi : Suara sonor terdengar di lobus sinistra maupun dextra
Palpasi : Tidak ada benjolan, taktil fremitus getarannya sama dan kuat di bagian
dextra dan sinistra, tidak ada nyeri saat di palpasi, pada thorax belakang normal
getaran seimbang
Jantung :
Inspeksi: Tidak ada benjolan, iktus kurdis terlihat di ICS 5
Palpasi: Tidak ada nyeri saat di palpasi, PMI (Point Max Implus) teraba di ICS 5
Perkusi:
Kanan atas: ICS 2: redup
Kanan bawah: ICS 4 (midaksila): redup
Kiri atas: ICS 2: redup
Kiri bawah: ICS 4 (midklavikula): redup
Auskultasi: saat dilakukan pengkajian bunyi jantung pasien terdengar lup-dup
Sirkulasi: tidak ada masalah
2. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas tidak ada luka post op pada abdomen,
tidak ada pembesaran, tidak tampak asites, tidak distensi, HJR negatif
Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak Terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ di abdomen
Pelvis
Inspeksi : Tampak tidak ada kelainan pada pelvis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada pelvis
3. Punggung
Inspeksi : Bentuk punggung normal, punggung tampak simetris, tidak ada
pembekakan pada punggung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris
4. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas:
1) Inspeksi : Ekstremitas bagian dextra tampak terpasang venplon, tidak ada
garis-garis kemerahan atau kecokelatan pada kuku pasien tidak ada perubahan
warna pada ekstremitas atas, akral teraba dingin.
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan yang abnormal
pada ekstremitas atas.
b. Ekstremitas bawah:
1) Inspeksi : Ekstremitas bawah tampak tidak ada edema, luka dan kulit tampak
kering.
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan yang abnormal
pada ekstremitas bawah.
kala otot:
Dextra Sinistra
Keterangan Skala Otot:
Dextra Sinistra 0: Tidak ada kontraksi
4444 4444 1: Ada tanda kontraksi
4444 4444 2: Tidak mampu melawan gravitasi
3: Mampu melawan gravitasi
4: Bergerak lemah dan mampu melawan gravitasi
5: Kekuatan normal
Skala aktivitas: 2
5. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 106/77 mmHg
Nadi : 100x/mnt (Kualitas: kuat ; Ritme: reguler)
Respirasi : 21x/mnt (Effort; reguler Ritme: reguler)
Suhu : 37,8 0C
GCS : E: 4 V: 5 M: 6
Tingkat kesadaran : Composmentis
Diagnosis Keperawatan:
-
VI. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
1. Pemeriksaan Diagnostik
VII. Pengobatan
1. IVFD Ns 20 tpm
2. Ondansentron 1 amp
VIII. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi (TABEL)
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian primer pasien didapatkan
1. Keadaan Umum Pasien tampak lemes tidak nafsu makan
2. Airway (Jalan Nafas) pasien paten tidak terdapat sumbatan secret, ataupun sumbatan
lainnya
3. Breathing (Pola Nafas)
RR : 21x/menit regular tidak ada penggunaan otot bantu nafas atau cuping hidung
4. Circulation
Akral Teraba hangat, Nadi 100x/menit Cepat dan kuat, Spo2 : 99%
TTV:
Tekanan Darah : 106/77 mmHg
Nadi : 100x/mnt (Kualitas: kuat; Ritme: reguler)
Respirasi : 21 x/mnt
Suhu : 37,8 oC
SPO2 : 99%
B. Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen
Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas tidak ada luka post op pada abdomen,
tidak ada pembesaran, tidak tampak asites, tidak distensi, HJR negatif
Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak Terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ di abdomen
Sesuai dengan teori yang dikemukakan, bahwa pada pasien dengan leukemia
biasanya di temykan pemeriksaan fisik Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas, pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler, Fadila (2019)
C. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan sesuai dengan pengkajian yang dilakukan berdasarkan
pedoman (SDKI., 2018) beserta keterangan dari pasien maupun keluarga pasien serta
pemeriksaan penunjang, yaitu:
1. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin di
tandai dengan keluhan CRT > 2 detik, tampak pucat, Hb turun dan hemotokrit turun
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan di tandai dengan keluhan lemas
(SDKI., 2018)
D. Intervensi
1. Intervesi yang dilakukan pada pasien hipertermi yaitu dengan monitor suhu tubuh pasien
agar dapat selalu terpantau, memberikan cairan oral atau minum air untuk asupan cairan,
sediakan lingkungan yang dingin, anjurkan tirah baring, dan kolaborasi pemberian cairan
intravena dan antipiretik (M.Falah,2020)
2. Intervensi yag dilakukan pada pasien nausea yang dimana pasien muntah 7x sehingga
dapat beresiko membuat pasien kekurangan cairan sehingga diperlukannya intervensi
terapeutik pemberian cairan, lakukan monitor asupan nutrisi dan kalori, dan kolaborasi
pemberian analgetik penyebab mual, memonitor mual, intensitas mual, mengurangi
penyebab yang dapat mengakibatkan mual, mengatur posisi yang nyaman untuk pasien,
dan menganjurkan pasien untuk beristirahat, serta berkolaborasi pemberian anti emetic
( M.Falah,2020)
3. Intervensi defist nutrisi yang dimana pasien mengalami penurunan berat badan sehingga
pasien menjadi lemes, maka intervensi yang dilakukan anjurkan makan sedikit tapi sering,
berikan makanan tinggi kalori tinggi protein (M.Falah,2020)
E. Implementasi
Implementasi dilakukan pada pasien dengan melakukan pemberian cairan oral atau minum
yang dimana pasien mengalami hipertermi dan mual muntah agar dapat menetral suhu tubuh
dan mengganti cairan yang hilang diakibatkan mual muntah, pasien juga terpasang infus atau
cairan intravena. Pasien dianjurkan makan sedikit namun sering agar nutrisi pasien bisa
membaik dikarenakan pasien tidak nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan.
F. Evaluasi
Saat dilakukan evaluasi pada pasien, ada beberapa diagnosa keperawatan yang sudah
teratasi dan ada juga yang masih belum teratasi dan perlu tindakan lebih lanjut atau bertahap
yaitu Perfusi Perifer tidak efektif yang dimana masalah ini masih belum teratasi dikarenakan
pasien masih tampak pucat, hb menurun, hematokrit menurun dan CRT> 2 Detik. Ada pun
diagnosa keperawatan yang sudah teratasi yaitu Intoleransi Aktivitas yang dimana pasien
sudah tidak merasa lemas lagi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
a. Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. leukemia diturunkan dari bahasa Yunani leukos dan
aima yang berarti “putih” dan “darah” yang mengacu pada peningkatan abnormal
dari leukosit. Peningkatan tidak terkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia,
infeksi, trobositopenia, dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian.
b. Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang
kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering,
kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan factor
genetic. Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka
kematian yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan
faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.
B. SARAN
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat
menjalani hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup
pasien, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk selalu
mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus memperhatikan personal
hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya penyakit leukemia
pasien.