Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. N DENGAN DIAGNOSA


LEUKEMIA RSUD ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
Kelompok 3

Muhammmad Fahrizal, S. Kep 11194692210143


Febby Nathalia Dano, S.Kep 11194692210137
Nina Fahriani, S..Kep 11194692210146
Rini Kresti Sundari, S. Kep 11194692210153

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Laporan Seminar Kasus Asuhan Keperawatan


Pada Nn.N Dengan Diagnosa Leukemia di RSUD
Ulin Banjarmasin
KELOMPOK : 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Muhammmad Fahrizal, S. Kep 11194692210143
Febby Nathalia Dano, S.Kep 11194692210137
Nina Fahriani, S..Kep 11194692210146
Rini Kresti Sundari, S. Kep 11194692210153

Banjarmasin, Juli 2023

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)

H.M.Fadli, S.Kep., Ns Bagus Rahmat Santoso, Ns., M.Kep


NIP.19670610199003.1022 NIK. 1166042009021

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Laporan Seminar Kasus Asuhan Keperawatan


Pada Nn.N Dengan Diagnosa Leukemia di
RSUD Ulin Banjarmasin
KELOMPOK : 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK : Muhammmad Fahrizal, S. Kep 11194692210143
Febby Nathalia Dano, S.Kep 11194692210137
Nina Fahriani, S..Kep 11194692210146
Rini Kresti Sundari, S. Kep 11194692210153
Banjarmasin, Juli 2023

Menyetujui

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Akademik (PA)

H.M.Fadli, S.Kep., Ns Bagus Rahmat Santoso, Ns., M.Kep


NIP.19670610199003.1022 NIK. 1166042009021

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
Universitas Sari Mulia

Muhammad Arief Wijaksono, S.Kep., Ns., MAN


NIK. 116601201608
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Leukemia atau yang dikenal sebagai kanker darah merupakan


keganasan yang menyerang jaringan pembentuk darah atau yang dikenal
sebagai sumsum tulang (Keene, 2018). Leukemia dapat menyerang semua
jenis usia dengan insidensi yang paling sering terjadi adalah pada anak
(WHO, 2015). Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia
merupakan jenis kanker yang terjadi sekitar 29% pada anak-anak yang
berusia 0-14 tahun (ACS, 2018). Sebagian besar leukemia yang dialami oleh
anak adalah yaitu leukemia limfoblasitk akut (LLA) (Emadi & Karp, 2017).
Leukemia limfoblastik akut (LLA) merupakan bentuk leukemia yang paling
lazim dan paling umum dijumpai pada anak yaitu terhitung sekitar 74% (ACS,
2018).

Prevalensi leukemia dari seluruh negara ditemukan sebanyak 2,4%


kasus baru dan 3,2% kasus kematian yang terjadi di tahun 2018 (Global
Cancer Statistic, 2018). Data dari American Cancer Society (ACS)
menunjukkan bahwa di Amerika Serikat kejadian leukemia pada tahun 2016
sampai 2017 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2018 terjadi
sedikit penurunan, dan diperkirakan pada tahun 2019 akan terjadi
peningkatan kembali. Pada tahun 2016 terdapat sekitar 60.140 kasus baru
dan 24.500 kasus kematian, terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu
62.130 kasus baru dan 24.500 kasus kematian, sedangkan pada tahun
2018 mengalami sedikit penurunan sekitar 60.300 kasus baru dan
24.370 kasus kematian. (ACS, 2016, 2017, 2018). Diperkirakan 61.780
kasus baru leukemia akan didiagnosis dan diperkirakan 22.840 kasus
kematian leukemia akan terjadi di AS pada tahun 2019 (American Cancer
Society, 2019).

1
Di Indonesia, kasus baru dan kasus kematian akibat leukemia
cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2010 terdapat 19
kasus baru dan 31 kasus kematian, pada tahun 2011 tidak terjadi
peningkatan kasus baru yaitu tetap pada angka 19 kasus baru, namun terjadi
peningkatan kasus kematian menjadi 35 kasus, pada tahun 2012 terjadi
peningkatan kasus baru dan kematian menjadi 23 kasus baru dan 42 kasus
kematian, dan tahun 2013 terjadi peningkatan lagi menjadi 30 kasus baru
dan 55 kasus kematian (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014 mengalami
peningkatan kembali menjadi 46 kasus leukemia (Kemenkes, 2015).
Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki prevalensi 2,47% dengan
penyakit kanker kedua terbanyak setelah provinsi Yogyakarta 4,9%
(Riskesdas, 2018). Kota Padang, khususnya di RSUP Dr. M. Djamil Padang
menunjukan bahwa terjadi peningkatan kasus leukemia lympoblastic akut
(LLA) pada anak yang berusia 0-14 tahun dari tahun 2016-2018. Pada tahun
2016 tercatat 51 kasus anak penderita LLA, lalu terjadi peningkatan pada
tahun 2017 yaitu tercatat 89 kasus anak penderita LLA, dan terjadi
peningkatan kembali pada tahun 2018, yaitu tercatat sebanyak 144 anak
penderita LLA (Data Rekam Medik Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. M. Djamil
Padang, 2016, 2017, 2018).
Penatalaksanaan leukemia meliputi kemoterapi, radioterapi,
transplantasi sumsum tulang dan steroid. Masing-masing terapi memiliki
dampak yang berbeda-beda terhadap kesehatan dan perkembangan pasien
selanjutnya, oleh karena itu dampak setiap terapi harus dikenali untuk
memungkingkan akses informasi pengobatan (Whitaker & Green, 2014).
Terapi yang dinilai sangat efektif untuk leukemia adalah kemoterapi.
Kemoterapi dinilai efektif dalam pengobatan kanker, menjaga dan menahan
penyebaran sel kanker, memperlambat pertumbuhan sel kanker, membunuh
sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh lainnya dan mengurangi gejala
yang disebabkan oleh kanker (ACS, 2018). Kemoterapi untuk penderita
leukemia terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap induksi, konsolidasi, dan
maintenance (Wong et al, 2009).
Pengobatan dengan kemoterapi telah berhasil menaikkan angka
kesembuhan pada penderita leukemia tetapi memiliki gejala bagi fisik
maupun psikologis pada anak. Pada penelitian Nurgali, Jagoe & Abalo
(2018) gejala fisik yang ditimbulkan akibat kemoterapi ialah mual, munttidah,
mukositis, gangguan gastrointestinal, anoreksia, malabsorpsi, penurunan
berat badan, anemia, kelelahan dan peningkatan resiko sepsis.
Kemoterapi juga memiliki dampak signifikan pada status psikologis
pasien yaitu harga diri yang rendah pada anak- anak (Sherief, 2015). Pasien
yang hidup dengan kanker stadium lanjut mengalami gejala psikologis yaitu,
kecemasan, gejala depresi, dan keputusasaan (Bail et al, 2018).
Gejala fisiologis yang tidak ditangani secara tepat dapat
mempengaruhi psikologis pasien, yang mana gejala fisiologis yang timbul
akibat kemoterapi dapat menimbulkan stres bagi pasien (Djoerban, 2014).
Hal ini dibuktikan dengan Penelitian Mcculloch, Hemsley & Kelly (2018)
mengatakan bahwa gejala-gejala fisiologis yang dialami pasien selama
kemoterapi seperti nyeri, mukositis, mual, muntah, perubahan berat badan,
kekurangan nutrisi, kelelahan, gangguan tidur, dapat menimbulkan gejala
psikologis yang akan terjadi seperti perasaan sedih, depresi, cemas, takut,
dan khawatir akan terjadi gejala yang lebih parah selama perawatan mereka.
Oleh karena itu, perlu adanya penanganan terhadap gejala fisiologis
kemoterapi terlebih dahulu untuk mengurangi gejala psikologis yang akan
terjadi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum laporan ini untuk mempelajari tentang penyakit
leukemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari perjalanan penyakit leukemia
b. Mempelajari pengkajian pada pasien dengan diagnosa leukemia
c. Mepelajari diagnosa keperawatan apa saja yang muncul pada
pasien leukemia
d. Melakukan perencanaan pada pasien leukemia
e. Melakukan implementasi pada pasien leukemia
f. Mengevaluasi tindakan asuhan keperawatan pada pasien leukemia
C. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil masalah ini dapat menambah wawasan dan mengembangkan
pengetahuan khususnya dalam keperawatan kegawatdaruratan mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa leukemia.
2. Praktis
a. Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada pasien leukemia
b. Diharapkan dapat menerapkan asuhan keperawatan dengan baik pada
pasien dengan diagnosa keperawatan leukemia
c. Diharapkan dapat mengolah asuhan keperawatan terbaik khususnya
dalam pemberian asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien
leukemia.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi Darah

Gambar 1. Darah

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup


(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus
atau bakteri (Desmawati, 2018).
Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup yang berada
dalam ruang vaskuler, karena perannya sebagai media komunikasi antar
sel ke berbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya
membawa oksigen dari paru-paru kejaringan dan karbondioksida dari
jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan, membawa zat nutrien dari saluran
cerna ke jaringan kemudian menghantarkan hormon dan materi-materi
pembekuan darah (Desmawati, 2018).
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh dimana fungsi utamanya
adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh.
Darah juga mensuplai tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Mallo,
Sompie and Narasiang, 2019).
a. Karakteristik Darah
Karakteristik umum darah meliputi warna, vsikositas, pH, volume, dan
komposisinya (Desmawati, 2018).
1) Warna
Darah arteri berwarna merah muda karena banyak oksigen yang
berkaitan dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Darah vena
berwarna merah tua/gelap karena kurang oksigen dibandingkan
dengan darah arteri.
2) Viskositas Viskositas darah ¾ lebih tinggi dari pada viskositas air
yaitu sekitar 1.048 sampai 1.066.
3) pH pH darah bersifat alkaline dengan pH 7.35 sampai 7.45 (netral
7.00).
4) Volume Pada orang dewasa volume darah sekitar 70 sampai 75
ml/kg BB, atau sekitar 4 sampai 5 liter darah.
5) Komposisi
Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :
a) Plasma darah yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian
terdiri dari 92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil metabolisme,
gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan
garam-garam organik. Protein-protein dalam plasma terdiri dari
serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2 globulin, beta globulin
dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan protein esensial
untuk koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat
penting untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid dan
gamma globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin)
seperti IgM, IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme.
b) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat) kira-kira 45%, terdiri
atas eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell
(RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell
(WBC), dan trombosit atau platelet. Sel darah merah merupakan
unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah putih
dan trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil,
Neutrofil, Limfosit dan Monosit.

b. Struktur Sel Darah


1) Sel darah merah (Eritrosit) Sel darah merah berbentuk cakram
bikonkaf dengan diameter sekitar 7,6 mikron, tebal bagian tepi 2
mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas
membran yang sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi
oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi tidak mempunyai inti
sel. Produksi eritrosit (eritropoisis) dimulai dari munculnya eritroblas
dari sel sistem primitif dalam sumsum tulang. Eritroblas adalah sel
berinti dalam proses pematangan disumsum tulang menimbun
hemoglobin dan secara bertahap kehilangan intinya yang disebut
retikulosit, kemudian selanjutnya mengalami penyusutan ukuran
dan menghilangnya material berwarna gelap (Desmawati, 2018).
2) Sel darah putih (Leukosit) Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar
daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 datah
terdapat 6.000-9.000 sel darah putih, tidak seperti sel darah merah,
sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah
putih bisa bergerak seperti amoeba dan dapat menembus dinding
kepiler. Sel darah putih diproduksi di dalam sumsum merah,
kelenjar limfa, dan limpa (kura). Sel darah putih memiliki ciri-ciri
antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid),
berinti dan ukurannya lebih besar dari pada sel darah merah
(eritrosit) (Desmawati, 2018).
c. Fungsi Darah
Menurut Gaol (2019), fungsi darah adalah sebagai berikut:
1) Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan
menuju ke jaringan tubuh.
2) Mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
3) Mengangkut produk buang dari berbagai jaringan menuju ginjal
untuk di ekskresikan.
4) Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) dan enzim
dari organ ke organ.
5) Ikut berperan dalam mempertahankan keseimbangan air, sistem
buffer seperti bicarbonat di dalam darah, membantu
mempertahankan pH yang konstan pada jaringan dan cairan
tubuh.
6) Berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara
mengangkut panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke
permukaan tubuh.
7) Mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh (keseimbangan
asam dan basa).
8) Membantu pertahanan tubuh terhadap penyakit.
9) Pembekuan darah pada luka, mencegah terjadinya kehilangan
darah yang berlebihan pada waktu luka, serta mengandung faktor-
faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit.

B. Konsep dasar Penyakit


1. Definisi
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal
dari sum-sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih
dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada
leukemia ada gangguan dalam pengaturan sel leukosit. Leukosit dalam
darah berpoliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali dan fungsinya
pun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut fungsi-fungsi lain dari sel
darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala leukemia yang
dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2020)
Leukemia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit
yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit jumlah
berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya anemia dan
trombsitopenia. Leukimia limfosis atau limfositik akut merupakan kanker
jaringan yang menghasilkan leukosit yang imatur dan berlebihan sehingga
jumlahnya menyusup ke berbagai organ seperti sumsum tulang dan
mengganti unsur sel yang normal sehingga mengakibatkan jumlah eritrosit
kurang untuk mencukupi kebutuhan sel sehingga menimbulkan
pendarahan (Hidayat, 2020).
2. Klasifikasi
Maturitas sel dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat
tipe utama leukemia :
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut atau
dapat juga disebut leukemia granulositik akut (LGA), mengenai sel
stem hematopetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel mieloid;
monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik kronis
atau leukemia granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam
keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal
di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia
ditemukan 90% sampai 95% pasien dengan LMK. LMK jarang
menyerang individu di bawah 20 tahun, namun insidensinya meningkat
sesuai pertambahan usia.
c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi
ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki
lebih banyak dibanding perempuan,dengan puncak insidensi pada usia
4 tahun. Setelah usia 15 tahun, LLA jarang terjadi.
d. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan kelainan
ringan yang terutama mengenai individu antara usia 50 sampai 70
tahun. Negara-negara barat melaporkan penyakit ini sebagai leukemia
yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan oleh proliferasi dari
diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang
menunjukkan jaringan asal).
3. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan
struktur gen (T cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi &
Yuliani, 2020).

4. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal.
Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal,
merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah
dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia.
Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan
genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan
mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya
sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak. (Hidayat, 2020).
Pathway

Faktor Eksternal Proliferasi sel kanker Faktor Internal


( Infeksi, Lingkungan, ( Genetik, Imunologi)
obat, radiasi)
Leukemia

Infiltrasi sel neoplastik

Sistem Sistem Infiltrasi sumsum Terapi


muskuloskeletal retikuloendotelial tulang

Infiltrasi periosteal Leukosit netrofil Hematopoiesis terganggu

Kelemahan tulang Gangguan sistem


trombosit Eritrosit
imun

Nyeri akut tulang, trombositopenia Hb turun


sendi

O2 darah
Nyeri Akut turun
Perfusi Perifer
Tidak Efektif Hipoksia

Intoleransi Lemas Sesak


Aktivitas
Pola Nafas Tidak Efektif

Hipovolemia
Mual, muntah Kulit kering Kerontokan rambut

Kerusakan Gangguan Citra


Nausea integritas kulit tubuh

Pathway Leukimia
(Suriadi & Yuliani 2020)
5. Manifestasi Klinis
a. Gejala yang khas leukemia secara umum menurut (Effendi, 2019):
1) Pucat
2) Panas
3) Splenomegali
4) Hepatomegali
5) Limfadenopati
6) Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan
perdarahan gusi
6. Komplikasi
a. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa
anak-anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena
neutropenia. Anak paling rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase
penyakit berikut:
1) Pada  saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika
proses leukemia telah menggantikan leukosit normal.
2) Selama terapi imunosupresi
3) Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga
mempredisposisi pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
Walau demikian , penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni
granulosit telah mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak
yang mendapat terapi kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi
adalah pencegahan (Wong, 2019)
b. Perdarahan
Sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan
merupakan penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini
sebagaian besar episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan
dengan pemberian konsentrat trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena
lokasi perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit
sedapat mungkin harus dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari
tangan, pungsi vena dan penyuntikan IM dan aspirasi sumsum tulang,
prosedur pelaksanaannya harus menggunakan teknik aseptic, dan
lakukan pemantauan kontinu untuk mendeteksi perdarahan.
c. Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian
total sumsum tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi,
transfusi darah mungkin diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa
dilakukan dalam perawatan anak yang menderita anemia harus
dilaksanakan. 
(Wong, 2019)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) dan Apus Darah Tepi
a) Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat
diagnosis. Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung
dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah
b) Hiperleukositosis (> 100.000/mm3) terjadi pada kira-kira 15%
pasien dan dapat melebih 200.000/mm3.
c) Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia
d) Proporsi sel blast pada hitung leukosit bervariasi dari 0-100%
e) hitung trombosit kurang dari 25.000/mm3
f) Kadar hemoglobin rendah
b. Aspirasi dan Biopsi sumsum tulang
Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan limpoblast yang
sangat banyak lebih dari 90% sel berinti pada ALL dewasa. Jika
sumsum tulang seluruhnya digantikan oleh sel-sel leukemia, maka
aspirasi sumsum tulang dapat tidak berhasil, sehingga touch imprint dari
jaringan biopsy penting untuk evaluasi gambaran sitologi.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
monoton, yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan
sistem lain terdesak (aplasia sekunder).
1) Sitokimia
Pada ALL, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase akan
memberikan hasil yang negative. Mieloperoksidase adalah enzim
sitoplasmik yang ditemukan pada granula primer dari precursor
granulositik yang dapat dideteksi pada sel blast AML.
Sitokimia berguna untuk membedakan precursor B dan B-ALL
dari T-ALL. Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T
yang gans, sedangkan sel B dapat memberikan hasil yang positif
pada pewarnaan periodic acid Schiff (PAS). TdT yang diekspresikan
oleh limpoblast dapat dideteksi dengan pewarnaan imunoperoksidase
atau flow cytometry
2) Imunofenotif (dengan sitometri arus/ Flow cytometry)
Reagen yang dipakai untuk diagnosis dan identifikasi subtype
imunologi adalah antibody terhadap:
a) Untuk sel precursor B: CD 10 (common ALL antigen),
CD19,CD79A,CD22, cytoplasnic m-heavy chain, dan TdT
b) Untuk sel T: CD1a,CD2,CD3,CD4,CD5 ,CD7,CD8 dan TdT
c) Untuk sel B: kappa atau lambda CD19,CD20, dan CD22
3) Sitogenetik
Analisi sitogenetik sangat berguna karena beberapa kelainan
sitogenetik berhubungan dengan subtype ALL tertentu, dan dapat
memberikan informasi prognostik. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t
(8;22) hanya ditemukan pada ALL sel B, dan kelainan kromosom ini
menyebabkan disregulasi dan ekspresi yang berlebihan dari gen c-
myc pada kromosom.
4) Biopsi limpa
pemeriksaan ini memeperlihatkan poriferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limposit
normal, RES, granulosit, dan pulp cell.

8. Penatalaksanaan
a. Kemotherapi
Bertujuan untuk mengurangi remisi, pada sumsum tulang yang normal
dimana sel blast <5% dan tidak ada tanda klinis.
b. Transfusi darah
Biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 g%. pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan massif, dapat diberikan
transfuse trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan
heparin.
c. Obat-obat kortikosteroid
Kombinasi prednison, vinkristin diharapkan dapat mengurangi remisi
pada sekitar 95% anak dengan Akut Limfositik Leukemia.
d. Sitostatika
Selain sitostatika yang lama (6-merkatopurin atau 6-mp, metotreksat
atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten
seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine) dan berbagai
nama obat lainnya. umumnya sitostatiska diberikan dalam kombinasi
bersama-sama dengan prednisone. Pada pemberian obat-obatan ini
sering terdapat akibat samping berupa alopecia, stomatitis, leucopenia,
infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari
2000/ mm3 pemberiannya harus hati-hati.
e. Imunoterapi
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia cukup rendah (105-106), imunoterapi mulai
diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru, masih dalam
pengembangan)
f. Transplantasi sum-sum tulang
1) Sebelum transplantasi pasien menjalani penyinaran seluruh tubuh
dan kemotherapi mengurangi kemungkinan penolakan.
2) Transplantasi dianjurkan pada penderita akut Limfositik Leukemia
dengan remisi ke-2
3) Transplantasi membutuhkan donor sumsum tulang dari saudara
sekandung.
g. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-
sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau
bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini
bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray
dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika
terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
h. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.
C. Konsep Dasar Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses yang komples yang sistematis
untuk bekerja sama dengan pasien maupun keluarga. Tahapan dari proses
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, penyusunan
perencanaan, pelaksanaan rencana sebuah asuhan keperawatan dan
peniliaian hasil (Padila, 2019 dan Nurarif, 2019).
1. Pengkajian
a. Identitas dan Riwayat Kesehatan
1) Identitas
Kajian ini meliputi nama, inisial, umur, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan dan tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga
dikaji nama dan alamat penanggung jawab serta hubungannya
dengan klien.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Berupa penyakit dahulu yang pernah diderita yang berhubungan dengan
keluhan sekarang.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien, kapan mulai tanda
dan gejala. Faktor yang mempengaruhi, apakah ada upaya-upaya
yang dilakukan.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit Leukemia
b. Pemeriksaan Fisik Data Fokus
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya pada leukemia
a) Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan, kelemahan, malaise
b) Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
c) Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah
liat.
d) Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
e) Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur,
asteriksis
f) Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
g) Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran
nodus servikal posteior
h) Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.
Hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
a) Tanda – tanda vital : Tekanan darah meningkat, nadi brakikardial,
suhu meningkat, pernafasan meningkat.
b) Mata : Skera ikterik
c) Mulut : Mukosa kering, bibir pucat.
d) Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler.
e) Kulit :Gatal – gatal ( pruritus )
f) Ekstremitas : Mengalami kelemahan, peningkatan edema
2. Dignosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
2) Gangguan Citra Tubuh b/d Efek Pengobatan (kemoterapi)
3) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi Hemoglobin
4) Gangguan Integritas Kulit/jaringan b/d Kerusakan Jaringan
5) Hipovolemia b/d Kehilangan Cairan Aktif
6) Nausea berhubungan dengan gangguan esophagus
7) Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas
8) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
Agen selama 1x24 jam masalah keperawatan Observasi
Pencedera gangguan pertukaran gas dapat teratasi - Identifikasi skala nyeri
Biologis dengan kriteria hasil: - Identifikasi respon nyeri non verbal
Mobilitas Fisik (L.05042) - Identifikasi faktor yang memperberat dan
1. Pergerakan eksermitas meningkat memperingan nyeri
2. Kekuatan otot meningkat Terapeutik
3. Nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
4. Kelemahan fisik menurun mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Tubuh berhubungan 3x24 jam diharapkan citra tubuh meningkat Observasi:
dengan Efek dengan kriteria hasil: - Identifikasi harapan citra tubuh
Pengobatan Citra Tubuh (L.09067) berdasarkan tahap perkembangan
(kemoterapi) 1. Verbalisasi perasaan negatif tentang - Identifikasi perubahan citra tubuh yang
perubahan tubuh menurun mengakibatkan isolasi sosial
2. Melihat bagian tubuh membaik - Monitor frekuensi pernyataan kritik
3. Menyentuh bagian tubuh membaik terhadap diri sendiri
Edukasi
- Jelaskan pada keluarga tentang
perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu
(mis.wig,kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Terapeutik:
- Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
3 Perfusi Perifer Tidak
Perfusi Perifer (L.02011) Pemantauan Hasil Lab (I.02057)
Setelah diberikan resume keperawatan selama 1x Observasi
Efektif b.d
60 menit perfusi perifer tidak efektif teratasi 1) Identifikasi pemeriksaan laboratorium
penurunan dengan Kriteria Hasil: yang dibutuhkan
1. Warna Kulit pucat dari (3) sedang menjadi 2) Monitor hasil laboratorium yang
konsentrasi
(4) cukup menurun dibutuhkan
Hemoglobin 2. CRT dari (3) sedang menjadi (4) cukup 3) Periksa kesesuaian hasil laboratorium
membaik dengan penampilan klinis pasien
3. Akral dari (3) sedang menjadi (4) cukup Terapeutik
membaik 1) Interpretasikan hasil pemeriksaan lab
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan dokter jika hasil
laboratorium memerlukan intevensi
4 Gangguan Integritas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Perawatan Luka (I.06202)
Kulit/Jaringan b.d 1x8 jam gangguan integritas kulit/jaringan - Monitor karakteristik luka
kerusakan jaringan teratasi dengan Kriteria Hasil: - Monitor tanda tanda infeksi
Penyembuhan luka (L.14130) Terapeutik
1. Penyatuankulit meningkat - Lepaskan balutan secara perlahan
2. Penyatuantepi luka meningkat - Besihkan dengan cairan NACL
3. Jaringan granulasi meningkat - Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Nyeri menurun Edukasi
5. Bau tidak sedap pada luka menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
6. Nekrosis menurun Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian debridement
- Kolaborasi pemberian antibiotik
5 Hipovolemia b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 Manajemen Hipovolemia ( I.03116)
Kehilangan Cairan jam diharapkan status cairan membaik dengan Observasi:
Aktif kriteria hasil: - Periksa tanda dan gejala hypovolemia
Status Cairan (L.03028) (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
1. Turgor kulit membaik teraba lemah, tekanan darah menurun,
2. TTV membaik tekanan nadi menyempit, turgor kulit
3. Membrane mukosa menurun, membran mukosa, kering,
volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan’

Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotons
(mis. Nacl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, Nacl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian produk darah
6 Nausea Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual (I.03117)
berhubungan selama 3x24 jam masalah keperawatan Observasi
dengan gangguan gangguan tingkat kenyamanan dapat - Monitor mual
esophagus teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor asupan nutrisi dan kalori
Status Kenyamanan (L.08064) Terapeutik
1. Keluhan sulit tidur menurun - Kurangi atau hilangkan keadaan
2. Mual menurun penyebab mual
3. Pola eliminasi membaik - Berikan makanan dingin, cairan bening,
4. Pola tidur membaik tidak berbau dan tidak bewarna
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang mual
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajeman Jalan Napas (L01011)
efektif b.d hambatan 1x8 jam diharapkan pola napas teratasi dengan Observasi :
upaya napas kriteria hasil : a. Monitor pola napas (frekuensi,
1. Dispnea yang awalnya meningkat (1) menjadi kedalaman,usaha napas)
sedang (3). b. Monitor bunyi napas yambahan (mis,
2. Penggunaan otot bantu nafas yang awalnya gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
meningkat (1) menjadi sedang (3) Terapeutik :
3. Kedalaman napas yang awalnya memburuk (1) a. Posisikan semi-fowler atau fowler
menjadi sedang (3) b. Berikan oksigen, jika perlu
4. Frekuensi Napas yang awalnya memburuk (1) Edukasi:
menjadi sedang (3) Ajurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
8 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Label: Manajemen Energi
b.d diharapkan masalah teratasi dengan kriteria Observasi
ketidakseimbangan hasil: - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antara suplai dan Label: Toleransi Aktivitas menyebabkan kelelahan
kebutuhan oksigen - Mampu melakukan aktivitas secara mandiri - Monitor pola dan jam tidur
- Kekuatan tubuh meningkat - Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Tidak mengeluhkan merasa lelah Terapeutik
- Tidak merasa sesak saat beraktivitas - Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
- Fasilitasi duduk di tempat tidur, jika tidak
dapat berjalan atau berpindah tempat
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. Identitas Klien
Nama : Nn.N Agama : Islam
No. RM : XXXXXX Suku : Banjar
Umur : 20 Tahun Tanggal MRS : 27 juni 2023
Pendidikan : SMA Jam Masuk IGD : WITA
Pekerjaan : Mahasiswa Tgl & Jam Pengk : 27 juni 2023/ 19.00
Status Perkawinan : Belum Menikah Diagnosa Medis : Leukemia

Alamat : Jl. A

II. Anamnesa
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan pusing dan lemas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan di RS Barabai pasien tidak ada dapat pendonor trombosit lalu pasien
di rujuk ke ulin sekaligus melkaukan kemoterapi ke 2 kemoterapi pertama pada bulan
November. Pasien mengatakan mengeluh pusing, lemas dan muntah-muntah kurang lebih
7x dalam sehari. TD : 106/77 mmHg, RR : 21x/menit, HR : 100x/menit, T : 37,8 oC.. Saat
pasien di rawat di RS ulin pasien sempat mengalami kejang 1x. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan BB awal : 65Kg, BB sekarang : 62Kg
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelum dirawat di RS Barabai selama 6 hari tidak ada batuk-batuk
namun setelah dirawat pasien mengeluh batuk-batuk. Saat masuk RS Barabai pasien juga
mengeluh demam, mual muntah.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada memiliki penyakit yang
sama dengan pasien, tidak ada memiliki Riwayat HT, dan DM.

Diagnosis Keperawatan:
1. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
III. Pengkajian Primer / Triase
1. Keadaan Umum (Gambaran Umum Pasien, Mekanisme Cidera, Orientasi)
Pasien tampak lemes karena tidak nafsu makan

2. Airway (Jalan Nafas)


Jalan napas bersih, tidak adanya penumpukan sekret, tidak adanya sumbatan jalan nafas

Diagnosis Keperawatan:
-
3. Breathing (Pola Nafas)
Pasien tidak tampak sesak napas, pernapasan reguler, tidak tampak menggunakan otot
bantu napas, kedalaman dangkal, pengembangan dinding dada tampak simetris antara kiri
dan kanan, tidak tampak ada cuping hidung, RR: 21 x/menit, pulse: reguler, SPO 2: 99%
dengan nasal kanula 3 lpm.

Diagnosis Keperawatan:
-

4. Circulation
Akral Teraba dingin, frekuensi nadi perifer 100x/menit Cepat, kuat, dan reguler, CRT > 2
detik, kulit tampak pucat, suhu tubuh 37,8°, tekanan darah 106/77 mmHg.

Diagnosis Keperawatan:
- Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d penurunan konsentrasi Hemoglobin

5. Disability
GCS: E 4 M 6 V 5, pupil isokor (pupil di kedua mata besarnya sama), pasien tampak
lemah, tingkat kesadaran composmentis dan GDS: 90 mg/dl, suhu 37,8 oC

Diagnosis Keperawatan:
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

6. Explosure (DCAP-BTLS & TIC)


-

Diagnosis Keperawatan:
-
IV. Pemeriksaan SAMPEL
S : -
A : -
M : -
P : -
E : -
L : -

V. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala & Leher
 Inspeksi: Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata dan tampak rambut
berwarna hitam, leher tampak tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan JVP., pasien tampak mual, pasien tampak pucat
 Palpasi: Tidak terdapat luka di area kepala dan tidak terdapat massa serta nyeri tekan
dan pada leher palpasi arteri carotis seimbang antara sinistra dan dextra, pada trakea
tidak ada pergeseran dan tidak ada nyeri tekan

Dada
 Inspeksi : Bentuk dada pasien normal chest, naik turun dada seimbang saat
respirasi, RR: 21x/menit irama: reguler, pulse: reguler, SPO2: 99%
 Auskultasi : Terdengar suara vesikuler di lobus paru dextra maupun sinistra
 Perkusi : Suara sonor terdengar di lobus sinistra maupun dextra
 Palpasi : Tidak ada benjolan, taktil fremitus getarannya sama dan kuat di bagian
dextra dan sinistra, tidak ada nyeri saat di palpasi, pada thorax belakang normal
getaran seimbang

Jantung :
 Inspeksi: Tidak ada benjolan, iktus kurdis terlihat di ICS 5
 Palpasi: Tidak ada nyeri saat di palpasi, PMI (Point Max Implus) teraba di ICS 5
 Perkusi:
Kanan atas: ICS 2: redup
Kanan bawah: ICS 4 (midaksila): redup
Kiri atas: ICS 2: redup
Kiri bawah: ICS 4 (midklavikula): redup
 Auskultasi: saat dilakukan pengkajian bunyi jantung pasien terdengar lup-dup
 Sirkulasi: tidak ada masalah

2. Abdomen
 Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas tidak ada luka post op pada abdomen,
tidak ada pembesaran, tidak tampak asites, tidak distensi, HJR negatif
 Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi : tidak Terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ di abdomen

Pelvis
 Inspeksi : Tampak tidak ada kelainan pada pelvis
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada pelvis

3. Punggung
 Inspeksi : Bentuk punggung normal, punggung tampak simetris, tidak ada
pembekakan pada punggung
 Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris

4. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas:
1) Inspeksi : Ekstremitas bagian dextra tampak terpasang venplon, tidak ada
garis-garis kemerahan atau kecokelatan pada kuku pasien tidak ada perubahan
warna pada ekstremitas atas, akral teraba dingin.
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan yang abnormal
pada ekstremitas atas.
b. Ekstremitas bawah:
1) Inspeksi : Ekstremitas bawah tampak tidak ada edema, luka dan kulit tampak
kering.
2) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan yang abnormal
pada ekstremitas bawah.
kala otot:
Dextra Sinistra
Keterangan Skala Otot:
Dextra Sinistra 0: Tidak ada kontraksi
4444 4444 1: Ada tanda kontraksi
4444 4444 2: Tidak mampu melawan gravitasi
3: Mampu melawan gravitasi
4: Bergerak lemah dan mampu melawan gravitasi
5: Kekuatan normal

Skala aktivitas: 2

Keterangan skala aktivitas


Tingkat 0: Mampu merawat diri sendiri secara penuh
Tingkat 1: Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2: Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3: Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan
Tingkat 4: Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan

5. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 106/77 mmHg
Nadi : 100x/mnt (Kualitas: kuat ; Ritme: reguler)
Respirasi : 21x/mnt (Effort; reguler Ritme: reguler)
Suhu : 37,8 0C
GCS : E: 4 V: 5 M: 6
Tingkat kesadaran : Composmentis

Diagnosis Keperawatan:
-
VI. Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium
1. Pemeriksaan Diagnostik

2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Metode
HEMATOLOGI
HEMOGLOBIN 8,2 12-18 g/dl Impedance
HEMATOKRIT 35 36-48 % Analyzer calculates
ERITROSIT 0,5 04-05 juta/uL Impedance
LEUKOSIT 12 3-11 ribu/uL Impedance
TROMBOSIT 145 150-400 ribu/uL Impedance
MCH 31,40 25.0-35.0 pg Analyzer calculates
MCV 95,60 75.0-100.0 Fl Analyzer calculates
MCHC 32,80 31-37 g/gl Analyzer calculates

VII. Pengobatan
1. IVFD Ns 20 tpm
2. Ondansentron 1 amp
VIII. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi (TABEL)

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Implementasi


Perfusi Perifer tidak efektif Perfusi Perifer (L.02011) Pemantauan Hasil Lab (I.02057) Observasi
Setelah diberikan resume Observasi 1. Mengidentifikasi pemeriksaan laboratorium
berhubungan dengan
keperawatan selama 1x 1) Identifikasi pemeriksaan yang dibutuhkan
Penurunan Konsentrasi 60 menit perfusi perifer laboratorium yang dibutuhkan (Pemeriksaan Laboratorium)
tidak efektif teratasi 2) Monitor hasil laboratorium 2. Memonitor hasil laboratorium yang
Hemoglobin
dengan Kriteria Hasil: yang dibutuhkan dibutuhkan
1. Warna Kulit pucat dari 3) Periksa kesesuaian hasil (Hb 8,2, Eritrosit, Leukosit, Trombosit, dll)
(3) sedang menjadi laboratorium dengan 3. Memeriksa kesesuaian hasil laboratorium
(4) cukup menurun penampilan klinis pasien dengan penampilan klinis pasien
2. CRT dari (3) sedang Terapeutik (Pasien nampak pucat, CRT > 2 detik, Akral
menjadi (4) cukup 1) Interpretasikan hasil teraba dingin)
membaik pemeriksaan lab Terapeutik
3. Akral dari (3) sedang Kolaborasi 1. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan lab
menjadi (4) cukup 1) Kolaborasi dengan dokter jika 2. Memberikan infus Ns 500 cc
membaik hasil laboratorium memerlukan Kolaborasi
intevensi Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
transfusi darah
Intoleransi Aktivitas Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (I.05178) Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan (L.05047) Observasi Observasi
Kelemahan Setelah dilakukan - Monitor kelelahan fisik dan - Monitor kelelahan fisik dan emosional
tindakan emosional - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
keperawatan - Identifikasi gangguan fungsi mengakibatkan kelelahan
selama 1x8 jam tubuh yang mengakibatkan Terapeutik
masalah kelelahan - Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
keperawatan Terapeutik aktif
intoleransi aktivitas - Lakukan latihan rentang gerak - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika
membaik teratasi pasif atau aktif tidak dapat berpindah atau berjalan
dengan kriteria - Fasilitas duduk di sisi tempat Edukasi
hasil: tidur, jika tidak dapat berpindah - Anjurkan tirah baring di temapt tidur
1. Perasaan atau berjalan - Anjurkan melakukan aktivitas secara
lemah Edukasi bertahap
menurun - Anjurkan tirah baring Kolaborasi
2. Warna kulit
- Anjurkan melakukan aktivitas - Kolaborasi dengan dokter tentang cara
membaik
secara bertahap meningkatkan suapan makanan
3. Keluahan
Kolaborasi
lelah
- Kolaborasi dengan dokter
menurun
tentang cara meningkatkan
suapan makanan
Catatan Perkembangan
No Diagnosa Keperawatan Tanggal/Jam Evaluasi (SOAP)
1 Perfusi Perifer tidak S:
Pasien mengatakan masih merasa pusing dan lemas
efektif
O:
- Akral teraba dingin
- Pasien tampak masih pucat
- Hb : 8,2*
- Hematokrit : 35*
- CRT > 2 detik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 Intoleransi Aktivitas S:
Pasien mengatakan sudah tidak lemas dan lemah
O:
1. Pasien tampak tidak lemah lagi
2. pasien tampak tidak lemas lagi
3. TD : 106/77 mmHg
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian primer pasien didapatkan
1. Keadaan Umum Pasien tampak lemes tidak nafsu makan
2. Airway (Jalan Nafas) pasien paten tidak terdapat sumbatan secret, ataupun sumbatan
lainnya
3. Breathing (Pola Nafas)
RR : 21x/menit regular tidak ada penggunaan otot bantu nafas atau cuping hidung
4. Circulation
Akral Teraba hangat, Nadi 100x/menit Cepat dan kuat, Spo2 : 99%
TTV:
Tekanan Darah : 106/77 mmHg
Nadi : 100x/mnt (Kualitas: kuat; Ritme: reguler)
Respirasi : 21 x/mnt
Suhu : 37,8 oC
SPO2 : 99%

B. Pemeriksaan Fisik
1. Abdomen
 Inspeksi : Warna kulit sama, tidak ada jejas tidak ada luka post op pada abdomen,
tidak ada pembesaran, tidak tampak asites, tidak distensi, HJR negatif
 Auskultasi: Peristaltik usus 12x/menit
 Perkusi : timpani
 Palpasi : tidak Terdapat nyeri tekan, tidak ada pembesaran organ di abdomen

Sesuai dengan teori yang dikemukakan, bahwa pada pasien dengan leukemia
biasanya di temykan pemeriksaan fisik Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas, pembesaran hati, asites, permukaan teraba ireguler, Fadila (2019)

C. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus ini diagnosa ditegakkan sesuai dengan pengkajian yang dilakukan berdasarkan
pedoman (SDKI., 2018) beserta keterangan dari pasien maupun keluarga pasien serta
pemeriksaan penunjang, yaitu:
1. Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan Penurunan Konsentrasi Hemoglobin di
tandai dengan keluhan CRT > 2 detik, tampak pucat, Hb turun dan hemotokrit turun
2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan di tandai dengan keluhan lemas
(SDKI., 2018)
D. Intervensi
1. Intervesi yang dilakukan pada pasien hipertermi yaitu dengan monitor suhu tubuh pasien
agar dapat selalu terpantau, memberikan cairan oral atau minum air untuk asupan cairan,
sediakan lingkungan yang dingin, anjurkan tirah baring, dan kolaborasi pemberian cairan
intravena dan antipiretik (M.Falah,2020)
2. Intervensi yag dilakukan pada pasien nausea yang dimana pasien muntah 7x sehingga
dapat beresiko membuat pasien kekurangan cairan sehingga diperlukannya intervensi
terapeutik pemberian cairan, lakukan monitor asupan nutrisi dan kalori, dan kolaborasi
pemberian analgetik penyebab mual, memonitor mual, intensitas mual, mengurangi
penyebab yang dapat mengakibatkan mual, mengatur posisi yang nyaman untuk pasien,
dan menganjurkan pasien untuk beristirahat, serta berkolaborasi pemberian anti emetic
( M.Falah,2020)
3. Intervensi defist nutrisi yang dimana pasien mengalami penurunan berat badan sehingga
pasien menjadi lemes, maka intervensi yang dilakukan anjurkan makan sedikit tapi sering,
berikan makanan tinggi kalori tinggi protein (M.Falah,2020)

E. Implementasi
Implementasi dilakukan pada pasien dengan melakukan pemberian cairan oral atau minum
yang dimana pasien mengalami hipertermi dan mual muntah agar dapat menetral suhu tubuh
dan mengganti cairan yang hilang diakibatkan mual muntah, pasien juga terpasang infus atau
cairan intravena. Pasien dianjurkan makan sedikit namun sering agar nutrisi pasien bisa
membaik dikarenakan pasien tidak nafsu makan dan mengalami penurunan berat badan.

F. Evaluasi
Saat dilakukan evaluasi pada pasien, ada beberapa diagnosa keperawatan yang sudah
teratasi dan ada juga yang masih belum teratasi dan perlu tindakan lebih lanjut atau bertahap
yaitu Perfusi Perifer tidak efektif yang dimana masalah ini masih belum teratasi dikarenakan
pasien masih tampak pucat, hb menurun, hematokrit menurun dan CRT> 2 Detik. Ada pun
diagnosa keperawatan yang sudah teratasi yaitu Intoleransi Aktivitas yang dimana pasien
sudah tidak merasa lemas lagi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
a. Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang,
yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis sel darah putih dengan
menyingkirkan jenis sel lain. leukemia diturunkan dari bahasa Yunani leukos dan
aima yang berarti “putih” dan “darah” yang mengacu pada peningkatan abnormal
dari leukosit. Peningkatan tidak terkontrol ini akhirnya menimbulkan anemia,
infeksi, trobositopenia, dan pada beberapa kasus menyebabkan kematian.
b. Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa factor
predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang
kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering,
kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan factor
genetic. Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka
kematian yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan
faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.

B. SARAN
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar semangat
menjalani hidup dan memberikan usaha maksimal untuk mempertahankan hidup
pasien, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk selalu
mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga harus memperhatikan personal
hygiene pasien untuk mengurangi dampak bertambah parahnya penyakit leukemia
pasien.

Anda mungkin juga menyukai