SENIOR
UPTD PUSKESMAS KUTA ALAM
PERIODE 1 MEI 16 MEI 2017
disusun oleh :
Kholil Abdul Karim
1407101030208
Pembimbing:
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK
SENIOR PUSKESMAS KUTA ALAM
PERIODE 1 MEI S/D 16 MEI 2017
Disusun Oleh:
Disahkan Oleh :
Banda Aceh, 10 Mei 2017
KATA PENGANTAR
Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si
KATA
NIP. PENGANTAR
19831012 201404 2 001
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas berkah dan rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan Laporan Kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Unsyiah di
Puskesmas Kuta Alam periode 1 Mei - 16 Mei 2017.
Penyusunan laporan ini berdasarkan data-data yang ada,
bimbingan dan hasil pengamatan yang dilakukan di Puskesmas
Kuta Alam selama mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
Fakultas Kedokteran Unsyiah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan
kepada Kepala Puskesmas Kuta Alam dr. Prita Amelia Siregar dan
dokter pembimbing saya dr. Erliana, M.Kes dan dr. Wilda Febrya
Minin beserta seluruh staf yang telah banyak membimbing saya
mulai pelaksanaan tugas hingga pembuatan laporan ini, juga
kepada teman-teman dokter muda yang telah turut memberikan
kontribusinya berupa ide, semangat dan dukungan moral, tak
lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik.
Saya menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa
tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat.
LAMPIRAN I
PROMOSI KESEHATAN
LAPORAN KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN TENTANG
PENYAKIT JANTUNG KORONER DI PUSKESMAS KUTA ALAM
I. PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini
merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan
berkembang, termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, secara global penyakit ini
akan menjadi penyebab kematian pertama di negara berkembang, menggantikan
kematian akibat infeksi. Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, PJK pada tahun
2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh
kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.
Di Indonesia dilaporkan PJK (yang dikelompokkan menjadi penyakit
sistem sirkulasi) merupakan penyebab utama dan pertama dari seluruh kematian,
yakni sebesar 26,4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang
disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, lebih kurang satu diantara empat
orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko
mempunyai peran penting timbulnya PJK mulai dari aspek metabolik, hemostasis,
imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait.
Jantung sanggup berkontraksi tanpa henti berkat adanya suplai
bahanbahan energi secara terus menerus. Suplai bahan energi berupa oksigen dan
nutrisi ini mengalir melalui suatu pembuluh darah yang disebut pembuluh
koroner. Apabila pembuluh darah menyempit atau tersumbat proses transportasi
bahan bahan energi akan terganggu. Akibatnya sel-sel jantung melemah dan
bahkan bisa mati. Gangguan pada pembuluh koroner ini yang disebut penyakit
jantung koroner.
Pengobatan penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar
menggurangi atau bahkan menghilangkan keluhan. Yang paling penting adalah
memelihara fungsi jantung sehingga harapan hidup akan meningkat. Sebagian
besar bentuk penyakit jantung adalah kronis, pemberian obat umumnya berjangka
panjang, meskipun obat-obat itu berguna tetapi juga memberikan efek samping.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengobatan ada beberapa obat, meskipun
memulihkan keadaan, tidak selalu membuat lebih baik, penggunaan obat harus
secara teratur. Penghentian penggobatan tanpa konsultasi dengan dokter dapat
menimbulkan masalah baru.
V. PESERTA KEGIATAN
Kegiatan diikuti oleh pasien dan keluarga pasien yang
datang ke puskesmas Kuta Alam.
Nyeri di dada: Pasien dengan penyakit jantung koroner sering mengalami rasa
nyeri di dada setelah melakukan olahraga berat atau berada dalam
tekanan emosional. Mereka akan merasa sesak di dada, seakan-akan
sedang tertekan oleh sebuah batu besar. Rasa sakit bisa menjalar ke lengan,
bahu, leher, dan rahang bagian bawah, serta akan reda setelah pasien
beristirahat selama beberapa menit.
Sesak napas: Karena otot jantung tidak bisa mendapatkan pasokan darah
dalam jumlah yang cukup, pasien bisa merasa sesak napas dan kelelahan
setelah melakukan aktivitas fisik.
Kontrol kesehatan:
Berat: Berbagai penelitian medis telah membuktikan bahwa obesitas
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Indeks massa tubuh
(IMT/BMI - Body Mass Index) merupakan standar yang diakui
secara internasional dan obyektif untuk mengukur obesitas. Secara umum,
kisaran normal IMT untuk orang Asia dewasa adalah 18,5 22,9.
Kita harus menjaga berat badan yang sehat dengan cara menjaga
pola makan dan olahraga secara teratur.
Kadar kolesterol: Tingkat kolesterol darah harus dikendalikan melalui pola
makan dan olahraga secara teratur. Orang dengan kadar kolesterol
yang tinggi harus berkonsultasi dengan dokter dan mungkin harus
mengonsumsi obat-obatan.
Tekanan darah dan kadar gula darah: Tekanan darah dan kadar gula darah
harus dipantau dan dijaga pada tingkatan yang wajar. Penderita hipertensi
atau diabetes harus mengikuti saran pengobatan dari dokter secara ketat.
Bahaya dari penyakit jantung koroner adalah bahwa penyakit ini bisa
menyebabkan kematian dalam waktu yang sangat singkat tanpa munculnya gejala
penyakit. Oleh karena itu, kita harus mengambil tindakan pencegahan dini.
Apabila nyeri dada terasa secara terus menerus, Anda harus berkonsultasi dengan
dokter untuk melakukan deteksi dini dan menerima tindakan pengobatan yang
sesuai.
IX. PENUTUP
Penyuluhan telah dilakukan kepada pasien dan keluarga
pasien yang datang ke Puskesmas Kuta Alam. Tanggapan para
peserta penyuluhan cukup baik dan antusias dalam
mendengarkan materi. Adapun harapan yang ingin dicapai
dengan adanya penyuluhan ini adalah peserta dapat mengetahui
mengenai penyakit jantung koroner.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. ACC/AHA 2007 guidelines for the management of patients with unstable
angina/non ST-elevation myocardial infarction. A report of the American College
of Cardiology/American Heart Association Task Force on Practive Guidelines. J
Am Coll Cardiol. 2007; DOI:10.1016/j.jacc.2007.02.028. available at :
http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/50/7/e1. Circulation.2007; DOI :
10.1161/CIRCULATIONAHA.107.185752. available at: http://cir.ahajournals.
org/cgi/reprint/CIRCULATIONAHA.107.185752.
2. The 2007 Focused Update of the ACC/AHA Guidelines for Management of
Patients With ST-Elevation Myocardial Infarction (journal of the American
College of Cardiology published ahead of print on December 10,2007, available
at http://content.onlinejacc.org/cgi/content/full/j.jacc.2007.10.001
4. Management of acute coronary syndromes in patients presenting without
persistent ST-segment elevation. European Heart Journal 2002;23:1809-1840
5. Killip T, Kimball JT (Oct 1967). Treatment of myocardial infarction in a
coronary care unit. A two year experience with 250 patients. Am J Cardiol. 20
(4): 45764
6. Pedoman PERKI 2004 Tatalaksana Sindrom Koroner Akut dengan ST-elevasi
7. Pedoman PERKI 2004 Tatalaksana Sindrom Koroner Akut tanpa ST-elevasi
9. ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients
presenting without persistent ST-segment elevation. Eur Heart Journal
2011;32:2999-3054
10. ESC Guidelines for the management of acute myocardial infarction in patients
presenting with ST-segment elevation. European Heart Journal 2012;33:2569-
2619
XI. DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN
I. Identitas Pasien
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri ulu hati
Keluhan Tambahan
Mual, sering bersendawa
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri ulu hati sejak 2 bulan yang
lalu. Nyeri ulu hati terasa panas seperti terbakar. Nyeri
memberat ketika pasien telat makan, dan tidak berkurang
dengan makanan. Nyeri berkurang jika pasien mengkonsumsi
obat lambung. Nyeri ulu hati ini dirasakan pasien hingga dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari. Selain itu pada saat nyeri ulu
hati kambuh, pasien juga merasakan mual dan sering
bersendawa. Muntah (-), BAB hitam (-), BAK lancar.
Status General
Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : cepat kembali
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Oedema : (-)
Kepala
Bentuk : Kesan Normocepali
Rambut : Tersebar rata, Sukar dicabut, Berwarna hitam.
Mata : Cekung (-), Reflek cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
konjungtiva palpebra inf pucat (-/-)
Telinga : Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), mukosa hidung bewarna merah muda
Mulut
Bibir : Pucat (-), Sianosis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Lidah : Papil atrofi (-), Beslag (-), Tremor (-)
Mukosa : Kering (-)
Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal
Faring : Hiperemis (-)
Leher
Bentuk : Kesan simetris
KGB : Kesan simetris, Pembesaran (-)
TVJ : R+2 cmH2O
Axilla : Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax anterior
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan : Torako-abdominal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Paru kanan Paru kiri
Tambahan
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh
(-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh
(-)
Lap. Paru bawah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh
(-)
Thoraks Posterior
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak : Normochest, pergerakan simetris
Tipe pernafasan : Abdomino-Thorakal
Retraksi : (-)
2. Palpasi
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Paru kanan Paru kiri
tambahan
Lap. Paru atas Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh
(-)
Lap. Paru tengah Rh (-), Wh (-) Rh (-), Wh
(-)
Lap. Paru bawah Rh basah (-), Rh basah
Wh (-) (-), Wh (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat di ICS V
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V 2 jari lateral
LMCS
Perkusi : Batas jantung atas: di ICS III
Batas jantung kanan : di ICS IV Linea Parasternal dextra
Batas jantung kiri : di ICS V 2 jari medial LMCS
Auskultasi : BJ I > BJ II, reguler, bising (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan simetris, Distensi (-)
Palpasi : Soepel (+), Nyeri tekan epigastrium (+),
organomegali (-)
Perkusi : Tympani (+), Asites (-)
Auskultasi : Peristaltik usus (N)
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Anus : tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus otot Normoto Normoto Normoto Normoto
nus nus nus nus
Sensibilitas N N N N
Atrofi otot - - - -
IV. Diagnosis
Gastritis Kronik
V. Rencana Pengobatan
Farmakologis
Amoxicillin 2x1000mg
Metronidazole 2x500mg
Omeprazole 1x40mg
Non Farmakologis
Edukasi:
1. Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu
terjadinya keluhan, antara lain dengan makan tepat waktu, makan
sering dengan porsi kecil dan hindari dari makanan yang meningkatkan
asam lambung atau perut kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan
kol.
2. Konseling dan edukasi pasien serta keluarga mengenai faktor
risiko terjadinya gastritis.
Menerapkan pola hidup sehat seperti menjaga pola makan, hindari stress,
merokok, hindari makanan yang memicu asam lambung, menjaga kebersihan
makanan. Hal tersebut dapat diterapkan untuk mengurangi resiko penyakit
gastritis pada anggota keluarga pasien.
VIII. GENOGRAM
1960 1961 1958 1960
2016 2012
Putri Annisa
Keterangan:
Perempuan
Laki-laki
Gastritis
Deskipsi Rumah
- Rumah pasien berada di Kampung Keramat
- Rumah terbuat dari batu bata yang telah disemen
- Lantai rumah terbuat dari keramik
- Terdapat ventilasi alamiah, seperti jendela dan lubang angin
Kondisi Dapur
- Terdapat fasilitas dapur pada rumah pasien
- Keluarga memasak menggunakan kompor gas
- Secara umum dapur tampak bersih dan terawat dengan baik
Kondisi MCK
- Kamar mandi berada di bagian dalam rumah
- Air yang digunakan merupakan air PDAM
- Kondisi air bersih
Pembuangan Sampah
- Terdapat tempat pembuangan sampah khusus di rumah pasien.
Deskripsi Lingkungan
- Tempat tinggal pasien berada pada lokasi yang tidak terlalu padat
- Sekitar rumah pasien terdapat selokan. Halaman rumah pasien terdapat
pepohonan.
Kondisi Air Minum
Air minum berasal dari PDA
XI. Dokumentasi