FISIOLOGI PASCAPANEN
(301G0103)
G011191008
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
FISIOLOGI PASCAPANEN
(301G0103)
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGARUH ETILEN PADA PEMASAKAN HASIL PERTANIAN
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
Makassar
Makassar, 2021
Mengetahui:
Asisten Pendamping
Marnita Sari
Nim. G011181102
iii
RINGKASAN
Pada umumnya buah memiliki musim dan penyebaran tertentu, untuk itu
penanganan dalam memperpanjang pada masa simpan buah sangat diperlukan.
Hal ini ditujukan agar buah yang didapatkan konsumen masih dalam keadaan
mutu yang baik, selain itu vitamin dan gizi yang terkandung dalam buah tersebut
masih tinggi. Buah-buahan termasuk dalam komuditas yang cepat rusak. Hal ini
dikarenakan proses fisiologis buah, mikrobiologis , dan fisik serta mekanis
setelah dilakukan proses pasca panen. Buah-buahan yang sudah dipetik dari
pohonnya tetap melakukan proses metabolisme seperti respirasi dan transpirasi.
Penyebab utama pada kerusakan mutu buah disebabkan oleh proses transpirasi.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui pengertian etilen,
mengetahui pengaruh etilen pada pemasakan hasil pertanian, mengetahui manfaat
dan keunggulan etilen. Adapun perlakuan yang diberikan yaitu pemberian etilen
organik berupa beras dan etilen anorganik berupa extra joss, serta perlakuan suhu
ruangan dan suhu kulkas. Hasil yang didapatkan bahwa pemberian etilen pada
buah dapat mempercepat pemasakan buah sedangkan pengaruh suhu rrendah
dapat menghambat proses pemasakan buah.
Kata kunci: Etilen, Klimateri, Pemasakan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena atas
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang saya alami dalam proses
Dan tak lupa saya hanturkan terimah kasih kepada Koordinator Asisten
Laporan Fisiologi Pascapanen dan terimah kasih kepada keluarga dan teman-
bagi penulisan dan pembaca, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, saya perlu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca agar saya lebih teliti dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................iii
RINGKASAN..................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................................v
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.1 Buah...................................................................................................................4
4.1 Hasil.................................................................................................................15
vi
4.2 Pembahasan.....................................................................................................16
5.1 Kesimpulan......................................................................................................22
5.2 Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23
LAMPIRAN.....................................................................................................................25
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 20. Pengamatan ke-3 (extra joss) pada buah terong ..............................
ix
Gambar 21. Pengamatan ke-3 Pengamatan ke-3 (extra joss) pada buah pir........
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya buah memiliki musim dan penyebaran tertentu, untuk itu
Hal ini ditujukan agar buah yang didapatkan konsumen masih dalam keadaan
mutu yang baik, selain itu vitamin dan gizi yang terkandung dalam buah tersebut
masih tinggi.
Dalam proses penyimpanan mutu buah dan sayuran bisa saja berubah karena
buah dan sayuran tersebut masih melakukan suatu proses respirasi. Dimana pada
proses respirasi ini buah akan mengalami proses pematanagn yang berkelanjutan
yang pada akhirnya akan menyebakan buah membusuk. Kecepatan suatu proses
respirasi pada buah dipengaruhi oleh suhu penyimpan, adanya ketersedian oksigen
setelah dilakukan proses pasca panen. Buah-buahan yang sudah dipetik dari
Penyebab utama pada kerusakan mutu buah disebabkan oleh proses transpirasi.
atau berkerut. Pada umumya terjadi kenaikan aktivitas respirasi pada buah setelah
buah dipanen. Hal ini menunjukkan bahwa respirasi yang berlangsung dalam buah
berhubungan erat dengan umur simpan buah hingga buah siap untuk dikonsumsi.
1
Pada umumnya buah memiliki kadar air yang sangat tinggi, namun
kandungan protein dan lemak pada buah rendah. Setiap buah memiliki kandungan
yang berbeda-beda, tergantung pada jenis buah, varietas buah, cara pemanenan,
normal dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan
daun. Etilen disebut juga ethane. Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan
dalam fase gas, sehingga disebut juga gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan
mudah menguap. Etilen memiliki struktur yang cukup sederhana dan diproduksi
pada tumbuhan tingkat tinggi. Etilen sering dimanfaatkan oleh para distributor
Buah dikemas dalam bentuk belum matang saat diangkut oleh pedagang
masak. Dalam pematangan buah tersebut, etilen bekerja dengan cara memecahkan
klorofil pada buah yang muda, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan
karoten. Dengan demikian, warna buah berubah menjadi warna jingga atau warna
merah.
terhadap pemasakan tiga jenis buah dianggap perlu dan semoga dengan ini bisa
mahasiswa.
2
1.2 Tujuan dan Kegunaan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah
Buah adalah bagian dari tanaman yang berasal dari bunga. Buah dihasilkan
dari penyerbukan putik oleh benang sari. Didalam buah terdapat biji, yang
merupakan bagian penting bagi tumbuhan yang berkembang biak secara generatif
karena biji nantinya jika ditanam akan tumbuh dan berkembang menjadi individu
Buah merupakan bagian tanaman yang dapat dimakan yang terdiri atas biji
terbungkus oleh daging buah. Jika terjadi penyerbukan pada bunga yang
kemudian diikuti dengan pembuahan, maka bakal buah akan tumbuh menjadi
buah dan bakal biji yang terdapat di dalamnya akan menjadi biji. Buah yang
terbentuk dari bakal buah umumnya merupakan buah telanjang (fructus nudus)
dan dinamakan juga buah sejati atau disebut juga buah sungguh. Contoh buah
sejati yaitu buah mangga (Mangifera indica) dan buah pepaya (Carica pepaya)
Selain daripada bakal buahnya sendiri, terdapat juga bagian bunga yang ikut
dalam pembentukan buah, bagian tersebut merupakan bagian penting dari buah.
Buah itu disebut dengan buah semu (fructus spurius). Pada buah semu, buah yang
sesungguhnya sering tidak kelihatan, sehingga buah semu itu disebut buah
tertutup (Fructus clausus). Sehingga dikatakan bahwa buah semu atau buah
tertutup terbentuk dari bakal buah beserta bagian-bagian lain dari bunga dan
beberapa diantaranya ada yang merupakan bagian utama dari buah (lebih besar,
4
lebih menarik, dan merupakan bagian yang dimakan). Buah sungguh atau
telanjang hanya terbentuk dari bakal buah. Namun bila ada bagian-bagian lainnya,
itu merupakan bagian yang tidak berarti dari buah tersebut. Contoh buah semua
yaitu jambu mente, arbe, dan buah nangka (Sudjatha, et all, 2017).
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophita
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Pyrus
Buah Pir (Pyrus) merupakan buah yang banyak digemari di indonesia, sebab
tingginya konsumsi masyarakat indonesia pada buah pir yang dibuktikan dengan
adanya impor dari China, Australia, Korea Selatan dan Amerika yang mencapai
69 ribu ton ditahun 2012. Selain itu buah ini mempunyai rasa khas dan identik
dengan banyak air, masir, dan manis. Terdapat juga nutrisi serta berbagai macam
vitamin dari buah yang hidup di tanah tropis ini, antara lain A, B1, B2, C, E, K,
5
2.1.2 Buah Pisang
Pisang merupakan salah satu tanaman atau tumbuhan yang memiliki ukuran
relatif besar atau raksasa yang berdaun besar dengan suku Musaceae. Tanaman
pisang ini juga merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat dibudidayakan
dengan baik pada iklim tropis maupun sub tropis. Ada dua jenis tanaman pisang
yaitu tanaman pisang komersial dan tanaman pisang yang dapat dibudidayakan
Tanaman pisang adalah terna besar tahunan yang berimpang dan berserat.
membentuk batang semu. Perbungaan pada ujung batang, menjulur, keluar dari
ujung batang semu, menjurai, semi-menjurai atau bahkan tegak. Braktea tidak
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Famili : Musaceae
Genus : Musa
6
Pisang merupakan tanaman yang tidak bercabang dan digolongkan dalam
yang terdiri dari pelepah-pelepah daun yang tersusun secara teratur, percabangan
tanaman bertipe simpodial (batang poko sukar ditentukan) dengan meristem ujung
memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian buah bagian bawah batang
pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral muncul
dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang
(Kaleka, 2013).
sebagai berikut:
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60–90 cm. Daun tanaman ini lebar
dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga sempurna,
terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga. Buah Solanum melongena L. dikenal
masyarakat dan banyak digunakan sebagai lalap sayuran segar dan disayur.
Disebabkan oleh rasa buah Solanum melongena L. yang enak dan banyak
7
Tumbuhan Solanum melongena L. (terung) adalah salah satu tanaman
sayuran penting di Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik edisi
Agustus 2013 disebutkan bahwa produksi terung di Indonesia pada tahun 2011
berdasarkan pola respirasi dan produksi etilen pada awal proses pematangan.
Buah yang akan mengalami lonjakan produksi etilen dan laju respirasi setelah
yang tidak mengalami lonjakan etilen dan laju respirasi (Fransiska, 2013).
Buah yang termasuk kedalam buah klimaterik memiliki laju respirasi yang
Berbagai jenis buah yang termasuk buah klimaterik diantaranya buah apel,
jeruk, kiwi, pisang, mangga, pepaya, pir, srikaya dan lain-lain (Phatak, 2018).
Buah non klimaterik adalah buah yang proses metabolisme pada buah
8
Buah non klimaterik adalah buah yang tidak menunjukkan kenaikan adanya
kenaikan laju respirasi. Buah non klimaterik menghasilkan sedikit etilen dan tidak
memberikan respon terhadap etilen kecuali dalam hal degreeni (Penurunan kadar
klorofil) pada nanas dan jeruk. Contoh buah non klimaterik yaitu semangka, jeruk,
berwarna dan berbau seperti eter. Etilen dihasilkan oleh ruas-ruas batang, buah
yang matang dan jaringan yang menua, misalnya daun-daun yang gugur, 8
merupakan hormon yang berbentuk gas dan berperan penting di dalam proses
yang akan memasuki 175 proses pematangan, kandungan etilen yang ada di
dalamnya kira-kira 0–0.5 ppm dan akan meningkat pada saat puncak klikmaterik
Gas etilen memiliki kemampuan 100 kali daripada gas asetilen dalam
memicu dan memacu kematangan. Selain mahal, penggunaan gas etilen juga
oleh pedagang besar yang memiliki fasilitas bangsal pascapanen (packing house).
Konsentrasi, lama paparan dan kondisi ruang pemeraman yang meliputi suhu dan
9
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gas Etilen
maupun pada bagian jaringan lainnya pada tanaman. Pembentukan etilen sampai
pada tingkat puncak setelah beberapa jam radiasi. Pada kebanyakan buah-buahan,
radiasi ini menstimulasi pembentukan etilen, tetapi setelah dua hari radiasi pada
fase pra klimakterik terjadi penurunan etilen. Dosis radiasi dan pembentukan
Pada buah tomat yang masih mentah dan diradiasi dengan 400 krad, ternyata
dua hari sesudah diradiasi terdapat sekitar 1 ppm etilen. Buah yang dipetik pada
hari, akan mengalami pematangan tiga hari lebih awal daripada buah yang tidak
buah yang dipetik lebih tua daripada buah yang dipetik pada tingkat kematangan
sekitar 83 % yang diiradiasi dengan dosis 200-400 krad. Demikian juga, tidak
akan terjadi penundaan pematangan pada buah yang diiradiasi pada buah yang
buah peach yang disinari dengan sinar gamma sebesar 600 krad, dapat dipercepat
pembentukan etilen jika sinar tersebut diberikan pada saat praklimakterik. Akan
tetapi, pemberian sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik akan dapat
10
Kenaikan suhu juga dapat mempengaruhi percepatan gas etilen. Adanya
kenaikan suhu ini berakibat aktifitas dari respirasi menjadi meningkat. Respirasi
yang tinggi menghasilkan energi yang banyak sehingga fisiologi dalam buah
bekerja dengan baik, berakibat pula pada fungsi etilen yang bekerja lebih aktif di
Buah hijau (masih mentah), misalnya buah apel, yang disimpan dengan
penmatangan tidak terpengaruh. Pada kisaran suhu 10- 25℃, respirasi pada buah
apokat menunjukkan kecepatan respon terhadap etilen yang menurun. Pada suhu
di atas 35℃, sebagian besar buah-buahan tidak membentuk etilen. Pada beberapa
macam buah, suhu optimal pembentukan etilen adalah 32℃ (misalnya untuk buah
akan terhambat. Hal ini dapat disebabkan karena dalam keadaan normal etilen
akan aktif jika berikatan dengan metalo enzim dan oksigen. Karbondioksida
(CO2 ) yang berlebihan akan mengganti etilen pada ikatan metalo enzim. Etilen
11
Srivastava dan Upendra (2000) menyatakan bahwa asam salisilat mampu
(Arisanta,2020).
Etilen merupakan gas yang dapat dihasilkan oleh tanaman dan merupakan
hormon yang aktif dalam proses pematangan. Pada buah yang termasuk
klimakterik respirasi, lebih banyak terbentuk etilen dari pada buah yang termasuk
lebih besar jika dibandingkan buah non klimakterik. Misalnya apel yang termasuk
buah klimakterik, etilen yang terbentuk sebesar 25 – 2500 ul/l. Jika dibandingkan
dengan lemon yang merupakan buah non klimakterik, dapat dihasilkan etilen 0,11
– 0,17 ul/l, jadi kisarannya 0,06. Pemberian etilen 0,1 -1,0 mikroliter per liter
selama satu hari cukup untuk mempercepat pematangan pada buah yang termasuk
12
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, bahwa etilen adalah sebuah hormon
yang penting didalam proses pematangan buah. Jumlah etilen yang terdapat di
dalam buah-buahan baik dari permulaan klimaterik ataupu pada saat puncak
klimaterik. Pada kenyataannya, jumlah etilen tersebut tidak selalu sama, akan
tetapi selalu berubah-ubah selama proses pematangan buah. Misalnya saja pada
bauh pisang yang akan memasuki proses pematangan. Jumlah etilen yang ada
didalam buah pisang kira-kira 0,0 dan 0,5 ppm sampai beberapa jam sebelum
2020).
13
BAB III
METODELOGI
Alat yang digunakan pada paraktikum ini yaitu kantong kresek, wadah
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu buah pir, buah pisang, buah terong,
telah disediakan.
perubahannya.
14
BAB IV
4.1 Hasil
15
Jenis Buah Perlakuan Pengamatan ke-
1 2
Klimaterik Bahan Organik (Beras) Manis Masam
(Pir) Bahan Anorganik Manis Manis
(Extrajoss)
Kontrol Manis Masam
Non Bahan Organik (Beras) Pahit Pahit
Klimaterik Bahan Anorganik Pahit Pahit keasaman
(Terong) (Extrajoss)
Kontrol Pahit pahit
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2021
4.2 Pembahasan
kedua yaitu 3 hari setelah diberikan perlakuan, dan pengamatan ketiga yaitu 10
pada buah pir dengan perlakuan bahan organik (Beras), bahan anorganik (Extra
perlakuan teksturnya keras dan agak berpasir, sedangkan pada pengamatan kedua
teksturnya menjadi agak lembek, dan pada pengamatan ketiga teksturnya menjadi
lembek. Pada buah terong juga dengan perlakuan bahan organik (Beras), bahan
16
anorganik (Extra Joss), dan konrol mengalami perubahan tekstur. Dimana
ketiga tekstur terong pada perlakuan bahan anorganik (Extra Joss) menjadi
meskipun sudah dipanen, sehingga menyebabkan tekstur dari buah akan semakin
lembek yang kemudian akan membusuk jika terus terjadi proses respirasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Rudito (2005) yang menyatakan bahwa buah yang
matangnya buah tersebut sehingga dapat mengakibatkan susut bobot buah juga
buah. Nilai kekerasan tekstur akan semakin menurun seiring dengan proses
pematangan buah, sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari buah yang
disimpan. Nilai kekerasan yang tinggi menunjukkan bahwa buah dan belum
terlalu matang, sedangkan nilai kekerasan yang rendah menunjukkan bahwa buah
semakin matang. Penurunan nilai kekerasan ini terjadi akibat degradasi pektin
yang tidak larut air (protopektin) dan berubah menjadi pektin yang larut dalam air
(Roiyana,2012).
Tekstur pada buah akan berubah seiring lamanya buah disimpan, baik pada
17
kontrol maupun pada buah yang diberikan perlakuan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Julianti (2011), yang menyatakan bahwa pada penyimpanan suhu ruang,
Pada tabel 2 dengan pengamatan warna buah, didapatkan hasil pada buah pir
perlakuan semua buah pir berwarna kuning. Namun, setelah pengamatan kedua
terjadi perubahan warna pada perlakuan bahan organik (Beras) berubah menjadi
kontrol buah pir berubah warna menjadi coklat, sedangkan pada perlakuan lainnya
hanya sebagian berwana coklat. Sedangkan pada buah terong juga terjadi
hijau. Pada pengamatan kedua dengan perlakuan bahan organik (Beras), warna
terong berubah menjadi hijau pucat, sedangkan pada perlakuan lainnya terdapat
sekit bintik coklat. Pada pengamatan ketiga dengan perlakuan bahan organik
(Beras) warna terong mejadi coklat kehitaman, pada perlakuan bahan anorganik
(Extra Joss) terdapat banyak bintik coklat, sedangkan pada perlakuan kontrol pada
Perubahan warna yang terjadi pada buah menunjukkan bahwa buah tersebut
matang dan mengalami pematangan yang berlanjutan. Misalnya saja pada buah
pisang yang awalnya berwarna hijau, lama-kelamaan akan berubah warna menjadi
kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Silaban (2013) yang menyatakan bahwa
buah yang sudah masak ditandai dengan adanya perubahan warna pada buah.
18
Perubahan warna disebabkan karena pemecahan klorofil sedikit demi sedikit
Pada tabel 3 dengan pengamatan cita rasa, didapatkan pada buah pir dan
terong mengalami perubahan. Dimana pada buah pir yang diberikan perlakuan
bahan anorganik (Extra Joss), rasanya menjadi manis. Sedangkan pada buah
terong yang awalnya rasanya pahit, berubah menjadi pahit keasaman setelah
berlanjutan dengan cepat akibat dari pemberian extra joss. Hal ini sesuai dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan penyimpanan dalam suhu rendah, hal ini
pati menjadi gula, sedangkan penyimpanan dalam suhu ruang dapat mendukung
proses transformasi gula yang lebih cepat. Semakin lama waktu penyimpanan
maka semakin besar kadar gula yang terkandung di dalam buah, hal tersebut
19
kenaikan zat-zat yang memberi rasa dan aroma yang khas pada buah (Silaban,
2013).
hasil pada buah pisang mengalami perubahan. Dimana tekstur pisang pada suhu
kulkas yang awalnya keras menjadi sedikit lembek pada pengamatan ketiga,
sedangkan pada kontrol (Suhu ruang) yang awalnya keras menjadi lembek pada
pengamatan kedua, dan pada pengamatan ketiga teksturnya sedikit lembek. Pada
warna pisang juga mengalami perubahan warna. Dimana pada suhu kulkas yang
menguning. Sedangkan pada pada kontrol (Suhu ruang) yang awalnya berwarna
pengamatan ketiga menguning keseluruhan. Selanjutnya pada cita rasa juga terjadi
perubahan. Dimana pada suhu kulkas yang awalnya pekat menjadi sedikit manis
pada pengamatan ketiga. Sedangkan pada kontrol (Suhu ruang), yang awalnya
pekat menjadi sedikit manis pada pengamatan kedua, dan pada pengamatan ketiga
Hal tersebut terjadi karena pada suhu rendah, proses respirasi akan
terhambatnya kematangan buah tersebut dapat menjaga mutu buah tetap segar
dalam bebera waktu. Hal ini sesuai dengan pendapat Julianti (2011), yang
20
kesukaan terhadap aroma juga akan semakin menurun.
rendah suhu penyimpanan buah papaya maka semakin kecil rata-rata nilai laju
BAB V
21
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dalam proses pematangan buah. Kandungan gas etilen yang terdapat pada
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini yaitu dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
22
Arisanta, F. A., & Handriatni, A. (2020). Pengaruh Konsentrasi Asam Salisilat
Dan Jenis Kemasan Terhadap Daya Simpan Buah Pisang Raja Bulu (Musa
Paradisiaca (L) Var. Sapientum). Biofarm: Jurnal Ilmiah Pertanian, 16(1).
Broto, W., Kailaku, S. I., Jamal, I. B., Nurjanah, R., & Syaifullah, E. (2021).
Pematangan Buah Mangga (Mangifera Indica, L.) Cv. Gedong
Menggunakan Gas Etilen. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, 17(3),
165-176.
Juliansyah, S., & Laksito, A. D. (2021). Klasifikasi Citra Buah Pir Menggunakan
Convolutional Neural Networks. Incomtech: Jurnal Telekomunikasi Dan
Komputer, 11(1), 65-72.
Kusumiyati, K., Farida, F., & Sutari, W. (2018). Penyuluhan Penanganan Pasca
Panen Dalam Pematangan Buah-Buahan Menggunakan Etilen Cair Di
23
Desa Jatiroke, Jatinangor. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(4),
354-357.
Pagiling, F., Supratomo, S., & Faridah, S. N. (2017). Sebaran Suhu Buah Terung
Belanda (Chyphomandra Betacea) Pada Berbagai Tingkat Kematangan
Selama Proses Pendinginan (Hydrocooling). Jurnal Agritechno, 123-134.
Roiyana, M., Izzati, M., & Prihastanti, E. (2012). Potensi dan Efisiensi Senyawa
Hidrokoloid Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Anatomi
dan Fisiologi, 20(2), 40-50.
Rudito. 2005. Perlakuan Komposisi Gelatin dan Asam Sitrat Dalam Edible
Coating yang Mengandung Gliserol Pada Penyimpsnsn Tomat. Program
Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda.
Silaban, S. D., Prihastanti, E., & Saptiningsih, E. (2013). Pengaruh Suhu dan
Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Total Asam, Kadar Gula serta
Kematangan Buah Terung Belanda (Cyphomandra betacea Sent.). Buletin
Anatomi Dan Fisiologi Dh Sellula, 21(1), 55-63.
Somerville, D. 2005. Fat Bees Skinny Bees. Livestock Officer (Apiculture), NSW
Department of Primary Industri, Goulburn. Bee Nutrition.
LAMPIRAN
24
Gambar 1. Pemberian Gambar 2. Mengisi Gambar3.Pemberia Gambar.4 Perlakuan
perlakuan pada buah beras pada wadah n perlakuan buah kontrol buah pir
pir
25
Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15.
Pengamatan ke- Pengamatan ke-2 Pengamatan ke-2 Pengamatan ke-2
2 (extra joss) (kontrol) pada buah (extra joss) pada (beras) pada buah pir
pada buah pir buah pir
terong
26
27