Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Agrohidrologi

PEMANFAATAN AIR TANAH UNTUK PERTANIAN

Disusun Oleh :

Muh. Yasril Hidayat Al-Hasni (G011191121)


Sulaeman Kadir (G011191128)
Wahdini Nur Amini (G011191081)
Humairah Madani (G0011191185)
Asdiana Anugrah Duhri (G011191209)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul makalah
ini adalah “Pemanfaatan Air Tanah Untuk Pertanian” sebagai salah satu tugas
presentasi dalam mata kuliah “Agrohidrologi”, dimana di dalamnya membahas
tentang “Pemanfaatan Air Tanah”.
Melalui makalah dan presentasi ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
bagaimana dan seperti apa pemanfaatan air tanah itu. Pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu pembimbing mata kuliah “Agrohidrologi
B” yang telah membimbing kami hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan.
Namun kami pun menyadari jika ada kekurangan dari hasil makalah ini.
Penulis  mengharapkan  kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang
telah membaca makalah ini. Semoga tulisan ini memberi informasi yang berguna bagi
peningkatan dan pengembangan di bidang pertanian.

Makassar, 3 Mei 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………1
1.3 Tujuan Penulisan Makalah……………………………………………………….1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Tanah…………………………………………………………….2
2.2 Pembentukan Air Tanah………………………………………………………….
2.3 Permasalahan Pemanfaatan Air Tanah……………………………………………
2.4 Peluang Pemanfaatan Air Tanah………………………………………………….
2.5 Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi Lahan Kering di Indonesia………………
2.6 Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi…………………………………………..
2.7 Teknologi Penyediaan Air……………………………………………………..
2.8 Strategi Pemanfaatan Air Tanah……………………………………………….
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Air Tanah


2. Bagaimana Proses Pembentukan Air Tanah
3. Apa Saja Permasalahan Pemanfaatan Air Tanah
4. Seperti Apa Peluang Pemanfaatan Air Tanah
5. Bagaimana Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi Lahan Kering di Indonesia
6. Bagaiamana Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
7. Seperti Apa Teknologi Penyediaan Air
8.Bagaimana Strategi Pemanfaatan Air Tanah
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan Dari Pembuatan Makalah Ini Adalah :
1. Sebagai Pelengkap Tugas Presentasi Dalam Mata Kuliah “AGROHIDROLOGI B”
2. Alat Pembelajaran Bagi Mahasisiwa Tentang Pemanfaatan Air Tanah
3. Untuk Mengenali Dan Mengaplikasikan Presentasi Yang Tepat Dikalangan
Mahasiswa Dan Umum

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Tanah
Air tanah merupakan sumber persediaan air yang sangat penting, terlebih di
kawasan yang musim kemaraunya terbilang ekstrim hingga menghentikan aliran
sungai. Bahkan, banyak sungai di permukaan tanah yang sebagian besar alirannya
berasal dari air tanah. Namun, sebaliknya juga, aliran air sungai merupakan sumber
utama untuk imbuhan air tanah. Aliran air permukaan seperti sungai, danau, dan
reservoir meresap melalui tanah ke dalam lajur jenuh. Selain itu, sumber air tanah
juga berasal dari air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau
retakan dalam formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah. Lalu, apakah
sebenarnya pengertian air tanah itu?
Air tanah adalah segala bentuk aliran air yang mengalir di bawah permukaan
tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan
gaya gravitasi bumi. Air yang berada di bawah permukaan bumi ini dapat
dikumpulkan dengan sumur-sumur, sistem drainase, atau dengan pemompaan. Selain
itu, air tanah dapat juga mengalir secara alami ke permukaan melalui pancaran atau
rembesan.
Air tanah dapat dibedakan atas air tanah yang tertekan dan yang tidak
tertekan. Air tanah tertekan atau lebih populer sebagai air tanah dalam (groundwater)
disebut juga air artesis, yakni air pada lapisan pembawa yang terapit oleh dua lapisan
kedap. Jika dilakukan pengeboran tanah dan menjumpai air tertekan, permukaan air
itu dapat menyembur keluar. Yang dimaksud dengan air tanah yang tak tertekan atau
air tanah bebas atau lebih populer di masyarakat sebagai air tanah dangkal (soil
water), ialah air tanah yang tidak terapit oleh lapisan penyekap. Ini merupakan air
tanah yang biasanya kita jumpai jika kita membuat sumur gali. Batas atas air tanah
bebas disebut muka air tanah, yang sekaligus juga merupakan batas lajur jenuh. Air
tanah (groundwater) bergerak ke bawah tanah melalui proses perkolasi dan kemudian
mengalir ke dalam saluran atau alur air sebagai seepage.
2.2 Pembentukan Air Tanah
Pembentukan air tanah sendiri mengikuti siklus air di bumi yang disebut daur
hidrologi, yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.
- Daur Hidrologi, Proses Terjadinya Air Tanah
Proses terjadinya air tanah diawali dari Air hujan yang sebagian besar akan mengalir
di permukaan sebagai air permukaan seperti sungai, danau, atau rawa. Namun,
sebagian kecil juga akan meresap ke dalam tanah. Jika mencapai kedalaman tertentu,
air ini akan menjadi air tanah. Sebaliknya, jika tidak, akan diuapkan kembali lewat
tanaman dengan proses evaporasi. Letak air tanah dapat mencapai beberapa puluh
bahkan beberapa ratus meter di bawah permukaan bumi. Sebagian lapisan batuan
bersifat permeabel atau lolos air, dari sinilah pintu masuk air permukaan masuk
menjadi air tanah. Lapisan lolos air tersebut misalnya terdiri dari kerikil, pasir, batu
apung, dan batuan yang retak-retak. Air hujan dan air permukan akan meresap
(infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap
makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Selanjutnya potensi air tanah di suatu cekungan sangat tergantung kepada porositas
dan kemampuan batuan untuk melalukan dan meneruskan air. Di Indonesia telah
teridentifikasi 263 cekungan air tanah dengan total kandungan 522,2 milyar m³/tahun,
80 cekungan air tanah terletak di Pulau Jawa dan Madura dengan kandungan 43,314
milyar m³/tahun (Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan Kawasan Pertambangan,
2004).
2.3 Permasalahan Pemanfaatan Air Tanah
Pengambilan air tanah yang intensif mengakibatkan berbagai dampak yang
bersifat langsung maupun tidak langsung. Pada kondisi yang lebih lanjut penurunan
muka air tanah menyebabkan dampak berupa penurunan muka tanah yang
mengakibatkan terjadinya penggenangan atau banjir pada daerah tersebut. Selain itu
penurunan muka tanah juga memicu terjadinya kontaminasi air asin atau intrusi air
laut.
Perubahan kedudukan muka air tanah tak tertekan/dangkal sangat dipengaruhi
oleh musim dan besarnya curah hujan. Hal ini ditunjukkan oleh naiknya muka air
tanah dangkal sebagai akibat proses pengisian kembali pada musim hujan dan
penurunan muka air tanah secara berangsur berlangsung pada musim kemarau.
Sehingga indikasi adanya perubahan pola muka air tanah dangkal sebagai akibat
pengambilan tidak dapat terlihat jelas. Sedangkan perubahan pola muka air tanah
tertekan umumnya disebabkan oleh adanya pengambilan air tanah yang terus
meningkat, terutama di daerah padat industri (BAPPENAS, 2006).
2.4 Peluang Pemanfaatan Air Tanah
Pemanfaatan air tanah untuk memenuhi suatu permintaan dapat dilakukan
dengan mempertimbangkan: (1). Kebutuhan air tanah untuk jangka panjang
berdasarkan perkembangan pemanfaatan air tanah yang telah ada dan rencana
pengembangan air tanah selanjutnya; (2). Rekaan (model simulasi matematis) kondisi
hidrogeologi mirip keadaan alami; (3). Perencanaan pemanfaatan air tanah dalam
kurun waktu tertentu sesuai kuota pengambilan air tanah yang aman sehingga
pemanfaatannya tidak sampai menimbulkan dampak negatif; (4). Pemanfaatan air
tanah untuk memenuhi permintaan harus lebih kecil atau maksimum sama dengan
daya dukung ketersediaannya secara alami; dan (5). Lokasi-lokasi yang kondisi
lingkungan air tanahnya telah rawan atau kritis dilakukan pengaturan pengambilan
serta peruntukannya lebih lanjut sesuai kemampuan ketersediaannya serta bagi yang
telah ada wajib dilakukan pengurangan debit pengambilan.
Air tanah masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan.
Untuk itu air tanah sebaiknya dikelola secara partisipatif. Pengelolaan partisipatif
menuntut adanya keterlibatan masyarakat secara aktif untuk mendukung pelaksanaan
pengelolaan air tanah. Untuk itu peran serta masyarakat langsung sangat diperlukan
dan perlu diperkuat serta diperluas. Dengan hadirnya UU 7/2004 tentang Sumber
Daya Air diharapkan membawa misi perubahan dalam pengaturan dan pengelolaan
air tanah di Indonesia. Misi perubahan dengan mengadaptasi perubahan paradigma
baru, akan mempengaruhi kebijakan dan proses pengelolaan air tanah sebagai sumber
daya air. Paradigma baru yang mewarnai lahirnya UU SDA, dilandasi oleh perubahan
fungsi air tanah dan penyelenggaraan pemerintahan secara umum yang diwujudkan
dalam berbagai bentuk rumusan pengaturan pengelolaan air tanah.
2.5 Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi Lahan Kering di Indonesia
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi terdiri dari dua jenis pemberian air yaitu
sebagai suplesi pada saat terjadi kekurangan air dan sebagai sumber air utama. Pada
umumnya di pertanian tadah hujan maupun lahan kering, pemanfaatan air tanah
sebagai suplesi dilakukan awal musim kemarau pada saat terjadi kekurangan air.
Kelangkaan air sering kali menjadi kendala utama dalam pengelolaan lahan kering,
oleh karena itu inovasi teknologi penyediaan air dan informasi iklim sangat
diperlukan. Salah satu teknologi penyediaan air adalah pemanenan air. Hal tersebut
dilakukan dengan menampung air hujan atau aliran permukaan pada tempat
penampungan sementara atau penampungan permanen untuk digunakan mengairi
tanaman. Oleh karena itu, pemanenan air selain berfungsi menyediakan air irigasi
pada musim kemarau, dan teknologi ini bermanfaat untuk area lahan yang tidak
mempunyai jaringan irigasi atau sumber air bawah permukaan (air tanah).
2.6 Pemanfaatan Air Tanah untuk Irigasi
Air tanah dalam merupakan air yang terdapat dalam lapisan akuifer dalam.
Keterdapatannya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan air permukaan
atau air tanah dangkal. Ketersediaan air tanah dalam tidak tergantung musim
sehingga diharapkan pada musim kemarau pun masih dapat dimanfaatkan, selain itu
kualitasnya cenderung lebih baik karena tidak banyak terganggu limbah di
permukaan. Kekurangannya adalah pengambilan untuk pemanfaatannya memerlukan
sarana dan teknologi yang tidak sederhana, serta biaya yang mahal. Pengeboran air
tanah pada akuifer dalam umumnya merupakan alternatif terakhir sebagai sumber
penyediaan air bersih. Pengembangan dan pemanfaatan air tanah, termasuk
pengeboran sumur-sumur produksi untuk air baku dan Jaringan Irigasi Air Tanah
(JIAT) telah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia Sumur bor tersebut terdiri
dari sumur dangkal dan sumur dalam yang dibangun sejak tahun 1984 sampai
sekarang. Selain dimanfaatkan untuk air baku air minum penduduk, sumur-sumur
tersebut digunakan untuk sumber air JIAT.
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi dilakukan dalam upaya membantu petani
lokal yang tinggal atau mempunyai areal pertanian di daerah yang tidak tercakup
dalam sistim irigasi air permukaan atau tidak dapat bercocok tanam sepanjang
tahun.Di beberapa kota-kota besar di Indonesia penggunaan air tanah cukup besar,
seperti terjadi di Jakarta. Persaingan penggunaan air tanah sering terjadi yaitu antara
area pertanian untuk air irigasi tanaman dengan pusat kota untuk kebutuhan air bersih
penduduk serta di area industri agar mendapatkan sumber air berkualitas baik untuk
proses produksi. Di tempat-tempat di mana terjadi penyusutan lapisan air tanah,
berdampak pada keterbatasan penggunaan ruang untuk mengembangkan dan
kemungkinan luas lahan pertanian yang dilayani oleh air tanah akan semakin
menyusut. Penyusutan lapisan akuifer telah terpantau selama bertahun-tahun di
daerah semi-kering dan gersang di seluruh dunia terutama yang terkait dengan
pengambilan air untuk pertanian. Oleh karena itu, untuk lebih memahami dampak
dari penggunaan air tanah, perlu untuk mengidentifikasi sumber air yang digunakan
untuk irigasi.Kekurangan air merupakan masalah utama di lahan kering di mana
pertanian tidak bisa dilaksanakan tanpa ketersediaan air irigasi. Efisien air irigasi
adalah penting untuk pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya air di
wilayah tersebut.
2.7 Teknologi Penyediaan Air
Teknik penyediaan air dengan pemakaian pompa irigasi menjadi salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada lahan tadah hujan, namun
pemakaian pompa belum tentu akan memberikan keuntungan kepada petani. Agar
diketahui gambaran nilai kelayakan finansial operasional pompa, seluruh komponen
biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang diterima selama satu musim
tanam perlu diketahui. Dengan menggunakan pompa, biaya awal menjadi besar serta
biaya bahan bakar setiap mengairi lahan menjadi hal yang harus diperhitungkan.
Beberapa teknologi penyediaan air yang dikembangkan dan diterapkan untuk
irigasi di wilayah Nusa Tenggara pada saat ini selain sumur bor di area
pendayagunaan air tanah terdapat pula teknologi pemanenan air hujan berupa
embung. Teknologi pemanenan air denganstruktur rorak, sangat memungkinkan
diterapkan disamping bangunan rorak ini merupakan salah satu kearifan lokal yang
telah ada di pedesaan Nusa Tenggara dan telah dimanfaatkan terutama untuk air
minum ternak dan beberapa desa telah memanfaatkan untuk irigasi tanaman pangan
seperti sayuran.
Sistem irigasi menggunakan sprinkle, irigasi tetes, dan kombinasi dari
keduanya yang dinilai pemberian air lebih efisien dan bersumber dari sumur bor
melalui pemompaan di beberapa area pendayagunaan air tanah NTT dan NTB telah
diterapkan. Namun dalam penerapannya belum dimanfaatkan secara optimal oleh
petani karena pada umumnya beberapa kendala yaitu pengadaan bahan bakar,
terbatasnya keahlian petani dalam pengoperasian pompa serta manajemen operasi dan
pemeliharaan pemompaan yang kurang optimal. Pengaturan pergiliran pemberian air
pada tanaman lahan kering sangat perlu dilakukan bertujuan untuk mengoptimalisasi
pemanfaatan air tanah dalam mendukung pola tanamnya, dan mendukung efisiensi
pemberian air dan pemilihan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
seperti jagung, cabe, dan bawang.
Sistem pengelolaan irigasi air tanah terutama pengoperasiannya untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman perlu diperhatikan ketepatan antara kebutuhan air
irigasi yang harus dipenuhi oleh pompa dengan ketersediaan air tanah yang sangat
dipengaruhi oleh sifat akuifer. Hal ini sangat penting agar pengoperasian pompa
untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dapat dilakukan secara berkesinambungan baik
secara teknis maupun ekonomis.
2.8 Strategi Pemanfaatan Air Tanah
Strategi pemanfaatan air tanah dilakukan melalui beberapa tahapan yang atara
lain melalui perizinan, pengawasan, pengendalian, dan konservasi air tanah.
 Perizinan
Kegiatan pengeboran mata air dan pengambilan air tanah dapat dilakukan
setelah memperoleh izin pengeboran atau penurapan mataair (SIP) dan izin
pengambilan air tanah atau izin pengambilan mata air (SIPA) dengan
ketentuan sebagai berikut: (1) Peruntukkan pemanfaatan air tanah untuk
keperluan air minum dan rumah tangga adalah merupakan prioritas utama di
atas segala keperluan lain; (2) Pemanfaatan air tanah pada akifer bebas,
diprioritaskan untuk keperluan air minum dan rumah tangga; (3) Pengambilan
air tanah untuk keperluan lain tidak mengganggu keperluan untuk rumah
tangga; (4) Dalam pengaturan pemanfaatan didasarkan atas urutan prioritas
peruntukan serta memperhatikan kepentingan umum dan kondisi setempat.
 Pengawasan
Keberhasilan pendayagunaan air tanah yang berwawasan lingkungan sangat
tergantung pada fungsi pengawasan dan pengendalian sehingga keberlanjutan
pemanfaatan air tanah dapat terwujud. Kegiatan pengawasan meliputi: (a)
Pengawasan pelaksanaan persyaratan teknik yang tercantum dalam SIP dan
SIPA; (b). Pengawasan terhadap pelaksanaan UKL dan UPL atau AMDAL;
dan (c). Pengawasan terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan air tanah.
 Pengendalian
Kegiatan pengendalian meliputi: a. Kegiatan pemantauan 1) Pemantauan
jumlah dan mutu air tanah. 2) Pemantauan dampak lingkungan akibat
pendayagunaan air tanah. 3) Pemantauan perubahan penggunaan dan fungsi
lahan. b. Pembuatan peta pengendalian pengambilan air tanah yang mencakup
penentuan : 1) Zonasi air tanah (aman, rawan, kritis, dan rusak). 2)
Kedalaman akifer yang aman untuk disadap. 3) Kuota debit pengambilan air
tanah berdasarkan potensi ketersediaannya. 4) Debit pengambilan air tanah
berdasarkan peruntukannya. c. Melakukan pengenaan sanksi administratif dan
sanksi hukum sesuai peraturan perundangan yang berlaku terhadap pelaksana
pengeboran dan/atau pengguna air tanah apabila terjadi kerusakan lingkungan
akibat pengambilan air tanah.

 Konservasi Air Tanah


Konservasi air tanah adalah pengelolaan air tanah untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin ketersediaannya dengan tetap
memelihara serta meningkatkan mutunya. Pada dasarnya merupakan tindakan
yang perlu dilakukan dalam pendayagunaan sumber daya air tanah agar
pemanfaatannya dapat optimum dan berkesinambungan tanpa menimbulkan
dampak negatif terhadap kondisi dan lingkungan sumber daya air tanah
tersebut. Upaya teknik yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan konservasi
air tanah meliputi: (a) Memaksimalkan pengimbuhan air tanah; (b) Pengaturan
pengambilan air tanah; (c) Perlindungan air tanah. Agar pemanfatan dan
ketersediaan air tanah dapat berkelanjutan, maka diperlukan upaya
pemanfaatan dan pelestarian air tanah melalui pendayagunaan air sehingga
pemanfaatan air tanah dapat dilakukan secara bijaksana sesuai dengan rencana
peruntukan, prioritas pemanfaatan dan potensi ketersediaannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS. 2006. Identifikasi Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air di Pulau
Jawa. Prakarsa Strategis Sumber Daya Air untuk Mengatasi Banjir dan
Kekeringan di Pulau Jawa. Laporan Akhir Direktorat Pengairan dan Irigasi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bhatti, M.A. 2002. INBO's General Assembly - Quebec City-Quebec-Canada, May
28- 30, 2002.
Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan Kawasan Pertambangan. 2004. www.
dgtl.esdm.go.id/modules.php?
op=modload&name=Sections&file=index&req=vi ewarticle&artid.

Soedireja, H. R. (2017). Potensi dan upaya pemanfaatan air tanah untuk irigasi lahan
kering di Nusa Tenggara. Jurnal Irigasi, 11(2), 67-80.

Anda mungkin juga menyukai