Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Nutrisi Tanaman

GEJALA DEFISIENSI HARA

NAMA : MUH. YASRIL HIDAYAT AL-HASNI


NIM : G011191121
KELAS : NUTRISI TANAMAN A
KELOMPOK : 3
ASISTEN : MUTHIA MUHSANA MUKHLIS

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur hara merupakan faktor yang cukup penting bagi pertumbuhan tanaman
yang dapat diibaratkan sebagai zat jumlah yang dibutuhkan tanaman, unsur hara
di bagi menjadi dua kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsure hara mikro.
Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diburuhkan tanaman dalam jumlah
banyak, antara lain, Fosfor (P), Kalium (K), Nitrogen (N) belerang (S), Kalsium
(Ca), dan Magnesium (Mg). unsur hara primer (N, P, K) dan unsur hara sekunder
(S, Ca, Mg), sedangkan yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam
jumlah kecil, antara lain besi (fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn), tembaga
(Cu) dan molybdenum (Mo) (Tando, 2018).
Tanaman memerlukan unsur hara terutama N, P, K saat fase vegetatif dan
generatif. Unsur N berperan untuk pembentukan karbohidrat, protein, lemak dan
persenyawaan organic lain dan unsur P berperan dalam pembentukan bagian
generatif tanaman. Unsur K berperan dalam memacu translokasi karbohidrat dari
daun ke organ tanaman (Pricillia, 2018).
Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang
berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan
tanaman akan nutrisi berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis
tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Apabila tanaman tidak
dapat menerima hara yang cukup seperti yang dibutuhkan, maka pertumbuhannya
akan lemah dan perkembangannya tampak abnormal. Gejala yang terlihat meliputi
terhambatnya pertumbuhan akar, batang atau daun, serta klorosis atau nekrosis
pada berbagai organ. Pertumbuhan yang abnormal juga akan terjadi bila tanaman
menyerap hara melebihi untuk kebutuhannya bermetabolisme. Diagonsis
defisiensi hara pada tanaman dapat dilakukan dengan 2 pendekatan yaitu
pendekatan dengan diagnosis gejala visual dan analisis tanaman (Rosmarkam,
2016).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum defisiensi hara
agar kita dapat mengetahui gejala defisiensi yang terjadi apabila tanaman
kekurangan salah satu unsur hara penting dan mengenal gejala tanaman
kekurangan unsur hara tertentu.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui gejala defisiensi yang terjadi
apabila tanaman kekurangan salah satu unsur hara penting yang akan berdampak
kapada visualisasi tanaman tersebut.
Kegunaan Dari praktikum ini yaitu mahasiswa bisa mengenal mengenai gejala
tanaman kekurangan unsur hara tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung


Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman rumput-rumputan dan
berbiji tunggal (monokotil). Jagung merupakan tanaman rumput kuat, sedikit
berumpun dengan batang kasar dan tingginya berkisar 0,6-3 m. Tanaman jagung
termasuk jenis tumbuhan musiman dengan umur ± 3 bulan (Nuridayanti, 2017).
Menurtu Paeru dan Dewi, 2017 Kedudukan taksonomi jagung adalah sebagai
berikut, yaitu:
Kingdom: Plantae,
Divisi: Spermatophyta,
Subdivisi: Angiospermae,
Kelas: Monocotyledone,
Ordo: Graminae,
Famili: Graminaceae,
Genus: Zea,
Spesies: Zea mays L.
Biji jagung tunggal berbentuk pipih dengan permukaan atas yang cembung
atau cekung dan dasar runcing. Bijinya terdiri atas tiga bagian, yaitu pericarp,
endosperma, dan embrio. Pericarp atau kulit merupakan bagian paling luar
sebagai lapisan pembungkus. Endosperma merupakan bagian atau lapisan kedua
sebagai cadangan makanan biji (Paeru dan Dewi, 2017).
2.2 Unsur Hara Makro
Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah banyak yaitu besar dari 500 ppm. Unsur hara makro terdiri dari
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium
(K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S). sedangkan unsure hara
mikro mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
sedikit atau kurang dari 100 ppm. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe),
Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl) (Ardi,
2015).
Kekurangan atau ketidaksediaan salah satu unsur hara maka akan terjadi
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan fisiologis tanaman tersebut.
Hal ini disebabkan kerena setiap unsur memiliki fungsi tersendiri dalam
proses metabolism tanaman, maka apabila salah satu fungsi tidak terpenuhi
maka semua proses metabolism tanaman akan terganggu. (Wahono, 2020).
2.3 Unsur Hara Mikro
Unsur hara mikro atau unsur hara tersier (minor), yaitu unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang relative sangat kecil, Kekurangan
unsur menyebabkan klorosis pada daun, lembaran daun menjadi kuning tetapi
tulang daun tetap hijau, Karena unsur hara mikro mempunyai fungsi yang spesifik
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta fungsinya tidak dapat
digantikan secara sempurna oleh unsur hara lainnya. Oleh karena itu untuk
menjaga pertumbuhan tanaman secara normal supaya tidak mengganggu produksi
dan mutu, maka dalam budidaya tanaman ditambahkan unsur hara mikro,
terutama pada keadaan- keadaan dimana unsur hara mikro dapat membatasi
pertumbuhan tanaman ialah pada keadaan (Arsyad, 2020).
Unsur hara mikro essensial terdiri dari unsure Fe, Mn, Zn, Cu, Cl, Mo, dan B.
Namun terdapat pula unsure hara mikro essensial hanya untuk beberapa tanaman
tertentu, yaitu Na, Si, Co, dan V. Bentuk unsur hara dalam tanah dapat berupa
senyawa kompleks yang sukar larut dalam air dan juga senyawa yang mudah larut
dalam air sehingga mudah pula diserap langsung oleh tanaman. Apabila bentuk
unsur hara yang tersedia terdapat pada bentuk senyawa kompleks maka terdapat
beberapa proses untuk membuat senyawa tersebut menjadi mudah diserap oleh
tanaman. Kebutuhannya untuk tanaman, unsur hara mikro sekunder memang
hanya sedikit namun tetap memberi pengaruh baik itu positif dan negatif untuk
pertumbuhan dan metabolisme tanaman. Oleh karena hal tersebut, maka
kebutuhan akan unsure hara mikro diusahakan agar terus terpenuhi sehingga tidka
memberikan dampak yang negatif untuk pertumbuhan tanaman (Agustina, 2019).
2.4 Mekanisme Penyerapan Hara pada Tanaman
Keberadaan unsur-unsur hara dalam tanah ada yang tersedia bagi tanaman
ada yang belum tersedia (berada sebagai cadangan unsur hara) dan ada yang tidak
tersedia bagi tanaman. Ketersediaan unsur hara tersebut sangat mempengaruhi
serapan unsur hara oleh tanaman sehingga pada tanaman yang memanfaatkan dan
menyerap unsur hara akan menunjukkan gejala unsur hara yang diserap dalam
jumlah yang kurang, cukup, atau berlebihan (Mansyur,2021).
Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman.
Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang masuk
ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan bawah
tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya
lebih cepat, sedangkan tanaman yang kekurangan hara dapat lebih lambat
dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni
tanaman, sehingga pada proses pertumbuhan dan akan terganggu (Arsyad, 2020).
2.5 Defisiensi Hara
Gejala defisiensi unsure hara adalah tanda-tanda yang diperlihatkan oleh
tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau lebih unsure hara. Defisiensi
unsure hara antara lain disebabkan oleh pemupukan yang dilakukan sebelumnya
tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi hara
memperlihatkan kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan salah satu atau
lebih unsure hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. Nitrogen
yang diserap oleh tanaman dirombak menjadi asam amino, yang dalam
metabolisme selanjutnya membentuk protein dan asam nukleat .Selain itu, N
menjadi bagian integral dari klorofil dan merupakan komponen utama tanaman
yang menyerap cahaya yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis (Yulianus et
al.,2015
2.6 Toksisitas Hara
Toksisitas hara yaitu gejala akibat kelebihan unsur hara tertentu pada
tanaman. Diagnosis berdasarkan gejala visual di lapangan sangat komplek dan
sulit terutama bila kejadian defisiensi hara tertentu bersamaan dengan toksik hara
yang lain. Misalnya pada tanah masam tergenang, toksisitas Mn simultan dengan
defisiensi Mg.Secara umum gangguan hara yang menghambat pertumbuhan dan
hasil dalam skala yang ringan serta tidak dapat dilihat karakteristik gejala
visualnya secara spesifik (Wiraatmaja, 2017).
Toksisitas hanya terjadi pada tanah yang telah tergenang dalam periode waktu
yang panjang. Jumlah besi ferro (Fe2+) yang tinggi di dalam larutan tanah juga
dapat mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan hara mineral yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Endapan besi yang ada pada permukaan
akar dapat menghambat penyerapan hara oleh akar, sehingga dapat memacu
defisiensi beberapa hara penting. Menurunnya konsentrasi Ca pada tajuk tanaman
akibat meningkatnya konsentrasi besi dalam larutan hara akan memacu defisiensi
unsur Ca jika toksisitas besi berlangsung dalam waktu yang lama (Baru, 2019).
2.7 Gejala Defisiensi Hara
2.7.1 Gejala Defisiensi Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah Satu unsur hara yang sangat penting dan
diperlukan dalam jumlah besar . tanaman menyarap unsur ini dalam bentuk ion
nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+). Unsur ini secara langsung berperan
dalam pembentukan protein, memacu pertumbuhan tanaman secara umum
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorifil, asam amino,
lemak enzim dan persenyawaan lain (Yulianus et al.,2015)
Gejala kekurangan unsur N pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil,
mulamula daun menguning dan mengering lalu daun akan rontok dimana daun
yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.
didalam tubuh tanaman nitrogen bersifat dinamis sehingga jika terjadi kekurangan
nitrogen pada bagian pucuk nitrogen yang tersimpan pada daun tua akan
dipindahkan ke organ yang lebih muda, dengan demikian pada daun-daun yang
lebih tua gejala kekurangan nitrogen akan terlihat lebih awal (Yulianus et
al.,2015)
2.7.2 Gejala Defisiensi Fosfor (P)
Fosfor merupakan unsur makro yang menyusun komponen setiap sel
hidup, fosfor dalam tumbuhan sangat membantu pembentukan protein dan
mineral yang sangat penting bagi tanaman, merangsang pembentukan bunga,
buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji
lebih berbobot. Bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman ,
merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar (Arsyad, 2020).
Gejala kekurangan fosfor pada tanaman dapat mengakibatkan
pertumbuhan terhambat atau kerdil dan daun menjadi hijau tua, tanaman tidak
menghasilkan bunga dan buah, jika sudah terlanjur berbuah ukuranya kecil, jelek
dan cepat matang (Arsyad, 2020).
2.7.3 Gejala Defisiensi Kalium (K)
Kalium merupakan unsur makro seperti nitrogen dan fosfor, kalium
berperan penting dalam fotosintesis, karena secara langsung meningkatkan
pertumbuhan dan luas daun. Disamping itu kalium dapat meningkatkan
pengambilan karbondioksida, memindahkan gula pada pembentukan pati dan
protein, membantu proses membuka dan menutup stomata, kapasitas menyimpan
air, memperluas pertumbuhan akar, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
serangan hama dan penyakit, memperkuat tubuh tanaman supaya daun bunga dan
buah tidak gampang rontok Memperbaiki ukuran dan kualitas buah pada masa
generatif/menambah rasa manis pada buah, mensuplai karbohidrat yang banyak
terutama pada tanaman umbi-umbian (Mansyur,2021).
Gejala kekurangan unsur hara ini pertumbuhan terhambat, batang kurang
kuat dan mudah patah, biji buah menjadi kisut, daun mengerut/kriting timbul
bercak-bercak merah coklat lalu kering dan mati (Mansyur,2021).
2.8 Gejala Toksisitas Hara
2.8.1 Toksisitas Hara Nitrogen (N)
Tanaman di lapangan sangat memerlukan unsur nitrogen (N) yang sangat
berperan dalam pembentukan sel pada tanaman, pembentukan jaringan tanaman
dan organ-organ dari tanaman. Unsur hara nitrogen dapat berfungsi utama sebagai
bahan asam amino, sintesis klorofil pada tanaman dan protein. Tanaman pada fase
vegetatif sangat membutuhkan nitrogen yang cukup besar, sehingga tanaman
sangat tergantung sekali dengan nitrogen. Pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sangat tergantung adanya nitrogen (Purnamaningrum, 2019).
2.8.2 Toksisitas Hara Fosfor (P)
Tanaman yang mengalami toksisitas hara fosfor pada daun akan
mengalami perubahan warna. Pada daun tanaman yang tua akan mengalami
perubahan warna menjadi keungu-unguan bahkan daun tanaman yang tua akan
mengalami kecenderungan keabu-abuan. Daun tanaman pada tepi daun tersebut
akan mengalami perubahan warna kecoklatan. Tanaman yang daun muda akan
mengalami warna hijau yang gelap. Tanaman daunnya akan mengalami
perubahan menjadi daun akan terlihat akan terbakar, daun akan mengalami
perubahan bentuk seperti mengecil, tanaman akan menjadi kerdil dan daun
tanaman akan mengalami kerontokkan (Purba, 2021).
2.8.3 Toksisitas Hara Kalium (K)
Kekurangan kalium pada tanaman memang agak sulit untuk dikenali
gejalanya, karena gejala ini jarang muncul ketika tanaman masih muda.
Kekurangan kalium ini akan memicu terjadinya penguningan daun terutama pada
bagian pinggir. Menguningnya daun biasanya bersamaan dengan menguningnya
jaringan diantara tulang daun, kemudian terjadi nekrotik pada jaringan yang telah
menguning. Selain itu, kekurangan unsur hara ini juga dapat menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil dan mudah rebah (Mansyur, 2021).
Jika tanaman kelebihan kalium maka akan berdampak pada terhambatnya
proses pertumbuhan tanaman karena terjadinya ikatan N-K yang mengakibatkan
sulitnya penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman. Tanaman yang kekurangan
unsur hara kalium mudah sekali terserang penyakit. Toksisitas yang disebabkan
oleh unsur hara kalium pada tanaman akan membuat tanaman akan mengalami
gangguan dalam proses penyerapan kalsium dan magnesium, bila tanaman
kekurangan Kalium maka pertumbuhannya akan terganggu. Batang akan kurus
dan tumbuh pendek, akar tumbuh terbatas bahkan pada sebagian kasus akar
tanaman menunjukan gejala busuk (Purba, 2021).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin pada hari Rabu, 20 Oktober 2021 pukul 16.00 WITA – Selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan
Bahan yang digunakan yakni Pupuk Urea, pupuk KCl, pupuk SP36, benih
jagung, polybag ukuran 25 x 30 cm, tanah dan kompos.
3.3 Metode Praktikum
1. Timbang pupuk urea (2,25 gram), KCl (0,5 gram), dan SP36 (0,5 gram)
masing-
2. masing per polybag.
3. Isi polybag dengan tanah 10kg/polybag.
4. Masukkan 2 benih jagung dalam satu polybag
5. Setelah jagung berumur 7 HST, pupuk diaplikasikan di area sekitar perakaran
6. tanaman dengan perlakuan masing-masing yaitu :
• Kontrol = pupuk lengkap
• Defisiensi N = KCl + SP36
• Defisiensi K = Urea + SP36
• Defisiensi P = Urea + KCl
7. Amati gejala visual yang terjadi pada tanaman
8. Parameter lainnya, Tinggi tanaman dan Jumlah daun
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Lily. 2019. UNSUR HARA MIKRO I (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl)
Manfaat Kebutuhan Kahat dan Keracunan: Edisi Pertama. Universitas
Brawijaya.

Ardi, A.Ardian, S. Khoiri, M. A. 2015. Pemberian Berbagai Jenis Dosis Abu


Boiler pada Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) di
Pembibitan Utama.Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Arsyad, Sitanala. 2020. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press

Baru, L. R. P. S. B. 2019. Pengendalian Keracunan Besi untuk Peningkatan


Produktivitas Padi di. Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(2), 103-113.

Pricillia. 2018. Dosis Pupuk Npk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung
Hibrida. Jurnal Agrosains. Vol 20(2): 28-33.
Rosmarkam. 2016. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Kansius Yogykarta.
Tando, E. 2018. Review: Upaya Efisiensi dan Peningkatan Ketersediaan Nitrogen
Dalam Tanah Serta Serapan Nitrogen Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza
Sativa L.) Jurnal Buana Sains Vol 18(2).

Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. 2021. Pupuk dan


Pemupukan. Syiah Kuala University Press.

Nuridayanti EFT. 2017. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Rambut Jagung (Zea
mays L.) ditinjau dari Nilai LD50 dan Pengaruhnya Terhadap Fungsi Hati
dan Ginjal Pada Mencit. Universitas Indonesia : Depok

Purba Elida, Ade Citra Khairunisa, 2021. Kajian awal reaksi fotosintesis untuk
penyerapan gas CO2 menggunakan mikroalga Tetraselmis Chuii, Jurnal
Rekayasa Proses, No 1. Vol 6

Purnamaningrum, A., & Nihayati, E. 2019. Pengaruh Pemakaian Mulsa dan Dosis
Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Iler (Plectranthus
scutellarioides (L.) R. Br.). Jurnal Produksi Tanaman, 7(12).

Paeru, RH., dan Dewi, TQ. 2017. Panduan Praktis Budidaya Jagung. Jakarta :
Penebar Swadaya. Cetak 1.

Wahono, H. 2020. Identifikasi Gejala Defisiensi dan Kelebihan Unsur Hara


Mikro Pada Tanaman.
Wiraatmaja, I. W., Rai, I. N., Mahendra, I. G. J. (2017). Upaya Meningkatkan
Produksi dan Kualitas Buah Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L. CV.
Kristal) Melalui Pemupukan. Jurnal Agrotop Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana Vol (7) No.1,
60-68.
NOTE:

1. Diketikdengan font Times New Roman 12, Spasi 1,5


2. Margin 4433
3. Ass 1 laporanmaksimal 3 harisetelahkeluar format

Anda mungkin juga menyukai