TUGAS AKHIR
Oleh:
Oleh
Disetujui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika
Jurusana Teknik Kebumian
Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala,
ii
ABSTRAK
Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu, senilai 414.535 jiwa pada tahun 2022, dan meningkat
sebanyak 5.008 jiwa dari tahun 2021. Perubahan jumlah penduduk di Kabupaten
Aceh berdampak di beberapa desa, termasuk Desa Baet, Kecamatan Baitussalam.
Dampak yang dialami oleh Desa Baet berupa peningkatan jumlah pemukiman
kumuh. Pada tahun 2020, Desa Baet memiliki luasan pemukiman kumuh senilai
12,55 Ha. Pembangunan Perumahan Grand Aceh di Desa Baet dilakukan sebagai
upaya pemerataan pemukiman. Kementerian PUPR menjelaskan adanya beberapa
solusi untuk mengatasi pemukiman kumuh, yaitu dengan pembangunan
perumahan sewa umum hingga rumah susun sederhana sewa (Rusunawa).
Berdasarkan rencana jangka pemerintah tersebut, penelitian dengan metode
MASW ini bertujuan untuk membantu pemerintah dan masyarakat terkait
informasi karakter lapisan di bawah permukaan, kedalaman batuan dasar sebagai
pondasi, serta potensi pembangunan Rusunawa. Penelitian di Perumahan Grand
Aceh terdiri dari empat lintasan yaitu, lintasan MSB 1, lintasan MSB 2, lintasan
MSB 3, dan lintasan MSB 4. Masing-masing lintasan diukur dengan
menggunakan Seismograph PASI 16S-24P dan diolah menggunakan geopsypack
Geopsy dan Dinver versi 2.5.0, lalu dimodelkan menjadi data 2D menggunakan
Surfer versi 13.6.618. Hasil pengolahan data terdiri dari empat jenis lapisan yang
sama dengan kedalaman dan ketebalan yang beragam, yaitu lapisan 1 dengan
kecepatan gelombang geser ≤175 m/s diklasifikasikan sebagai lapisan tanah lunak
(SE), lapisan 2 sebagai tanah sedang (SD) dengan V s 175-350 m/s, lapisan 3
sebagai tanah padat dan batuan lunak (SC) dengan V s 350-750 m/s, dan lapisan 4
sebagai lapisan batuan (SB) dengan V s 750-1200 m/s. Hasil interpretasi
menjelaskan bahwa lapisan 4 merupakan lapisan batuan dasar yang mampu
menjadi penopang pondasi untuk Rusunawa. Namun, pembangunan Rusunawa di
masa depan tetap harus melewati proses kajian lebih lanjut dan pertimbangan
yang bijak.
ABSTRACT
Aceh Besar is one of the districts in Aceh Province with a large population of
414,535 people in 2022, and an increase of 5,008 people from 2021. Changes in
population in Aceh District have an impact on several villages, including Baet
Village, Baitussalam Subdistrict. The effect experienced by Baet Village is an
iii
increase in the number of slums. In 2020, Baet Village had a slum area of 12.55
Ha. The construction of Grand Aceh Housing in Baet Village was carried out as
an effort to equalize the settlement. The Ministry of PUPR explained that there
are several solutions to overcome slums, such as construction of public rental
housing to simple rental flats (Rusunawa). Based on the government's long-term
plan, this MASW research aims to help the government and the local community
with information on the character of the subsurface layer, the depth of bedrock as
a foundation, and the potential for Rusunawa development. The research in
Grand Aceh Housing consists of four lines, namely, MSB 1 line, MSB 2 line, MSB
3 line, and MSB 4 line. Each line was measured using a PASI 16S-24P
Seismograph and processed using Geopsypack Geopsy and Dinver version 2.5.0,
then modeled into 2D data using Surfer version 13.6.618. The data processing
results consist of the same four types of layers with various depths and
thicknesses, namely layer 1 with shear wave velocity ≤175 m/s classified as soft
soil layer (SE), layer 2 as medium soil (SD) with V s 175-350 m/s, layer 3 as very
dense soil and soft rock (SC) with V s 350-750 m/s, and layer 4 as rock layer (SB)
with shear wave velocity 750-1200 m/s. The interpretation results explain that
layer 4 is a bedrock layer capable of supporting the foundation for the Rusunawa.
However, the construction of Rusunawa in the future must still go through a
process of further study and wise consideration.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, dengan segala
rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Identifikasi Kedalaman Lapisan Batuan Dasar Menggunakan Metode
Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) di Perumahan Grand Aceh
Baet”. Shalawat dan salam penulis sampaikan untuk Nabi Besar Muhammad
SAW yang memiliki peran penting dalam peradaban ilmu pengetahuan.
Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik
Geofisika, Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
Tugas Akhir ini mengingatkan penulis terkait bimbingan, dukungan, serta bantuan
dari berbagai pihak. Terkhusus untuk Ayahanda Indra Taslim dan Ibunda Siti
Zahiriyah yang memberi dukungan doa dan motivasi kepada penulis. Dengan rasa
hormat penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
bersangkutan:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala.
2. Bapak Dr. Ir. Bambang Setiawan, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D selaku Ketua
Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Ir. Zul Fadhli, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Tarmizi S.Si., M.Sc., selaku koordinator Tugas Akhir Program Studi
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
5. Ibu Zakia Masrurah, S.T., M.T., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, kritik, saran yang membangun dalam kepenulisan
Tugas Akhir.
6. Bapak Ir. Amsir, S.Si., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, kritik, saran yang membangun serta bimbingan agar
penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir.
v
7. Para dosen serta pegawai di lingkup Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala yang telah banyak membantu dan
mengajarkan ilmu penegtahuan sejak awal perkuliahan hingga sekarang.
8. Ayah, Bunda serta keluarga besar yang mendoakan dan memberi dukungan
semangat sejak permulaan kuliah hingga perkuliahan selesai.
9. Bang Badrul Munir, S.Si., dan Bang Waziruddin, S.Si., selaku laboran dan
staf administrasi di Program Studi Teknik Geofisika yang membantu proses
pengukuran di lapangan serta membantu proses surat-menyurat.
10. Adinda Wulandari, Alicia Aisyah, dan Rivina Annisa sebagai partner Tugas
Akhir dan membersamai penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
11. Seluruh keluarga besar mahasiswa Teknik Geofisika 2019 yang selalu
memberi motivasi bagi penulis dan membantu penulis untuk semangat
dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
12. Liana selaku sahabat saya dari awal perkuliahan hingga selesai yang telah
membantu penulis untuk semangat dan memberi dukungan.
13. Serta seluruh pihak yang selalu membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas dukungan seluruh pihak yang bersangkutan, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari
bahwa dalam proposal tugas akhir ini memiliki kekurangan dan kesalahan. Maka,
penulis membuthkan kritik serta saran yang membangun kepada semua pihak agar
penulis menjadi lebih baik untuk masa mendatang. Semoga proposal tugas akhir
ini dapat menjadi referensi bagi siapapun yang membutuhkan, dan bermanfaat
bagi semua pihak.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN......................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................4
vii
3.3 Prosedur Penelitian................................................................................18
3.3.1 Persiapan Pengukuran.............................................................18
3.3.2 Akuisisi Data...........................................................................18
3.3.3 Pengolahan Data......................................................................19
3.3.4 Interpretasi Data......................................................................22
3.4 Diagram Alir Penelitian.........................................................................23
DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................43
LAMPIRAN..........................................................................................................47
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................49
DAFTAR GAMBAR
viii
Gambar 2.1 Peta Geologi Penelitian Kecamatan Baitussalam...............................5
Gambar 2.2 Simulasi pergerakan gelombang P......................................................8
Gambar 2.3 Simulasi pergerakan gelombang S......................................................8
Gambar 2.4 Gelombang Rayleigh..........................................................................9
Gambar 2.5 Gelombang Love................................................................................9
Gambar 2.6 Proses pengukuran data metode MASW..........................................10
Gambar 2.7 Sifat dispersi gelombang Rayleigh...................................................11
Gambar 2.8 Data lapangan dalam domain wakt a) Transformasi data ke domain
frequency velocity (f-v) yang menunjukkan nilai energi dispersi b)
Nilai f-v domain tersebut dilakukan picking berdasarkan nilai energi
maksimum sehingga menghasilkan kurva dispersi c).......................12
Gambar 2.9 Profil 1D kecepatan gelombang geser terhadap kedalaman melalui
proses inversi kurva dispersi gelombang Rayleigh...........................13
Gambar 4.1 Rekaman data seismik pada shotpoint geophone 17-18 lintasan
3….24
Gambar 4.2 Hasil transformasi dan picking data dalam domain frequency velocity
(f-v) lintasan MSB 1 titik pukul geophone 4-5 a) Hasil transformasi
dan picking data dalam domain frequency velocity (f-v) lintasan
MSB 3 titik pukul geophone 10-11 b)..............................................26
Gambar 4. 3 Hasil kurva dispersi gelombang dengan menggunakan Dinver pada
lintasan 1 offset 2..............................................................................27
Gambar 4.4 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,10
(10%) pada lintasan MSB 2 titik pukul geophone 23-24.................28
Gambar 4.5 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,08
(8%) pada lintasan MSB 2 titik pukul offset 1..................................28
Gambar 4.6 Hasil profil 1D pada lintasan 1 titik pukul geophone 10-11 dengan
nilai misfit 6% a) Hasil profil 1D pada lintasan 2 endshoot 2 dengan
nilai misfit 6% b) Hasil profil 1D pada lintasan 3 titik pukul
geophone 4-5 dengan nilai misfit 8% c) Hasil profil 1D pada lintasan
ix
4 titik pukul geophone 17-18 dengan nilai misfit 5% d). Garis hitam
adalah model 1D dengan nilai misfit terendah..................................29
Gambar 4.7 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 5,7%...................30
Gambar 4.8 Profil 2D lintasan MSB 2 dengan misfit rata-rata 6,5%...................31
Gambar 4.9 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata misfit 8%.............32
Gambar 4.10Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 6,7%...................33
Gambar 4.11Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 1..................................34
Gambar 4.12Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 2..................................35
Gambar 4.13Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 3..................................37
Gambar 4.14Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 4..................................38
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan nilai gelombang geser Vs
sesuai SNI 1726-2012 ........................................................................14
Tabel 4.1 Data geometri penelitian dengan metode MASW di Desa Baet
........... 25
Tabel 4.2 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 1........................34
Tabel 4.3 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 2........................36
Tabel 4.4 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 3........................37
Tabel 4.5 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 4........................39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan rencana jangka panjang oleh pemerintah terkait rumah susun
tersebut, tentu terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti struktur
geologi bawah permukaan, daya dukung tanah, dan kedalaman batuan dasar
sebagai pondasi bangunan. Pondasi sendiri merupakan bagian terpenting sebagai
struktur awal yang menentukan ketahanan suatu bangunan. Pondasi dapat
dikatakan baik apabila memenuhi beberapa syarat seperti, pondasi harus kuat dan
mampu menahan pergeseran tanah, memiliki ketahanan terhadap perubahan kimia
dalam tanah, menahan laju air di bawah permukaan, dan stabil (Matondang dan
Mulyana, 2012). Jenis lapisan tanah atau batuan yang baik ialah jenis lapisan
batuan dasar (bedrock) (Mogren, 2020). Lapisan batuan dasar memiliki sifat
porositas dan permeabilitas yang rendah sehingga laju air di bawah permukaan
dan pergeseran tanah juga sangat rendah. Batuan dasar dapat berasal dari batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Umumnya, batuan dasar dapat
dilihat secara langsung melalui singkapan batuan, contohnya granite dan
sandstone (Staab, 2017).
Lapisan batuan dasar berada pada kedalaman tertentu. Maka, salah satu cara
yang tepat untuk menyelidiki kedalaman batuan dasar yaitu dengan memanfaatkan
metode geofisika (Mohammed, et al., 2020). Geofisika memiliki ragam jenis
metode, salah satu di antaranya adalah metode MASW (Multichannel Analysis of
Surface Wave). Metode MASW merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
gelombang permukaan untuk menganalisis struktur bawah permukaan dan tingkat
kekerasan suatu batuan. MASW banyak digunakan dalam berbagai jenis
penelitian, contohnya investigasi kedalaman batuan dasar, lapisan bawah
permukaan, dan investigasi dekat permukaan lainnya Metode MASW
memanfaatkan sifat dispersi gelombang permukaan yang memiliki kecepatan
gelombang geser (V s ) sebagai parameter karakteristik tanah (Hasya et al., 2021).
MASW adalah salah satu metode geofisika yang bersifat tidak merusak dan
ramah lingkungan, hemat biaya, serta mudah dipraktikkan. MASW dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu aktif dan pasif. Namun, survei kedalaman batuan dasar
umumnya memanfaatkan metode MASW aktif. Hal tersebut dibuktikan melalui
beberapa penelitian terdahulu seperti Miller et al., (1999) yang bertujuan untuk
memetakan kedalaman batuan dasar yang berkisar 2 ft hingga 33 ft dari
2
permukaan di Olathe, Kansas menggunakan metode MASW. Hasil penelitian
tersebut berupa peta kontur kedalaman batuan dasar berdasarkan data bor, data
gelombang permukaan, dan kombinasi keduanya. Penelitian lain yang
memanfaatkan metode MASW terkait batuan dasar adalah Mogren et al., (2020)
yang mengestimasi kedalaman batuan dasar dan respon sebagai penopang struktur
pondasi tanah di Kota Jeddah, bagian barat Saudi Arabia. Hasil penelitian Morgan
et al., (2020) berupa pemetaan nilai gelombang geser dan peak ground
acceleration (PGA) dengan rata-rata kedalaman batuan dasar sekitar 36,23 meter
di bawah permukaan. Beberapa penelitian lainnya yang menggunakan metode
MASW aktif untuk identifikasi kedalaman batuan dasar di antaranya Nath, et al.
(2018), Clinton (2020), dan penelitian Long, et al. (2020). Selain penelitian yang
dilakukan di luar negeri, metode MASW juga senantiasa digunakan oleh para
peneliti di Indonesia, termasuk Aceh sendiri. Contoh penelitian di Provinsi Aceh
yang memanfaatkan metode MASW adalah penelitian Hasya et al. (2021) untuk
menganalisis lapisan permukaan TPI (Tempat Pendaratan Ikan) Lampulo,
Kecamatan Kuta Alam dan penelitian oleh Jamaluddin et al. (2019) terkait
mitigasi bahaya seismik Banda Aceh, Provinsi Aceh dengan menggunakan
metode MASW aktif. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan kelebihan
metode tersebut, penulis memilih metode MASW aktif dalam penelitian terkait
kedalaman batuan dasar pada Perumahan Grand Aceh, Kecamatan Baitussalam.
Penelitian di luar maupun penelitian di dalam negeri memberikan hasil yang
relevan dan seluruhnya berkaitan dengan permasalahan geoteknik sehingga
pemilihan metode MASW aktif sudah tepat untuk investigasi kedalaman batuan
dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kecepatan gelombang
geser bawah permukaan untuk mengestimasi kedalaman batuan dasar Perumahan
Grand Aceh. Informasi terkait keadaan bawah permukaan di Perumahan Grand
Aceh ini sangat berguna bagi masyarakat sekitar, contohnya masyarakat dapat
menggunakan informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam
memperkirakan ketinggian bangunan, jenis dan kedalaman pondasi bangunan,
hingga potensi pembangunan rumah susun sewa di Desa Baet. Dengan adanya
penelitian ini pula, para peneliti baru dapat menjadikan riset ini sebagai referensi.
3
Pekerja konstruksi juga dapat menjadikan riset ini sebagai acuan dalam proses
pembangunan di suatu daerah dengan karakteristik tanah yang sama dengan Desa
Baet, Kecamatan Baitussalam.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Peta Geologi Penelitian Daerah Penelitian (modifikasi Bennet et al.,
1981)
5
aglomerat, dan aliran abu. Batuan sedimen di Kecamatan Baitussalam
diperkirakan terbentuk pada masa Holosen sedangkan batuan gunungapi
Lamteuba diperkirakan terbentuk pada masa Plio-Plistosen (Bennet et al., 1981).
Berdasarkan sejarah geologi dan formasi batuan di Kecamatan Baitussalam,
disimpulkan bahwa jenis batuan dasar di daerah penelitian dapat berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku dengan kedalaman tertentu. Batuan dasar
berperan untuk mengalasi proses pembentukan batuan pada lapisan di atasnya dan
mempengaruhi jenis batuan tersebut (Moechtar et al., 2009). Umumnya, batuan
dasar berusia lebih tua daripada jenis batuan di sekitarnya dan memiliki
karakteristik porositas serta permeabilitas yang rendah. Batuan dasar dapat berasal
dari batuan beku contohnya andesit dan granit, batuan sedimen contohnya
batupasir dan serpih, hingga batuan metamorf contohnya gneis dan sekis (ITRC,
2017).
Keberadaan batuan dasar di Kecamatan Baitussalam berperan penting dalam
setiap proses pembangunan infrastruktur, seperti jalan, perumahan, gedung, dan
lainnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian wilayah Kecamatan Baitussalam ialah
hasil dari alih fungsi lahan tambak, rawa, dan sawah (Faizah et al., 2019). Adanya
batuan dasar dapat menjadi penopang yang kuat bagi bangunan.
6
permukaan. Berdasarkan sifat perambatannya, gelombang seismik dibagi menjadi
2 jenis, yaitu gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface
wave). Masing-masing gelombang badan dan gelombang permukaan memiliki
arah getar dan energi yang berbeda. Gelombang badan memiliki 2 jenis
gelombang yang arah getar gelombangnya berbeda yaitu gelombang P (primer)
dan gelombang S (sekunder). Begitupula gelombang permukaan dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love (Telford, et al.,
1990). Masing-masing gelombang badan atau gelombang permukaan memiliki
arah rambat, energi, dan sifat yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut dapat
menjadi acuan, pembanding, dan uji validitas untuk menentukan jenis lapisan
bawah permukaan.
√
4
K+ μ (2.1)
3
V p=
ρ
7
Dimana K , μ, dan ρ merupakan modulus butir (bulk modulus), modulus
geser (shear modulus), dan densitas. Modulus butir dihitung melalui perbandingan
volume tegangan dan volume regangan. Sedangkan modulus geser dihitung
melalui perbandingan tegangan permukaan dan regangan permukaan (Kearey, et
al., 2002).
V s=
√ μ
ρ
(2.2)
8
adanya interferensi antara kedua gelombang badan. Umumnya gelombang ini
dimanfaatkan dalam kajian geteknik seperti investigasi dekat permukaan (Kearey,
et al., 2002). Gelombang Rayleigh memiliki persamaan sebagai berikut.
V R=0.93 √ V s (2.3)
9
al., 1999). Kekurangan metode seismik konvensional ini kemudian mendorong
para peneliti untuk menciptakan metode yang lebih efektif.
Pada tahun 1980-an, peneliti asal Universitas Texas di Austin menemukan
metode yang lebih efektif, dikenal dengan Spectral Analysis of Surface Waves
(SASW) (Stokoe et al., 2017). Walaupun metode SASW dinilai efektif, namun
pada proses akuisisi di lapangan metode ini memiliki kekurangan. Metode SASW
hanya menggunakan 2 geophone sehingga sulit untuk membedakan antara sinyal
noise dan sinyal yang dibutuhkan. Meminimalisir kekurangan tersebut, Park et al.
(1999) mempublikasikan metode Multichannel Analysis of Surface Waves
(MASW).
Metode MASW adalah salah satu metode seismik yang memanfaatkan sifat
dispersi gelombang permukaan. Konsep metode MASW didasari oleh metode
SASW, perbedaan pada kedua metode terletak pada jumlah sensor yang
digunakan. Umumnya akuisisi data dengan metode MASW dan SASW
menggunakan sensor bernama geophone. Jumlah geophone ini yang membedakan
antara metode MASW dan SASW. Metode MASW memanfaatkan geophone
sekitar 12 atau lebih dengan jarak antar geophone adalah sama. Sedangkan
metode SASW hanya memanfaatkan sepasang geophone dalam proses akuisisi
data di lapangan. Metode MASW dibagi menjadi 2 jenis yaitu, metode aktif dan
metode pasif. MASW aktif memiliki sumber yang berasal dari pukulan, ledakan,
atau sumber yang sengaja dibuat oleh manusia. Sedangkan MASW pasif berasal
dari sumber alami, contohnya induksi lempeng, gempa, dan proses alami lainnya
(Park, et al., 2007). Metode MASW aktif biasa digunakan dalam investigasi
geoteknik seperti jenis batuan bawah permukaan dan perencanaan pembangunan.
Proses pengukuran dalam metode MASW diuraikan dalam Gambar 2.7 berikut.
10
Gambar 2.6 Proses pengukuran data metode MASW (Hasya et al., 2021)
11
Gambar 2.7 Sifat dispersi gelombang Rayleigh (Pranoto, 2016)
12
Gambar 2.8 Data lapangan dalam domain waktu (Xia, 2014) a) Transformasi data
ke domain frequency velocity (f-v) yang menunjukkan nilai energi
dispersi b) Nilai f-v domain tersebut dilakukan picking berdasarkan
nilai energi maksimum sehingga menghasilkan kurva dispersi c).
13
Gelombang geser (shear wave) adalah gelombang yang gerakan partikelnya
tegak lurus terhadap arah gelombang (Mondol, 2010). Pada persamaan (2.1),
(2.2), dan (2.3), terdapat hubungan antara persamaan satu dan lainnya yang
berkaitan dengan modulus geser. Hubungan tersebut menyebabkan munculnya
perbandingan antara nilai V p dan V s yang disebut Poisson rasio. Umumnya, nilai
Poisson rasio (v) digunakan untuk survei geoteknik berupa identifikasi kekakuan
tanah. Adanya informasi hubungan antara V s dan Poisson rasio mengartikan
bahwa nilai kecepatan gelombang geser dapat menentukan karakter lapisan batuan
di bawah permukaan.
Gelombang geser yang bergerak memberikan tegangan dan regangan pada
material yang dilewati. Sifat demikian digunakan sebagai parameter dinamik
tanah untuk mengklasifikasikan kekerasan material batuan. Maka, gelombang
permukaan yang dimanfaatkan dalam metode MASW dapat mengidentifikasi
jenis lapisan bawah permukaan dengan menghitung nilai kecepatan gelombang
geser karena nilai kecepatan gelombang permukaan berkaitan dengan nilai
gelombang geser (Kearey, et al., 2002). Nilai V s yang dihasilkan dari pengolahan
data diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori. Setiap kategori memiliki
rentang nilai tertentu yang menunjukkan sifat dan jenis batuannya. Klasifikasi
batuan berdasarkan nilai V s sesuai dengan SNI 1726-2012 disajikan dalam bentuk
Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan nilai gelombang geser V s
sesuai SNI 1726-2012 (Budi et al., 2021)
Klasifikasi Tanah
No. V s (m/s)
(Batuan)
1. Batuan Keras (SA) ≥1500
2. Batuan (SB) 750-1500
Tanah sangat padat dan
3. 350-750
batuan lunak (SC)
4. Tanah Sedang (SD) 175-350
5. Tanah Lunak (SE) ≤175
14
Profil lapisan tanah yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- Rawan dan berpotensi runtuh akibat beban
gempa seperti liquifaksi, lempung sangat
6. Tanah khusus (SF)
sensitif, tanah tersedimentasi lemah.
- Lempung sangat organic dan/atau gambut.
- Lempung berplastis sangat tinggi.
- Lapisan Lempung lunak/setengah teguh.
15
namun di dalam Dinver disebut dengan misfit. Semakin kecil nilai misfit maka,
mengindikasikan data yang diolah mendekati kondisi asli bawah permukaan. Nilai
misfit terbaik dalam pengolahan MASW sekitar 0,10 (10%). Setelah seluruh
proses dilakukan, hasil akhir yang diperoleh berupa profil 1D hubungan antara
kecepatan gelombang geser dan kedalaman (Olafsdottir et al., 2018).
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Gambar 3.1 Lokasi dan titik pengukuran di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam
(Google Earth, 2022)
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian dengan metode MASW di Desa Baet menggunakan alat dan
bahan yang disajikan melalui Tabel 3.1 dan Gambar 3.2 berikut.
18
Gambar 3.2 Peralatan yang digunakan dalam proses penelitian
19
3.3.2 Akuisisi Data
Pengukuran MASW di daerah tersebut menggunakan Seismograph PASI
16S24-P, 24 geophone (receiver) dengan frekuensi 10 Hz, 2 kabel geophone, 2
kabel trigger, 2 GPS, 1 geophone trigger, plat baja, baterai 2 unit, meteran 100
meter dan palu 8 kg. Spasi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah 10 meter
dengan panjang lintasannya 230 meter. Untuk jarak offset dan geophone 1 adalah
35 meter. Setiap titik dilakukan sebanyak 2 kali perulangan. Proses stacking pada
tiap titik dilakukan sebanyak 7-9 kali pukul. Shotpoint dalam satu lintasan
sebanyak 13 titik, yaitu offset 1 dan offset 2, endshoot 1 terletak sejauh 5 meter
sebelum geophone 1, endshoot 2 terletak sejauh 5 meter setelah geophone 24, titik
di antara geophone 1-2, antara geophone 4-5, antara geophone 7-8, antara
geophone 10-11, antara geophone 12-13, antara geophone 14-15, antara geophone
17-18, antara geophone 20-21 dan di antara geophone 23-24 diilustrasikan pada
Gambar 3.3.
Pengukuran dimulai dengan memasang peralatan seperti geophone, kabel,
dan lainnya sesuai lintasan yang telah direncanakan. Setelah itu, mencatat
koordinat pada masing-masing geophone menggunakan GPS dan mencatat
berbagai kondisi di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan memberikan sumber
gelombang seismik melalui pukulan oleh palu seismik 8 kg pada plat baja yang
diletakkan di samping geophone trigger guna memperkuat gelombang yang
diterima oleh geophone. Sinyal yang diterima oleh geophone akan direkam oleh
Seismograph PASI 16S-24P dengan pengaturan record time 1024 ms dan
sampling time 250 μs.
20
Gambar 3.3 Desain lintasan pengukuran dalam proses akuisisi data dengan
metode MASW di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam
21
Gambar 3.4 Proses input dan edit geometri menggunakan software Geopsy
2. Melakukan proses pengolahan data dengan fitur Geopsy linear f-k toolbox
untuk mengtransformasi data berdomain waktu ke data berdomain velocity-
frequency dalam bentuk kurva spektrum warna sesuai Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Proses pengolahan dengan fitur Geopsy linear f-k toolbox
22
4. Selanjutnya adalah menampilkan kurva dispersi gelombang Rayleigh
melalui Dinver geopsypack. Pengolahan data MASW dengan menggunakan
Dinver biasanya memanfaatkan fitur Targets, Parameter, Log, Run dan
Satus. Pada fitur Targets, pilih Dispersion untuk memasukkan data picking
yang telah disimpan sebelumnya, proses ini menghasilkan kurva dispersi
hubungan antara nilai velocity dan frequency. Kemudian, pilih menu
Parameter guna mengatur nilai kecepatan gelombang geser dan kedalaman
yang dibutuhkan, saya mengatur Depth = 30 m dengan Layer = 8, rentang
V s = 0 m/s–1200 m/s. Lalu, pilih fitur Run untuk melakukan proses iterasi
pada data. Dalam kasus ini, iterasi yang digunakan sebanyak 10 kali dapat
dilihat melalui Gambar 3.6. Iterasi dilakukan untuk melihat besarnya niilai
misfit dalam data.
5. Kita perlu memperhatikan nilai misfit. Apabila nilai misfit besar maka, harus
mengecek kembali data hasil picking lalu, melakukan Run kembali.
6. Kemudian, membandingkan data dengan nilai misfit terendah terhadap data
fundamental mode melalui menu View dan pilih Dispersion. Apabila data
sudah mendekati nilai grafik fundamental mode, pertanda bahwa
pengolahan yang dilakukan sudah bagus. Apabila data jauh berbeda dengan
fundamental mode, maka perlu melakukan Run kembali.
7. Apabila nilai misfit sudah bagus disertai data yang mendekati fundamental
mode, tahap selanjutnya adalah melakukan menu inversi dengan menu View
23
kemudian memilih Ground Profiles. Pada tahap ini akan muncul model 1D
hubungan antara nilai kecepatan gelombang geser dan kedalaman.
8. Model 1D yang telah dihasilkan pada proses sebelumnya, kemudian diolah
kembai menjadi data 2D menggunakan software Surfer versi 13.6.618. Data
hasil melalui software tersebut berupa hubungan antara jarak, kedalaman,
dan nilai kecepatan gelombang geser (V s ) diilustrasikan pada Gambar 3.7
berikut.
24
3.4 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir dari proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.4
berikut.
Mulai
Studi literatur
Akuisisi data
Kurva dispersi
Tidak memenuhi
Memenuhi
Pemodelan 2D dengan
Model penampang 1D software Surfer
Selesai
26
Gambar 4.1 Rekaman data seismik pada shot point geophone 17-18 lintasan 3
Data geometri penelitian dengan metode MASW dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Data geometri penelitian dengan metode MASW di Desa Baet
Panjang Spasi
Lintasan Posisi (m) Koordinat
Lintasan (m) Geophone (m)
Lintasan 1 230 10 Titik Awal N07º62'25.2"
(MSB 1) 0 E06º18'22.3"
230 E06º18'43.6"
(MSB 2) 0 E06º18'09.0"
230 E06º18'32.3"
(MSB 3) 0 E06º18'35.8"
27
115 E06º18'43.0"
(MSB 4) 0 E06º18'47.5"
230 E06º18'21.8"
28
(a) (b)
Gambar 4.2 Hasil transformasi dan picking data dalam domain frequency velocity
(f-v) lintasan MSB 1 titik pukul geophone 4-5 a) Hasil transformasi
dan picking data dalam domain frequency velocity (f-v) lintasan MSB
3 titik pukul geophone 10-11 b)
29
Gambar 4. 3 Hasil kurva dispersi gelombang dengan menggunakan Dinver pada
lintasan 1 offset 2
Dinver memiliki fitur Targets, Parameter, Log, Run dan Satus. Kurva pada
gambar 4.3 kemudian diolah kembali untuk menghasilkan data 1D. Sebelum
proses tersebut, perlu dilakukan pengaturan terhadap nilai Target dan Parameter
yang dibutuhkan. Penelitian ini menetapkan Target dengan nilai minimum
misfit=0 dan nilai maksimum misfit=1. Sedangkan Parameter, penelitian ini
menggunakan nilai Depth = 30 m dengan Layer = 8, rentang V s = 0 m/s–1200
m/s. Setelah Target dan Parameter diatur, tahap selanjutnya yaitu proses iterasi.
Tahap iterasi dilakukan dengan menggunakan fitur Run, dengan iterasi
maksimum 10 kali. Iterasi dalam Dinver bertujuan untuk membuat banyak model
untuk mencapai nilai misfit paling kecil. Pengolahan data MASW yang baik
dengan Dinver biasanya memiliki nilai misfit ≤ 10% atau kurang dari sama
dengan 0,10. Nilai misfit terkecil dapat dilihat melalui menu View, kemudian
Dispersion.
Fundamental mode dimanfaatkan untuk melihat model dengan nilai misfit
terendah dan membandingkan nilai tersebut dengan kurva dispersi. Apabila model
dengan nilai misfit terendah tidak mendekati fundamental mode, maka langkah
yang harus dilakukan adalah melakukan Run kembali. Namun, perlu diketahui
bahwa model dengan misfit terkecil tersebut sudah disesuaikan dengan parameter
30
yang diatur sebelumnya. Hasil iterasi dengan misfit terkecil dan nilainya yang
mendekati fundamental mode dapat diamati pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.
Gambar 4.4 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,10
(10%) pada lintasan MSB 2 titik pukul geophone 23-24
Gambar 4.5 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,08
(8%) pada lintasan MSB 2 titik pukul offset 1
Jika data sudah mencapai nilai misfit terendah dengan nilai yang mendekati
fundamental mode, maka data dianggap sudah bagus. Maka tahap selanjutnya
31
yaitu proses inversi data menjadi model 1D dengan memilih View Ground
Profiles.
Gambar 4.6 Hasil profil 1D pada lintasan 1 titik pukul geophone 10-11 dengan
nilai misfit 6% a) Hasil profil 1D pada lintasan 2 endshoot 2 dengan
nilai misfit 6% b) Hasil profil 1D pada lintasan 3 titik pukul geophone
4-5 dengan nilai misfit 8% c) Hasil profil 1D pada lintasan 4 titik
pukul geophone 17-18 dengan nilai misfit 5% d). Garis hitam adalah
model 1D dengan nilai misfit terendah.
Hasil dari pengolahan data menggunakan Dinver yaitu kurva dispersi, hasil
korelasi kurva dispersi terhadap model dengan misfit terkecil, dan hasil
penampang 1D di masing-masing titik pukul (shootpoint). Data 1D yang telah
diperoleh akan diolah menjadi data 2D dengan software Surfer versi 13.6.618.
32
Proses dengan software Surfer dilakukan dengan memasukkan data XYZ ke
dalam kolom grid. X sebagai data letak titik pukul, sedangkan Y berupa data
kedalaman, dan Z adalah data kecepatan gelombang geser yang dapat dilihat
melalui profil 1D.
33
sebagai batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dengan kedalaman 6-30
meter.
34
Posisi lintasan MSB 3 berada di sebelah kanan Perumahan Grand Aceh,
Baet, Kecamatan Baitussalam. Lintasan MSB 3 memiliki panjang 115 meter
dengan jarak antar geophone 5 meter dan panjang offset 35 meter. Pengukuran
pada lintasan MSB 1 dilakukan saat kondisi lapangan terdapat tumbuhan ilalang
dan genangan air. Berdasarkan pengukuran lintasan MSB 3 tersebut didapatkan
hasil berupa profil 2D kecepatan gelombang geser dengan kedalaman 30 meter di
bawah permukaan. Profil 2D lintasan MSB 3 dapat dilihat melalui Gambar 4.9
berikut ini.
35
2, dan geophone 4-5 terdapat ilalang yang cukup lebat. Berdasarkan profil 2D
pada Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa lintasan MSB 4 terdiri dari 4 lapisan
berbeda, lapisan pertama diindikasikan sebagai lapisan lunak yang terbentuk
karena proses penimbunan dengan nilai kecepatan gelombang geser (V s ) ≤175 m/s
dapat dijumpai pada kedalaman 0-7 meter. Sedangkan lapisan keempat
merupakan jenis lapisan batuan yang kokoh dan diindikasikan sebagai batuan
dasar dengan nilai kecepatan geser sekitar 750-1200 m/s. Lapisan keempat
diperkirakan sebagai batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dan dapat
ditemukan pada kedalaman 6-30 meter.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Lintasan MSB 1
Berdasarkan model penampang 2D Lintasan MSB 1, kecepatan gelombang
geser diklasifikasikan menjadi 4 jenis lapisan batuan. Lapisan 1 memiliki
kecepatan gelombang geser (V s ) ≤175 m/s dikategorikan sebagai tanah lunak (SE)
yang menyebar dari offset 1 hingga sejauh 10 meter dari titik 0, 30-150 meter,
163-167 meter, 183-192 meter dan 220 meter hingga offset 2, memiliki ketebalan
mulai dari 1-13 meter dan kedalaman 0-13 meter. Lapisan 2 memiliki kecepatan
gelombang geser 175-350 m/s yang digolongkan sebagai lapisan tanah sedang
(SD) dengan ketebalan 1-9 meter, dijumpai pada kedalaman 0-17 meter yang
meyebar dari offset 1 hingga offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang kecepatan
gelombang geser 350-750 m/s, diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan
36
batuan lunak (SC) dengan ketebalan maksimum 17 meter, dapat dijumpai pada
kedalaman 3-30 meter dari atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari
offset 1 hingga offset 2. Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang
geser 750-1200 m/s, dikategorikan sebagai batuan (SB) yang sifatnya kokoh
dengan persebaran dimulai pada offset 1 hingga 110 meter dari titik 0 dan
dijumpai kembali pada jarak 120 meter hingga 250 meter. Lapisan 4 memiliki
ketebalan 10-24 meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-30 meter dari atas
permukaan. Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan sedimen dan
lapisan 4 sebagai batuan dasar (bedrock).
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 1 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan pengklasifikasian tanah atau batuan bawah permukaan berdasarkan nilai
kecepatan gelombang geser (V s ) Standar Nasional Indonesia (SNI) dimodelkan
dalam Gambar 4.11 berikut.
Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)
Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)
37
Tanah sangat padat dan
Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)
Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)
38
Gambar 4.12 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 2
Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
39
offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang kecepatan gelombang geser 350-750 m/s,
diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) dengan
ketebalan maksimum 14 meter dan dapat dijumpai di kedalaman 2-30 meter dari
atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari offset 1 hingga offset 2.
Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang geser 750-1200 m/s. Nilai
kecepatan tersebut dikategorikan sebagai batuan (SB) yang sifatnya kokoh dengan
persebaran mulai dari 30 meter sebelum titik hingga titik 0, dan dapat dijumpai
kembali pada jarak 5 meter hingga offset 2. Lapisan 4 memiliki ketebalan 10-24
meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-30 meter dari atas permukaan.
Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan yang berasal dari batuan
sedimen.
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 3 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan klasifikasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dimodelkan
dalam Gambar 4.13 berikut.
Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
40
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)
41
Gambar 4.14 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 4
Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)
Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)
Tanah sangat padat dan
Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)
Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)
42
alluvium. Lapisan pertama yang dikategorikan sebagai lapisan tanah lunak (SE)
dinilai mendekati keadaan sebenarnya. Lapisan pertama pada masing-masing
lintasan diperkirakan sebagai lapisan yang lemah dan terbentuk melalui proses
penimbunan. Estimasi tersebut dapat dibuktikan oleh penelitian Faizah et al.,
(2019) yang menjelaskan bahwa sebagian besar lahan di Kecamatan Baitussalam
merupakan hasil dari alih fungsi lahan, seperti tambak, rawa, dan sawah yang
dialih fungsikan menjadi pemukiman. Penimbunan demikian bertujuan untuk
meratakan permukaan tanah akibat lapisan 2 yang tidak datar. Maka, perkiraan
terkait lapisan pertama sebagai lapisan tanah lunak (SE) yang terbentuk akibat
proses penimbunan dinilai mendekati kondisi sebenarnya, didukung oleh
penelitian sebelumnya.
Lapisan 2 pada tiap lintasan dikategorikan sebagai tanah sedang (SD)
dengan kecepatan gelombang geser (V s ) 175-350 m/s. Tanah sedang (SD)
memiliki karakter sedimen yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated sediment),
tanah ini tersusun oleh mineral-mineral yang tidak kompak. Jenis tanah sedang
umumnya diindikasi sebagai tanah berlempung atau lempung pasiran (Ramadhan
dan Massinai, 2022). Jenis tanah sedang (SD) tidak layak disebut lapisan batuan
dasar karena sifatnya yang tidak kompak, lemah, dan tidak memiliki kemampuan
untuk menahan beban besar di atasnya. Risiko yang akan dihadapi jika
membangun konstruksi di atas lapisan tanah sedang (SD) ialah terjadinya
kegagalan konstruksi, sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut dalam proses
pembangunan (Hafiz et al., 2022).
Lapisan 3 pada tiap lintasan dikategorikan sebagai lapisan tanah sangat
padat dan batuan lunak (SC) dengan kecepatan gelombang geser 350-750 m/s.
Lapisan kategori SC memiliki karakter yang lebih padat daripada SD. Secara
umum, lapisan tanah sangat padat dan batuan lunak diperkirakan sebagai endapan
pasir (sand) padat atau setengah padat, kerikil (gravel), dan lempung padat
(Ashraf et al., 2017).
Lapisan 4 untuk seluruh lintasan dikategorikan sebagai lapisan batuan (SB)
dengan kecepatan gelombang geser 750-1200 m/s. Jenis lapisan ini bersifat kokoh
dan lebih keras daripada lapisan 3 yang diklasifikasikan sebagai SC. Lapisan SB
diperkirakan sebagai batuan yang berasal dari jenis batuan sedimen atau batuan
43
beku (Ramadhan dan Massinai, 2022). Berdasarkan karakter, lapisan 1, 2, dan 3
diprediksi berasal dari batuan sedimen, maka dapat disimpulkan bahwa lapisan 4
merupakan kategori lapisan SB yang berasal dari batuan sedimen. Karena sifat
lapisan SB yang kokoh dan lebih keras, lapisan ini dinilai sebagai lapisan batuan
dasar yang berasal dari batuan sedimen dengan waktu pembentukan yang panjang.
Penelitian kedalaman batuan dasar dengan metode MASW pada Perumahan
Grand Aceh secara menyeluruh dinilai sudah mendekati keadaan sebenarnya. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan nilai misfit rata-rata pada setiap model 1D
berkisar antara 5,7-8% dan referensi penelitian terdahulu. Pengukuran pada tiap
lintasan menghasilkan empat kategori lapisan yaitu, lapisan 1 sebagai SE dengan
kedalaman 0-13 meter, lapisan 2 sebagai SD dengan kedalaman 0-20 meter,
lapisan 3 sebagai SC dengan kedalaman 2-30 meter, dan lapisan 4 sebagai SB
dengan kedalaman 6-30 meter. Disimpulkan bahwa area cakupan lintasan
penelitian terdiri dari 4 lapisan tersebut. Lapisan 1 diprediksi sebagai lapisan
timbunan akibat alih fungsi lahan di Perumahan Grand Aceh dengan tujuan untuk
memadatkan dan menstabilkan area pembangunan. Lapisan 4 diprediksi sebagai
lapisan batuan dasar karena memiliki karakter kokoh dan lebih keras daripada
lapisan lainnya. Maka, lapisan 4 memiliki potensi besar untuk menopang beban
pada lapisan yang ada di atasnya dan cocok menjadi penopang pondasi bangunan.
44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian terkait kedalaman batuan dasar di Perumahan Grand Aceh, Desa
Baet, Kecamatan Baitussalam dilakukan pada empat lintasan, yaitu lintasan
MSB1, lintasan MSB 2, lintasan MSB 3, dan lintasan MSB 4, masing-masing
lintasan terdiri dari empat lapisan dengan kedalaman lapisan yang beragam.
Berdasarkan hasil penelitian kecepatan gelombang geser ( V s ) di Perumahan
Grand Aceh dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Tiap lintasan diklasifikasikan menjadi empat jenis lapisan, yaitu lapisan 1
sebagai tanah lunak (SE) yang memiliki kecepatan gelombang geser ( V s )
≤175 m/s, lapisan 2 dikategorikan sebagai lapisan tanah sedang (SD) yang
memiliki kecepatan gelombang geser (V s ) berkisar 175-350 m/s, lapisan 3
sebagai lapisan tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) yang memiliki
kecepatan gelombang geser (V s ) sekitar 350-750 m/s, dan lapisan 4
dikategorikan lapisan batuan (SB) yang memiliki nilai kecepatan gelombang
geser (V s ) sekitar 750-1200 m/s dengan ketebalan dan kedalaman tiap
lintasan yang beragam.
2. Lapisan 1 sebagai tanah lunak (SE) dengan karakteristik lapisan yang
bersifat lemah dan terbentuk akibat proses penimpunan. Lapisan 2 sebagai
tanah sedang (SD) dengan karakteristik lapisan yang unconsolidated
sediment (tidak terkonsolidasi) sehingga mineral-mineralnya tidak kompak,
biasanya diindikasikan sebagai tanah berlempung atau lempung pasiran.
Lapisan 3 sebagai tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) dengan
karakteristik lapisan yang lebih padat daripada lapisan tanah sedang (SD),
diindikasi sebagai jenis endapan pasir (sand) padat atau setengah padat,
kerikil (gravel), dan lempung padat. Lapisan 4 sebagai batuan (SB) dengan
karakteristik lapisan yang kokoh dan lebih keras, diprediksi sebagai lapisan
batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dan dapat ditemukan pada
kedalaman 6-30 meter.
45
3. Berdasarkan karakter tiap lapisan dapat disimpulkan bahwa lokasi
Perumahan Grand Aceh, Desa Baet berpotensi untuk didirikan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa) dengan lapisan 4 sebagai penopang pondasi
bangunan. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu lapisan 4 yang permukaannya tidak datar, jenis
pondasi, biaya konstruksi, dan lainnya. Maka, masyarakat diharapkan
melakukan kajian lebih mendalam untuk mencegah adanya risiko kegagalan
konstruksi pada bangunan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian kedalaman batuan dasar dengan metode MASW
pada Perumahan Grand Aceh dianjurkan bagi para peneliti selanjutnya terkhusus
dengan metode MASW aktif untuk lebih teliti dalam merancang tahapan akuisisi
data, karena tahap tersebut sangat menentukan hasil data di lapangan, proses
pengolahan hingga hasil yang diperoleh. Saran bagi para peneliti selanjutnya
diharapkan untuk membaca penelitian Park et al., (2002) agar perencanaan
akuisisi data lebih baik. Selain itu, saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini
adalah memaksimalkan hasil penelitian sehingga diperlukan penelitian lanjutan
dengan metode geofisika lainnya sebagai pembanding. Dianjurkan bagi para
pembaca baik pihak tertentu maupun pihak pemerintah untuk melakukan kajian
lebih lanjut terkait perencanaan pembangunan rumah sewa atau Rusunawa di
Desa Baet, Kecamatan Baitussalam.
46
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amir, H., Akmam, Bavitra, dan Azhari, M. 2017. Penentuan Kedalaman Batuan
Dasar Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis dengan
Membandingkan Konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner di Bukit Apit
Puhun Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Eksakta, 18(1), 19–30.
Ashraf, M. A. M., Kumar, N. S., Yusoh, R., Hazreek, Z. A. M., dan Aziman, M.
2017. Site Classification using Multichannel Channel Analysis of Surface
Wave (MASW) method on Soft and Hard Ground. Journal of Physics:
Conference Series, 995(2018), 1–7.
Azwar. 2021. Statistik Daerah Provinsi Aceh 2021. Badan Pusat Statistik Provinsi
Aceh.
Bennet, J. D., Bridge, D. MC., Cameron, N. R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A.,
Jeffery, D. H., Kartawa, W., Keats, W., Rock, N. M. S., Thomson, S. J., dan
Whandoyo, R. 1981. Geologic Map of The Banda Aceh Quadrangle,
Sumatera, Geological Reasearch and Development Centre. Systematic
Geological Map, Indonesia
Budi, A. P., Ginting, R. A., Sunardi2, B., dan Sukanta, N. 2021. Combination of
Passive Seismic ( HVSR ) and Active Seismic ( MASW ) Methods to
Obtain Shear Wave Velocity Model of Subsurface in Majalengka. Journal
of Physics: Conference Series, 1805(012002), 1–11.
Faizah, N., Rusdi, M., dan Sugianto. 2019. Perubahan Tutupan Lahan Setelah 14
Tahun Bencana Tsunami (Studi Kasus di Kecamatan Baitussalam). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 4(1), 699–707.
Foti, S., Hollender, F., Garofalo, F., Albarello, D., Asten, M., Bard, P.-Y.,
Comina, C., Cornou, C., Cox, B., Giulio, G. Di, Forbriger, T., Hayashi, K.,
Lunedei, E., Martin, A., Mercerat, D., Ohrnberger, M., Poggi, V., Renalier,
F., Sicilia, D., dan Socco, V. 2018. Guidelines for the good practice of
surface wave analysis : a product of the InterPACIFIC project. Bull
Earthquake Eng, 16(2018), 2367–2420.
47
Geopsy. 2011. Active source experiment (MASW). [Online] Avaliable at:
https://www.geopsy.org/wiki/index.php/Active_source_experiment_(MAS
W). Diakses pada: 30 September 2023.
Hady, A. K., dan Marliyani, G. I. 2020. Updated Segmentation Model of the Aceh
Segment of the Great Sumatran Fault System in Northern Sumatra ,
Indonesia. Journal Of Applied Geology, 5(2), 84–100.
Hafiz, F., Simatupang, U., Jamaluddin, K., dan Irwandi, I. 2022. Model Lapisan
Geologi Teknik Permukaan Menggunakan Metode Gelombang Geser di
Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar. Journal of The Civil Engineering
Student, 4(3), 260–266.
Jamaluddin, K., Ulfa, R., Irwandi, dan Chairullah, B. 2018. Pemetaan Kecepatan
Gelombang Geser (V s 30) di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh
Menggunakan Metode MASW. Jurnal Teknik Sipil, 7(1), 30–40.
Long, M., Trafford, A., Mcgrath, T., Connor, P. O., Engineering, C., dan Ucd, D.
2020. Multichannel analysis of surface wave (MASW) for offshore
geotechnical investigations. Engineering Geology, 272(105649), 1–12.
Miller, R. D., Xia, J., Park, C., Ivanov, J., Geier, N., dan Laflen, D. 1999. Using
48
MASW to Map Bedrock in Olathe , Kansas. Kansas Geological Survey,
9(99), 1–9.
Moechtar, H., Subiyanto, dan Sugianto, D. (2009). Geologi Aluvium dan Karakter
Endapan Pantai/Pematang Pantai di Lembah Krueng Aceh, Aceh Besar
(Prov. NAD). Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, 19(4), 272–283.
Nath, R. R., Kumar, G., Sharma, M. L., dan Gupta, S. C. 2018. Estimation of
bedrock depth for a part of Garhwal Himalayas using two different
geophysical techniques. Geoscience Letters, 2018(5), 1–9.
Olafsdottir, E. A., Erlingsson, S., dan Bessason, B. 2018. Open software for
analysis of masw data. European Conference on Earthquake Engineering,
1–14.
Park, C. B., Miller, R. D. dan Xia, J., 1999. Imaging Dispersion Curve of Surface
Wave on Multi-channel Record. Soc, Explor: Geophysics.
Park, C. B., Miller, R. D., Xia, J. dan Ivanov, J., 2007. Multichannel of Analysis
Surface Wave (MASW) Active and Passive Methods. USA: Kansas
Geological Survey.
Park, C. B., Miller, R. D., dan Miura, H. 2002. Optimum Field Parameters of an
MASW Survey. Proceeding Society of Exploration Geophysics, 22–23.
Tokyo, Japan.
Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. 2020. Keputusan Bupati Nomor 327 tentang
Luas Kawasan Pemukiman Kumuh di Kabupaten Aceh Besar. Kota Jantho.
49
Prihantony, D. E. S. I., dan Hadiguna, R. A. 2020. Penerapan Standar Bangunan
Tahan Gempa dalam Detailed Engineering Design. Jurnal Rekayasa Sipil
(JRS-UNAND), 16(3), 166–177.
Stokoe, K. H., Hwang, S., dan Joh, S. 2017. Spectral Analysis of Surface Waves
(SASW ) Testing to Evaluate Vs Profiles at Geotechnical and Geological
Sites 2 . Overview of SASW Test Method. 16th World Conference on
Earthquake Engineering, 1–12.
Telford, W., Geldart, L. P., Sheriff dan Keys, D. A., 1990. Applied Geophysic.
Second Edition ed. USA: Cambridge University.
UPT GIS Aceh Besar. 2022. Peta Geologi Lingkungan Kabupaten Aceh Besar.
BAPPEDA ACEH BESAR.
Wathelet, M., Chatelain, J., Cornou, C., Giulio, G. Di, Guillier, B., Ohrnberger,
M., dan Savvaidis, A. 2020. Geopsy : A User-Friendly Open- Source Tool
Set for Ambient Vibration Processing. Seismological Research Letters, XX,
1–12. https://doi.org/10.1785/0220190360
50
LAMPIRAN
51
Proses akuisisi data di Perumahan Grand Aceh
52
Lampiran 2. Hasil penampang 1D di tiap lintasan
Lampiran 2.1 Lintasan MSB 1
53
Model 1D pada geophone 14-15 dan geophone 17-18
54
Lampiran 2.2 Lintasan MSB 2
55
Model 1D pada geophone 12-13 dan geophone 14-15
56
Lampiran 2.3 Lintasan MSB 3
57
Lampiran 2.4 Lintasan MSB 4
58
RIWAYAT HIDUP
59