Anda di halaman 1dari 71

IDENTIFIKASI KEDALAMAN LAPISAN BATUAN

DASAR MENGGUNAKAN METODE


MULTICHANNEL ANALYSIS OF SURFACE WAVE
(MASW) DI PERUMAHAN GRAND ACEH BAET

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Oleh:

PUTRI AULIA MUFADHILLAH


1904107010037

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
DESEMBER, 2023
PENGESAHAN

IDENTIFIKASI KEDALAMAN LAPISAN BATUAN


DASAR MENGGUNAKAN METODE
MULTICHANNEL ANALYSIS OF SURFACE WAVE
(MASW) DI PERUMAHAN GRAND ACEH BAET

Oleh

Nama : Putri Aulia Mufadhillah


NIM : 1904107010037
Jurusan : Teknik Geofisika

Disetujui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Zakia Masrurah, S.T., M.T Ir. Amsir, S.Si., M.Sc


NIP. 19931113 201903 2 017 NIP. 19880616 202203 1
004

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Geofisika
Jurusana Teknik Kebumian
Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala,

Ir. Zul Fadhli, S.Si., M.Sc


NIP. 19860419 201903 1 007

Lulus Sidang Sarjana pada Senin, 18 Desember 2023

ii
ABSTRAK

Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu, senilai 414.535 jiwa pada tahun 2022, dan meningkat
sebanyak 5.008 jiwa dari tahun 2021. Perubahan jumlah penduduk di Kabupaten
Aceh berdampak di beberapa desa, termasuk Desa Baet, Kecamatan Baitussalam.
Dampak yang dialami oleh Desa Baet berupa peningkatan jumlah pemukiman
kumuh. Pada tahun 2020, Desa Baet memiliki luasan pemukiman kumuh senilai
12,55 Ha. Pembangunan Perumahan Grand Aceh di Desa Baet dilakukan sebagai
upaya pemerataan pemukiman. Kementerian PUPR menjelaskan adanya beberapa
solusi untuk mengatasi pemukiman kumuh, yaitu dengan pembangunan
perumahan sewa umum hingga rumah susun sederhana sewa (Rusunawa).
Berdasarkan rencana jangka pemerintah tersebut, penelitian dengan metode
MASW ini bertujuan untuk membantu pemerintah dan masyarakat terkait
informasi karakter lapisan di bawah permukaan, kedalaman batuan dasar sebagai
pondasi, serta potensi pembangunan Rusunawa. Penelitian di Perumahan Grand
Aceh terdiri dari empat lintasan yaitu, lintasan MSB 1, lintasan MSB 2, lintasan
MSB 3, dan lintasan MSB 4. Masing-masing lintasan diukur dengan
menggunakan Seismograph PASI 16S-24P dan diolah menggunakan geopsypack
Geopsy dan Dinver versi 2.5.0, lalu dimodelkan menjadi data 2D menggunakan
Surfer versi 13.6.618. Hasil pengolahan data terdiri dari empat jenis lapisan yang
sama dengan kedalaman dan ketebalan yang beragam, yaitu lapisan 1 dengan
kecepatan gelombang geser ≤175 m/s diklasifikasikan sebagai lapisan tanah lunak
(SE), lapisan 2 sebagai tanah sedang (SD) dengan V s 175-350 m/s, lapisan 3
sebagai tanah padat dan batuan lunak (SC) dengan V s 350-750 m/s, dan lapisan 4
sebagai lapisan batuan (SB) dengan V s 750-1200 m/s. Hasil interpretasi
menjelaskan bahwa lapisan 4 merupakan lapisan batuan dasar yang mampu
menjadi penopang pondasi untuk Rusunawa. Namun, pembangunan Rusunawa di
masa depan tetap harus melewati proses kajian lebih lanjut dan pertimbangan
yang bijak.

Kata kunci: MASW aktif, gelombang Rayleigh, batuan dasar

ABSTRACT

Aceh Besar is one of the districts in Aceh Province with a large population of
414,535 people in 2022, and an increase of 5,008 people from 2021. Changes in
population in Aceh District have an impact on several villages, including Baet
Village, Baitussalam Subdistrict. The effect experienced by Baet Village is an

iii
increase in the number of slums. In 2020, Baet Village had a slum area of 12.55
Ha. The construction of Grand Aceh Housing in Baet Village was carried out as
an effort to equalize the settlement. The Ministry of PUPR explained that there
are several solutions to overcome slums, such as construction of public rental
housing to simple rental flats (Rusunawa). Based on the government's long-term
plan, this MASW research aims to help the government and the local community
with information on the character of the subsurface layer, the depth of bedrock as
a foundation, and the potential for Rusunawa development. The research in
Grand Aceh Housing consists of four lines, namely, MSB 1 line, MSB 2 line, MSB
3 line, and MSB 4 line. Each line was measured using a PASI 16S-24P
Seismograph and processed using Geopsypack Geopsy and Dinver version 2.5.0,
then modeled into 2D data using Surfer version 13.6.618. The data processing
results consist of the same four types of layers with various depths and
thicknesses, namely layer 1 with shear wave velocity ≤175 m/s classified as soft
soil layer (SE), layer 2 as medium soil (SD) with V s 175-350 m/s, layer 3 as very
dense soil and soft rock (SC) with V s 350-750 m/s, and layer 4 as rock layer (SB)
with shear wave velocity 750-1200 m/s. The interpretation results explain that
layer 4 is a bedrock layer capable of supporting the foundation for the Rusunawa.
However, the construction of Rusunawa in the future must still go through a
process of further study and wise consideration.

Keywords: Active MASW, shear wave velocity, bedrock

iv
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT, dengan segala
rahmat serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
“Identifikasi Kedalaman Lapisan Batuan Dasar Menggunakan Metode
Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) di Perumahan Grand Aceh
Baet”. Shalawat dan salam penulis sampaikan untuk Nabi Besar Muhammad
SAW yang memiliki peran penting dalam peradaban ilmu pengetahuan.
Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik
Geofisika, Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
Tugas Akhir ini mengingatkan penulis terkait bimbingan, dukungan, serta bantuan
dari berbagai pihak. Terkhusus untuk Ayahanda Indra Taslim dan Ibunda Siti
Zahiriyah yang memberi dukungan doa dan motivasi kepada penulis. Dengan rasa
hormat penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
bersangkutan:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Syiah Kuala.
2. Bapak Dr. Ir. Bambang Setiawan, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D selaku Ketua
Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Ir. Zul Fadhli, S.Si., M.Sc., selaku Ketua Program Studi Teknik
Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
4. Bapak Tarmizi S.Si., M.Sc., selaku koordinator Tugas Akhir Program Studi
Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
5. Ibu Zakia Masrurah, S.T., M.T., selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, kritik, saran yang membangun dalam kepenulisan
Tugas Akhir.
6. Bapak Ir. Amsir, S.Si., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan arahan, kritik, saran yang membangun serta bimbingan agar
penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir.

v
7. Para dosen serta pegawai di lingkup Program Studi Teknik Geofisika,
Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala yang telah banyak membantu dan
mengajarkan ilmu penegtahuan sejak awal perkuliahan hingga sekarang.
8. Ayah, Bunda serta keluarga besar yang mendoakan dan memberi dukungan
semangat sejak permulaan kuliah hingga perkuliahan selesai.
9. Bang Badrul Munir, S.Si., dan Bang Waziruddin, S.Si., selaku laboran dan
staf administrasi di Program Studi Teknik Geofisika yang membantu proses
pengukuran di lapangan serta membantu proses surat-menyurat.
10. Adinda Wulandari, Alicia Aisyah, dan Rivina Annisa sebagai partner Tugas
Akhir dan membersamai penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
11. Seluruh keluarga besar mahasiswa Teknik Geofisika 2019 yang selalu
memberi motivasi bagi penulis dan membantu penulis untuk semangat
dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
12. Liana selaku sahabat saya dari awal perkuliahan hingga selesai yang telah
membantu penulis untuk semangat dan memberi dukungan.
13. Serta seluruh pihak yang selalu membantu penulis baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas dukungan seluruh pihak yang bersangkutan, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari
bahwa dalam proposal tugas akhir ini memiliki kekurangan dan kesalahan. Maka,
penulis membuthkan kritik serta saran yang membangun kepada semua pihak agar
penulis menjadi lebih baik untuk masa mendatang. Semoga proposal tugas akhir
ini dapat menjadi referensi bagi siapapun yang membutuhkan, dan bermanfaat
bagi semua pihak.

Banda Aceh, Desember 2023


Penulis

Putri Aulia Mufadhillah


1904107010037

vi
DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN......................................................................................................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5


2.1 Kondisi Geologi Regional.......................................................................5
2.2 Teori Gelombang Seismik.......................................................................6
2.3 Jenis-jenis Gelombang Seismik...............................................................7
2.3.1 Gelombang Badan (Body Wave)...............................................7
2.3.2 Gelombang Permukaan (Surface Wave)....................................8
2.4 Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave).....................9
2.5 Dispersi Gelombang Rayleigh...............................................................11
2.6 Inversi Gelombang Rayleigh.................................................................12
2.7 Kecepatan Gelombang Geser (Vs)........................................................13
2.8 Software Geopsy untuk Metode MASW Aktif.....................................14

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................16


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................16
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................17

vii
3.3 Prosedur Penelitian................................................................................18
3.3.1 Persiapan Pengukuran.............................................................18
3.3.2 Akuisisi Data...........................................................................18
3.3.3 Pengolahan Data......................................................................19
3.3.4 Interpretasi Data......................................................................22
3.4 Diagram Alir Penelitian.........................................................................23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................24


4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan.........................................................24
4.2 Hasil Pengolahan Data dengan Geopsypack.........................................25
4.2.1 Geopsy.....................................................................................25
4.2.2 Dinver......................................................................................26
4.3 Profil 2D Kecepatan Gelombang Geser (Vs)........................................30
4.3.1 Profil Lintasan MSB 1.............................................................30
4.3.2 Profil Lintasan MSB 2.............................................................30
4.3.3 Profil Lintasan MSB 3.............................................................31
4.3.4 Profil Lintasan MSB 4.............................................................32
4.4 Pembahasan...........................................................................................33
4.4.1 Lintasan MSB 1.......................................................................33
4.4.2 Lintasan MSB 2.......................................................................34
4.4.3 Lintasan MSB 3.......................................................................36
4.4.4 Lintasan MSB 4.......................................................................37

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................41


5.1 Kesimpulan............................................................................................41
5.2 Saran......................................................................................................42

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................43
LAMPIRAN..........................................................................................................47
RIWAYAT HIDUP..............................................................................................49

DAFTAR GAMBAR

viii
Gambar 2.1 Peta Geologi Penelitian Kecamatan Baitussalam...............................5
Gambar 2.2 Simulasi pergerakan gelombang P......................................................8
Gambar 2.3 Simulasi pergerakan gelombang S......................................................8
Gambar 2.4 Gelombang Rayleigh..........................................................................9
Gambar 2.5 Gelombang Love................................................................................9
Gambar 2.6 Proses pengukuran data metode MASW..........................................10
Gambar 2.7 Sifat dispersi gelombang Rayleigh...................................................11
Gambar 2.8 Data lapangan dalam domain wakt a) Transformasi data ke domain
frequency velocity (f-v) yang menunjukkan nilai energi dispersi b)
Nilai f-v domain tersebut dilakukan picking berdasarkan nilai energi
maksimum sehingga menghasilkan kurva dispersi c).......................12
Gambar 2.9 Profil 1D kecepatan gelombang geser terhadap kedalaman melalui
proses inversi kurva dispersi gelombang Rayleigh...........................13

Gambar 3.1 Lokasi dan titik pengukuran di Desa Baet, Kecamatan


Baitussalam..16
Gambar 3.2 Peralatan yang digunakan dalam proses penelitian..........................17
Gambar 3.3 Desain lintasan pengukuran dalam proses akuisisi data dengan
metode MASW di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam...................19
Gambar 3.4 Proses input dan edit geometri menggunakan software Geopsy......20
Gambar 3.5 Proses pengolahan dengan fitur Geopsy linear f-k toolbox..............20
Gambar 3.6 Proses pengolahan data lanjutan menggunakan Dinver...................21
Gambar 3.7 Pemodelan data 1D menjadi 2D menggunakan Surfer 13.6.618......22
Gambar 3.8 Diagram alir proses penelitian dengan metode MASW...................23

Gambar 4.1 Rekaman data seismik pada shotpoint geophone 17-18 lintasan
3….24
Gambar 4.2 Hasil transformasi dan picking data dalam domain frequency velocity
(f-v) lintasan MSB 1 titik pukul geophone 4-5 a) Hasil transformasi
dan picking data dalam domain frequency velocity (f-v) lintasan
MSB 3 titik pukul geophone 10-11 b)..............................................26
Gambar 4. 3 Hasil kurva dispersi gelombang dengan menggunakan Dinver pada
lintasan 1 offset 2..............................................................................27
Gambar 4.4 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,10
(10%) pada lintasan MSB 2 titik pukul geophone 23-24.................28
Gambar 4.5 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,08
(8%) pada lintasan MSB 2 titik pukul offset 1..................................28
Gambar 4.6 Hasil profil 1D pada lintasan 1 titik pukul geophone 10-11 dengan
nilai misfit 6% a) Hasil profil 1D pada lintasan 2 endshoot 2 dengan
nilai misfit 6% b) Hasil profil 1D pada lintasan 3 titik pukul
geophone 4-5 dengan nilai misfit 8% c) Hasil profil 1D pada lintasan

ix
4 titik pukul geophone 17-18 dengan nilai misfit 5% d). Garis hitam
adalah model 1D dengan nilai misfit terendah..................................29
Gambar 4.7 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 5,7%...................30
Gambar 4.8 Profil 2D lintasan MSB 2 dengan misfit rata-rata 6,5%...................31
Gambar 4.9 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata misfit 8%.............32
Gambar 4.10Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 6,7%...................33
Gambar 4.11Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 1..................................34
Gambar 4.12Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 2..................................35
Gambar 4.13Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 3..................................37
Gambar 4.14Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 4..................................38

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan nilai gelombang geser Vs
sesuai SNI 1726-2012 ........................................................................14

Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian


………………….......... 17

Tabel 4.1 Data geometri penelitian dengan metode MASW di Desa Baet
........... 25

Tabel 4.2 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 1........................34
Tabel 4.3 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 2........................36
Tabel 4.4 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 3........................37
Tabel 4.5 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 4........................39

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan di lokasi penelitian..............................................47


Lampiran 2. Hasil penampang 1D di tiap lintasan.................................................49

Lampiran 2.1 Lintasan MSB 1.………………………………………..……. 49


Lampiran 2.2 Lintasan MSB 2......................................................51
Lampiran 2.3 Lintasan MSB 3......................................................53
Lampiran 2.4 Lintasan MSB 4......................................................54

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh dengan
jumlah penduduk yang besar. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk di Kabupaten Aceh Besar senilai dengan 414.535 jiwa pada tahun 2022,
dan meningkat sebanyak 5.008 jiwa dari tahun 2021. Pertumbuhan penduduk
yang pesat mempengaruhi beberapa sektor, seperti lingkungan, perkembangan
fasilitas publik, transportasi, hingga jumlah pemukiman penduduk. Beberapa
daerah di Kabupaten Aceh Besar merasakan dampak dari perubahan tersebut,
sebagai contoh Desa Baet, Kecamatan Baitussalam. Berlandaskan data BPS 2022,
Kecamatan Bitussalam mengalami peningkatan jumlah penduduk senilai 2.95%
dari tahun 2021. Sebagian besar wilayah Desa Baet dimanfaatkan sebagai lahan
pembangunan perumahan seperti komplek, rental housing, dan sejenisnya, baik
dalam proses pembangunan maupun telah dibangun sebelumnya (Azwar, 2021).
Contohnya, Perumahan Grand Aceh yang masih dalam proses pembangunan.
Keputusan Bupati Aceh Besar No. 327 Tahun 2020 menyatakan bahwa
kawasan kumuh di Desa Baet memiliki luas mencapai 12,55 Ha. Hal tersebut
menyebabkan Desa Baet berada pada tingkat kekumuhan nomor 7 di antara 13
desa dan Kecamatan Baitussalam berada di nomor 3 di antara 7 kecamatan
lainnya. Menurut kebijakan Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang) dalam Permen PUPR Republik Indonesia No.7 Tahun 2022 menjelaskan
beberapa cara untuk mengatasi tingkat kekumuhan di suatu daerah, seperti
pembangunan rumah sewa hingga pembangunan rumah susun sederhana sewa
(Rusunawa) yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam jangka
panjang. Pembangunan Perumahan Grand Aceh dilakukan sebagai bentuk upaya
pemerataan pemukiman. Maka dari itu, Perumahan Grand Aceh menjadi pilihan
lokasi penelitian yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter
lapisan bawah permukaan di Perumahan Grand Aceh serta keberadaan lapisan
batuan dasar untuk menganalisis potensi pembangunan rumah susun sederhana
sewa (Rusunawa) untuk beberapa tahun ke depan di lokasi penilitan.

1
Berdasarkan rencana jangka panjang oleh pemerintah terkait rumah susun
tersebut, tentu terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan seperti struktur
geologi bawah permukaan, daya dukung tanah, dan kedalaman batuan dasar
sebagai pondasi bangunan. Pondasi sendiri merupakan bagian terpenting sebagai
struktur awal yang menentukan ketahanan suatu bangunan. Pondasi dapat
dikatakan baik apabila memenuhi beberapa syarat seperti, pondasi harus kuat dan
mampu menahan pergeseran tanah, memiliki ketahanan terhadap perubahan kimia
dalam tanah, menahan laju air di bawah permukaan, dan stabil (Matondang dan
Mulyana, 2012). Jenis lapisan tanah atau batuan yang baik ialah jenis lapisan
batuan dasar (bedrock) (Mogren, 2020). Lapisan batuan dasar memiliki sifat
porositas dan permeabilitas yang rendah sehingga laju air di bawah permukaan
dan pergeseran tanah juga sangat rendah. Batuan dasar dapat berasal dari batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Umumnya, batuan dasar dapat
dilihat secara langsung melalui singkapan batuan, contohnya granite dan
sandstone (Staab, 2017).
Lapisan batuan dasar berada pada kedalaman tertentu. Maka, salah satu cara
yang tepat untuk menyelidiki kedalaman batuan dasar yaitu dengan memanfaatkan
metode geofisika (Mohammed, et al., 2020). Geofisika memiliki ragam jenis
metode, salah satu di antaranya adalah metode MASW (Multichannel Analysis of
Surface Wave). Metode MASW merupakan metode geofisika yang memanfaatkan
gelombang permukaan untuk menganalisis struktur bawah permukaan dan tingkat
kekerasan suatu batuan. MASW banyak digunakan dalam berbagai jenis
penelitian, contohnya investigasi kedalaman batuan dasar, lapisan bawah
permukaan, dan investigasi dekat permukaan lainnya Metode MASW
memanfaatkan sifat dispersi gelombang permukaan yang memiliki kecepatan
gelombang geser (V s ) sebagai parameter karakteristik tanah (Hasya et al., 2021).
MASW adalah salah satu metode geofisika yang bersifat tidak merusak dan
ramah lingkungan, hemat biaya, serta mudah dipraktikkan. MASW dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu aktif dan pasif. Namun, survei kedalaman batuan dasar
umumnya memanfaatkan metode MASW aktif. Hal tersebut dibuktikan melalui
beberapa penelitian terdahulu seperti Miller et al., (1999) yang bertujuan untuk
memetakan kedalaman batuan dasar yang berkisar 2 ft hingga 33 ft dari

2
permukaan di Olathe, Kansas menggunakan metode MASW. Hasil penelitian
tersebut berupa peta kontur kedalaman batuan dasar berdasarkan data bor, data
gelombang permukaan, dan kombinasi keduanya. Penelitian lain yang
memanfaatkan metode MASW terkait batuan dasar adalah Mogren et al., (2020)
yang mengestimasi kedalaman batuan dasar dan respon sebagai penopang struktur
pondasi tanah di Kota Jeddah, bagian barat Saudi Arabia. Hasil penelitian Morgan
et al., (2020) berupa pemetaan nilai gelombang geser dan peak ground
acceleration (PGA) dengan rata-rata kedalaman batuan dasar sekitar 36,23 meter
di bawah permukaan. Beberapa penelitian lainnya yang menggunakan metode
MASW aktif untuk identifikasi kedalaman batuan dasar di antaranya Nath, et al.
(2018), Clinton (2020), dan penelitian Long, et al. (2020). Selain penelitian yang
dilakukan di luar negeri, metode MASW juga senantiasa digunakan oleh para
peneliti di Indonesia, termasuk Aceh sendiri. Contoh penelitian di Provinsi Aceh
yang memanfaatkan metode MASW adalah penelitian Hasya et al. (2021) untuk
menganalisis lapisan permukaan TPI (Tempat Pendaratan Ikan) Lampulo,
Kecamatan Kuta Alam dan penelitian oleh Jamaluddin et al. (2019) terkait
mitigasi bahaya seismik Banda Aceh, Provinsi Aceh dengan menggunakan
metode MASW aktif. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu dan kelebihan
metode tersebut, penulis memilih metode MASW aktif dalam penelitian terkait
kedalaman batuan dasar pada Perumahan Grand Aceh, Kecamatan Baitussalam.
Penelitian di luar maupun penelitian di dalam negeri memberikan hasil yang
relevan dan seluruhnya berkaitan dengan permasalahan geoteknik sehingga
pemilihan metode MASW aktif sudah tepat untuk investigasi kedalaman batuan
dasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kecepatan gelombang
geser bawah permukaan untuk mengestimasi kedalaman batuan dasar Perumahan
Grand Aceh. Informasi terkait keadaan bawah permukaan di Perumahan Grand
Aceh ini sangat berguna bagi masyarakat sekitar, contohnya masyarakat dapat
menggunakan informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam
memperkirakan ketinggian bangunan, jenis dan kedalaman pondasi bangunan,
hingga potensi pembangunan rumah susun sewa di Desa Baet. Dengan adanya
penelitian ini pula, para peneliti baru dapat menjadikan riset ini sebagai referensi.

3
Pekerja konstruksi juga dapat menjadikan riset ini sebagai acuan dalam proses
pembangunan di suatu daerah dengan karakteristik tanah yang sama dengan Desa
Baet, Kecamatan Baitussalam.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini beberapa rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas.
1. Berapa besar kecepatan gelombang geser ( V s ) di kawasan Perumahan Grand
Aceh, Desa Baet, Baitussalam dengan menggunakan metode MASW.
2. Bagaimana karakter setiap lapisan bawah permukaan dan apakah ada
lapisan yang diprediksi sebagai batuan dasar berdasarkan nilai kecepatan
gelombang geser (V s ) yang telah diperoleh.
3. Apakah kondisi bawah permukaan pada Perumahan Grand Aceh, Desa Baet
berpotensi untuk pembangunan Rusunawa di masa mendatang.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Memperoleh variasi nilai kecepatan gelombang geser ( V s ) dengan metode
MASW di kawasan penelitian sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Mengetahui karakter lapisan bawah permukaan dan kedalaman batuan dasar
di Perumahan Grand Aceh melalui nilai kecepatan gelombang geser (V s ).
3. Menganalisis adanya potensi terkait pembangunan rumah susun sederhana
sewa (Rusunawa) di Desa Baet.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini di antaranya sebagai berikut.
1. Memperoleh informasi terkait kondisi bawah permukaan Perumahan Grand
Aceh melalui nilai kecepatan gelombang geser (V s ).
2. Sebagai bahan rujukan dan pertimbangan bagi kontaktor di Perumahan
Grand Aceh dan pemerintah daerah dalam proses pembangunan perumahan
di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam.
3. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya di kawasan Desa Baet, terkhusus
penggunaan metode MASW dalam masalah geoteknik.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geologi Regional


Lokasi penelitian berada di Perumahan Grand Aceh Desa Baet, Kecamatan
Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar. Secara administasi, Kabupaten Aceh Besar
berbatasan dengan Selat Malaka dan Kota Banda Aceh di bagian utara, Kabupaten
Aceh Jaya di bagian selatan, Kabupaten Pidie di bagian timur, dan Samudera
Hindia di bagian barat (BAPPEDA, 2019).

Gambar 2.1 Peta Geologi Penelitian Daerah Penelitian (modifikasi Bennet et al.,
1981)

Berdasarkan Gambar 2.1, batuan di daerah Kabupaten Aceh Besar,


terkhusus Kecamatan Baitussalam didominasi oleh Formasi Qh dan Formasi
QTvt. Formasi Qh berupa batuan aluvium yang terdiri dari kerikil, pasir, lumpur,
dan lainnya. Sedangkan Formasi QTvt merupakan batuan gunungapi Lamteuba
yang terdiri dari batuan gunungapi andesit, dasit, breksi berbatu apung, tufa,

5
aglomerat, dan aliran abu. Batuan sedimen di Kecamatan Baitussalam
diperkirakan terbentuk pada masa Holosen sedangkan batuan gunungapi
Lamteuba diperkirakan terbentuk pada masa Plio-Plistosen (Bennet et al., 1981).
Berdasarkan sejarah geologi dan formasi batuan di Kecamatan Baitussalam,
disimpulkan bahwa jenis batuan dasar di daerah penelitian dapat berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku dengan kedalaman tertentu. Batuan dasar
berperan untuk mengalasi proses pembentukan batuan pada lapisan di atasnya dan
mempengaruhi jenis batuan tersebut (Moechtar et al., 2009). Umumnya, batuan
dasar berusia lebih tua daripada jenis batuan di sekitarnya dan memiliki
karakteristik porositas serta permeabilitas yang rendah. Batuan dasar dapat berasal
dari batuan beku contohnya andesit dan granit, batuan sedimen contohnya
batupasir dan serpih, hingga batuan metamorf contohnya gneis dan sekis (ITRC,
2017).
Keberadaan batuan dasar di Kecamatan Baitussalam berperan penting dalam
setiap proses pembangunan infrastruktur, seperti jalan, perumahan, gedung, dan
lainnya. Hal tersebut dikarenakan sebagian wilayah Kecamatan Baitussalam ialah
hasil dari alih fungsi lahan tambak, rawa, dan sawah (Faizah et al., 2019). Adanya
batuan dasar dapat menjadi penopang yang kuat bagi bangunan.

2.2 Teori Gelombang Seismik


Gelombang seismik merupakan jenis gelombang elastik yang merambat di
bawah permukaan. Perambatan gelombang seismik bergantung pada sifat elastis
dari batuan yang dilewati. Sifat elastis adalah sifat suatu benda untuk kembali ke
bentuk awal melalui gaya yang bekerja pada benda tersebut (Reynolds, 1997).
Sumber gelombang seismik dibagi menjadi 2 yaitu, sumber aktif dan sumber
pasif. Sumber aktif berasal dari kegiatan manusia yang sengaja dibuat dengan
tujuan untuk menciptakan sumber gelombang, seperti palu seismik, ledakan dan
sumber buatan lainnya. Sedangkan sumber pasif berasal dari proses alam, seperti
induksi lempeng, gempa bumi, dan proses alam sejenisnya (Santoso, 2002).
Gelombang seismik yang bergerak melewati suatu medium akan
memberikan respon berupa gelombang yang dipantulkan atau dibiaskan, energi
gelombang seismik pun dapat berubah seiring dengan perubahan kondisi bawah

6
permukaan. Berdasarkan sifat perambatannya, gelombang seismik dibagi menjadi
2 jenis, yaitu gelombang badan (body wave) dan gelombang permukaan (surface
wave). Masing-masing gelombang badan dan gelombang permukaan memiliki
arah getar dan energi yang berbeda. Gelombang badan memiliki 2 jenis
gelombang yang arah getar gelombangnya berbeda yaitu gelombang P (primer)
dan gelombang S (sekunder). Begitupula gelombang permukaan dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu gelombang Rayleigh dan gelombang Love (Telford, et al.,
1990). Masing-masing gelombang badan atau gelombang permukaan memiliki
arah rambat, energi, dan sifat yang berbeda. Namun, perbedaan tersebut dapat
menjadi acuan, pembanding, dan uji validitas untuk menentukan jenis lapisan
bawah permukaan.

2.3 Jenis-jenis Gelombang Seismik


2.3.1 Gelombang Badan (Body Wave)
Gelombang badan adalah gelombang yang merambat ke seluruh bagian
bumi. Jika dibandingkan dengan gelombang permukaan, gelombang badan
memiliki waktu tiba lebih awal sebelum gelombang permukaan. Namun, energi
yang dibawa oleh gelombang permukaan lebih besar daripada gelombang badan.
Berdasarkan arah rambatnya, gelombang badan terdiri dari 2 jenis yaitu
gelombang primer (P) dan gelombang sekunder (S).
Gelombang P disebut juga sebagai gelombang longitudinal. Karena, arah
dari pergerakan medium yang dilalui oleh gelombang P searah dengan arah
perambatan gelombangnya. Hal ini menyebabkan partikel pada medium tersebut
mengalami rapatan (compression) dan regangan (dilatations) diilustrasikan pada
Gambar 2.3. Berdasarkan sifat itu gelombang P mampu bergerak di berbagai
medium baik padat, cair, atau gas. Menurut Kearey, et al., (2002) persamaan
kecepatan gelombang P pada medium homogen dan isotropik adalah sebagai
berikut.


4
K+ μ (2.1)
3
V p=
ρ

7
Dimana K , μ, dan ρ merupakan modulus butir (bulk modulus), modulus
geser (shear modulus), dan densitas. Modulus butir dihitung melalui perbandingan
volume tegangan dan volume regangan. Sedangkan modulus geser dihitung
melalui perbandingan tegangan permukaan dan regangan permukaan (Kearey, et
al., 2002).

Gambar 2.2 Simulasi pergerakan gelombang P (Shearer, 2009)

Gelombang S (shear wave) atau disebut juga dengan gelombang transversal,


yang mana arah partikelnya tegak lurus terhadap arah gelombang diilustrasikan
pada Gambar 2.4. Gelombang S memiliki nilai kecepatannya lebih rendah
daripada gelombang P dan tidak mampu untuk melewati medium cair (Mondol,
2010). Berikut ini persamaan kecepatan gelombang S menurut Kearey, et al.,
(2002).

V s=
√ μ
ρ
(2.2)

Gambar 2.3 Simulasi pergerakan gelombang S (Shearer, 2009)

2.3.2 Gelombang Permukaan (Surface Wave)


Gelombang permukaan (surface wave) adalah gelombang seismik yang
bergerak secara tegak lurus terhadap arah gelombangnya. Gelombang ini dibagi
menjadi 2 jenis yaitu, gelombang Rayleigh dan gelombang Love. Gelombang
Rayleigh bergerak dalam bentuk elips secara tegak lurus terhadap arah penjalaran
gelombang dapat dilihat melalui Gambar 2.5. Jenis gelombang ini terjadi akibat

8
adanya interferensi antara kedua gelombang badan. Umumnya gelombang ini
dimanfaatkan dalam kajian geteknik seperti investigasi dekat permukaan (Kearey,
et al., 2002). Gelombang Rayleigh memiliki persamaan sebagai berikut.

V R=0.93 √ V s (2.3)

Gambar 2.4 Gelombang Rayleigh (Elnashai dan Sarno, 2008)

Gelombang Love merupakan gelombang yang bergerak secara transversal


(gelombang S) yang bergerak secara horizontal sesuai Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.5 Gelombang Love (Elnashai dan Sarno, 2008)

2.4 Metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave)


Saat ini berbagai jenis metode geofisika telah dikembangkan untuk macam-
macam jenis seperti investigasi lapisan batuan atau struktur tanah. Salah satunya
bertujuan untuk investigasi dekat permukaan. Investigasi dekat permukaan adalah
investigasi geofisika yang dilakukan pada beberapa meter hingga ratusan meter
kerak bumi. Awalnya, investigasi dekat permukaan menggunakan metode seismik
konvensional melalui survei seismik refraksi dan refleksi resolusi tinggi. Namun,
hasil pengolahan data dengan metode tersebut kurang efektif. Hal ini dikarenakan
metode seismik konvensional berfrekuensi cukup tinggi sekiatr ≥50 Hz, sehingga
penetrasi gelombangnya tidak bisa mencapai kedalaman yang dibutuhkan (Park,
et al., 2007). Selain itu, data dalam metode seismik konvensional terdapat banyak
sekali sinyal yang tidak dibutuhkan (noise) dalam investigasi dekat permukaan.
Maka dari itu, butuh waktu yang cukup lama dalam pengolahan datanya (Park, et

9
al., 1999). Kekurangan metode seismik konvensional ini kemudian mendorong
para peneliti untuk menciptakan metode yang lebih efektif.
Pada tahun 1980-an, peneliti asal Universitas Texas di Austin menemukan
metode yang lebih efektif, dikenal dengan Spectral Analysis of Surface Waves
(SASW) (Stokoe et al., 2017). Walaupun metode SASW dinilai efektif, namun
pada proses akuisisi di lapangan metode ini memiliki kekurangan. Metode SASW
hanya menggunakan 2 geophone sehingga sulit untuk membedakan antara sinyal
noise dan sinyal yang dibutuhkan. Meminimalisir kekurangan tersebut, Park et al.
(1999) mempublikasikan metode Multichannel Analysis of Surface Waves
(MASW).
Metode MASW adalah salah satu metode seismik yang memanfaatkan sifat
dispersi gelombang permukaan. Konsep metode MASW didasari oleh metode
SASW, perbedaan pada kedua metode terletak pada jumlah sensor yang
digunakan. Umumnya akuisisi data dengan metode MASW dan SASW
menggunakan sensor bernama geophone. Jumlah geophone ini yang membedakan
antara metode MASW dan SASW. Metode MASW memanfaatkan geophone
sekitar 12 atau lebih dengan jarak antar geophone adalah sama. Sedangkan
metode SASW hanya memanfaatkan sepasang geophone dalam proses akuisisi
data di lapangan. Metode MASW dibagi menjadi 2 jenis yaitu, metode aktif dan
metode pasif. MASW aktif memiliki sumber yang berasal dari pukulan, ledakan,
atau sumber yang sengaja dibuat oleh manusia. Sedangkan MASW pasif berasal
dari sumber alami, contohnya induksi lempeng, gempa, dan proses alami lainnya
(Park, et al., 2007). Metode MASW aktif biasa digunakan dalam investigasi
geoteknik seperti jenis batuan bawah permukaan dan perencanaan pembangunan.
Proses pengukuran dalam metode MASW diuraikan dalam Gambar 2.7 berikut.

10
Gambar 2.6 Proses pengukuran data metode MASW (Hasya et al., 2021)

Kecepatan gelombang Rayleigh yang terukur dalam pengukuran MASW


merepresentasi kecepatan gelombang geser. Hal ini dikarenakan kecepatan fase
gelombang Rayleigh sekitar 92% dari kecepatan gelombang geser ( V s ).
Persamaan nilai V s dapat dilihat dalam Persamaan 2. Nilai V s yang dihasilkan dari
proses pengukuran MASW dapat diklasifikasi berdasarkan nilai SNI 1726-2012
(Hasya et al., 2021). Selain meminimalir noise, metode MASW adalah metode
yang tidak merusak, mudah untuk diaplikasikan, hemat biaya, dan keuntungan
lainnya.

2.5 Dispersi Gelombang Rayleigh


Gelombang Rayleigh merupakan salah satu jenis gelombang permukaan
yang merambat pada medium half space. Gelombang Rayleigh memiliki
karakteristik yang mana nilai amplitudonya menurun secara eksponensial terhadap
kedalaman. Gelombang Rayleigh bisa menggambarkan struktur bawah
permukaan, dibuktikan dengan sifat gelombang Rayleigh yang terdispersi ketika
melewati medium lapisan bumi (Solihan, 2009). Peristiwa itu menyebabkan
gelombang Rayleigh merambat dengan panjang gelombang dan kecepatan yang
berbeda sesuai pada Gambar 2.8.

11
Gambar 2.7 Sifat dispersi gelombang Rayleigh (Pranoto, 2016)

Umumnya, data hasil pengukuran lapangan berupa data berdomain waktu.


Data rekaman gelombang Rayleigh tersebut akan diekstrak menjadi kurva
dispersi. Salah satu cara untuk mengekstrak data domain waktu menjadi kurva
dispersi yaitu dengan melakukan perhitungan matematika transformasi F-K
(frequency-wave number). Hasil perhitungan transformasi F-K berupa gambar
dispersi energi dalam domain frequency velocity (f-v) (Hartantyo et al., 2014).
Hasil tersebut kemudian dilakukan proses picking data berdasarkan nilai energi
amplitudo maksimum (amplitude peaks) yang hasilnya akan diekstrak dalam
bentuk kurva dispersi hubungan antara nilai frequency terhadap velocity sehingga
diperoleh gambaran bawah permukaan (Park, et al., 2007) dijelaskan pada
Gambar 2.9.

12
Gambar 2.8 Data lapangan dalam domain waktu (Xia, 2014) a) Transformasi data
ke domain frequency velocity (f-v) yang menunjukkan nilai energi
dispersi b) Nilai f-v domain tersebut dilakukan picking berdasarkan
nilai energi maksimum sehingga menghasilkan kurva dispersi c).

2.6 Inversi Gelombang Rayleigh


Hasil dispersi gelombang Rayleigh dapat dimanfaatkan untuk mengetahui
keadaan bawah permukaan melalui proses inversi gelombang Rayleigh. Inversi
dilakukan untuk mendeskripsikan setiap lapisan berdasarkan kecepatan
gelombang geser (V s ). Hasil dari proses inversi gelombang Rayleigh adalah profil
1D hubungan nilai kecepatan gelombang geser terhadap kedalaman dapat dilihat
pada Gambar 2.10. Proses inversi gelombang Rayleigh dilakukan dengan proses
pengulangan (iterasi). Adanya proses iterasi bertujuan untuk membuat model-
model parameter yang mendekati hasil kurva dispersi. Semakin kecil eror model
yang dihasilkan, maka profil 1D yang dihasilkan mendekati keadaan di bawah
permukaan yang sebenarnya (Rosyidi, 2015). Sebagian besar software menyebut
nilai eror dengan misfit dan sebagian besar lainnya menyebut RMSE (Root Mean
Square Error), namun keduanya sama.

Gambar 2.9 Profil 1D kecepatan gelombang geser terhadap kedalaman melalui


proses inversi kurva dispersi gelombang Rayleigh (Foti et al., 2018)

2.7 Kecepatan Gelombang Geser (V s )

13
Gelombang geser (shear wave) adalah gelombang yang gerakan partikelnya
tegak lurus terhadap arah gelombang (Mondol, 2010). Pada persamaan (2.1),
(2.2), dan (2.3), terdapat hubungan antara persamaan satu dan lainnya yang
berkaitan dengan modulus geser. Hubungan tersebut menyebabkan munculnya
perbandingan antara nilai V p dan V s yang disebut Poisson rasio. Umumnya, nilai
Poisson rasio (v) digunakan untuk survei geoteknik berupa identifikasi kekakuan
tanah. Adanya informasi hubungan antara V s dan Poisson rasio mengartikan
bahwa nilai kecepatan gelombang geser dapat menentukan karakter lapisan batuan
di bawah permukaan.
Gelombang geser yang bergerak memberikan tegangan dan regangan pada
material yang dilewati. Sifat demikian digunakan sebagai parameter dinamik
tanah untuk mengklasifikasikan kekerasan material batuan. Maka, gelombang
permukaan yang dimanfaatkan dalam metode MASW dapat mengidentifikasi
jenis lapisan bawah permukaan dengan menghitung nilai kecepatan gelombang
geser karena nilai kecepatan gelombang permukaan berkaitan dengan nilai
gelombang geser (Kearey, et al., 2002). Nilai V s yang dihasilkan dari pengolahan
data diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori. Setiap kategori memiliki
rentang nilai tertentu yang menunjukkan sifat dan jenis batuannya. Klasifikasi
batuan berdasarkan nilai V s sesuai dengan SNI 1726-2012 disajikan dalam bentuk
Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi tanah atau batuan berdasarkan nilai gelombang geser V s
sesuai SNI 1726-2012 (Budi et al., 2021)
Klasifikasi Tanah
No. V s (m/s)
(Batuan)
1. Batuan Keras (SA) ≥1500
2. Batuan (SB) 750-1500
Tanah sangat padat dan
3. 350-750
batuan lunak (SC)
4. Tanah Sedang (SD) 175-350
5. Tanah Lunak (SE) ≤175

14
Profil lapisan tanah yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
- Rawan dan berpotensi runtuh akibat beban
gempa seperti liquifaksi, lempung sangat
6. Tanah khusus (SF)
sensitif, tanah tersedimentasi lemah.
- Lempung sangat organic dan/atau gambut.
- Lempung berplastis sangat tinggi.
- Lapisan Lempung lunak/setengah teguh.

2.8 Software Geopsy untuk Metode MASW Aktif


Software Geopsy dibentuk pada tahun 2002 yang bertepatan dengan
kegiatan SESAME Europian Project. Namun software geopsy baru dirilis secara
resmi pada tahun 2005. Geopsy adalah salah satu desktop yang berterdapat dalam
geopsypack dengan tujuan untuk input dan processing data. Geopsypack terdiri
dari beberapa package yang mendukung proses pengolahan data lanjutan seperti
proses inversi dan proses lainnya. Geopsy dapat digunakan untuk berbagai metode
seismik baik metode aktif maupun pasif, contohnya metode MASW
(Multichannel Analysis of Surface Wave) (Wathelet et al., 2020).
Pengolahan data MASW dengan software Geopsy diawali dengan
melakukan import data berupa data sinyal dengan format yang mendukung.
Kemudian, data sinyal tersebut diubah melalui menu Edit yang berfungsi untuk
mengatur jarak antar geophone, titik sumber pukul, dan sebagainya. Data yang
telah diatur akan diproses dengan fitur linear f-k toolbox dengan tujuan untuk
menampilkan nilai frequency terhadap velocity dalam bentuk kurva spektrum
warna. Kurva tersebut kemudian dilakukan proses picking berdasarkan energi
terbesar. Hasil picking akan diinversi dengan Dinver sebagai salah satu software
dalam geopsypack (Geopsy, 2011).
Pengolahan data melalui Dinver membutuhkan proses iterasi untuk melihat
nilai error pada data. Nilai error pada software lain biasa disebut dengan RMSE,

15
namun di dalam Dinver disebut dengan misfit. Semakin kecil nilai misfit maka,
mengindikasikan data yang diolah mendekati kondisi asli bawah permukaan. Nilai
misfit terbaik dalam pengolahan MASW sekitar 0,10 (10%). Setelah seluruh
proses dilakukan, hasil akhir yang diperoleh berupa profil 1D hubungan antara
kecepatan gelombang geser dan kedalaman (Olafsdottir et al., 2018).

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di daerah Gampong Baet, Kecamatan Baitussalam
(5.6053001°N 95.38872°E) (Google Earth, 2022). Tahap akuisisi data dilakukan
di sekitar proyek pembangunan dan jalan raya. Sedangkan proses pengolahan data
dilakukan di sekitar ruangan Laboratorium Program Studi Teknik Geofisika dan
beberapa tempat di area kampus. Waktu penelitian berlangsung dari bulan
Agustus hingga November 2022. Berdasarkan hasil survei pendahuluan, lokasi
penelitian didominasi oleh lapisan alluvial dan ditemukan pula rawa-rawa di
sekitar lokasi penelitian. Pengukuran untuk penelitian dengan metode MASW ini
dilakukan sebanyak 4 lintasan, lintasan 1, 2, 4 memiliki panjang 230 meter dan
lintasan 3 memiliki panjang 115 meter. Masing-masing lintasan memiliki offset 35
meter. Lokasi pengukuran dalam penelitian ini dapat dilihat melalui Gambar 3.1
berikut.

17
Gambar 3.1 Lokasi dan titik pengukuran di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam
(Google Earth, 2022)
3.2 Alat dan Bahan
Penelitian dengan metode MASW di Desa Baet menggunakan alat dan
bahan yang disajikan melalui Tabel 3.1 dan Gambar 3.2 berikut.

Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian

No. Alat dan Bahan Jumlah Satuan


1 Seismograph PASI 16S-24P 1 Unit
2. Global Positioning System (GPS) 2 Unit
3. Vertical Geophone (10 Hz) 24 Buah
4. Geophone Trigger 1 Buah
5. Kabel Geophone 2 Gulungan
6. Kabel Trigger 2 Gulungan
7. Palu seismik 1 Buah
8. Plat Baja 1 Buah
9. Meteran 100 meter 2 Buah
10. Baterai 12 Volt 2 Buah
11. Handy Talkie (HT) 2 Buah
12. Laptop yang dilengkapi software SeisImager 1 Unit
13. USB Drive 1 Buah
14. Alat tulis 1 Set

18
Gambar 3.2 Peralatan yang digunakan dalam proses penelitian

3.3 Prosedur Penelitian


Penelitian menggunakan metode MASW di Desa Baet ini terdiri dari 4
tahap, yaitu proses persiapan pengukuran, tahap pengambilan data di lapangan
(akuisisi data), tahap pengolahan data, dan interpretasi data hasil pengolahan.
Rincian tahap-tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

3.3.1 Persiapan Pengukuran


Proses persiapan pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi di
lokasi pengukuran. Tahap ini meliputi persiapan surat izin lokasi beserta
peralatan, survei lokasi, dan studi literatur terkait metode serta geologi di daerah
tersebut. Perizinan lokasi pengukuran bertujuan agar proses penelitian dilakukan
secara legal dan disetujui oleh pemerintah setempat, sedangkan perizinan alat
bertujuan untuk melakukan peminjaman alat kepada pihak Laboratorium Program
Studi Teknik Geofisika serta sebagai bukti tanggung jawab apabila atas peralatan
tersebut. Jika tahap perizinan sudah dilakukan, maka tahap selanjutnya ialah
survei lokasi dengan maksud untuk menentukan titik pengukuran dan desain
akuisisi data di lapangan. Tahap terakhir adalah studi literatur, dimana peneliti
harus melakukan kajian terhadap kondisi geologi daerah penelitian, permasalahan
di daerah tersebut, serta kajian-kajian terdahulu yang memanfaatkan metode
MASW. Semua proses itu dilakukan agar penelitian lebih terstruktur dan lebih
efisien.

19
3.3.2 Akuisisi Data
Pengukuran MASW di daerah tersebut menggunakan Seismograph PASI
16S24-P, 24 geophone (receiver) dengan frekuensi 10 Hz, 2 kabel geophone, 2
kabel trigger, 2 GPS, 1 geophone trigger, plat baja, baterai 2 unit, meteran 100
meter dan palu 8 kg. Spasi yang digunakan dalam pengukuran ini adalah 10 meter
dengan panjang lintasannya 230 meter. Untuk jarak offset dan geophone 1 adalah
35 meter. Setiap titik dilakukan sebanyak 2 kali perulangan. Proses stacking pada
tiap titik dilakukan sebanyak 7-9 kali pukul. Shotpoint dalam satu lintasan
sebanyak 13 titik, yaitu offset 1 dan offset 2, endshoot 1 terletak sejauh 5 meter
sebelum geophone 1, endshoot 2 terletak sejauh 5 meter setelah geophone 24, titik
di antara geophone 1-2, antara geophone 4-5, antara geophone 7-8, antara
geophone 10-11, antara geophone 12-13, antara geophone 14-15, antara geophone
17-18, antara geophone 20-21 dan di antara geophone 23-24 diilustrasikan pada
Gambar 3.3.
Pengukuran dimulai dengan memasang peralatan seperti geophone, kabel,
dan lainnya sesuai lintasan yang telah direncanakan. Setelah itu, mencatat
koordinat pada masing-masing geophone menggunakan GPS dan mencatat
berbagai kondisi di lapangan. Pengukuran dilakukan dengan memberikan sumber
gelombang seismik melalui pukulan oleh palu seismik 8 kg pada plat baja yang
diletakkan di samping geophone trigger guna memperkuat gelombang yang
diterima oleh geophone. Sinyal yang diterima oleh geophone akan direkam oleh
Seismograph PASI 16S-24P dengan pengaturan record time 1024 ms dan
sampling time 250 μs.

20
Gambar 3.3 Desain lintasan pengukuran dalam proses akuisisi data dengan
metode MASW di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam

3.3.3 Pengolahan Data


Pengolahan data memanfaatkan open source software yang bernama
Geopsy. Jenis perangkat ini memiliki keunggulan mempermudah pengolahan data
dengan grafik kualitas tinggi dan gratis. Geopsy ini merupakan salah satu desktop
yang terdapat dalam geopsypack. Geopsypack ini terdiri dari beberapa package
yang mendukung pengolahan data lanjutan seperti inversi, dan lainnya.
Pengolahan data MASW sendiri memanfaatkan software Geopsy yang akan
dilanjutkan dengan package lainnya yaitu Dinver untuk pemodelan 1D gelombang
Rayleigh.
Berikut ini beberapa prosedur dalam pengolahan data dengan Geopsy.
1. Memasukkan data dan mengubah geometri. Data lapangan dengan format
file (.DAT) di-input dalam software Geopsy versi 2.5.0. Kemudian,
geometri jarak antar geophone, dan posisi titik pukul dapat diubah melalui
fitur Edit. Dapat dilihat pada Gambar 3.4 di bawah ini.

21
Gambar 3.4 Proses input dan edit geometri menggunakan software Geopsy

2. Melakukan proses pengolahan data dengan fitur Geopsy linear f-k toolbox
untuk mengtransformasi data berdomain waktu ke data berdomain velocity-
frequency dalam bentuk kurva spektrum warna sesuai Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Proses pengolahan dengan fitur Geopsy linear f-k toolbox

3. Kemudian, melakukan proses picking berdasarkan nilai amplitudo tertinggi.


Jika data lapangan bagus, maka proses picking phase velocity dapat
dilakukan secara fundamental mode. Apabila data yang diperoleh di
lapangan kurang baik, maka proses picking dilakukan secara manual. Hasil
picking kemudian di-export dalam sebuah data berbeda.

22
4. Selanjutnya adalah menampilkan kurva dispersi gelombang Rayleigh
melalui Dinver geopsypack. Pengolahan data MASW dengan menggunakan
Dinver biasanya memanfaatkan fitur Targets, Parameter, Log, Run dan
Satus. Pada fitur Targets, pilih Dispersion untuk memasukkan data picking
yang telah disimpan sebelumnya, proses ini menghasilkan kurva dispersi
hubungan antara nilai velocity dan frequency. Kemudian, pilih menu
Parameter guna mengatur nilai kecepatan gelombang geser dan kedalaman
yang dibutuhkan, saya mengatur Depth = 30 m dengan Layer = 8, rentang
V s = 0 m/s–1200 m/s. Lalu, pilih fitur Run untuk melakukan proses iterasi
pada data. Dalam kasus ini, iterasi yang digunakan sebanyak 10 kali dapat
dilihat melalui Gambar 3.6. Iterasi dilakukan untuk melihat besarnya niilai
misfit dalam data.

Gambar 3.6 Proses pengolahan data lanjutan menggunakan Dinver

5. Kita perlu memperhatikan nilai misfit. Apabila nilai misfit besar maka, harus
mengecek kembali data hasil picking lalu, melakukan Run kembali.
6. Kemudian, membandingkan data dengan nilai misfit terendah terhadap data
fundamental mode melalui menu View dan pilih Dispersion. Apabila data
sudah mendekati nilai grafik fundamental mode, pertanda bahwa
pengolahan yang dilakukan sudah bagus. Apabila data jauh berbeda dengan
fundamental mode, maka perlu melakukan Run kembali.
7. Apabila nilai misfit sudah bagus disertai data yang mendekati fundamental
mode, tahap selanjutnya adalah melakukan menu inversi dengan menu View

23
kemudian memilih Ground Profiles. Pada tahap ini akan muncul model 1D
hubungan antara nilai kecepatan gelombang geser dan kedalaman.
8. Model 1D yang telah dihasilkan pada proses sebelumnya, kemudian diolah
kembai menjadi data 2D menggunakan software Surfer versi 13.6.618. Data
hasil melalui software tersebut berupa hubungan antara jarak, kedalaman,
dan nilai kecepatan gelombang geser (V s ) diilustrasikan pada Gambar 3.7
berikut.

Gambar 3.7 Pemodelan data 1D menjadi 2D menggunakan Surfer 13.6.618

3.3.4 Interpretasi Data


Interpretasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyesuaikan dan
mengkorelasikan nilai cepat rambat gelombang shear melalui hasil penampang
model 2D. Hasil model 2D tersebut diidentifikasi dengan Tabel 2.1 nilai
kecepatan V s menurut SNI 1726-2012. Data 2D dibentuk melalui data 1D pada
masing-masing lintasan yang memiliki nilai misfit berkisar ≤10%. Nilai eror
tersebut dikategorikan sudah baik untuk pengolahan data dengan metode MASW.
Interpretasi data bertujuan untuk mencari kedalaman bedrock melalui kecepatan
gelombang geser (V s ) di Perumahan Grand Aceh.

24
3.4 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir dari proses penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.4
berikut.

Mulai

Studi literatur

Akuisisi data

Data hasil pengukuran dengan


MASW aktif

Proses input data, edit geometri, transformasi data menjadi grafik


dispersi warna, dan picking data menggunakan software Geopsy

Kurva dispersi

Proses iterasi dan inversi kurva dispersi menggunakan fitur


Run pada Dinver

Tidak memenuhi

Misfit ≤ 10% atau model


dengan misfit terendah
mendekati fundamental mode

Memenuhi
Pemodelan 2D dengan
Model penampang 1D software Surfer

Hasil dan pembahasan Interpretasi data Model


penampang 2D

Selesai

Gambar 3.8 Diagram alir proses penelitian dengan metode MASW


25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dengan metode MASW (Multichannel Analysis of Surface Wave)


telah dilaksanakan di Perumahan Grand Aceh. Akuisisi data dilakukan sebanyak 4
lintasan, lintasan 1, lintasan 2, dan lintasan 4 memiliki panjang 230 meter dengan
spasi antar geophone sepanjang 10 meter, serta lintasan 3 yang panjangnya 115
meter dengan spasi 5 meter. Proses penelitian dilanjutkan ke tahap pengolahan
data 1D menggunakan software Geopsy versi 2.5.0 untuk mendapatkan nilai
kecepatan gelombang geser pada kedalaman 30 meter. Kemudiandata hasil
tersebut diproses kembali menjadi data 2D menggunakan software Surfer versi
13.6.618.

4.1 Data Hasil Pengukuran Lapangan


Data yang diperoleh dari proses pengukuran lapangan berupa data rekaman
penjalaran gelombang seismik dan data geometri lintasan pengukuran. Rekaman
penjalaran gelombang tersebut diukur dengan menggunakan Seismograph PASI
16S-34P pada 13 titik pukul tiap lintasan, sedangkan data geometri memuat
panjang lintasan, spasi antar geophone, serta titik koordinat. Salah satu rekaman
penjalaran yang dilakukan di lokasi penelitian dapat dilihat melalui Gambar 4.1
berikut.

26
Gambar 4.1 Rekaman data seismik pada shot point geophone 17-18 lintasan 3

Data geometri penelitian dengan metode MASW dapat dilihat pada Tabel
4.1.

Tabel 4.1 Data geometri penelitian dengan metode MASW di Desa Baet
Panjang Spasi
Lintasan Posisi (m) Koordinat
Lintasan (m) Geophone (m)
Lintasan 1 230 10 Titik Awal N07º62'25.2"

(MSB 1) 0 E06º18'22.3"

Titik akhir N07º52'10.8"

230 E06º18'43.6"

Lintasan 2 230 10 Titik Awal N07º62'21.2"

(MSB 2) 0 E06º18'09.0"

Titik akhir N07º62'31.4"

230 E06º18'32.3"

Lintasan 3 115 5 Titik Awal N07º62'07.5"

(MSB 3) 0 E06º18'35.8"

Titik akhir N07º62'23.4"

27
115 E06º18'43.0"

Lintasan 4 230 10 Titik Awal N07º62'17.6"

(MSB 4) 0 E06º18'47.5"

Titik akhir N07º62'29.0"

230 E06º18'21.8"

4.2 Hasil Pengolahan Data dengan Geopsypack


4.2.1 Geopsy
Penelitian ini memanfaatkan Geopsy sebagai aplikasi open source yang
dapat diakses secara gratis oleh masyarakat. Pengolahan data MASW melalui
aplikasi Geopsy meliputi beberapa tahap yaitu, input data format (.DAT), edit,
transformasi data menggunakan linear f-k toolbox, dan picking. Editing pada
Geopsy bertujuan untuk mengubah jarak antar geophone dan sumber pukul sesuai
keadaan lintasan pengukuran. Data yang telah diubah tersebut kemudian
dilakukan transformasi dengan linear f-k toolbox sehingga menghasilkan grafik
warna hubungan antara frequency dan phase velocity. Data yang awalnya
berdomain waktu kemudian telah ditransformasi ke dalam data frequency velocity
(f-v). Grafik warna yang muncul melalui linear f-k toolbox memiliki nilai energi
amplitudo yang berbeda. Nilai yang tertinggi biasanya ditandai dengan warna
biru. Tahap selanjutnya adalah picking, nilai energi amplitudo tertinggi akan
dipilih melalui proses picking. Picking dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
fundamental mode dan manual. Penelitian ini sendiri melakukan picking secara
manual. Hasil transformasi data lapangan menjadi data berdomain frequency-
velocity menggunakan linear f-k toolbox dan sudah dilakukan picking dapat dilihat
melalui Gambar 4.2 berikut ini.

28
(a) (b)
Gambar 4.2 Hasil transformasi dan picking data dalam domain frequency velocity
(f-v) lintasan MSB 1 titik pukul geophone 4-5 a) Hasil transformasi
dan picking data dalam domain frequency velocity (f-v) lintasan MSB
3 titik pukul geophone 10-11 b)

Hasil picking kurva dispersi warna kemudian dilakukan export dalam


bentuk file yang berisi nilai pick energi amplitudo tertinggi. Data tersebut
kemudian diolah menggunakan Dinver untuk melihat kurva dispersi tiap titik
pukul dan diproses kembali hingga menghasilkan penampang 1D.
4.2.2 Dinver
Dinver merupakan salah satu software yang ada di dalam geopsypack yang
digunakan untuk proses pengolahan lanjutan dari software Geopsy. Hasil file
export pada pengolahan Geopsy kemudian dimasukkan ke dalam Dinver. Data
export tersebut akan membentuk kurva dispersi kecepatan gelombang dan
frekuensi.

29
Gambar 4. 3 Hasil kurva dispersi gelombang dengan menggunakan Dinver pada
lintasan 1 offset 2

Dinver memiliki fitur Targets, Parameter, Log, Run dan Satus. Kurva pada
gambar 4.3 kemudian diolah kembali untuk menghasilkan data 1D. Sebelum
proses tersebut, perlu dilakukan pengaturan terhadap nilai Target dan Parameter
yang dibutuhkan. Penelitian ini menetapkan Target dengan nilai minimum
misfit=0 dan nilai maksimum misfit=1. Sedangkan Parameter, penelitian ini
menggunakan nilai Depth = 30 m dengan Layer = 8, rentang V s = 0 m/s–1200
m/s. Setelah Target dan Parameter diatur, tahap selanjutnya yaitu proses iterasi.
Tahap iterasi dilakukan dengan menggunakan fitur Run, dengan iterasi
maksimum 10 kali. Iterasi dalam Dinver bertujuan untuk membuat banyak model
untuk mencapai nilai misfit paling kecil. Pengolahan data MASW yang baik
dengan Dinver biasanya memiliki nilai misfit ≤ 10% atau kurang dari sama
dengan 0,10. Nilai misfit terkecil dapat dilihat melalui menu View, kemudian
Dispersion.
Fundamental mode dimanfaatkan untuk melihat model dengan nilai misfit
terendah dan membandingkan nilai tersebut dengan kurva dispersi. Apabila model
dengan nilai misfit terendah tidak mendekati fundamental mode, maka langkah
yang harus dilakukan adalah melakukan Run kembali. Namun, perlu diketahui
bahwa model dengan misfit terkecil tersebut sudah disesuaikan dengan parameter

30
yang diatur sebelumnya. Hasil iterasi dengan misfit terkecil dan nilainya yang
mendekati fundamental mode dapat diamati pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,10
(10%) pada lintasan MSB 2 titik pukul geophone 23-24

Gambar 4.5 Hasil korelasi antara kurva dispersi dan model dengan misfit 0,08
(8%) pada lintasan MSB 2 titik pukul offset 1
Jika data sudah mencapai nilai misfit terendah dengan nilai yang mendekati
fundamental mode, maka data dianggap sudah bagus. Maka tahap selanjutnya

31
yaitu proses inversi data menjadi model 1D dengan memilih View Ground
Profiles.

Gambar 4.6 Hasil profil 1D pada lintasan 1 titik pukul geophone 10-11 dengan
nilai misfit 6% a) Hasil profil 1D pada lintasan 2 endshoot 2 dengan
nilai misfit 6% b) Hasil profil 1D pada lintasan 3 titik pukul geophone
4-5 dengan nilai misfit 8% c) Hasil profil 1D pada lintasan 4 titik
pukul geophone 17-18 dengan nilai misfit 5% d). Garis hitam adalah
model 1D dengan nilai misfit terendah.

Hasil dari pengolahan data menggunakan Dinver yaitu kurva dispersi, hasil
korelasi kurva dispersi terhadap model dengan misfit terkecil, dan hasil
penampang 1D di masing-masing titik pukul (shootpoint). Data 1D yang telah
diperoleh akan diolah menjadi data 2D dengan software Surfer versi 13.6.618.

32
Proses dengan software Surfer dilakukan dengan memasukkan data XYZ ke
dalam kolom grid. X sebagai data letak titik pukul, sedangkan Y berupa data
kedalaman, dan Z adalah data kecepatan gelombang geser yang dapat dilihat
melalui profil 1D.

4.3 Profil 2D Kecepatan Gelombang Geser (V s )


4.3.1 Profil Lintasan MSB 1
Lintasan MSB 1 terletak di bagian belakang Perumahan Grand Aceh, Baet
mulai dari arah Barat Daya hingga Timur Laut. Pengukuran lintasan MSB 1
berada dekat dengan keberadaan parit kecil yang membentang sejajar dengan
offset 1 hingga offset 2. Selain itu, beberapa titik pengukuran juga terdapat
kubangan air yang dangkal. Lintasan MSB 1 memiliki panjang 230 meter dengan
jarak offset sekitar 35 meter dan jarak antar geophone 10 meter. Profil 2D Gambar
4.7 berikut.

Gambar 4.7 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 5,7%

Profil 2D kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.7 menjelaskan bahwa


lintasan MSB 1 terdiri dari 4 lapisan berbeda, lapisan pertama diindikasikan
sebagai lapisan lunak yang terbentuk akibat proses penimbunan terletak pada
kedalaman 0-13 meter. Sedangkan lapisan keempat diprediksi sebagai lapisan
batuan yang lebih kokoh dan diindikasikan sebagai batuan dasar dengan nilai
kecepatan geser sekitar 750 hingga 1200 m/s. Lapisan keempat diperkirakan

33
sebagai batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dengan kedalaman 6-30
meter.

4.3.2 Profil Lintasan MSB 2


.Lintasan MSB 2 memiliki panjang 230 meter dengan jarak offset sekitar 35
meter dan jarak antar geophone 10 meter. Lintasan MSB 2 juga berdekatan
dengan parit yang membentang dari offset 1 hingga offset 2. Pada offset 1 terdapat
puing-puing bangunan, sedangkan pada offset 2 banyak dijumpai tumbuhan
ilalang yang cukup tinggi. Pengolahan data pada lintasan MSB 1 menghasilkan
profil model 2D yang dapat dilihat melalui Gambar 4.8 berikut.

Gambar 4.8 Profil 2D lintasan MSB 2 dengan misfit rata-rata 6,5%

Profil 2D kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.8, menjelaskan bahwa


lintasan MSB 2 terdiri dari 4 lapisan berbeda, lapisan pertama merupakan lapisan
lunak yang terbentuk akibat proses penimbunan dengan nilai kecepatan
gelombang geser ≤175 m/s dijumpai pada kedalaman 0-11 meter. Sedangkan
lapisan keempat dikategorikan sebagai lapisan batuan yang kokoh dan diindikasi
sebagai batuan dasar dengan nilai kecepatan geser sekitar 750 hingga 1200 m/s
dapat ditemukan pada kedalaman 6-30 meter. Lapisan keempat diperkirakan
sebagai batuan dasar (bedrock) yang berasal dari batuan sedimen.

4.3.3 Profil Lintasan MSB 3

34
Posisi lintasan MSB 3 berada di sebelah kanan Perumahan Grand Aceh,
Baet, Kecamatan Baitussalam. Lintasan MSB 3 memiliki panjang 115 meter
dengan jarak antar geophone 5 meter dan panjang offset 35 meter. Pengukuran
pada lintasan MSB 1 dilakukan saat kondisi lapangan terdapat tumbuhan ilalang
dan genangan air. Berdasarkan pengukuran lintasan MSB 3 tersebut didapatkan
hasil berupa profil 2D kecepatan gelombang geser dengan kedalaman 30 meter di
bawah permukaan. Profil 2D lintasan MSB 3 dapat dilihat melalui Gambar 4.9
berikut ini.

Gambar 4.9 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata misfit 8%

Profil 2D kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.9 menjelaskan bahwa


lintasan MSB 3 terdiri dari 4 lapisan berbeda, lapisan pertama diindikasikan
sebagai lapisan lunak yang terbentuk karena proses penimbunan dengan
kedalaman 0-10 meter. Sedangkan lapisan keempat merupakan jenis lapisan
batuan yang kokoh dan diprediksi sebagai batuan dasar dengan nilai V s sekitar
750 hingga 1200 m/s dapat dilihat pada kedalaman 6-30 meter. Lapisan keempat
diperkirakan sebagai lapisan batuan dasar (bedrock) yang berasal dari batuan
sedimen.

4.3.4 Profil Lintasan MSB 4


Lintasan MSB 4 terletak di tengah proses pembangunan Perumahan Grand
Aceh, dengan panjang lintasan 230 meter. Lintasan MSB 4 memiliki jarak offset
35 meter dan spasi antar geophone sepanjang 10 meter. Pada offset 1, geophone 1-

35
2, dan geophone 4-5 terdapat ilalang yang cukup lebat. Berdasarkan profil 2D
pada Gambar 4.10 dapat diketahui bahwa lintasan MSB 4 terdiri dari 4 lapisan
berbeda, lapisan pertama diindikasikan sebagai lapisan lunak yang terbentuk
karena proses penimbunan dengan nilai kecepatan gelombang geser (V s ) ≤175 m/s
dapat dijumpai pada kedalaman 0-7 meter. Sedangkan lapisan keempat
merupakan jenis lapisan batuan yang kokoh dan diindikasikan sebagai batuan
dasar dengan nilai kecepatan geser sekitar 750-1200 m/s. Lapisan keempat
diperkirakan sebagai batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dan dapat
ditemukan pada kedalaman 6-30 meter.

Gambar 4.10 Profil 2D lintasan MSB 1 dengan misfit rata-rata 6,7%

4.4 Pembahasan
4.4.1 Lintasan MSB 1
Berdasarkan model penampang 2D Lintasan MSB 1, kecepatan gelombang
geser diklasifikasikan menjadi 4 jenis lapisan batuan. Lapisan 1 memiliki
kecepatan gelombang geser (V s ) ≤175 m/s dikategorikan sebagai tanah lunak (SE)
yang menyebar dari offset 1 hingga sejauh 10 meter dari titik 0, 30-150 meter,
163-167 meter, 183-192 meter dan 220 meter hingga offset 2, memiliki ketebalan
mulai dari 1-13 meter dan kedalaman 0-13 meter. Lapisan 2 memiliki kecepatan
gelombang geser 175-350 m/s yang digolongkan sebagai lapisan tanah sedang
(SD) dengan ketebalan 1-9 meter, dijumpai pada kedalaman 0-17 meter yang
meyebar dari offset 1 hingga offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang kecepatan
gelombang geser 350-750 m/s, diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan

36
batuan lunak (SC) dengan ketebalan maksimum 17 meter, dapat dijumpai pada
kedalaman 3-30 meter dari atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari
offset 1 hingga offset 2. Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang
geser 750-1200 m/s, dikategorikan sebagai batuan (SB) yang sifatnya kokoh
dengan persebaran dimulai pada offset 1 hingga 110 meter dari titik 0 dan
dijumpai kembali pada jarak 120 meter hingga 250 meter. Lapisan 4 memiliki
ketebalan 10-24 meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-30 meter dari atas
permukaan. Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan sedimen dan
lapisan 4 sebagai batuan dasar (bedrock).
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 1 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan pengklasifikasian tanah atau batuan bawah permukaan berdasarkan nilai
kecepatan gelombang geser (V s ) Standar Nasional Indonesia (SNI) dimodelkan
dalam Gambar 4.11 berikut.

Gambar 4.11 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 1

Nilai kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.11 akan dijelaskan


kembali melalui Tabel 4.2 menjadi 4 lapisan batuan sebagai berikut.

Tabel 4.2 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 1

Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)
Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)

37
Tanah sangat padat dan
Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)
Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)

4.4.2 Lintasan MSB 2


Berdasarkan model penampang 2D Lintasan MSB 2, kecepatan gelombang
geser diklasifikasikan menjadi 4 lapisan batuan berbeda, yaitu lapisan 1, lapisan 2,
lapisan 3, dan lapisan 4. Lapisan 1 memiliki kecepatan gelombang geser ≤175 m/s
dikategorikan sebagai tanah lunak (SE) yang menyebar dari offset 1 hingga 10
meter setelah titik 0, 20-70 meter, 130-142 meter, 160-170 meter, 190 hingga
offset 2 dan memiliki ketebalan mulai dari 2-11 meter dan kedalaman 0-11 meter.
Lapisan 2 memiliki rentang kecepatan gelombang geser 175-350 m/s yang
digolongkan sebagai lapisan tanah sedang (SD) dengan ketebalan 2-12 meter dan
dapat dijumpai di kedalaman 0-20 meter dari atas permukaan yang meyebar dari
offset 1 hingga offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang kecepatan gelombang geser
350-750 m/s, diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan batuan lunak (SC)
dengan ketebalan maksimum 18 meter, dapat dijumpai di kedalaman 3-30 meter
dari atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari offset 1 hingga offset
2. Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang geser 750-1200 m/s.
Nilai kecepatan tersebut dikategorikan sebagai batuan (SB) yang sifatnya kokoh
dengan persebaran mulai dari offset 1 hingga 30 setelah titik 0, dan dijumpai
kembali pada jarak 43 meter hingga 260 meter. Lapisan 4 memiliki ketebalan 10-
24 meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-30 meter dari atas permukaan.
Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan sedimen.
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 2 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan pengklasifikasian tanah atau batuan bawah permukaan berdasarkan nilai
kecepatan gelombang geser (V s ) SNI dimodelkan dalam Gambar 4.12 berikut.

38
Gambar 4.12 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 2

Nilai kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.12 akan dijelaskan


kembali melalui Tabel 4.3 menjadi 4 lapisan batuan berbeda sebagai berikut.

Tabel 4.3 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 2

Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)

Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)

Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)

Tanah sangat padat dan


Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)

Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)

4.4.3 Lintasan MSB 3


Berdasarkan model penampang 2D Lintasan MSB 3, kecepatan gelombang
geser diklasifikasikan menjadi 4 lapisan batuan berbeda, yaitu lapisan 1, lapisan 2,
lapisan 3, dan lapisan 4. Lapisan 1 memiliki kecepatan gelombang geser ≤175 m/s
dikategorikan sebagai tanah lunak (SE) yang menyebar dari offset 1 hingga offset
2 dan memiliki ketebalan beragam dan kedalaman mulai dari 0-10 meter. Lapisan
2 memiliki rentang kecepatan gelombang geser 175-350 m/s yang digolongkan
sebagai lapisan tanah sedang (SD) dengan ketebalan 1-8 meter dan dapat dijumpai
di kedalaman 0-18 meter dari atas permukaan yang meyebar dari offset 1 hingga

39
offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang kecepatan gelombang geser 350-750 m/s,
diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) dengan
ketebalan maksimum 14 meter dan dapat dijumpai di kedalaman 2-30 meter dari
atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari offset 1 hingga offset 2.
Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang geser 750-1200 m/s. Nilai
kecepatan tersebut dikategorikan sebagai batuan (SB) yang sifatnya kokoh dengan
persebaran mulai dari 30 meter sebelum titik hingga titik 0, dan dapat dijumpai
kembali pada jarak 5 meter hingga offset 2. Lapisan 4 memiliki ketebalan 10-24
meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-30 meter dari atas permukaan.
Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan yang berasal dari batuan
sedimen.
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 3 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan klasifikasi menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan dimodelkan
dalam Gambar 4.13 berikut.

Gambar 4.13 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 3

Nilai kecepatan gelombang geser pada Gambar 4.13 akan dijelaskan


kembali melalui Tabel 4.4 menjadi 4 lapisan batuan berbeda sebagai berikut.

Tabel 4.4 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 3

Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)

40
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)

Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)

Tanah sangat padat dan


Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)

Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)

4.4.4 Lintasan MSB 4


Berdasarkan model penampang 2D Lintasan MSB 4, kecepatan gelombang
geser diklasifikasikan menjadi 4 lapisan batuan berbeda, yaitu lapisan 1, lapisan 2,
lapisan 3, dan lapisan 4. Lapisan 1 memiliki kecepatan gelombang geser ≤175 m/s
dikategorikan sebagai tanah lunak (SE) yang menyebar dari offset 1 hingga 10
meter setelah titik 0, 30-40 meter, 60-68 meter, 90-180 meter, 190-195 meter, dan
210 meter hingga offset 2 memiliki ketebalan yang beragam dan kedalaman 0-7
meter. Lapisan 2 memiliki rentang kecepatan gelombang geser (V s ) 175-350 m/s
yang digolongkan sebagai lapisan tanah sedang (SD) dengan ketebalan 2-14 meter
dan dapat dijumpai di kedalaman 0-20 meter dari atas permukaan yang meyebar
dari offset 1 hingga offset 2. Lapisan 3 memiliki rentang nilai kecepatan
gelombang geser 350-750 m/s, diklasifikasikan sebagai tanah sangat padat dan
batuan lunak (SC) dengan ketebalan maksimum 14 meter dan dapat dijumpai di
kedalaman 4-28 meter dari atas permukaan yang penyebarannya dapat dilihat dari
offset 1 hingga offset 2. Lapisan 4 memiliki rentang nilai kecepatan gelombang
geser 750-1200 m/s. Nilai kecepatan tersebut dikategorikan sebagai batuan (SB)
yang sifatnya kokoh dengan persebaran mulai dari offset 1 hingga offset 2.
Lapisan 4 memiliki ketebalan 10-24 meter dan dapat dijumpai pada kedalaman 6-
30 meter dari atas permukaan.
Klasifikasi tiap lapisan pada lintasan MSB 4 didasari oleh Tabel 2.1 sebagai
acuan pengklasifikasian tanah atau batuan bawah permukaan berdasarkan nilai
kecepatan gelombang geser (V s ) Standar Nasional Indonesia (SNI) dimodelkan
dalam Gambar 4.14 berikut.

41
Gambar 4.14 Hasil klasifikasi batuan pada lintasan MSB 4

Lapisan 1, 2, 3, dan 4 diindikasi sebagai lapisan batuan sedimen dan lapisan


4 sebagai batuan dasar (bedrock). Nilai kecepatan gelombang geser pada Gambar
4.14 akan dijelaskan kembali melalui Tabel 4.5 yang dibagi menjadi 4 jenis
lapisan batuan berbeda sebagai berikut.

Tabel 4.5 Hasil klasifikasi lapisan batuan pada lintasan MSB 4

Kecepatan Gelombang
Lapisan Klasifikasi batuan
Geser (m/s)
Lapisan 1 ≤175 Tanah Lunak (SE)
Lapisan 2 175-350 Tanah Sedang (SD)
Tanah sangat padat dan
Lapisan 3 350-750
batuan lunak (SC)
Lapisan 4 750-1200 Batuan (SB)

Hasil dan pembahasan lintasan MSB 1, lintasan MSB 2, lintasan MSB 3,


dan lintasan MSB 4 memiliki persamaan bahwa lapisan pertama merupakan tanah
lunak (SE) dengan kecepatan gelombang geser (V s ) ≤175 m/s. Lapisan pertama
dalam penelitian ini juga memiliki nilai yang sama dengan penelitian Jamaluddin
et al. (2019) dan Hasya et al. (2021). Selain itu, penelitian Jamaluddin et al.
(2019), dan Hasya et al. (2021), serta penelitian pada Perumahan Grand Aceh
mempunyai struktur geologi yang serupa, ketiga lokasi penelitian didominasi oleh

42
alluvium. Lapisan pertama yang dikategorikan sebagai lapisan tanah lunak (SE)
dinilai mendekati keadaan sebenarnya. Lapisan pertama pada masing-masing
lintasan diperkirakan sebagai lapisan yang lemah dan terbentuk melalui proses
penimbunan. Estimasi tersebut dapat dibuktikan oleh penelitian Faizah et al.,
(2019) yang menjelaskan bahwa sebagian besar lahan di Kecamatan Baitussalam
merupakan hasil dari alih fungsi lahan, seperti tambak, rawa, dan sawah yang
dialih fungsikan menjadi pemukiman. Penimbunan demikian bertujuan untuk
meratakan permukaan tanah akibat lapisan 2 yang tidak datar. Maka, perkiraan
terkait lapisan pertama sebagai lapisan tanah lunak (SE) yang terbentuk akibat
proses penimbunan dinilai mendekati kondisi sebenarnya, didukung oleh
penelitian sebelumnya.
Lapisan 2 pada tiap lintasan dikategorikan sebagai tanah sedang (SD)
dengan kecepatan gelombang geser (V s ) 175-350 m/s. Tanah sedang (SD)
memiliki karakter sedimen yang tidak terkonsolidasi (unconsolidated sediment),
tanah ini tersusun oleh mineral-mineral yang tidak kompak. Jenis tanah sedang
umumnya diindikasi sebagai tanah berlempung atau lempung pasiran (Ramadhan
dan Massinai, 2022). Jenis tanah sedang (SD) tidak layak disebut lapisan batuan
dasar karena sifatnya yang tidak kompak, lemah, dan tidak memiliki kemampuan
untuk menahan beban besar di atasnya. Risiko yang akan dihadapi jika
membangun konstruksi di atas lapisan tanah sedang (SD) ialah terjadinya
kegagalan konstruksi, sehingga perlu pertimbangan lebih lanjut dalam proses
pembangunan (Hafiz et al., 2022).
Lapisan 3 pada tiap lintasan dikategorikan sebagai lapisan tanah sangat
padat dan batuan lunak (SC) dengan kecepatan gelombang geser 350-750 m/s.
Lapisan kategori SC memiliki karakter yang lebih padat daripada SD. Secara
umum, lapisan tanah sangat padat dan batuan lunak diperkirakan sebagai endapan
pasir (sand) padat atau setengah padat, kerikil (gravel), dan lempung padat
(Ashraf et al., 2017).
Lapisan 4 untuk seluruh lintasan dikategorikan sebagai lapisan batuan (SB)
dengan kecepatan gelombang geser 750-1200 m/s. Jenis lapisan ini bersifat kokoh
dan lebih keras daripada lapisan 3 yang diklasifikasikan sebagai SC. Lapisan SB
diperkirakan sebagai batuan yang berasal dari jenis batuan sedimen atau batuan

43
beku (Ramadhan dan Massinai, 2022). Berdasarkan karakter, lapisan 1, 2, dan 3
diprediksi berasal dari batuan sedimen, maka dapat disimpulkan bahwa lapisan 4
merupakan kategori lapisan SB yang berasal dari batuan sedimen. Karena sifat
lapisan SB yang kokoh dan lebih keras, lapisan ini dinilai sebagai lapisan batuan
dasar yang berasal dari batuan sedimen dengan waktu pembentukan yang panjang.
Penelitian kedalaman batuan dasar dengan metode MASW pada Perumahan
Grand Aceh secara menyeluruh dinilai sudah mendekati keadaan sebenarnya. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan nilai misfit rata-rata pada setiap model 1D
berkisar antara 5,7-8% dan referensi penelitian terdahulu. Pengukuran pada tiap
lintasan menghasilkan empat kategori lapisan yaitu, lapisan 1 sebagai SE dengan
kedalaman 0-13 meter, lapisan 2 sebagai SD dengan kedalaman 0-20 meter,
lapisan 3 sebagai SC dengan kedalaman 2-30 meter, dan lapisan 4 sebagai SB
dengan kedalaman 6-30 meter. Disimpulkan bahwa area cakupan lintasan
penelitian terdiri dari 4 lapisan tersebut. Lapisan 1 diprediksi sebagai lapisan
timbunan akibat alih fungsi lahan di Perumahan Grand Aceh dengan tujuan untuk
memadatkan dan menstabilkan area pembangunan. Lapisan 4 diprediksi sebagai
lapisan batuan dasar karena memiliki karakter kokoh dan lebih keras daripada
lapisan lainnya. Maka, lapisan 4 memiliki potensi besar untuk menopang beban
pada lapisan yang ada di atasnya dan cocok menjadi penopang pondasi bangunan.

44
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian terkait kedalaman batuan dasar di Perumahan Grand Aceh, Desa
Baet, Kecamatan Baitussalam dilakukan pada empat lintasan, yaitu lintasan
MSB1, lintasan MSB 2, lintasan MSB 3, dan lintasan MSB 4, masing-masing
lintasan terdiri dari empat lapisan dengan kedalaman lapisan yang beragam.
Berdasarkan hasil penelitian kecepatan gelombang geser ( V s ) di Perumahan
Grand Aceh dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Tiap lintasan diklasifikasikan menjadi empat jenis lapisan, yaitu lapisan 1
sebagai tanah lunak (SE) yang memiliki kecepatan gelombang geser ( V s )
≤175 m/s, lapisan 2 dikategorikan sebagai lapisan tanah sedang (SD) yang
memiliki kecepatan gelombang geser (V s ) berkisar 175-350 m/s, lapisan 3
sebagai lapisan tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) yang memiliki
kecepatan gelombang geser (V s ) sekitar 350-750 m/s, dan lapisan 4
dikategorikan lapisan batuan (SB) yang memiliki nilai kecepatan gelombang
geser (V s ) sekitar 750-1200 m/s dengan ketebalan dan kedalaman tiap
lintasan yang beragam.
2. Lapisan 1 sebagai tanah lunak (SE) dengan karakteristik lapisan yang
bersifat lemah dan terbentuk akibat proses penimpunan. Lapisan 2 sebagai
tanah sedang (SD) dengan karakteristik lapisan yang unconsolidated
sediment (tidak terkonsolidasi) sehingga mineral-mineralnya tidak kompak,
biasanya diindikasikan sebagai tanah berlempung atau lempung pasiran.
Lapisan 3 sebagai tanah sangat padat dan batuan lunak (SC) dengan
karakteristik lapisan yang lebih padat daripada lapisan tanah sedang (SD),
diindikasi sebagai jenis endapan pasir (sand) padat atau setengah padat,
kerikil (gravel), dan lempung padat. Lapisan 4 sebagai batuan (SB) dengan
karakteristik lapisan yang kokoh dan lebih keras, diprediksi sebagai lapisan
batuan dasar yang berasal dari batuan sedimen dan dapat ditemukan pada
kedalaman 6-30 meter.

45
3. Berdasarkan karakter tiap lapisan dapat disimpulkan bahwa lokasi
Perumahan Grand Aceh, Desa Baet berpotensi untuk didirikan rumah susun
sederhana sewa (Rusunawa) dengan lapisan 4 sebagai penopang pondasi
bangunan. Walaupun demikian, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan, yaitu lapisan 4 yang permukaannya tidak datar, jenis
pondasi, biaya konstruksi, dan lainnya. Maka, masyarakat diharapkan
melakukan kajian lebih mendalam untuk mencegah adanya risiko kegagalan
konstruksi pada bangunan.

5.2 Saran
Berdasarkan penelitian kedalaman batuan dasar dengan metode MASW
pada Perumahan Grand Aceh dianjurkan bagi para peneliti selanjutnya terkhusus
dengan metode MASW aktif untuk lebih teliti dalam merancang tahapan akuisisi
data, karena tahap tersebut sangat menentukan hasil data di lapangan, proses
pengolahan hingga hasil yang diperoleh. Saran bagi para peneliti selanjutnya
diharapkan untuk membaca penelitian Park et al., (2002) agar perencanaan
akuisisi data lebih baik. Selain itu, saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini
adalah memaksimalkan hasil penelitian sehingga diperlukan penelitian lanjutan
dengan metode geofisika lainnya sebagai pembanding. Dianjurkan bagi para
pembaca baik pihak tertentu maupun pihak pemerintah untuk melakukan kajian
lebih lanjut terkait perencanaan pembangunan rumah sewa atau Rusunawa di
Desa Baet, Kecamatan Baitussalam.

46
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amir, H., Akmam, Bavitra, dan Azhari, M. 2017. Penentuan Kedalaman Batuan
Dasar Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis dengan
Membandingkan Konfigurasi Dipole-dipole dan Wenner di Bukit Apit
Puhun Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi. Eksakta, 18(1), 19–30.

Ashraf, M. A. M., Kumar, N. S., Yusoh, R., Hazreek, Z. A. M., dan Aziman, M.
2017. Site Classification using Multichannel Channel Analysis of Surface
Wave (MASW) method on Soft and Hard Ground. Journal of Physics:
Conference Series, 995(2018), 1–7.

Azwar. 2021. Statistik Daerah Provinsi Aceh 2021. Badan Pusat Statistik Provinsi
Aceh.

BAPPEDA. 2019. Rencana Kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Besar Tahun


2020.

Bennet, J. D., Bridge, D. MC., Cameron, N. R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A.,
Jeffery, D. H., Kartawa, W., Keats, W., Rock, N. M. S., Thomson, S. J., dan
Whandoyo, R. 1981. Geologic Map of The Banda Aceh Quadrangle,
Sumatera, Geological Reasearch and Development Centre. Systematic
Geological Map, Indonesia

Budi, A. P., Ginting, R. A., Sunardi2, B., dan Sukanta, N. 2021. Combination of
Passive Seismic ( HVSR ) and Active Seismic ( MASW ) Methods to
Obtain Shear Wave Velocity Model of Subsurface in Majalengka. Journal
of Physics: Conference Series, 1805(012002), 1–11.

Clinton, J. J. 2020. Determining variable depth to bedrock using ERT and


MASW : A geophysical investigation in St . Louis , MO. Missouri University
of Science and Technology.

Elnashai, S. A. dan Sarno, D. L., 2008. Fundamental of Earthquake Engineering..


Hongkong: Wiley.

Faizah, N., Rusdi, M., dan Sugianto. 2019. Perubahan Tutupan Lahan Setelah 14
Tahun Bencana Tsunami (Studi Kasus di Kecamatan Baitussalam). Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 4(1), 699–707.

Foti, S., Hollender, F., Garofalo, F., Albarello, D., Asten, M., Bard, P.-Y.,
Comina, C., Cornou, C., Cox, B., Giulio, G. Di, Forbriger, T., Hayashi, K.,
Lunedei, E., Martin, A., Mercerat, D., Ohrnberger, M., Poggi, V., Renalier,
F., Sicilia, D., dan Socco, V. 2018. Guidelines for the good practice of
surface wave analysis : a product of the InterPACIFIC project. Bull
Earthquake Eng, 16(2018), 2367–2420.

47
Geopsy. 2011. Active source experiment (MASW). [Online] Avaliable at:
https://www.geopsy.org/wiki/index.php/Active_source_experiment_(MAS
W). Diakses pada: 30 September 2023.

Google Earth. 2022. Grand Aceh Residence. [Online] Available at:


https://earth.app.goo.gl. Diakses pada: 16 Agustus 2022.

Hady, A. K., dan Marliyani, G. I. 2020. Updated Segmentation Model of the Aceh
Segment of the Great Sumatran Fault System in Northern Sumatra ,
Indonesia. Journal Of Applied Geology, 5(2), 84–100.

Hafiz, F., Simatupang, U., Jamaluddin, K., dan Irwandi, I. 2022. Model Lapisan
Geologi Teknik Permukaan Menggunakan Metode Gelombang Geser di
Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar. Journal of The Civil Engineering
Student, 4(3), 260–266.

Hartantyo, E., Brotopuspito, K. S., Sismanto, dan Waluyo. 2014. Notes on


Rayleigh Dispersion Curves Created by F-K Transform due to Incomplete
Frequencies of Input Data. International Journal of Applied Engineering
Research, 9(23), 19781–19788.

Hasya, C. A., Khaizal, dan Irwandi. 2021. Perbandingan Metode Multichannel


Analysis of Surface Wave dan Metode Cone Penetration Test Terhadap
Analisis Lapisan Tanah. Journal of The Civil Engineering Student, 3(1), 8–
14.

ITRC. 2017. Characterization and Remedetion of Fractured Rock. Washington,


D.C.

Jamaluddin, K., Ulfa, R., Irwandi, dan Chairullah, B. 2018. Pemetaan Kecepatan
Gelombang Geser (V s 30) di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh
Menggunakan Metode MASW. Jurnal Teknik Sipil, 7(1), 30–40.

Kearey, P., Brooks, M. dan Hill, I., 2002. An Introduction to Geophysical


Exploration. 3nd ed. USA: Blackwell Science Ltd.

Kementerian PUPR. 2022. Permen PUPR Republik Indonesia Nomor 7 Tahun


2022 tentang Pelaksanaan Pembangunan Perumahan dan Penyediaan
Rumah Khusus.

Long, M., Trafford, A., Mcgrath, T., Connor, P. O., Engineering, C., dan Ucd, D.
2020. Multichannel analysis of surface wave (MASW) for offshore
geotechnical investigations. Engineering Geology, 272(105649), 1–12.

Matondang, Z., dan Mulyana, R. 2012. Konstruksi Bangunan Gedung (I).


UNIMED PRESS.

Miller, R. D., Xia, J., Park, C., Ivanov, J., Geier, N., dan Laflen, D. 1999. Using

48
MASW to Map Bedrock in Olathe , Kansas. Kansas Geological Survey,
9(99), 1–9.

Moechtar, H., Subiyanto, dan Sugianto, D. (2009). Geologi Aluvium dan Karakter
Endapan Pantai/Pematang Pantai di Lembah Krueng Aceh, Aceh Besar
(Prov. NAD). Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, 19(4), 272–283.

Mogren, S. 2020. Journal of King Saud University – Science Engineering bedrock


depth estimation and ground response analysis of the northern Jeddah urban
area , western Saudi Arabia. Journal of King Saud University - Science,
32(4), 2445–2453.

Mondol, N. H., 2010. Seismic Exploration. In: Petroleum Geoscience: From


Sedimentary Environments to Rock Physics. Berlin Heidelberg: Springer-
Verlag, 375-402.

Mohammed, M. A., Abudeif, A. M., dan Abd, A. K. 2020. Engineering


Geotechnical Evaluation of Soil for Foundation Purposes Using Shallow
Seismic Refraction And MASW in 15th Mayo, Egypt. Journal of African
Earth Sciences, 162 (November 2019), 103721.

Nath, R. R., Kumar, G., Sharma, M. L., dan Gupta, S. C. 2018. Estimation of
bedrock depth for a part of Garhwal Himalayas using two different
geophysical techniques. Geoscience Letters, 2018(5), 1–9.

Olafsdottir, E. A., Erlingsson, S., dan Bessason, B. 2018. Open software for
analysis of masw data. European Conference on Earthquake Engineering,
1–14.

Park, C. B., Miller, R. D. dan Xia, J., 1999. Imaging Dispersion Curve of Surface
Wave on Multi-channel Record. Soc, Explor: Geophysics.

Park, C. B., Miller, R. D., Xia, J. dan Ivanov, J., 2007. Multichannel of Analysis
Surface Wave (MASW) Active and Passive Methods. USA: Kansas
Geological Survey.

Park, C. B., Miller, R. D., dan Miura, H. 2002. Optimum Field Parameters of an
MASW Survey. Proceeding Society of Exploration Geophysics, 22–23.
Tokyo, Japan.

Pemerintah Kabupaten Aceh Besar. 2020. Keputusan Bupati Nomor 327 tentang
Luas Kawasan Pemukiman Kumuh di Kabupaten Aceh Besar. Kota Jantho.

Pranoto, Y. 2016. Analisis Data Seismik Gelombang Permukaan pada Lapisan


Aspal dengan Menggunakan Metode SASW (Spectral Analysis Of Surface
Wave). Jurnal INERSIA, VIII(2), 55–62.

49
Prihantony, D. E. S. I., dan Hadiguna, R. A. 2020. Penerapan Standar Bangunan
Tahan Gempa dalam Detailed Engineering Design. Jurnal Rekayasa Sipil
(JRS-UNAND), 16(3), 166–177.

Ramadhan, M. I., dan Massinai, M. A. 2022. Analisis Lapisan Batuan Bawah


Permukaan Menggunakan Metode Multichannel Analysis of Surface Waves
di Manimbahoi Kabupaten Gowa. Jurnal Geocelebes, 6(2), 126–134.
https://doi.org/10.20956/geocelebes.v6i2.22025.

Reynolds, J., 1997. An Introduction to Applied an Environmental Geophysics.


Chicester: John Wiley and Sons Ltd.

Rosyidi, S. A. P. 2015. Pemetaan Daya Dukung Tanah Dan Diskontinuitas


Struktur Tanah Dasar Menggunakan Metode Multi Channel Analysis of
Surface Waves (MASW). Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun, 2004,
161–169.

Santoso, D. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Penerbit ITB.

Shearer, P. M., 2009. Introduction to Seismology. 2nd ed. Cambridge: Cambridge


Unversity Press.

Solihan, A dan Santosa, B.J. 2009. Analisis Dispersi Gelombang Rayleigh


Struktur Geologi Bawah Permukaan Studi Kasus: Daerah Pasir Putih.
Dalegan Gresik. Jurusan FMIPA, ITS. Surabaya.

Stokoe, K. H., Hwang, S., dan Joh, S. 2017. Spectral Analysis of Surface Waves
(SASW ) Testing to Evaluate Vs Profiles at Geotechnical and Geological
Sites 2 . Overview of SASW Test Method. 16th World Conference on
Earthquake Engineering, 1–12.

Telford, W., Geldart, L. P., Sheriff dan Keys, D. A., 1990. Applied Geophysic.
Second Edition ed. USA: Cambridge University.

UPT GIS Aceh Besar. 2022. Peta Geologi Lingkungan Kabupaten Aceh Besar.
BAPPEDA ACEH BESAR.

Wathelet, M., Chatelain, J., Cornou, C., Giulio, G. Di, Guillier, B., Ohrnberger,
M., dan Savvaidis, A. 2020. Geopsy : A User-Friendly Open- Source Tool
Set for Ambient Vibration Processing. Seismological Research Letters, XX,
1–12. https://doi.org/10.1785/0220190360

Xia, J. 2014. Estimation of Near-Surface Shear-Wave Velocity and Quality


Factors Using Multichannel Analysis of Surface-Wave Methods. Journal of
Applied Geophysics, 103(2014), 140-151.

50
LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto kegiatan di lokasi penelitian

Lokasi akuisisi data di Perumahan Grand Aceh, Desa Baet

Peralatan yang digunakan dalam proses pengukuran

51
Proses akuisisi data di Perumahan Grand Aceh

Foto bersama tim pengukuran metode MASW

52
Lampiran 2. Hasil penampang 1D di tiap lintasan
Lampiran 2.1 Lintasan MSB 1

Model 1D pada offset 1 dan offset 2

Model 1D pada geophone 1-2 dan geophone 4-5

Model 1D pada geophone 7-8 dan geophone 12-13

53
Model 1D pada geophone 14-15 dan geophone 17-18

Model 1D pada geophone 20-21 dan geophone 23-24

Model 1D pada endshoot 1 dan endshoot 2

54
Lampiran 2.2 Lintasan MSB 2

Model 1D pada offset 1 dan offset 2

Model 1D pada geophone 1-2 dan geophone 4-5

Model 1D pada geophone 7-8 dan geophone 10-11

55
Model 1D pada geophone 12-13 dan geophone 14-15

Model 1D pada geophone 17- 18 dan geophone 20-21

Model 1D pada geophone 23-24 dan endshoot 1

56
Lampiran 2.3 Lintasan MSB 3

Model 1D pada offset 1 dan offset 2

Model 1D pada geophone 1-2 dan geophone 7-8

Model 1D pada geophone 10-11 dan geophone 23-24

57
Lampiran 2.4 Lintasan MSB 4

Model 1D pada geophone 4-5 dan geophone 10-11

Model 1D pada geophone 14-15 dan geophone 23-24

Model 1D pada offset 1 dan endshoot 1

58
RIWAYAT HIDUP

59

Anda mungkin juga menyukai