Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Teknik
Oleh:
NIM : 60800116068
NIM : 60800116068
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
6. Para Dosen, Staf Administrasi Fakultas Sains dan Teknologi, dan Staf
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah banyak
memberikan bantuan selama menempuh perkuliahan
7. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu mendukung saya dan
menjadi motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan proposal penelitian saya
8. Teman-teman seperjuangan Teknik PWK Angkatan 2016, terkhusus saudara
Yuliana sari dan Dzulfikar Ramadhan yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Teman-teman dan sahabat saya serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang selalu membantu dan mendukung saya dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga Allah Swt membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan penelitian ini. Aamiin
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. v
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 5
H. Kerangka Pikir.................................................................................... 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana ialah sebuah peristiwa yang disebabkan oleh alam maupun ulah
untuk memberikan antusiasme yang bersifat luas (Parker, 1992). Pengertian ini
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam
bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
yang lebih rendah. Pergerakan tersebut terjadi karena adanya faktor pada
bidang tanah yang tidak rata atau disebut jug dengan lereng. Kemudian, massa
tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah,
sifat fisik tanah, dan sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di
hujan yang tinggi, jenis tanah, faktor geologi, penutupan lahan dan kemiringan
2
lereng. Selain faktor alam, juga disebabkan oleh faktor aktivitas manusia yang
curah hujan yang mempengaruhi stabilitas lereng yang secara tidak langsung
terhadap pori-pori di dalam pembentuk lereng (Caine, 1980). Namun jika hujan
menjadi rahmat bagi makhluk hidup. Dalam firman Allah Swt dalam Q.S. asy-
Syura 42 : 28.
Terjemahnya :
“Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan
menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha
Terpuji”.
air hujan yang dapat menyelamatkan mereka dari rasa putus asa akibat
kekeringan dan tanah yang tandus, sebagai perwujudan kasih sayang kepada
hewan, dataran rendah dan dataran tinggi. Hanya Dia yang mengatur urusan
wilayah yang banyak memiliki dataran tinggi yang menjadi ciri khas wilayah
tersebut, sehingga Tombolo Pao memiliki potensi tingkat rawan longsor dari
Tombolo Pao yang rawan bencana longsor salah satunya yaitu Desa Tabbinjai,
tercatat dalam lima tahun terakhir korban sebanyak 11 orang dan fasilitas
jembatan gantung tallisi yang terjadi pada tahun 2019 dan akses jalan poros
Tombolo Pao menuju Sinjai Barat yang terjadi pada tahun 2018 karena
disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi. Adapun upaya yang di lakukan
Tombolo Pao merupakan kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi,
pemanfaatan hutan dan pelestarian hasil (kayu dan non kayu), sehingga
4
yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis
dilakukan dengan cara membuat suatu model penyusunan SIG, yakni dengan
yang rentan terhadap bahaya dan risiko tanah longsor. Selain itu, citra satelit
dapat pula dimanfaatkan secara tidak langsung dalam penentuan potensi tanah
B. Rumusan Masalah
Geografis (SIG)?
C. Tujuan Penelitian
sebagai berikut :
Geografis (SIG).
D. Manfaat Penelitian
tanah, tata guna lahan dan kemiringan lereng dengan menggunakan sistem
2. Data karakteristik fisik wilayah berupa curah hujan, jenis tanah, tata guna
F. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
sebagai dasar dari penelitian ini. Selain itu bab pertama ini membahas
Pada bab kedua menguraikan kajian teoritis yang terdiri dari pengertian
Pada bab ketiga akan membahas jenis penelitian, lokasi dan waktu
defenisi opersional.
Tombolo Pao.
BAB V PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Longsor
yang lebih rendah. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng
tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam tahanan geser
adalah penambahan beban pada lereng dan tepi lereng, penggalian tanah di
tepi lereng dan penajaman sudut lereng. Tekanan jumlah penduduk yang
dan struktur ruang dalam kurung waktu tertentu. Pola pemanfaatan ruang
9
bencana.
atas satu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari
tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi setelah jenuh air akan
bencana longsor adalah air hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah
lempung pada lereng akan tertahan oleh batuan yang komponennya rapat dan
kedap air. Derasnya hujan mengakibatkan volume air yang tertahan semakin
meningkatkan debit dan akibatnya air dalam lereng ini semakin menekan
longsor. Batuan yang komponennya rapat dan kedap air memliki peran
air berperan sebagai penggerak massa tanah yang tergelincir di atas batuan
yang terbuka akibat aktivitas makhluk hidup karena, kegiatan masyarakat saat
ini dalam memanfaatkan alam berkaitan dengan pemanfaatan lahan (tata guna
2005).
Selain itu longsor mudah terjadi jika terdapat retakan tanah di atas
lapisan kedap air pada lereng miring yang tidak kuat menahan air (hujan) di
yaitu :
b. Adanya lapisan di bawah permukaan massa tanah yang agak kedap air
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah yang
biasanya terjadi setelah hujan, munculnya mata air baru secara tiba-tiba dan
12
longsor yang disebabkan oleh faktor alami dan bencana longsor yang
Pada awal musim hujan, intensitas hujan yang tinggi biasanya sering
terjadi, hingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu
longsor karena melalui tanah yang merekah air akan masuk dan
tanah.
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang
c. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal, Jenis tanah yang kurang padat
ialah tanah lempung atau tanah liat. Tanah jenis ini mempunyai
13
Selain itu tanah ini juga sangat rentan terhadap pergerakan tanah
karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika hawa terlalu
panas.
d. Batuan yang Kurang Kuat, Batuan endapan gunung api dan sedimen
butir tanah yang membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan
longsoran lama.
perubahan tata lahan menjadi lahan basah, adanya kolam ikan, genangan
air, retakan akibat getaran mesin, ledakan, beban massa yang bertambah
dipicu oleh beban kendaraan, bangunan dekat tebing, tanah kurang padat
bocoran air saluran, luapan air saluran, kolam ikan, penggundulan hutan
Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam Hary (2006), tanah longsor
beda, hal ini karena bencana gerakan tanah disebabkan oleh banyak faktor.
1. Jatuhan (falls)
(tanah atau batuan) di udara dengan atau tanpa adanya interaksi antara
longsor, dan banyak terjadi pada lereng terjal atau tegak yang terdiri dari
biasanya terjadi bila material mudah tererosi terletak di atas tanah yang
lebih tahan erosi, contohnya jika lapisan pasir bersih berada di atas
Jatuhan batuan dapat terjadi pada semua jenis batuan dan umumnya
2. Robohan (topples)
terjadi pada lereng batuan yang sangat terjal sampai tegak yang
3. Longsoran (slides)
bidang longsor. Massa tanah yang bergerak bisa menyatu atau terpecah-
besarnya regangan untuk mencapai kuat geser puncaknya dan pada tebal
buatan (tanggul).
(translational slides).
17
4. Sebaran (spreads)
5. Aliran (flows)
mengalir seperti cairan kental. Aliran yang sering terjadi dalam bidang
geser relatif sempit. Material yang terbawa oleh aliran dapat terdiri dari
khususnya manusia.
ditimbulkan akan sangat besar, terutama bencana longsor itu terjadi secara
sebagainya.
dimana lokasi geografi yang merupakan karakteristik penting atau kritis untuk
dengan Penginderaan Jauh. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk
obyek wilayah, daerah, atau gejala yang dikaji (Lillesland dan Kiefer, 1994).
berbasis satelit ini menyajikan informasi secara aktual dan akurat. Teknik
Penginderaan Jauh dan SIG merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk
didigunakan untuk pemetaan daerah rawan longsor diperoleh dari foto udara
dan data sekunder, berupa peta-peta tematik. Peta-peta tematik yang berbeda,
baik yang diperoleh dari analisis penginderaan jauh maupun cara lain dapat
nilai daerah rawan longsor dilalukan tumpang tindih peta-peta tematik yang
lahan, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, peta curah hujan, dan peta
geologi.
21
sistematik, yaitu menggunakan data dari informasi yang telah tersedia dari
disebut dengan peta dasar, dalam hal ini adalah peta rawan longsor. Ada
beberapa peta dasar yang digunakan sebagai dasar dan parameter yang akurat.
1. Peta Administrasi
kelurahan/ desa.
pemanfaatan masa kini (present of current land use). Oleh karena itu,
beda tinggi. Apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan
22
persebaran berbagai jenis tanah dan sifat-sifat tanah (seperti PH, tekstur,
kadar organik, kedalaman, dan sebagainya) di suatu area.. Pada peta jenis
lapangan, dan data sekunder yang merupakan hasil dari perhitungan dan
Curah Hujan adalah salah satu pemicu terjadinya longsor. Curah hujan
hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah, sehingga
perlu adanya peta curah hujan dalam menganalisis daerah rawan longsor.
6. Peta Geologi
Peta geologi ialah salah satu dari bentuk data atau informasi geologi
dari suatu daerah dengan tingkat kualitas yang berdasarkan skala. Peta
H. Kerangka Pikir
Arahan Penanggulangan
Bencana Longsor
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
No. Kegiatan 1 2 3 O4 5
1. Pembuatan Proposal
2. Pengambilan data
3. Analisis Data
4. Penyusunan Skripsi
5. Seminar Hasil
1. Pengumpulan Data
b. Data sekunder ialah data pendukung yang sudah ada sehingga hanya
Data aspek fisik dasar berupa jenis tanah, curah hujan, penggunaan
penelitian, yaitu
penelitian.
- Curah Hujan
D. Variabel Penelitian
peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif maupun secara kualitatif (Nana
b. Kemiringan lereng
28
c. Curah hujan
d. Jenis tanah
e. Jenis Batuan
a. Analisis Deskriptif/Kualitatif
b. Analisis Pembobotan
(Suhardiman, 2012).
faktor diberi bobot dan setiap variabel dari setiap faktor diberi skor
Nilai skor dan bobot pada setiap faktor dan variabel yang
yaitu:
1. 0-5 1 5
2. 5-10 2 10
3. 10-15 3 15
4. 15-20 4 5 20
5. 20-25 5 25
6. 25-30 6 30
7. >30 7 35
1. <2000 mm 1 4
2. 2000 – 2500 mm 2 8
3. 2500 – 3000 mm 3 4 12
4. 3000 – 3500 mm 4 16
5. 3500-4000 mm 5 20
6. >4000 mm 6 24
3. Lempung Liat 3 9
4. Lempung Berlumpur 4 3 12
5. Lempung 5 15
6. Lempung Berpasir 6 18
1. Tubuh Air 0 0
2. Padang Rumput 1 5
3. Hutan 2 10
4. Semak/Belukar 3 15
5. Kawasan Budidaya 4 5 20
6. Kebun Campuran 5 25
31
7. Sawah 6 30
8. Kawasan Terbangun 7 35
2. Malihan : Marmer 2 4 8
Gamping
c. Analisis Overlay
grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya
menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain beserta
(Guntara, 2013).
32
𝑋𝑡 − 𝑋𝑟
𝐾𝑖 =
𝑘
Keterangan:
Ki : Kelas Interval
Xt : Data tertinggi
Xr : Data terendah
k : Jumlah kelas yang diinginkan
melihat nilai maksimum dan juga nilai minimum tiap satuan pemetaan,
tertinggi dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang
diinginkan.
1 Tinggi 89-124
2 Sedang 53-88
3 Rendah 16-52
Sumber : Teknik Mitigasi Tanah Longsor (Solle dkk, 2013)
overlay.
overlay peta, antara peta kerawanan longsor dan peta pola ruang RTRW
F. Defenisi Operasional
bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke
luasan terkecil adalah Kecamatan Bajeng Barat yaitu 1.904 Ha atau 1,07 %
dari total luas wilayah Kabupaten Gowa. Untuk lebih jelasnya luas
Tabel 9.
36
- April. Selain itu ada 3 (tiga) type iklim yang terjadi dan berlangsung
di wilayah ini, yaitu iklim type 82, C2, D2 & type D3. Kelembaban
c. Strukur Geologi
golongan yaitu :
1) Batuan Vulkanik/Beku;
2) Batuan Endapan;
5) Batuan Organik
Breksi, endapan lahar dan Tufa. Pada umumnya bahan batuan kurang
39
masih terlepas.
1 Bungaya 5
2 Parangloe 2
3 Tombolo Pao 4
4 Manuju 4
5 Tompobulu 1
6 Parigi 3
7 Tinggimoncong 6
8 Biringbulu 5
9 Bontolempangan 2
Sumber : BPBD Kabupaten Gowa Tahun 2019
13,37% dari luas wilayah Kabupaten Gowa, yaitu terbagi dalam 8 desa 1
.
41
42
a. Topografi
dan objek lain seperti planet, satelit alami (bulan dan sebagainya),
berikut :
b. Kemiringan Lereng
c. Jenis Tanah
dari pelapukan bahan organic serta berisi zat cair dan gas yang
d. Geologi/Batuan
secara alami dari mineral dan atau mineraloid. Adapun jenis batuan
Tombolo Pao didominasi oleh jenis batuan beku dengan luas 144.016
Ha yang merupakan jenis batuan yang berasal dari batuan yang lebih
tertentu yang diukur dengan menampung air hujan dalam tabung dan
dihitung dari volume air yang dapat ditampung dibagi dengan luas
tabung.
200 - 320 dan musim hujan yang biasa terjadi pada bulan September-
Persentase
No Curah Hujan Luas (Ha)
(%)
1 3000-4000 mm 64.292 30.62
2 >4000 mm 145.704 69.38
Total 209.996 100
Sumber : RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032
46
47
48
49
50
51
3. Penggunaan Lahan
oleh hutan dengan luas 77.099 Ha dan semak belukar dengan luas
1.137 Ha. Dan dilihat dari penutupan lahannya yang ialah sawah dengan
luas 30.722 Ha, kebun campuran 20.831 Ha, dan kawasan budidaya
lereng lebih dari 5-10% mendominasi dengan luas 5866 Ha.. Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat pada pada Tabel 17 di bawah ini :
Pao tahun 2019 terjadi sebanyak 4 kali dimana daerah ini tersebar di 3
a. Desa Tabbinjai
karena hujan deras yang terus terusan turun semalaman, tidak ada
Tabbinjai dan Desa Pao rusak berat (BPBD Kabupaten Gowa, 2019).
b. Desa Kanreapia
meter, terjadi pada hari Selasa, 3 Juli 2019 sekitar pukul 14.30
WITA. Tak hanya material tanah, sejumlah pohon ikut tumbang dan
Pao dilakukan proses overlay peta. Dimana nantinya akan menghasilkan tiga
bobot dan skor pada setiap variabel yang digunakan dalam penentuan kelas
kemiringan lereng, curah hujan, batuan, jenis tanah dan penggunaan lahan.
1. Curah Hujan
2. Kemiringan Lereng
kelas kemiringan lereng yakni lereng 0-5%, 5-10%, 15-20%, 25-30% dan
diberi skor 4, kelas kemiringan lereng 25-30% diberi skor 6 dan kelas
3. Jenis Tanah
tanahnya yakni: jenis tanah lempung berpasir diberi skor 6 dan jenis tanah
4. Jenis Batuan
yang kompleks. Yaitu sedimen, malihan dan beku. Untuk skor masing-
masing jenis batuannya yakni : untuk jenis batuan sedimen diberi skor 1
5. Penggunaan Lahan
budidaya diberi skor 4, kebun campuran diberi skor 5, sawah diberi skor 6,
kerawanan longsor dengan skoring nilai terendah dan tertinggi seperti pada
metode sebelumnya.
yaitu :
luas wilayah 127.072 Ha. Dilihat dari aspek fisiknya daerah ini
dengan dominasi curah hujan tahunan 3000 dan 4000 mm per tahun,
jenis tanah dengan tingkat permeibilitas tinggi. Artinya jenis tanah ini
sehingga tanah mudah terlepas keluar dari batuan induknya. Dari segi
tanah residu yang tebal. Apabila hal ini terjadi pada lereng maka
memiliki luas wilayah 82.135 Ha. Dilihat dari aspek fisiknya daerah
5%, 5-10%, 10- 15% dan >30% yaitu kemiringan lereng yang
dengan curah hujan tahunan dari 3000 hingga >4000 mm per tahun,
tinggi. Dilihat dari jenis tanahnyapun daerah ini juga didominasi oleh
jenis tanah yang beragam dari jenis dengan tingkat permeibilitas yang
dari jenis tanahnya daerah didominasi oleh jenis tanah lempung jenis
Tabel 18 berikut.
dan pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup serta proses perencanaan
tata ruang sering kali tidak mencantumkan secara jelas proses diagnosis
disebabkan oleh alih fungsi lahan yang memiliki fungsi lindung, pertanian
66
analisis arahan rencana pola ruang pada kawasan rawan bencana longsor
untuk melihat potensi kerawanan longsor pada rencana pola ruang RTRW
Kabupaten Gowa. Dari hasil (overlay) antara peta rencana pola ruang dengan
peta rawan bencana longsor dapat dilihat wilayah yang berpotensi rawan
longsor pada rencana pola ruang yang telah disusun untuk selanjutnya
Kabupaten Gowa. Pola ruang Kecamatan Tombolo Pao dapat dilihat pada
tabel 19 berikut:
Tombolo Pao yaitu 70,098 ha. Kawasan budidaya adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi kerawanan longsor ditunjukkan oleh hasil integrasi antara peta rawan
longsor dengan peta rencana pola ruang RTRW Kabupaten Gowa. Analisis
kelas rendah dengan total luasan 0,91 Ha (0,43%) terdapat pada pemanfaatan
pola ruang Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan Lahan Kering.
Untuk kelas kerawanan kedua yaitu rawan sedang seluas 81,47 Ha (38,89%)
terdapat pada pemanfaatan pola ruang terluas yaitu Hutan lindung dengan
69
total luasan 36,121 Ha. Selanjutnya untuk kelas kerawanan ketiga seluas 127
luasan 33,779 Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 20.
tingkat kerawanannya dibagi atas tiga zona yaitu zona dengan kategori daerah
dengan tingkat kerawanan tinggi, zona dengan tingkat kerawanan sedang, dan
lindungnya.
diperbolehkan.
rendah tidak layak untuk kegiatan industri, namun dapat untuk kegiatan
tinggi
penyebab longsor
seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia,
Kecamatan Tombolo Pao bencana alam itu sendiri tak terhindarkan, bencana
yang ada di Kecamatan Tombolo Pao adalah tanah longsor dimana dibagi
dalam tiga kelas yaitu kelas tanah longsor rawan rending kelas tanah longsor
rawan sedang dan kelas tanah longsor rawan tinggi. Dalam hal ini penulis
Beberapa variabel yang masuk sebagai hasil kajian integrasi hasil penelitian
Terjemahnya :
terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia.
dan berharap pahala- Nya. Kasih sayang Allah sangat dekat kepada setiap
curah hujan, jenis tanah dan batuannya. Sedangkan aktivitas manusia terkait
dan tidak terkendali, bisa berdampak parah bagi manusia. Hal ini telah
bumi ini ada yang disebabkan oleh ulah maupun kegiatan manusia. Dalam
hubungan ini, dapat dilihat pada firman Allah dalam Q.S. ar-Rum/30 : 41
ْ ض الَّذ
ِي ِ َّت ا َ ْيدِى الن
َ اس ِليُ ِذ ْيقَ ُه ْم َب ْع َ ساد ُ فِى ْال َب ِر َو ْال َب ْح ِر ِب َما َك
ْ س َب َ َظ َه َر ْالف َ
َع ِملُ ْوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُ ْون َ
Terjemahnya :
Menurut penafsiran para ulama dan cendikiawan muslim dalam Q.S. ar-
Rum/30 : 41 yaitu:
a. Tafsir Jalalayn
Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok yang menjadi dasar
bahwa telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik di daratan dan
kerusakan tersebut. Untuk itu, ajaran Islam secara tegas mengajak manusia
lingkungan.
tanah di lereng. Akibatnya ketika tejadi hujan tanah menjadi jenuh dan lepas
dari batuan induknya. Selan itu, hilangnya penutupan lahan asli pada daerah
kejadian longsor. Dan manusia harus lebih bertakwa kepada Allah karena
sendiri pun harus tahu diri. Terutama manusia, sebagai Khalifatullah fil
Ardhi (Khalifah Tuhan di atas bumi). Kalau sekiranya terjadi tanah longsor
tadi yang tidak mau mempergunakan akalnya buat mengelakkan longsor itu.
terjadi setiap saat ketika musim hujan tiba. Kejadian longsor tidak dapat
ع ْن َ وس َ ُع ْن أ َ ِبي قَاب َ َار ٍ ع ْن َع ْم ِرو ب ِْن دِين َ انُ َس ْفي ُ َحدَّثَنَا اب ُْن أ َ ِبي
ُ ع َم َر َحدَّثَنَا
َاح ُمون
ِ الر َّ سلَّ َم َ ُصلَّى اللَّه
َ علَ ْي ِه َو َ سو ُل اللَّ ِه ُ ع ْب ِد اللَّ ِه ب ِْن َع ْم ٍرو قَا َل قَا َل َر َ
الر ِح ُم
َّ اء ِ س َمَّ ض َي ْر َح ْم ُك ْم َم ْن فِي ال ِ ار َح ُموا َم ْن فِي ْاْل َ ْر ْ الر ْح َم ُن
َّ يَ ْر َح ُم ُه ْم
طعَهُ اللَّهُ قَا َل أَبُو َ َط َع َها ق َ صلَهُ اللَّهُ َو َم ْن َق
َ صلَ َها َوَ الر ْح َم ِن َف َم ْن َوَّ ش ْجنَةٌ ِم ْن ُ
ص ِحي ٌحَ س ٌن ٌ سى َهذَا َحد
َ ِيث َح َ ِعي
Artinya :
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Berdasarkan Hasil overlay antara peta pola ruang Kabupaten Gowa dan
B. Saran
b. Mitigasi bencana
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tombolo Pao dalam Angka Tahun 2019
Cruden dan Varnes, DJ. (1996). Landslide Types And Processes. In Special
Report 247:Landslides: Investigation and Mitigation, Transportation
Research Board, Washington D.C.
Guntara, I., (2013). Pengertian Overlay Dalam Sistem Informasi Geografi.
http://www.guntara.com/2013/01/pengertian- overlay-dalam-sistem.html.
Sampangkab.go.id. Diakses pada tanggal 20 Mei 2016.
Gowa.
Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)