ARDIANSYAH. S
D061181034
i
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
ANALISIS MIKROFASIES BATUAN KARBONAT ANGGOTA
SELAYAR FORMASI WALANAE DAERAH MARE-MARE,
KECAMATAN BONTOMANAI, KABUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Akademik untuk Memperoleh Gelar Sarjana
pada Kurikulum Strata Satu (S1) pada Departemen Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
OLEH:
ARDIANSYAH. S
D061181034
GOWA
2023
ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
ANALISIS MIKROFASIES BATUAN KARBONAT ANGGOTA
SELAYAR FORMASI WALANAE DAERAH MARE-MARE,
KECAMATAN BONTOMANAI, KABUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
PROPOSAL PENELITIAN
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
GOWA
2023
iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
ANALISIS MIKROFASIES BATUAN KARBONAT ANGGOTA
SELAYAR FORMASI WALANAE DAERAH MARE-MARE,
KECAMATAN BONTOMANAI, KABUPATEN KEPULAUAN
SELAYAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN
PEMETAAN GEOLOGI
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
GOWA
2022
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
mare kec. Bontomanai Kab. kepulauan selayar provinsi Sulawesi Selatan” ini
dapat terselesaikan. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa dan membimbing umat manusia dari
1. Bapak Ir. Jamal Rauf Husain, M.T sebagai penasehat akademik atas
2. Bapak Dr. Eng. Hendra Pachri, S.T., M.Eng sebagai ketua Departemen
Universitas Hasanuddin.
v
bantuan moril maupun materil, serta doa restu yang senantiasa terucapkan
tiada henti yang kemudian menjadi sumber semangat bagi penulis selama
ini.
Terima kasih banyak atas segala suka, duka, semangat dan kekeluargaan
6. Semua rekan yang turut membantu penulis sampai detik ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, sehingga segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
Akhir kata penulis mohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat
kesalahan kata dalam proposal ini dan semoga proposal ini dapat berguna bagi
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN TUJUAN...........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
vii
2.2.1 Klasifikasi Batuan Karbonat.....................................................................11
BAB V PENUTUP................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1.1 Peta Geologi Regional Lokasi Penelitian (modifikasi dari Suyono dan
Kusnama, 2010).......................................................................................4
1980)..........................................................................................................17
1980)..........................................................................................................18
(Longman, 1980)......................................................................................20
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
manusia, hal ini dapat dilihat dari peran batuan karbonat dalam industri
perminyakan yaitu sebagai reservoir atau batuan penyimpan minyak bumi, dimana
hampir 40% batuan reservoir yang ada di dunia berasal dari batuan karbonat.
batuan ini memiliki ciri khas, yaitu mudah mengalami perubahan. Salah satu
fokus penelitian yang dapat diamati dari batugamping yaitu proses diagenesisnya ,
dimana diagenesis merupakan proses perubahan yang terjadi pada sedimen secara
alamiah, sejak proses pengendapan awal hingga batas dimana metamorfisme akan
Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi.
mengalami penimbunan dan berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam.
Proses sementasi merupakan proses kimia yang dapat terjadi pada awal proses
Oleh karena itu perlu adanya studi khusus mengenai batuan karbonat
1
` 2
di daerah Penelitian ?
karbonat penelitian.
penelitian.
Sulawesi Selatan.
3
1.5 Manfaat Penelitian
Secara astronomis terletak pada 119° 55' 00" BT - 119° 59' 00" BT (Bujur Timur)
Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Badan
(Cibinong, Bogor).
darat baik dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun roda empat
4
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Penelitian : (A) Peta Sulawesi. (B) Peta Sulawesi Selatan
Kabupaten Soppeng dan Bone. (C) Peta Daerah Penelitian Kecamatan Mario
Riwawo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
astronomis terletak pada 119° 55' 00" BT - 119° 59' 00" BT (Bujur Timur) dan
utara, Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai di bagian selatan, Selat
umum terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir sejajar, pada arah
melebar di bagian selatan dan menyempit di bagian utara dengan ketinggian rata-
rata 1500 meter. Pembentuknya sebagian besar berupa batuan gunungapi dan
5
6
bagian utara lebih lebar daripada di bagian selatannya. Pada tengah lembah
terdapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara. Pada bagian selatan berupa
Pada bagian utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh topografi karst
karst ini dipisahkan oleh pegunungan, yang tersusun oleh batuan gunungapi
rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut,
beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Pada bagian
timurnya terdapat bukit- bukit terisolir yang tersusun oleh batuan klastik
beberapa teluk. Daerah ini tersusun oleh batuan Karbonat dari Formasi Tonasa
(Sukamto, 1982).
satuan bentangalam, luas wilayah daerah penelitian, relief (bentuk), tingkat dan jenis
pelapukan, tipe erosi, jenis gerakan tanah, kondisi soil, tata guna lahan.
Stadia daerah dan analisis sungai berupa jenis sungai, pola pengaliran
lapangan, hasil interprestasi peta topografi, studi literatur yang mengacu pada
Miosen Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi
kecokelatan.
8
dan abu-abu terang umumnya batupasir berbutir halus hingga kasar serta bersifat
tufaan dan gampingan, tersusun atas fragmen batuan beku dan sebagian
berangsur ke arah barat dan selatan, tersusun atas butiran abu hingga lapili,
ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan barat, tersusun terutama dari
kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan timur jumlah
timur Danau Tempe, dan sekitar Watampone. Pada umumnya terlipat lemah,
sepanjang lajur sesar, dengan kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi
Soppeng yang tersusun atas breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa
berbutir pasir sampai lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak
tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian
dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat; diterobos oleh
retas (0,5 m - 1 m) dan sil trakit dan andesit, dengan arah umum retas
gejala litologi, dominasi batuan, dan posisi stratigrafi antara batuan yang satu
dengan batuan yang lain serta dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000 (Sandi
mulai dari yang termuda hingga yang tertua yaitu sebagai berikut:
1. Satuan aluvial
2. Satuan aglomerat
menjelaskan tentang pola struktur geologi, identifikasi jenis struktur, umur dari struktur
dominan terdiri dari garam- garam karbonat, sedang dalam prakteknya secara
11
maupun biokimia, dimana dalam proses tersebut organisme turut berperan dan
dapat pula terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi
1985).
Selain itu pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses dari batuan
karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi,
karbonat tersebut terjadi pada lingkungan air laut, sehingga praktis bebas dari
Dasar yang dipakai oleh Dunham (1962) untuk menentukan tingkat energi
karbonat hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang sebaliknya batuan
dengan fabrik grain supported terbentuk pada energi gelombang kuat sehingga
12
suatu batuan meliputi proses kimia maupun fisika, namun perubahan ini bukan
1. Mikritisasi Mikrobial
adalah produk dari mikritisasi mikrobial dan jika kegiatan ini intensif maka akan
oleh organisme alga, jamur atau bakteri. Menurut Longman (1980), proses ini
13
merupakan proses yang penting dalam lingkungan stagnant marine phreatic zone
2. Dolomitisasi
(Longman, 1980). Menurut Tucker dan Wright (1990), ada 5 model dolomitisasi
3. Sementasi
butiran ataupun di dalam lubang yang dihasilkan oleh pelarutan aragonit. Menurut
Tucker dan Wright (1990), jenis-jenis semen yang hadir pada batuan karbonat,
kristal memanjang (fibrous) memiliki panjang ke lebar rasio lebih besar dari 6
banding 1. Kristal equant memiliki rasio panjang dan lebar kurang dari 1,5
banding 1. Kristal bladed memiliki rasio panjang dan lebar antara fibrous dan
equant kristal.
14
4. Pelarutan
diagenesis yang menyebabkan mineral tidak stabil akan larut dan membentuk
mineral lain yang lebih stabil pada lingkungan yang baru. Menurut Longman
proses ini dapat terjadi pada dasar laut dan selama deep burial.
5. Neomorfisme
(mikrit) telah terubah menjadi mikrokristalin spar. Proses ini dapat terjadi pada
6. Kompaksi
macam, yaitu Kompaksi Mekanik dan Kimia. Kompaksi Mekanik terjadi ketika
suture dan kontak concavo-convex, serta pada tahap lanjut akan menghasilkan
stylolite.
larutan pada pori batuan, yakni : freshwater vadose zone (di atas batas muka air),
freshwater phreatic zone (di bawah batas muka air), mixed freshwater-marine
phreatic zone, dan marine phreatic zone. Setiap lingkungan diagenesis ini akan
membentuk tipe diagenesis berbeda yang dapat dilihat dari tekstur batuan yang
telah terbentuk. Berdasarkan tekstur tersebut, maka akan dapat diketahui proses
dan produk diagenesis apa saja yang terjadi terhadap batuan tersebut (Longman,
1980).
16
Gambar 2.3 Penampang yang menunjukkan distribusi dan hubungan antara lingkungan
diagenesis utama pada laut dangkal (Longman, 1980)
telah menunjukkan bahwa, meskipun air laut secara normal jenuh terhadap
kalsium karbonat, hanya sejumlah kecil semen karbonat yang dapat diendapkan
dari volume air satu pori. Jadi, agar terjadi sementasi, banyak volume air pori
Marine phreatic zone dapat dibagi menjadi dua zona: (1) the active
marine phreatic zone di mana pergerakan air dalam kombinasi dengan proses
lainnya menghasilkan sementasi, dan (2) the stagnant marine phreatic zone di
mana pergerakan air melalui sedimen relatif lambat dan sementasi tidak terjadi.
Sayangnya faktor-faktor lain seperti kimia larutan (air) dan keberadaan bahan
17
organik memperumit pembagian dua kali lipat yang sederhana ini; tidak
jarang menemukan sedimen laut di mana air laut bersirkulasi dengan bebas,
ACTIVE ZONE
PROCESSES
PRODUCTS
Gambar 2.4 Karakteristik lingkungan diagenesis marine phreatic zone (Longman, 1980)
Zona di mana air laut bergerak dengan mudah ke dalam sedimen yang
adalah satu-satunya karbonat yang mengendap secara anorganik dari air laut pada
kedalaman yang dangkal dan bahwa sementasi tidak terjadi di semua area. Pasang
surut, gelombang, dan arus adalah kekuatan dominan yang mampu menggerakkan
air laut ke dalam sedimen. Penekanan lebih perlu ditempatkan dalam menentukan
beberapa faktor faktor lain terhadap sementasi. Pada kenyataannya, mungkin salah
satu dari empat faktor yang tersebut dan juga faktor-faktor lain yang masih belum
dikenali, dapat bertindak bersama-sama dengan pergerakan air ke dalam sedimen
18
untuk menyebabkan sementasi, tetapi poin pentingnya adalah bahwa sebagian besar
sementasi terjadi sangat dekat antarmuka sedimen dengan air di mana air aktif
Gambar 2.5 Penampang lingkungan diagenesis marine phreatic zone : active marine
phreatic zone dan stagnant marine phreatic zone(Longman, 1980)
digunakan untuk zona di mana sedimen jenuh dengan air laut, tetapi sedikit
sementasi terjadi karena air laut bergerak terlalu lambat melalui sedimen atau
karena beberapa faktor lain seperti kandungan kimia larutan (air) menghambat
halus memungkinkan sedikit air laut untuk bersirkulasi ke dalam sedimen dan
pori-pori kecil seperti itu, sirkulasi air sangat lambat. Namun, difusi ion dapat
berkontribusi pada penyemenan karena ukuran pori yang sangat kecil dan volume
semen yang terlibat dengan bertindak dalam kombinasi dengan bakteri dan
ganggang mikro, yang mungkin memainkan peran penting dengan secara lokal
Mikritisasi oleh ganggang dan jamur adalah proses penting lainnya di zona
ini, meskipun juga terjadi di active marine phreatic zone. Kebanyakan mikritisasi
terjadi di antarmuka sedimen dan air, tetapi mungkin juga terjadi lebih dari satu
meter lebih dalam. Selain mikritisasi dan sementasi intragranular minor ini, sedikit
permukaan tanah dan di atas zona saturasi atau batas muka air. Udara dan air
Karena zona tersebut tidak jenuh air, setiap air yang ada cenderung tertahan
di antara butiran oleh kekuatan kapiler atau di bawah butiran dalam bentuk pendant
drops. Karakteristik tekstur semen yang khas dapat berkembang karena distribusi
air yang tidak homogen ini. Proses penting lainnya di zona vadose adalah
pembasahan dan pengeringan yang sering, tergantung pada jumlah curah hujan atau
Kontrol utama pada jumlah air yang melewati zona vadose adalah iklim dan
sifat curah hujan, yaitu apakah itu musiman dan deras atau sepanjang tahun dan
sedang.
20
ZONE CHARACTERISTIC
1.ZONE OF SOLUTION OF CALCITE AND ARAGONITE FORMATION OF VUGGY AND MOULDIC POROSITY
LITTLE OR NO CEMENTATION.
5. STAGNANT ZONE. SATURATED SLOW NEOMORPHISM OF ARAGONITE GRAINS WIRH
WITH CaCO3 PRESERVATION OF SOME STRUCTURES
variabilitas laju migrasi cairan, derajat kejenuhan, komposisi batuan induk, dan
kimia cairan. Namun, zona freshwater phreatic yang ideal dapat dibagi menjadi
lima bagian karakteristik berdasarkan keadaan saturasi air sehubungan dengan kadar
CaCO3 (Gambar 2.9). Air yang masuk dari zona vadose mungkin sangat tidak
jenuh sehubungan dengan CaCO3 pada awalnya, tetapi ketika bergerak turun
melalui zona freshwater phreatic, air akan menjadi semakin jenuh. Jadi, di bagian
atas zona ini adalah area di mana kalsit dan aragonit larut. Di bagian bawah adalah
zona di mana hanya aragonit larut, diikuti oleh zona larutan aragonit
kalsit aktif dan tidak ada pelarutan, dan zona stagnan dimana pergerakan air sangat
kecil. Zona apa pun dapat dijumpai dalam ukuran yang lebih kecil kecil atau tidak
diagenesis freshwater phreatic dalam sedimen laut yang tidak stabil. Karakteristik
ZONE OF SOLUTION
PROCESSES
SOLUTION BY UNDERSATURATED
METEORIC WATER
PRODUCTS ACTIVE
1. DEVELOPMENT OF MOULDIC
AND/OR VUGGY POROSITY
2. POSSIBLE NEOMORPHISM OF ZONE
UNSTABLE GRAINS
PROCESSES
1. ACTIVE WATER CIRCULATION
STAGNANT ZONE 2. SOME LEACHING OF
PROCESSES ARAGONITE. LEACHING MAY
1. LITTLE OR NO WATER BE ACCOMPANIED BY CALCITE
MOVEMENT REPLACEMENT
2. WATER SATURATED WITH 3. RAPID CEMENTATION
CaCO3
PRODUCTS
PRODUCTS 1. ABUNDANT EQUANT CALCITE
1. LITTLE CEMENTATION CEMENT
2. STABILIZATION OF MG-CALCITE 2. ISOPACHOUS BLADED CALCITE
AND ARAGONITE CEMENT
3. LITTLE OR NO LEACHING 3. INTERLOCKING CRYSTALS
4. PRESERVATION OF POROSITY 4. CRYSTALS COARSEN TOWARD
5. NEOMORPHISM OF CENTER OF PORES
ARAGONITE GRAINS WITH 5. COMPLETE REPLACEMENT OF
SOME PRESERVATION OF ARAGONITE BY EQUANT
TEXTURES CALCITE
6. SYNTAXIAL OVERGROWTHS
Seringkali air meteorik akan melewati zona vadose tanpa menjadi jenuh
dengan CaCO3. Ini sangat umum di mana jalur permeabilitas seperti kekar,
sinkhole, atau gua hadir. Begitu berada di bawah permukaan air di zona freshwater
phreatic, air meteorik akan larut hingga mencapai saturasi. Baik porositas vuggy
atau mouldic dapat diproduksi tergantung pada mineralogi dan ukuran kristal dari
komponen dalam batuan. Dalam kondisi tertentu di mana air vadose jenuh
sehubungan dengan kalsit bergerak di atas permukaan air dan menjadi lebih dingin
atau dicampur dengan air dalam kesetimbangan dengan pCO2 yang lebih rendah
dimana pelarutan juga dapat terjadi di dekat permukaan air (Longman, 1980).
Pelarutan di zona ini menghasilkan tekstur yang mirip dengan yang diproduksi
di zona vadose. Dengan demikian, keberadaan porositas mouldic dan vuggy tidak
diagenesis freatik meteorik. Namun, sementasi sering disertai pelarutan dan tekstur
semen yang diproduksi di dua zona berbeda secara signifikan seperti yang
Proses dan produk diagenesis di zona aktif dijelaskan pada bagian ini. Air
yang bergerak melalui zona vadose mengambil CO2 dan kalsium karbonat. Ketika
bergerak melintasi batas muka air, laju alirannya mungkin menurun dan seringkali
CO2 dilepaskan. Jika air jenuh sehubungan dengan kalsit, sementasi dapat terjadi.
Sirkulasi air aktif terjadi di bagian atas zona freshwater phreatic di mana air
meteorik baru ditambahkan. Sirkulasi yang baik juga terjadi di sepanjang jalur
bermigrasi dari zona vadose, sementasi yang cepat dan ekstensif adalah karakteristik
dari bagian sirkulasi aktif dari zona freshwater phreatic (Longman, 1980).
Semen yang ada pada zona ini relatif umum dan tersebar luas. Karena air
meteoric jenuh terhadap kalsium karbonat dan sedikit mengandung ion magnesium,
maka semen pada umumnya adalah kalsit. Kalsit equant yang paling umum menjadi
kristal yang mengasar pada tengah pori. Hal ini merupakan karakteristik dari
iklim kering, pergerakan air di lingkungan freshwater phreatic sangat lambat. Air
vadose dan mencapai kesetimbangan dengan sedimen sekitarnya pada saat masuk
ke bagian yang lebih dalam dari zona freshwater phreatic. Jadi, sedikit sementasi
yang penting, tetapi sering terjadi di dalam butiran melintasi bagian depan yang
Jika semen hadir, mereka umumnya hanya membentuk tepi kecil kalsit equant
isopachous (Longman,1980).
Batas antara lingkungan freatik laut dan air tawar ditandai oleh air payau
pencampuran jarang terjadi, hal ini dapat dikarenakan kombinasi dari tiga factor
yakni sempitnya dan kecilnya volume zona antara zona air tawar dan laut freatik
yang jauh lebih luas, keadaan relatif stagnan dari air, dan sifat tidak kekal dari zona
yang mungkin ada di zona pencampuran, berarti bahwa beberapa proses yang
Proses diagenetik lain yang terjadi dalam zona pencampuran umumnya secara
lebih dalam, Moore (1977) menemukan pelet isopachous dari semen Mg- kalsit
dengan mencampur air tawar dan laut. Dalam kondisi yang lebih asin ini,
neomorfisme dan pencucian jarang terjadi karena air cenderung jenuh dengan
CaCO3 (Longman,1980).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
peneliti dalam melakukan penelitian yang bertujuan agar kegiatan terstruktur dan
sistematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) yaitu:
antar butir, porositas batuan dan proses diagenesis yang terjadi berdasarkan data-
tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan dan analisis data, dan
tahap penyusunan laporan. Secara rinci tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Studi Literatur
geologi
25
26
2. Pembuatan Proposal
kompas, GPS, meteran, kantong sampel, alat tulis menulis, kamera, HCL,
dan loop.
lapangan yang kemudian akan diolah dan dianalisis pada tahap berikutnya.
menggunakan kompas geologi dengan cara mengukur srike dan dip lapisan
batuan.
2. Sampling Batuan
penelitian. Sampel yang akan diambil harus memiliki kriteria masih segar
dan tidak lapuk. Sampel yang diambil dari singkapan juga harus sesuai
sayatan tipis dan juga harus mewakili dari setiap litologi yang ditemukan
sebesar hand spaciment atau seukuran kepalan tangan. Agar sayatan yang
dihasilkan optimal, sampel batuan harus bersih dan dalam kondisi segar.
28
3. Dokumentasi
laporan. Foto- foto yang telah diambil tersebut dapat menjadi salah satu
untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap data-data lapangan yang telah
diambil. Tahapan ini meliputi analisis laboratorium dan kerja studio. Analisis
1. Analisis Petrografi
yang dibuat menjadi sayatan tipis (thin section). Pengamatan thin section
Dalam
29
Dunham (1962) atau Emry dan Klovan (1971) untuk mengidentifikasi dan
Wright (1990).
2. Kerja Studio
dari beragam data yang telah dihimpun. Untuk pembuatan peta, digunakan
Tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian yang telah dilakukan,
pada tahap ini akan disajikan data-data dari semua tahapan yang telah dilakukan
laporan yang dibuat terdiri dari Bab I yaitu Pendahuluan, Bab II mengenai
Pembahasan Penelitian, dan Bab V yang berisi Kesimpulan dan Saran dari
Penelitian, serta Daftar Pustaka yang berisi semua refrensi yang digunakan selama
penelitian dilakukan.
sebesar Rp. 7.980.000,- (Tujuh Juta Sembilan Ratus Delapan Puluh Ribu Rupiah)
31
32
BAB V
PENUTUP
Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan”. Proposal ini penulis ajukan sebagai bahan
pertimbangan dan semoga mendapat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi daerah
Ali Jambak, M (2014), Analisis Facies dan Sejarah Diagenesa Batuan Karbonat
Formasi Rajamandala, Padalarang, Jawa Baratmasi Rajamandala, Padalarang,
Jawa Barat, Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi Trisakti, Bandung.
Djuri Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido (1998), Geologi Lembar Pangkajene dan
Watampone bagian Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan
Energi RI, Bandung .
Sukamto, Rab. (1982), Geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian barat,
Sulawesi lembar 2011,2111, skala 1:250.000, Puslitbang Geologi, Badan
Informasi Geospasial, Bandung.
Suyono dan Kusmana (2010), Stratigraphy and Tectonics of the Sengkang Basin,
South Sulawesi, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010: 1-11
Tucker, M.E dan Wright, V.P (1990), Carbonate Sedimentology, Blackwell Science
Ltd, a Blackwell Publishing company, UK.
Walker, R. G dan James, N.P (1992), Facies Models. Response to Sea Level
Change, Business and Economic Service, Toronto.