Oleh:
0551 16 047
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PERMOHONAN TUGAS AKHIR
Pengusul,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pengusul panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
selalu senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada pengusul sehingga
pengusul dapat menyelesaikan pembuatan usulan atau proposal TugasAkhir (TA)
ini.
Pembuatan proposal tugas akhir yang pengusul lakukan mempunyai tujuan
sebagai gambaran awal mengenai rencana yang pengusul lakukan dalam tugas
akhir, baik dari segi waktu, biaya serta kegiatan yang akan di lakukan dalam
proses penyelesaian tugas akhir, yang mana hal tersebut merupakan syarat mutlak
untuk mencapai gelar sarjana geologi Strata Satu (S1) pada Program Studi Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan.
Daerah penelitian yang dijadikan objek pengusul dalam tugas akhir adalah
Daerah Boname Kecamatan Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi
Maluku Utara yang dituangkan dalam judul “Geologi dan Potensi Sumberdaya
Laterit Nikel Daerah Boname Kecamatan Patani , Kabupaten Halmahera
Tengah Provinsi Maluku Utara”.
Pada kesempatan ini pengusul mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Iit Adhita Prihatna, ST, MT., sebagai pembimbing pertama.
2. Bapak Ir. Muhammad Agus Karmadi., sebagai pembimbing kedua.
3. Bapak Ir. Solihin, M.T., sebagai Ketua Program Studi Teknik Geologi
Universitas Pakuan..
4. Bapak Ir. Djauhari Noor, M.Sc., sebagai koordinator tugas akhir.
5. Orangtua sebagai pendukung terbaik untuk pengusul.
6. Seluruh dosen di lingkungan Fakultas Teknik pada umumnya dan Program
Studi Geologi pada khususnya, yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berguna bagi bekal pengusul dikemudian hari.
3
7. Seluruh staf dan karyawan di lingkungan Fakultas Teknik pada umumnya dan
Program Studi Teknik Geologi pada khususnya, atas pelayanan administrasi
yang diberikan kepada pengusulselama ini.
8. Seluruh rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi “GEOI”
Universitas Pakuan atas segala dukungan dan bantuannya.
9. Kepada Priandi Amar yang telah membantu dan sebagai pendukung terbaik.
Pengusul menyadari betul bahwa dalam usulan tugas akhir ini masih
kurang baik dari kondisi kesempurnaan maka dari itu besar harapan saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat pengusul harapkan. Semoga usulan tugas
akhir inidapat memberikan manfaat bagi pengusul dan pihak lain serta berguna
sesuai yang diharapkan.
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3. Maksud dan Tujuan......................................................................................3
1.4. Letak dan Kesampaian Daerah.....................................................................3
1.5. Rencana Waktu Penelitian...........................................................................6
5
3.2.1. Pola Aliran Sungai Pararel.............................................................26
3.3. Stratigrafi....................................................................................................27
3.3.1. Stratigrafi Regional........................................................................27
3.3.2. Stratigrafi Daerah Penelitian..........................................................31
3.4. Tektonik.....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................50
LAMPIRAN..........................................................................................................51
6
DAFTAR GAMBAR
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB I
PENDAHULUAN
10
11
11
2
Maka dari itu, pengusul mengajukan penelitian pemetaan geologi dengan judul
“GEOLOGI DAERAH BONAME DAN SEKITARNYA, KECAMATAN
PATANI UTARA, KABUPATEN HALMAHERA TENGAH, PROVINSI
MALUKU UTARA DAN POTENSI SUMBERDAYA LATERIT NIKEL
DAERAH KAWASI KECAMATAN OBI, KABUPATEN HALMAHERA
SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA”.
3
Ternate dengan skala peta 1:250.000 ( oleh T Apandi dan D Sundana ) dan Peta
Rupa Bumi Indonesia Lembar Halmahera dengan skala peta 1:25.000.
Gambar 1.1 eta Geologi Regional Lembar Ternate dengan skala peta 1 : 250.000 ( oleh T Apandi dan D Sundana).
4
Gambar 1.1 Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Halmahera dengan skala peta 1: 25.000 ( oleh K Nursonia,2020 )
5
6
Lokasi penelitian di akses melalui jalur udara dari bandara di Jakarta dan
landing di bandara Ternate kemudian dapat dilanjutkan melalui jalur laut dari
pelabuhan Bastiong ke Sofifi dan di lanjutkan perjalanan melalui jalur darat ke
Halmahera Tengah. Rute ini dapat ditempuh dalam waktu ± 8 jam. Sedangkan
lokasi-lokasi singkapan batuan yang terdapat di daerah penelitian dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua, kemudian di beberapa tempat dapat dicapai dengan
berjalan kaki.
LOKASI PENELITIAN
7
2
2.2.2. Persiapan
Tahapan ini merupakan rencana penelitian sebelum melakukan penelitian
lapangan, setelah melakukan studi literatur, di persiapkan juga hal-hal apa saja
yang di perlukan untuk mendukung kegiatan di lapangan, seperti pembuatan peta
rencana lintasan, penentuan tempat camp, dan menyiapkan peralatan-peralatan
yang mendukung dalam kegiatan lapangan. Adapun peralatan yang digunakan
dalam melakukan penelitian lapangan diantaranya adalah :
3
Sebagai langkah awal dalam kegiatan lapangan, hal yang sangat penting adalah
melakukan pengamatan atau observasi terhadap suatu singkapan (outcrop).
Kegiatan pengamatan akan meliputi dari melihat keadaan wilayah, mencari dan
menentukan lokasi-lokasi penting singkapan, melakukan pengamatan (observasi)
pada singkapan dan pemerian (deskripsi) dengan seksama. Kegiatan pengamatan
akan dilakukan selama 5 hari dalam pelaksanaanya sebagai berikut :
4
4. Kompas Geologi
5. Palu Geologi
6. Loupe
7. Global Positioning System (GPS).
8. Kamera Digital.
9. Meteran.
10. Komparator Batuan.
5
1. Tahap Laboratorium
Dalam tahapan ini meliputi :
1. Analisis petrografi, metode yang digunakan adalah pengamatan tekstur
dan struktur dari batuan yang telah menjadi sayatan tipis dengan
menggunakan mikroskop polarisasi untuk mengetahui kandungan dan
komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan, hingga penamaan
batuan tersebut.
2. Penamaan batuan sebagai berikut:.
1. Penamaan Batuan Beku
Penamaan batuan beku secara mikroskopis, berdasarkan tekstur dan
komposisi mineral. Kehadiran mineral sebagai penentu jenis batuan
beku dengan dukungan komposisi plagioklas, sehingga bisa
ditentukan jenis basa, intermediate ataupun asamnya batuan beku
dan ditentukan namanya menggunakan klasifikasi penamaan batuan
beku Travis (1955).
7
Kuarsa
Felds
Subfelds
patik
patik
Lithik
Arkosik Lithik
Chielfy Volcanic
Gambar 3.2 Klasifikasi penamaan batupasir (William, Turner, dan Gilbert, 1954)
a. Penghacuran sampel
b. Pencuncian sempel menggunakan H2O2
c. Pengeringan sampel
d. Penimbangan sampel pertama
e. Pengayakan sampel
f. Penimbangan sampel kedua
g. Tahap perhitungan.
2. Tahapan Studio
Dalam tahapan ini meliputi :
Berisi latar belakang penelitian, maksud dan tujuan, letak, luas dan kesampaian
daerah penelitian, metode penelitian, tahapan penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II GEOMORFOLOGI
1. Fisiografi (regional)
2. Geografi fisik (gunung, elevasi, sungai, kota / desa, jalan)
3. Deskripsi Geomorfologi dan kaitannya dengan kondisi geologi
4. Satuan Geomorfologi
Daerah pegunungan :
- Klasifikasi
- Geometri perbukitan
13
- Geometri sungai
- Lainnya (kaitan morfologi dengan batuan dan struktur geologi serta proses
geologi
Dataran :
- Klasifikasi
- Geometri
- Lain-lain (kaitannya morfologi dengan batuan dan struktur geologi dan
proses geologi)
Disertai sketsa geomorfologi, foto-foto, dilampiri peta analisis morfologi, dan peta
satuan morfologi.
Menjelaskan keadaan dan peta struktur geologi daerah pemetaan, tafsiran akan
mekanisme gaya tektonik, waktu, dan urutan-urutan kejadian.
Membahas tentang masalah yang akan diambil dan dikaji lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi semua referensi buku, makalah dan referensi lain yang digunakan sebagai
acuan dalam melakukan penelitian.
15
Dari semua hasil data primer yang diambil dari lapangan, kemudian dibuat
laporannya. Dalam pembuatan laporan ini dilakukan pula konsultasi secara
berkala agar penyusunan laporannya sistematis sesuai dengan aturan yang
berlaku.
BAB III
GEOLOGI REGIONAL
3.1. Geomorfologi
22
23
Ga
mbar 3.1 Pembagian Mandala Fisiografi Halmahera
bagian barat daya dan utara dan memanjang dengan arah barat– timur yang telah
mengalami erosi.
Berdasarkan hasil interpretasi peta topografi skala 1 : 25.000 pembagian
satuan geomorfologi pada daerah penelitian pada tahapan ini berdasarkan
morfometri. Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuk lahan
dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik.
Pengelompokan satuan morfologi di dasarkan pada kelas kemiringan
lereng berdasarkan klasifikasi Suhardiman (2012). Lereng merupakan bagian dari
bentuk lahan yang dapat memberikan informasi kondisi-kondisi proses yang
berpengaruh terhadap bentuk lahan, sehingga dengan memberikan penilaian
terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan
geomorfologi secara rinci.
3.3. Stratigrafi
Tabel 3.2 Kolom Stratigrafi Daerah Halmahera PT. Antam Tbk, Unit Geomin
- Satuan Batugamping
Berwarna putih dan kelabu, umumnya pejal, setempat berlapis baik
mengandung fosil Discocyclina spb. ,Amphistegina sp dan koral. Tebal
formasi ± 400 meter berumur Paleosen –Eosen,
- FormasiDorosagu,(Tped)
Batupasir berselingan dengan serpih merah dan batugamping. Batupasir
berwarna Batupasir berselingan dengan serpih merah dan batugamping.
Batupasir berwarna kelabu, kuning, kompak dan berbutir halus,
batugamping berwarna kelabu kompak berkomponen batuan ultrabasa
serpih berwarna merah berlapis baik. Batugamping mengandung fosil
Nummulites sp Tebal formasi ± 250 meter berumur Paleosen – Eosen.
- Satuan Konglomerat, (Tpec)
Tersusun oleh batuan konglomerat dengan sisipan batupasir,
batulempung dan batubara. Konglomerat berkomponen batuan ultrabasa,
gabro dan diorit dengan masa dasar batupasir gampingan.Tebal formasi
± 500 meter, berumur Pliosen-Eosen.
- Formasi Tutuli (Tomt)
Terdapat batugamping putih, kelabu dan coklat muda, kompak, sebagian
menghablur, setempat mengandung pirit, tidak berlapis. Batugamping
mengandung foram Miogypsina Sp., Cycloclypeus sp., Amphistegina sp.
Tebal formasi ± 600 meter berumur Oligose - Miosen bawah.
- Konglomerat (Tmpc)
Berkomponen batuan ultrabasa, rijang, diorit dan batusabak, dengan
mass dasar batupasir kasar; berwarna kelabu kehijauan, agak kompak,
tebal satuan batauan ± 100 meter berumur Miosen tengah - awal Pliosen.
- Formasi Tingteng (Tmpt)
Tersusun oleh batugamping hablur dan batugamping pasiran dengan
sisipan napal dan batupasir. Batugamping hablur, putih kekuningan dan
coklat muda, berlapis baik. Batugamping pasiran, kelabu dan coklat
muda, sebagian kompak. Tebal formasi ± 600 meter berumur Akhir
30
3.4. Tektonik
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia
bagian Timur termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu
lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton,
33
34
35
Gambar 4.1 Posisi tektonik global di kawasan kepulauan Maluku ( Katili, 1980).
36
Pulau Obi disusun oleh sembilan lithological unit, yang terdiri dari
batuan ultramafic (pTum), Formasi Loeobaso (Js), Formasi Bacan (Tomb),
Formasi Fluk (Tomf), Formasi Woi (Tmpw), Formasi Anggai (Tmpa),
Intrution (Tmd, Tmg), batuan karbonat (Ql) dan Aluvium (Qa) (gambar
4.2).
Gambar 4.2 Geologi Daerah Obi, Kabupatan Halmahera Selatan (Sudana dkk, 1994).
37
Ni, Al, Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya. Adanya suplai air
dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni yang terbawa
oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah tidak dapat
turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit). Ikatan dari Ni yang
berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan
rumus kimia (Ni,Mg)Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus,
maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen (supergen
enrichment). Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-
ubah, terutama dari perubahan musim. Di bawah zona pengkayaan supergen
terdapat zona mineralisasi primer yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi
maupun pelindihan, yang sering disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai
batuan induk yaitu batuan Harzburgit.
penaksiran kadar suatu mineral berharga atau elemen-elemen lain pada lokasi-
lokasi yang tidak tersampel atau tidak mempunyai data.
Pada kegiatan eksplorasi laterit nikel terutama pada tahapan prospeksi dan
eksplorasi pendahuluan metode interpolasi IDW sering digunakan karena dalam
proses perhitungannya metode ini lebih sederhana dan lebih mudah difahami,
tidak seperti metode geostatistik kriging yang memerlukan tahapan pemodelan
variogram sebelum proses perhitungan kriging itu sendiri. Selain itu metode
kriging memerlukan data yang lebih banyak dibandingkan untuk metode IDW.
Menurut Voltz dan Webster (1990) untuk mendapatkan model variogram yang
stabil memerlukan 100 sampai 150 data, sedangkan metode IDW memerlukan
minimal 14 data bila sebaran data cukup mewakili (Yasrebi dkk, 2009).
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara parameter statistik dengan
performa suatu metode interpolasi menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Kravchenko dan Bullock (1999), Robinson dan Mettemicht (2006) melaporkan
bahwa hasil interpolasi pada data soil properties dengan nilai skewness tinggi
(>2,5) lebih akurat menggunakan metode IDW dengan power 4 dan data dengan
nilai skewness rendah (+1), IDW power 1 menghasilkan estimasi yang lebih baik.
Sebaliknya Weber dan Englund (1994) melaporkan bahwa hasil interpolasi IDW
power 1 pada data limbah terkontaminasi menghasilkan performa yang lebih baik
untuk data dengan nilai skewness antara 4 sampai 6 , sedangkan IDW dengan nilai
power besar menghasilkan performa yang baik untuk data yang mempunyai nilai
skewness rendah. Gotway dkk (1996) menemukan bahwa hasil interpolasi IDW
power 4 lebih akurat pada data dengan nilai Coefficient Variance (CV) rendah
(+0,25) dan data dengan nilai CV tinggi (>1) hasil interpolasi IDW power 1 akan
lebih baik. Sementara Kravchenco dan Bullock (1999) melaporkan bahwa tidak
ada korelasi yang signifikan antara nilai CV dengan nilai power yang digunakan
pada metode IDW.
Secara umum profil endapan laterit nikel terdiri dari zona saprolit yang
terletak di bagian bawah dan zona limonit di bagian atas. Zona saprolit umumnya
mengandung kadar Ni lebih tinggi dan Fe rendah, sedangkan zona limonit
mengandung kadar Ni relatif lebih rendah tetapi mempunyai kadar Fe lebih tinggi
(Elias, 2002). Laterit nikel terbentuk sebagai produk residu dari pelapukan batuan
ultra basa, yaitu suatu jenis batuan yang kaya dengan mineral olivin dengan
kandungan Ni 0,2-0,4% (Brand dkk, 1998).
41
Data yang diolah merupakan data eksplorasi berupa data collar, geoassay
dan survey.
1. Data Collar adalah informasi mengenai koordinat dan elevasi titik bor.
2. Data Survey adalah informasi mengenai total kedalaman titik bor.
3. Data Geoassay adalah gabungan dari data geologi dan assay. Data
geologi berisi tentang kode lithologi (zona limonit,zona
saprolit,Bedrock). Data assay berisi hasil analisis kadar nikel.
42
- Database
- Modelling
43
Tabel 5.1 Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
StudiLiteratur
Pengajuan Proposal
PengurusanSuratIzin
PersiapanAlatdanPeta
Lapangan .
Pemetaan
PengambilanSampel
Dokumentasi
44
44
Magang
Laboratorium
Preparasi
AnalisisPetrografi
AnalisisMikropaleontologi
AnalisisSedimentologi
Studio
AnalisisGeomorfik
EvaluasiGeologi
PembuatanPeta
KonsultasidanBimbinga
n
PenyusunanLaporan
45
45
Kolokium
Sidang
46
46
47
Jilid Rp 5.000
TOTAL Rp 55.000
Obat-obatan Rp 100.000
TOTAL Rp 301.000
Camp - -
TOTAL Rp 2.765.000
TOTAL Rp 810.000
7rangkap x 50lembar x
Print 2.000/lembar Rp 700.000
TOTAL Rp 1.140.000
BiayaTakTerduga Rp 500.000
Djauhari Noor, Edisi ke dua 2010, Pengantar Geologi, Program Studi Teknik
Geologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor.
Nugroho, H. 2014. Pemodelan Tiga Dimensi Potensi Nikel Laterit, Hal 57- 61,
Jakarta. PT. Antam Tbk.
T. Apandi dan D. Sudana, 1980, Peta Geologi Lembar Ternate, Maluku Utara.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
50
LAMPIRAN
51