Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kajian Teknis Dan Ekonomis Perencanaan Penambangan Batubara Pada Blok


Mansinau PT. Megapura Prima Industri Kabupaten Sorong Papua Barat

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti seminar proposal


skripsi pada Program Studi (S1) Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih

Diajukan Oleh :
TRIO DZULFIKAR
20180611044002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kajian Teknis Dan Ekonomis Perencanaan Penambangan Batubara Pada Blok


Mansinau PT. Megapura Prima Industri Kabupaten Sorong Papua Barat

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti seminar proposal


skripsi pada Program Studi (S1) Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih

Diajukan Oleh :
TRIO DZULFIKAR
20180611044002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Kajian Teknis Dan Ekonomis Perencanaan Penambangan Batubara Pada Blok


Mansinau PT. Megapura Prima Industri Kabupaten Sorong, Papua Barat

Oleh:
TRIO DZULFIKAR
Proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan mengikuti seminar proposal
skripsi pada Program Studi (S1) Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih
yang telah diperiksa/disetujui oleh Dosen Pembimbing.
Jayapura, 23 Maret 2022
Menyetujui
Dosen Pembimbing,
Pembimbing I Pembimbing II

Patrick Marcel Fandy, MT DR. Ir. Maran Gultom, M.Si


NIP.197902082008011007 NIP.195606141982031011
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan dan Geologi
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih

Bodian Davin Panggabean, ST, M.Eng

ii
NIP.19750131200501100

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah
limpahan dan kasih sayang-Nya lah sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan Proposal Tugas Akhir dengan judul “Kajian Teknis Dan Ekonomis
Perencanaan Penambangan Batubara Pada Blok Mansinau PT. Megapura
Prima Industri Kabupaten Sorong, Papua Barat” sebagai salah satu syarat untuk
bias melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu Tugas Akhir (Skripsi)
Terselesainya penulisan Proposal Tugas Akhir ini, tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak dan untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir Apolo Safanpo., ST. MT, selaku Rektor Universitas


Cenderawasih.
2. Bapak Dr. Drs Janviter Manalu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Cenderawasih.
3. Bapak Bodian Panggabean, ST. M.Eng, selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan dan Geologi Universitas Cenderawasih.
4. Kedua dosen pembimbing serta seluruh bapak/ibu dosen Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Cenderawasih.

Demikian Proposal Tugas Akhir ini dibuat. Tentu masih banyak kekurangan
dalam penulisannya. Untuk itu penulis berharap mendapat saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan proposal ini. Semoga Proposal Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jayapura, 23 Maret 2022


Penulis

iii
Trio Dzulfikar

iv
ABSTRAK

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................ii

KATA PENGANTAR..................................................................................................iii

ABSTRAK...................................................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii

DAFTAR TABEL......................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3. Batasan Masalah.................................................................................................2

1.4. Maksud dan Tujuan............................................................................................2

1.4.1. Maksud........................................................................................................2

1.4.2. Tujuan..........................................................................................................2

1.5. Manfaat Penelitian..............................................................................................3

1.6. Lokasi dan Kesampaian Daerah.........................................................................3

1.6.1. Lokasi..........................................................................................................3

1.6.2. Kesampaian Daerah.......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

2.1. Geologi Umum...................................................................................................6

2.1.1. Struktur Dan Tektonika...............................................................................6

2.1.2. Fisiografi......................................................................................................9

vi
2.2. Geologi (Stratigrafi) Regional..........................................................................11

2.3. Indikasi Bahan Galian......................................................................................15

2.4. Pengantar Perencanaan Tambang.....................................................................17

2.4.1. Arti Perencanaan........................................................................................17

2.4.2. Fungsi Perencanaan...................................................................................19

2.4.3. Tujuan Perencanaan Tambang...................................................................19

2.4.4. Masalah Perencanaan Tambang................................................................19

BAB III ALUR DAN JADWAL PENELITIAN.........................................................20

3.1. Rencana Penelitian...........................................................................................20

3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian...............................................................................20

3.3. Sistematika Penulisan.......................................................................................20

3.4. Metodologi Penulisan.......................................................................................21

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1. Peta Kesampaian Daerah Penelitian........................................................5


Gambar 2. 1. Kondisi tektonik Wilayah Indonseia Bagian Timur ( J. A. Katili , 1978)
.....................................................................................................................................10
Gambar 2. 2. Fisiografi Wilayah Sorong ( Pieters, C. Amri, B.H Harahap, G.M.
Blando 1990)...............................................................................................................14
Gambar 2. 3. Peta Geologi Regional daerah Sorong ( C.H Amri. P. Sanyoto, S.
Supriatna dan P.E. Pieters, 1990)................................................................................16
Gambar 2. 4. Tahap Kegiatan Pada Industri Pertambangan........................................18

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Koordinat Lokasi IUP PT. Megapura Prima Industri..................................4


Tabel 3. 1. Jadwal Penelitian.......................................................................................20

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka mempersiapkan diri menyongsong Revolusi Industri 4.0,
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk melakukan pembangunan
infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan penunjang lainnya dengan pesat. Demi
mencapai hal tersebut, tentu dibutuhkan persediaan sumber energi yang memadai.
Ditengah menipisnnya energi minyak dan gas bumi, batubara hadir sebagai salah
satu solusi energi alternatif dan sangat cocok untuk dikembangkan di Indonesia.
Melihat hal tersebut, banyak pelaku usaha memanfaatkan momen ini untuk
membangun perusahaan tambang pada daerah yang memiliki potensi keterdapatan
endapan batubara, salah satunya adalah PT. Megapura Prima Industri.
Lokasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT. Megapura Prima Industri
memiliki luas 8.587 Ha dan secara administrasi termasuk di Distrik Moi Segen,
Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Setelah melakukan eksplorasi rinci, PT.
Megapura Prima Industri berencana untuk melakukan pembukaan pit baru pada
blok Mansinau yang terletak disebelah timur daerah IUP. Untuk melanjutkan ke
tahap eksploitasi, tentu diperlukan perencanaan tambang yang meliputi kajian
teknis dan ekonomis yang matang, agar kegiatan penambangan yang akan
dijalankan nanti berjalan dengan efektif, efisien dan terarah.
Perencanaan tambang merupakan suatu rancangan untuk mencapai batas
akhir penambangan dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan. Terdapat beberapa hal yang harus dianalisis dalam perencanaan
tambang batubara, yaitu membuat model geologi, membuat model keadaan
endapan, membuat jadwal produksi, menentukan batas akhir penambangan (pit
limit), membuat geometri penambangan.
Untuk melakukan kajian teknis penambangan, penulis menggunakan
perangkat lunak minescape. Perangkat lunak ini digunakan untuk memudahkan
proses permodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan cadangan

1
batubara, dan mampu untuk memilih daerah yang lebih prospek, sehingga
membuat proses penambangan menjadi lebih efektif, efisien dan terarah.
Minescape merupakan software mining system terpadu yang dirancang khusus
untuk pertambangan. Minescape mampu meningkatkan semua aspek informasi
teknis suatu lokasi tambang mulai dari data eksplorasi, perancangan tambang
jangka pendek, penjadwalan jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi
tambang.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:
1. Apakah blok Mansinau milik PT. Megapura Prima Industri
layak/menguntungkan untuk dilakukan kegiatan penambangan?
2. Bagaimana membuat rancangan teknis penambangan yang baik agar dapat
menunjang target produksi optimum?

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah penulis membuat perencanaan
tambang hanya untuk kegiatan penambangan di pit 1 dengan jangka waktu 5
tahun produksi.

1.4. Maksud dan Tujuan


1.4.1. Maksud
Membuat perencanaan tambang batubara berupa kajian teknis dan
ekonomis pada Blok Mansinau yang terletak di sebelah timur dari lokasi Izin
Usaha Pertambangan (IUP) PT. Megapura Prima Industri.
1.4.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Membuat kajian teknis berupa model endapan cadangan batubara,
permodelan pit, batas akhir penambangan, perencanaan alat, perencanaan
jalan hauling, jadwal produksi, pengelolaan lingkungan dan Kesehatan

2
Keselamatan Kerja (K3) untuk perencanaan tambang batubara di PT.
Megapura Prima Industri;
2. Membuat kajian ekonomis berupa teknsi pemasaran produk, perhitungan
cashflow dan kelayakan dari tambang batubara di PT. Megapura Prima
Industri

1.5. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan mengenai perencanaan tambang serta
membandingkan antara teori yang didapatkan selama kuliah dengan
kondisi di lapangan
2. Sebagai masukan kepada PT. Megapura Prima Industri untuk membuat
perencanaan tambang yang efektif, efisien dan terarah

1.6. Lokasi dan Kesampaian Daerah


1.6.1. Lokasi
Lokasi IUP PT. Megapura Prima Industri secara administrasi termasuk di
Desa Klasari dan Nimjemor, Distrik Moi Segen, Kabupaten Sorong, Provinsi
Papua Barat. Secara geografis titik koordinat IUP perusahaan dijelaskan pada
tabel berikut. Lokasi tambang terletak kurang lebih 47 Km dari Kota Sorong
menuju kearah selatan.

3
Tabel 1. 1. Koordinat Lokasi IUP PT. Megapura Prima Industri

No Garis Bujur Timur Garis Lintang Selatan


Titik ° ‘ “ ° ‘ “
1. 131 13 38.10 -01 12 51.20
2. 131 13 38.10 -01 13 57.90
3. 131 12 38.30 -01 13 57.90
4. 131 12 38.30 -01 16 27.50
5. 131 9 17.10 -01 16 27.50
6. 131 9 17.10 -01 14 52
7. 131 6 15.10 -01 14 52
8. 131 6 15.10 -01 18 3.60
9. 131 8 43.10 -01 18 3.60
10. 131 8 43.10 -01 16 50
11. 131 10 12 -01 16 50
12. 131 10 12 -01 18 6
13. 131 13 12.60 -01 18 6
14. 131 13 12.60 -01 17 19.90
15. 131 15 23.60 -01 17 19.90
16. 131 15 23.60 -01 12 51.20

Lokasi dapat ditempuh dengan jalur udara lalu kemudian dapat dilanjutkan
dengan jalur darat. Dari Jayapura, kita bisa menggunakan pesawat terbang dari
bandar udara Sentani (DJJ) menuju bandar udara Dominique Edward Osok (SOQ)
yang berada di Kota Sorong. Perjalanan dari Jayapura menuju Sorong dapat
memakan waktu ± 1 jam 45 menit, Setelah sampai di bandara, perjalanan dapat
dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan kendaraan bermotor. Perjalanan
menuju site PT. Megapura Prima Industri menghabiskan waktu ± 2 jam.

4
Gambar 1. 1. Peta Kesampaian Daerah Penelitian

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Umum


2.1.1. Struktur Dan Tektonika
Secara umum tektonik Indonesia bagian timur di dipengaruhi oleh tiga
lempeng tektonik yaitu penunjaman Lempeng Tektonik Samudra Pasifik,
Samudra Hindia dan Benua Australia yang membentuk struktur geologi di
Wilayah Papua khususnya Papua barat menjadi sangat Rumit.
Akibat adanya proses tersebut menghasilkan berbagai struktur geologi
raksasa, berpotensi sebagai tempat pembentukan berbagai bahan galian tambang
yang signifikan seperti minyak bumi, mineral, batubara, dan panas bumi. Sesar
Sorong, misalnya terdapat di Wilayah Papua Barat, memotong sebagian Wilayah
utara Papua dari Jayapura hingga Manokwari (Gambar 2.1).
Keempat mandala geologi yang dapat dikenali di Sorong terpisahkan yang
satu dengan lainnya oleh. Bongkah Kemum dibatasi diutara oleh Sesar Sorong.
Bongkah Tambrauw dibatasi oleh sistim sesar Sorong di Selatan, dan dari
Mandala Batanta-Waigeo terpisahkan oleh sesar Sagewin di lepas pantai yang
ditafsirkan terentang sepanjang selat Segewin dan memanjang ke timur-timurlaut.
Kepulauan Kofiau, Boo, Fam dan Doif dan Pulau Mansuar juga termasuk
mandala Batatnta – Waigeo.

a. Bongkah Kemum
Menempati sebagian besar Sorong, dan dialasi kerak benua. Batuan endapan
malihan dasar bongkah ini (Formasi Kemum) teriuk dan termalihkan pada Dewon
Akhir sampai Karbon Awal. Orogenesis itu diikuti olek kemagmaan granit pada
Karbon Awal (Granit Melaiurna), dan munkin pula pada Mesozoikum. Lipatan
pada Formasi Kemum pada umumnya memiliki permukaan sumbu yang curam
hingga tegak. Ukuran lipatan berkisar dari beberapa desimeter hingga beberapa
meter dan umumnya terdapat berdaunan bidang sumbu yang kelihatan jelas oleh

6
belahan menyabak. Derajat malihan batuan itu adalah adalah berderajat terendah
fasies sekis hijau.

Dalam Bongkah Kemum dipetakan tiga kawasan : Tinggian Ayamaru


yang memanjang dari Taminabuan sampai bagian paling timur Sorong ; Jalur
lipatan Morait yang menekup Tinggian Ayamaru di timur laut dan Cekungan
Salawati yang meliputi Pulau Salawati bagian selatan dan tengah dan bagian
baratdaya daratan Papua.
Tinggian Ayamaru adalah corak dengan batasan yang tak jelas yang
memisahkan cengan BIntuni di timur ( PAda bagian Taminabuan, Ransiki, Fak-
Fak, dan Steenkool) dari Cekungan Salawati.
Jalur Lipatan Morait mempunyai alas yang terangkat, berdampingan
dengan Sistem Sesar Sorong. Struktur itu mencerminkan kesenjangan dalam
pengankatan yang disisi utara lebih kuat dengan Formasi Kemum tersingkap
disana.
Cekungan Salawati meluas dari bagian barat daratan Papua ke separuh
bagian selatan Pulau Salawati. Di utara cekungan itu terpotong oleh sistim Sesar
Sorong. Di timur batasnya berakhir di tinggian Ayamaru yang tertutup oleh
lapisan tipis endapan cekungan dan yang lebih muda (Qa) yang mengendap ketika
laju pengendapan lebih besar dari pada pengangkatan. Keselatan dan barat
cekungan ini meluas ke Laut Seram dan disana batasnya sulit dipisahkan.
Berbeda dengan Pulau Salawati endapan isian cekungan yang langsung
terdapat di selatan Sistem Sesar Sorong hampir hampir tak Tercenanga. Sejumlah
antiklin setempat dan pendek-pendek yang menunjam dan sinklin dan sesar
mengarah kebarat, boleh jadi merupakan kelanjutan kebarat jalur lipatan ke
Monrait tadi. Sekumpulan sasar turun yang berarah menyelatan barat daya
memotong Formasi Klasaman di selatan struktur tersebut bersama-sama sesar
yang terdiri dari banyak bagian disepanjang Selat Sele yang oleh beberapa penulis
ditafsirkan dari data gempa. Hal itu boleh jadi menggambarkan tahapan nisbi
akhir dari pemanjangan yang berhubungan dengan perenggutan disepanjang
system sesar Sorong. Struktur sinklin dengan dengan arah baratdaya sebagaimana

7
tergambar pada peta di daratan Papua boleh jadi merupakan lenturan kebawah
sebagai hasil pemadatan berpewat pada pusat pengendapan cekungan Salawati;
disana perbandingan endapan klastika halus terdapat batugampingnya sangat
besar.

b. Sistem Sesar Sorong


Sistim sesar sorong menjulur dari daratan Papua bagian utara tempat sesar
itu sebagian mengikuti garis pantai menyebrangi selat Sele dan menuju bagian
utara salawati. Sistem sesar berkembang sebagai hasil dari persitindakan sangat
rumit, penyesaran geser jurus dan turun wajar disepanjang bidang sesar yang
terputus-putus lurus dampai melengkung berjalin jemalin dan sedikit atau banyak
berarah kebarat.
Sistem sesar Sorong umumnya ditafsirkan sebagai sesar wilayah geser
jurus, menyamping ke kiri yang membentuk jalur perenggutan antara lempeng
Australia dengan India diselatan dan lempeng lempeng sebelah utara (Tjia, 1973).
Perpindahan geser jurus itu ditunjukkan oleh kekanjangan struktur yang bersudut
tinggi dan menyamping dan oleh jenis batuan dan sejarah geologi berbeda dari
kedua bongkah yang sebelah menyebelah. Perpindahan geser mengiri hanya bisa
ditentukan secara tak langsung kecuali perpindahan upakini beberapa sungai di
MAR.
Pergerakan geser jurus yang berkuasa disepanjang Sistem Sesar Sorong
boleh jadi berlangsung dari Miosen AKhir hingga Pliosen dan setelah itu terjadi
pensesaran yang kebanyakan geser sudut bersudut tinggi disertai pengangkatan
se wilayah bagian bagian utara dan timur kepada burung pada Kala Pliosen dan
kuarter. Batuan yang termuda yang teriuk oleh perabakan dan pembreksian yang
berhubungan dengan sesar geser jurus utama umur Miosen Tengah.

c. Bongkah Tamrau
Bongkah Tamrau tersingkap diujung timur laut dan baratdaya daratan
Papua dan bagian utara P. Salawati. Satuan tertua yang dipetakan disana adalah
Formasi Tamrau yang tara waktunya Formasi Waiyaar di P. Salawati yang
nampaknya dibatasi oleh Sesar Sorong. Batuan kedua satuan ini secara diagenesis

8
berubah menjadi fasies sekis hijau dan umumnya terdapat belah menyabak, sejajar
tanggung dengan perlapisannya dan hanya sedikit bersaruk. Sesar geser jurus dan
turun wajar yang terutama berarah kebarat hingga barat daya di bonkah Tamrau
adalah pasca Miosen dan boleh jadi berhubungan dengan system sesar Sorong.

d. Mandala Batanta – Waigeo


Batuan mandala ini tersingkap di P. Batanta dan di P. Waigeo. Dibeberapa
pulau yang ada diantara keduanya dan pulau di barat P. Salawati. Segi
kesamudraan mandala ini ditunjukkan oleh keterdapatan secara meluas batuan G.
Api busur kepulauan dan batuan ultramafik. Batas antara mandala ini di P.
Batanta dan bongkah Tamrau ditafsirkan terdapat di sepanjang sesar yang
mengikuti sela Sagewin. Garis pantai P. Batanta bagian selatan maupun P.
Salawati bagian utara cukup lurus dan mungkin dikendalikan oleh sesar ini.
Kapan waktu penempatan mandala ini ketika merapat ke bongkah Tamrau
tidaklah pasti. Batugamping Dayang berumur Miosen hanya tersesarkan agak
lebih sedikit kuat dari pada batuan Formasi Marchesa yang berumur Plio-
Plistosen, memberi kesan bahwa kejadian itu sebagian besar selesai pada akhir
Miosen.

2.1.2. Fisiografi
Secara fisiografi di wilayah Sorong terdapat enam jenis bentangan alam
sebagai santiran geologi yang beraneka mengalasinya.
Perbukitan Kasar, (bukit bertonjolan) berarah timurlaut berkembang di
pantai utara daratan Papua, dan Pulau Bantata serta Salawati Utara. Puncak
tertinggi dibagian utara P. Salawati 931 m diatas permukaan laut dengan timbulan
yang kuat S. Warmason dengan lembahnya yang lebar terentang sejajar dengan
perbukitan kasar memotong di daratan Papua Timur secara tiba-tiba 15 km di
timur Kota Sorong bertukar arah alirannya.
Di P. Batanta perbukitan yang kasar sepanjang pantai utara tercirikan oleh
sisi selatan yang curam dan lereng utara yang landai. Verstap (1960) menganggap
bahwa suak yang banyak disepanjang pantai utara dan Batanta itu yang mencapai
kedalaman beberapa puluh meter dan kedudukan sejumlah pulau di dekatnya yang

9
teratur menunjukkan bahwa daerah pantai itu sebelumnya mempunyai timbulan
yang menonjol yang kemudian tertutup akibat pencelusan sampai dibawah laut.
Lembah antar gunung, terletak dibagian selatan bersesuaian dengan dua
lembangan yang terpengaruh penyesaran dibagian timurlaut daratan Papua:
Lembah Wramason dan Lembah Dore Hum. Lembah Warmason berdampingan
dengan sistim sesar Sorong dan sebagian mungkin menekupnya. Lembah itu
ditempati oleh sungai Warmason yang banyak kelokannya dengan lebar batang
airnya sekitar 10 meter. Lembah Dore Hum lembangan yang berbentuk baji yang
dibatasi diutara dan selatan oleh sesar mengumpul yang bertemu pada ujung
baratnya tertutup oleh rawa dan payau.

Gambar 2. 1. Kondisi tektonik Wilayah Indonseia Bagian Timur ( J. A. Katili ,


1978)

10
Perbukitan dan pegunungan mengkras; berkembang pada batugamping
yang tersingkap di Peg. Morait dan di baratdayanya, dan di P. Mansuar. Medan ini
dikuasai oleh Tonjolan Luweng dan atau lekukan sempit memanjang yang
menggambarkan pola khas erumbu terangkat. Puncak tertingginya 1183 mtr diatas
permukaan laut.
Daerah perbukitan rendah, meluas kebarat meliputi P. Salawati
menempati jalur yang berarah kebarat sampai ke barat daya meliputi bagian
tengah daratan Papua di kampung Klasaman dan lapangan minyak Klamogun,
mencakup gugus kepulaua Fam di di P. Kofiau berkembang berguntun. Puncak
tertingginya 200 mdpl. Di Klasaman medan ini terdiri dari daerah perbukitan yang
hamper menyerupai plato dengan sejumlah besar guguk dan saliran kerapatan
tinggi tak beraturan mirip topografi kras.
Daratan dan rataan alluvium dan antar pasut, menutupi bagian selatan
dan bagian timur selatan dan baratdaya P. Salawati dan sejumlah pulau dekat Sele.
Terumbu koral dan undak terangkat : membentuk seluruh atau bagian
tertentu pulau yang termasuk kepulauan Schilpad, Mainshifield, Boo, Fam, Kafiau
dan Doif.
Gambaran Fisiografi umum daerah Kabupaten Manokwari ada pada Gambar 2.2.

2.2. Geologi (Stratigrafi) Regional


Berdasarkan catatan geologi yang ditulis oleh ( C.H Amri. P. Sanyoto, S.
Supriatna dan P.E. Pieters, 1990) yang tertuang dalam Peta Geologi Regional
Lembar Sorong (1990), disebutkan bahwa batuan tertua yang muncul pada
mandala geologi Manokwari yaitu batuan sedimen malih.
a. Formasi Kemum (SDk)
Formasi Kemum (SDk) berumur Silur-Devon, terdiri atas batuan sedimen
malih berderajat rendah; batusabak, serpih sabakan, argilit dan batulanau
berselipan secara teratur dengan batupasir dan setempat konglomerat. Formasi
Kemum tesingkap sedikit dipermukaan yaitu pada wilayah timur lembar peta.

b. Granit Melaiurna (Cm)

11
Formasi ini berumur Karbon Awal terdiri dari granit dan dasit. Granit
Melauirna menerobos Formasi Kemum dan secara tidak selaras ditutupi oleh Fm.
Aifam dan Faumai.
c. Formasi Aifam (CPz)
Formasi ini berumur Perm dan Faumai (Tef) umur Eosen dan
Batugamping Kais (Tmka) umur Miosen Tengah dimana semuanya merupakan
batuan yang terdapat secara tidak selaras diatas Kemum.
d. Kelompok Aifam (Karbon Akhir – Perm Akhir)
Kelompok Aifam adalah formasi yang menampati diatas Formasi Kemum
adalah merupakan batuan yang terdiri dari arkosa merah batupasir kuarsa kelabu,
batulumpur, batupasir gampingan fosilan batugamping lempungan dan sedikit
serpih.
e. Formasi Tamrau (JKt)
Umur dari formasi ini adalah Jura Tengah terdiri dari batuan metamorfik
sabak dan filit sedikti sisipan kuarsit. Batuan ini secara tidak selaras ditutupi oleh
Formasi Koor dan batuan Ga Dore.
f. Formasi Waiyaar (JKwa)
Umur dari formasi ini adalah Jura Tengah – Kapur Akhir, terdiri dari Filit,
batusabak, batupasir kuarsa serpih hitam dengan pirit, ketebalan hingga 500 mtr
lingkungan laut dalam. Formasi ini secara tidak selaras ditutupi oleh Fm.
Klasaman dan mungkin bersamaam pengendapannya dengan Tamrau.
g. Formasi Faumai (Tef)
Formasi ini merupakan batuan sedimen yang terdiri dari kalkarenit,
batulumpur gampingan dan sedikit konglomerat, ketebalan mencapai 270 mtr,
lingkungan laut dangkal- neritik. Batuan ini secara tidak selaras menutupi G.
Melauirna.
h. Batuan gunungapi Dore (Tmdo)
Formasi ini merupakan merupakan batuan vulkanik, terletak dibagian
utara wilayah Sorong terdiri dari lava andesitik hingga basaltik, breksi lava tufa
dan batuan klastika gunungapi, intrusi kecil diorite, tebal formasi sekitar 1000
mtr. Batuan ini menumpang tidak selaras dengan Formasi Kemum.

12
i. Batugamping Kais (Tmka)
Formasi ini bermur Miosen Awal-Akhir terdiri dari batugamping biosparit,
biomikrit, biokalsilutit dan kalsirudit pejal. Lingkungan laut dangkal –neritik.
Posisi menjemari dengan Klasafet.
j. Formasi Klasafet (Tmk)
Formasi ini berumur Miosen Awal – Akhir, terdairi dari batulumpur
gampingan, dan batunapal, kelabu, berlapis baik setempat selingan dan kalsilutit.
Lingkungan pengendapan laut dangkal – terbuka. Formasi ini selaras dengan
Formasi Kais, selaras dibawah Formasi Klasaman.
k. Formasi Klasaman (TQk)
Formasi ini merupakan formasi yang terdapat tersebar cukup luas terutama
dibagian selatan terdiri dari batulumpur, serpih, batulempung dan konglomerat.
Setempat terdapat lapisan batubara. Lingkungan delta – paralik, laut dangkal
dengan ketebalan lapisan sekitar 200 ~ 4500 meter.
l. Granit Sorong (SFso)
Formasi ini terdapat dekat kota Sorong, kelompok ini terdiri dari granit
dan retas kuarsa, berbutir tara biasanya tergeruskan. Batuan ini diperkirakan
berasal dari granit yang berumur Trias Awal.
m. Batuan ultramafik (SFu)
Formasi ini berumur Miosen Awal, terdiri dari kelompok batuan
ultramafik yaitu serpentinit, piroksenit, gabbro dan basal. Batuan ini memiliki
kontak sentuh dengan Fm. Waiyaar di sistem sesar Sorong.
n. Bancuh tak terpisahkan (SFx)
Bancuh sesar terdiri dari kepingan tektonik yang sangat berbeda dengan
deformasi dan litologi beragam yang tak terpetakan. Batuan yang sering terdapat
adalah berbagai tipe batuan dari umur Kapur hingga Miosen, terdiri dari
batulumpur gampingan, arenit kuarsa, konglomerat, arkosa, batuan gunungapi
mafik dan batuan sedimen malih. Umur diperkirakan Miosen Akhir – Kuarter.
o. Konglomerat Sele (Pps)

13
Formasi ini terdiri atas aneka ragam konglomerat sedikit batupasir dan
batulumpur dengan sisa tumbuhan. Konglomerat terdiri dari kerakal dan bongkah
andesit, basal, sedimen malih dan granit. Lingkungan darat tebal sekitar 120 mtr.
p. Endapan Aluvial dan litoral (Qa)
Formasi ini merupakan endapan yang terbentuk paling akhir dan hingga
sekarang terdiri dari pasir, kerikil, lumpur, bahan tumbuhan dan gambut.
Lingkungan pengendapan fluviatil delta dan litoral.
Berkaitan dengan geologi regional jelasnya dapat dilihat pada peta gambar. 5.

Gambar 2. 2. Fisiografi Wilayah Sorong ( Pieters, C. Amri, B.H Harahap, G.M.


Blando 1990)

14
2.3. Indikasi Bahan Galian
Berdasarkan studi literatur dan penelaahan peta-peta geologi yang telah
diuraikan di muka maka di daerah Kabupaten Sorong ini dapat dijumpai beberapa
jenis bahan galian yaitu antara lain :

- Batugamping, tersebar cukup luas pada satuan Batugamping Klasafet,


Formasi Kais, Formasi Sekau,, Batugamping Sagewin, Batugamping
Faumai dan Batuan Bancuh.
- Lempung gerabah, tersebar hampir di semua wilayah.
- Batupasir dan sirtu, tersebar pada Formasi Konglomerat Asbakin Dalam
Sistim Sesar Sorong, di beberapa aliran sungai.
- Batu belah diperkirakan terdapat di Formasi Gunungapi Dore
- Nikel diperkirakan akan terdapat dalam komplek batuan ultrabasa Formasi
Batuan Ultramefik Di Dalam Sistim Sesar Sorong
- Dan meneral-mineral logam lain seperti emas (Au), dan Besi (Fe), di
harapkan dapat dijumpai di daerah ini. Batubara diperkirakan akan
dijumpai di dalam Formasi Konglomerat Sele

15
Gambar 2. 3. Peta Geologi Regional daerah Sorong ( C.H Amri. P. Sanyoto, S.
Supriatna dan P.E. Pieters, 1990)

16
2.4. Pengantar Perencanaan Tambang
Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.
Perencanaan juga merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam proses
manajemen.

2.4.1. Arti Perencanaan


Perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan berikut:

1. Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan yang ingin dicapai.


2. Proses persiapan secara sistematik mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
3. Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menggunakan sumber dan
kemampuan yang tersedia secara berdaya guna dan berdaya hasil.
4. Pembahasan dari persoalan, kemungkinan dan kesempatan yang dapat
terjadi yang bisa mempengaruhi pencapaian tujuan.
5. Penentuan dari tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan
berdasarkan Analisa tujuan dan kesempatan.

17
Gambar 2. 4. Tahap Kegiatan Pada Industri Pertambangan

18
2.4.2. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan tergantung dari jenis perencanaan yang digunakan
dalam sasaran yang dituju, tetapi secara umum fungsi perencanaan dapat
dikatakan antara lain sebagai berikut:
1. Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam
pencapaian tujuan.
2. Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan
dan kegagalan yang mungkin terjadi.
3. Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
4. Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
5. Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
6. Alat pengukur atau dasar aturan dalam pengawasan dan penilaian.
7. Cara dan penggunaan dan penempatan sumberdaya secara berdaya guna
dan berdaya hasil.

2.4.3. Tujuan Perencanaan Tambang


Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu rencana
produksi tambang yang akan:

1. Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan


dengan biaya yang semurah mungkin.
2. Menghasilkan aliran kas (cashflow) yang akan memaksimalkan beberapa
kriteria ekonomik seperti rate of return atau net present value.

2.4.4. Masalah Perencanaan Tambang


Masalah perencanaan tambang merupakan masalah yang kompleks karena
merupakan problem geometric tiga dimensi yang selalu berubah dengan waktu.
Geometri tambang bukan satu-satunya parameter yang berubah dengan waktu.
Parameter-parameter ekonomi yang lain pun sering merupakan fungsi waktu pula.

19
BAB III

ALUR DAN JADWAL PENELITIAN

3.1. Rencana Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk membuat rancangan kajian teknis dan
ekonomis yang tepat agar kegiatan penambangan dapat berjalan efektif, efisien
dan terarah.

3.2. Jadwal Kegiatan Penelitian


Adapun jadwal penelitian untuk kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1. Jadwal Penelitian

Agustus September Oktober


No Waktu Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Persiapan
2 Pengambilan
Data
3 Akuasisi Data
4 Pengolahan
Data
5 Pembuatan
Draft

3.3. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan Tugas Akhir ini dirangkum dalam beberapa
bab dimana setiap bab menjelaskan bagian-bagian dari Tugas Akhir ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Menerangkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan
masalah dan tinjauan umum lapangan
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini membahas tentang teori dasar mengenai kajian teknis dan
ekonomis terkait perencanaan tambang batubara.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

20
Bab ini membahas terkait dengan cara penulisan Tugas Akhir dan
langkah-langkah prosedur pengambilan data lapangan.
BAB IV : HASIL dDAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil yang didapatkan dari data primer
maupun data sekunder, lalu akan dianalisis sesuai dengan
rumusan masalah.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

3.4. Metodologi Penulisan


Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis melakukan penelitian
dengan mengumpulkan data-data lapangan seperti data curah hujan, data
koordinat pada lokasi penambangan, data morfologi dan keadaan
lingkungan, serta melalui buku yang berkaitan dengan perencanaan
tambang batubara dan kajian teknis serta ekonomis, jurnal yang relevan
dan diskusi dengan dosen pembimbing.
Dalam melakukan penelitian, ada beberapa tahapan penelitian yang
dilakukan, diantaranya adalah:

1. Persiapan
Dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang penelitian yang diperoleh dari :
 Instansi yang terkait
 Perpustakaan
 Internet
 Peneliti terdahulu
 Surat izin penelitian

21
2. Pengambilan Data
 Data Primer
Pengambilan data primer akan dilakukan beberapa tahap,
yaitu:
1. Kordinat Lokasi Penelitian
2. Data Morfologi
3. Keadaan Lingkungan
 Data Skunder
1. Data Eksploras Perusahaan
2. Peta Kesampaian Daerah Penelitian
3. Peta Geologi dan Topografi Daerah Penelitian
4. Studi Pustaka

22

Anda mungkin juga menyukai