Anda di halaman 1dari 23

ABSTRAK

Jalur pedestrian merupakan salah satu prasarana infrastruktur fisik berupa


jalan yang diperuntukan bagi aktifitas pejalan kaki. Karena itu, sudah selayaknya
jalur pedestrian hanya digunakan untuk beraktifitas pejalan kaki bukan aktifitas
lain seperti aktifitas kendaraan dan parkir kendaraan dan berdagang karena dapat
membahayakan keselamatan dan mengurangi kenyamanan sirkulasi pejalan kaki.

Kenyamanan jalur pedestrian harus dijadikan prioritas dalam perencanaan


transportasi perkotaan. Pembangunan jalur pedestrian yang baik sesuai
perencanaan jalur pejalan kaki pada jalur umum akan meningkatkan kenyamanan
dan kuantitas pejalan kaki.

Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif dengan cara melakukan observasi


berupa pengamatan terhadap pedestrian dengan membandingkan standar yang didapat
dari sumber dengan pedestrian yang terdapat di Jalan Kebon Sirih serta melakukan
wawancara. Teknik yang digunakan adalah analisis distribusi frekuensi untuk
mengkaji pedestrian di Jalan Kebon Sirih untuk dievaluasi fungsi pedestrian tersebut
serta memberikan rekomendasi dan peningkatan dalam fungsi, kegunaan dan
kualitasnya.

Kata Kunci: Kenyamanan, Jalur Pedestrian, Pejalan kaki

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalur pedestrian merupakan ruang untuk kegiatan pejalan kaki melakukan


aktivitas dan berfungsi sebagai ruang sirkulasi bagi pejalan kaki yang terpisah dari
sirkulasi kendaraan lainnya, baik kendaraan bermotor atau tidak. Jalur pedestrian
ini seharusnya memberikan kenyamanan bagi manusia atau pejalan kaki itu
sendiri pada saat melintasinya. Namun, terkadang pejalan kaki kurang merasa nyaman
pada jalur pedestrian akibat kondisi pedestrian dengan paving block yang tidak rata dan
sudah rusak, lampu- lampu jalan tertutupi pepohonan, sehingga cahaya yang masuk ke
kawasan tidak dapat digunakan dengan maksimal, kurangnya pepohonan peneduh,
kurangnya tanda- tanda rambu lalulintas serta kurang terdapatnya shelter/ kanopi yang
digunakan untuk menunggu transportasi angkutan umum.

Fenomena ini semakin sering terlihat dalam kehidupan sehari- hari. Kita
dapat melihat contoh kasus seperti ini dari kawasan dengan ruang lingkup yang
kecil hingga kawasan dengan ruang lingkup yang besar. Kawasan studi yang
berada di jalan Jalan Kebon Sirih merupakan akses utama menuju Tempat Bekerja.
Oleh karena itu, pedestrian pada kawasan studi ini berperan
sangat penting, karena berfungsi sebagai jalur pejalan kaki, khususnya para pegawai
yang menuju ke tempat kerjanya, menuju rumah ataupun tempat kos, menuju pertokoan,
seperti toko percetakan dan warung makan serta juga tempat menunggu
transportasi angkutan umum untuk menuju ke suatu tempat yang akan ditujunya.

Kenyamanan serta kelancaran para pengguna fasilitas publik di kawasan Jalan Kebon
Sirih menjadi sangat terganggu disebabkan oleh kualitas pedestrian yang ada disana.
Misalnya, paving block di pedestrian tidak rata dan sudah rusak, lampu- lampu jalan
yang tidak sesuai standar, kurangnya pepohonan yang dapat memberikan keteduhan,
kurangnya tanda- tanda rambu lalulintas dan sebagainya. Akibatnya, jalur pedestrian di
jalan Kebon Sirih tidak lagi dapat memberikan kenyamanan kepada penggunanya.

Begitu pesatnya aktivitas di pedestrian kawasan ini hendaknya harus


diimbangi dengan penyediaan dan peningkatan fasilitas- fasilitas fisik pada
pedestrian seperti, penerangan jalan pada malam hari, telepon umum, tempat
sampah, pepohonan sebagai penyejuk dan pelindung, tempat menunggu angkutan
umum atau halte/ shelter, tanda- tanda petunjuk, rambu lalu lintas, dan
sebagainya. Hal ini bertujuan untu kenyamanan bagi semua pengguna dalam melakukan
aktivitas di kawasan jalan Kebon Sirih, baik para pegawai maupun juga untuk masyarakat
umum yang berwirausaha dan bekerja serta menghuni di lingkungan pemukiman, yang
akan berdampak positif untuk pengguna pedestrian.
Oleh karena itu, hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut, tentang kualitas, kondisi
dan segala permasalahan yang ada pada jalur pedestrian di area jalan Kebon sirih, yaitu
dengan meneliti dalam menjawab segala permasalahan kualitas yang terdapat disana
melalui teori- teori pedestrian yang sudah ada. Karena, secara umum tercapainya
kualitas yang ideal pada suatu kawasan akan berpengaruh pada perubahan kawasan-
kawasan lain, karena semuanya merupakan jaring- jarring luas yang saling berhubungan
dan saling terkait fungsi-fungsinya.

1.2. Rumusan Masalah

- Faktor- faktor apa yang menyebabkan kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih tidak
Memberikan kenyamanan terhadap penggunanya?
1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1. Tujuan

- Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang
menyebabkan kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih tidak memberikan kenyamanan
terhadap penggunanya.

1.3.2. Sasaran

Untuk mencapai tujuan studi diatas, maka sasaran penelitian yang akan
dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kinerja fasilitas pedestrian
2. Mengidentifikasi karakteristik berdasarkan jenis dan waktu
3. Merumuskan alternatif solusi permasalahan terhadap kinerja fasilitas pedestrian.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk membahas aspek kenyamanan pada jalur pedestrian Jalan
Kebon Sirih. Berbagai sumber dari ilmu yang berhubungan tentang elemen perkotaan
khususnya jalur pedestrian dalam hal aspek kenyamanan yang digunakan sebagai bahan
referensi untuk pembuatan tugas penelitian tersebut.

1.4.1. Ruang Lingkup Spatial

Lokasi Jalan Kebon Sirih memiliki batas-batas sebagai berikut


Utara : Gedung DPRD Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Selatan : Plasa Telkom Kebon Sirih
Timur : Jalan Raya
Barat : Jalan Raya

1.4.2. Ruang Lingkup Subtansial

Ruang lingkup penelitian ini mengenai jalur pedestrian Jalan Kebon Sirih
Keterangan :

Jalur Pedestrian

1.5. Kerangka Berfikir

Studi Kualitas Pedestrian di Jalan Kebon Sirih Dari Faktor Fisik


Latar Belakang:
Kenyamanan serta kelancaran para
pengguna fasilitas publik di kawasan Jalan Kebon Sirih
sangat terganggu disebabkan oleh
kualitas Rumusan
pedestrianMasalah:
yang ada disana
Faktor- faktor apa yang menyebabkan kualitas
pedestrian di Jl. Kebon Sirih tidak
Tinjauan memberikan kenyamanan
Metodologi Penelitian Kualitatfi:
Pustaka terhadap penggunanya?
- Observasi Fisik
Non Fisik
Analisa:
- Membandingkan data penelitian dengan
teori- teori pedestrian.
- Pentabulasian antara data primer dan
sekunder dengan datadan
Hasil penelitian serta teori-teori
Pembahasan:
pedestrian.
Untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang
menyebabkan kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih
tidak memberikan kenyamanan
Kesimpulan terhadap penggunanya.
dan Rekomendasi
1.6. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam beberapa bab pembahasan sebagai acuan dalaam berfikir
secara sistematis, adapun rancangan sistematika pembahasan penelitian ini sebagai
berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, ruang lingkup
spatial, ruang lingkup subtansial, kerangka berfikir dan sistematika penulisan yang
mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur pikir dalam Pedestrian Ways.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Kajian Pustaka yang berisi teori yang berhubungan dengan penelitiannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN & RENCANA SURVEY


Metodologi penelitian & rencana survey yang berisikan metode pengumpulan data,
metode analisis data dan rencana survey.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Arsitektur dan Kota

2.1.2 Definisi Arsitektur

Arsitektur adalah suatu politik seni yang mengkristalisasi kenyataan publik, nilai pergaulan
sosial, dan tujuan budaya jangka panjang. (sumber: Jencks,Charles. Modern Movement in
Architecture, Penguin Books, New York, 1997).

Arsitektur adalah Suatu seni dan ilmu pengetahuan desain dan membangun struktur atau
kelompok struktur yang besar, dalam hubungannya dengan estetika dan kriteria
fungsional. Struktur yang dibangun dalam keserasian dengan beberapa prinsip.
(Cynton Haris, Dictionary Of Architecture and Construction, 1975).

Arsitektur adalah tata-ruang-waktu dari lingkungan hidup manusia, baik individu, maupun
masyarakat keseluruhan.(sumber: Cest,I,Ngoerah, Gote. Arsitektur tadisional Bali.1981)

2.1.3 Definisi Kota

Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh Dyayadi dalam bukunya Tata
Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan penduduk yang
heterogen, dimana di kota itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang terintegrasi membentuk
suatu sistem sosial dan seterusnya.

Menurut John Brickerhoff Jackson (1984) kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang
merupakan manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagi unsur
seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau.

Menurut Prof. Bintarto (1983) Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan
kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.
2.1.4 Kesimpulan

Arsitektur kota adalah merupakan perancangan dalam perkembangan kota dengan menyatukan
beberapa aspek dan sebuah proses perencanaan untuk mengubah suatu kota menjadi lebih
baik.

2.1.5 Elemen Perancanga Kota (Shirvani 1985)

Setiap perancangan kota harus memperhatikan elemen-elemen perancangan yang ada


Sehingga nantinya kota tersebut akan mempunyai karakteristik yang jelas.
Menurut Shirvani (1985) dalam bukunya Urban Design Process terdapat delapan
macam elemen yang membentuk sebuah kota (terutama pusat kota) yaitu :

a. Tata Guna Lahan (Land Use)

Tata Guna Lahan merupakan Rancangan dua dimensi berupa denah peruntukkan lahan
sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (Bangunan) akan dibangun di tempat-tempat sesuai
dengan fungsi bangunan tersebut.

b. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)

Building Form And Massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa
bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa
(Banyak Bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa
seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan
sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai
garis langit horizon (Skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak
terpakai).
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan, yaitu :

1. Ketinggian Bangunan
2. Kepejalan Bangunan
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
5. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
6. Langgam
7. Skala
8. Material
9. Tekstur
10. Warna

c. Sirkulasi dan Parkir (Sirculation and Parking)


Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk
dan mengoontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan system
transportasi dari jalan public, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling
berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota
merupakan salah satu alat yang paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan
perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan mengendalikan pola aktivitas
dalam kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk karakter suatu daerah, tempat
aktivitas dan lain sebagainya.

Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi
efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu :

1. Kelangsungan aktivitas komersial.


2. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.

Dalam merencanakan tempat parkir yang benar, hendaknya memenuhi persyaratan :

1. Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan


2. Pendekatan program penggunaan berganda
3. Tempat parkir khusus
4. Tempat parkir di pinggiran kota

Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan :

1. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mandukung citra kawasan
dan aktivitas pada kawasan.
2. Jaringan jalan harus member orientasi pada pengguna dan membuat
lingkungan yang legible.
3. Kerjasama dari sector kepemilikan dan privat dan public dalam mewujudkan
tujuan dari kawasan.

d. Ruang Terbuka (Open Space)

Berbicara tentang ruang terbuka (Open Space) selalu menyangkut lansekap. Elemen
lansekap terdiri dari elemen keras (Hardscape seperti : jalan, trotoar, patung,
bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (Softscape) berupa tanaman dan air.
Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan
sebagainya.
Dalam perencanaan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan
(street furniture). Street furniture ini bias berupa lampu, tempat sampah, papan nama,
bangku taman dan sebagainya.
Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-
ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam perencanaan ruang terbuka :

1. Survey pada daerah yang direncanakan untuk menentukan kemampuan daerah


tersebut untuk berkembang.
2. Rencana jangka panjang untuk mengoptimalkan potensi alami (Natural) kawasan
sebagai ruang public.
3. Pemanfaatan potensi alam kawasan dengan menyediakan sarana yang sesuai.
4. Studi mengenai ruang terbuka untuk sirkulasi (Open space Circulation) mengarah
pada kebutuhan akan penataan yang manusiawi.

e. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar
desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas
serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan
meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut :

1. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti took,


restoran, caf.
2. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk dan
3. sebagainya.

Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat tersebut


adalah :

1. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor.


2. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki.
3. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan naik-
turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.
4. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan prasarana jalan
seperti : taman, bangku, tempat sampaah dan lainnya.

f. Pendukung Aktivitas (Activity Support)

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang


mendukung ruang public suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu
kawasan yang memiliki cirri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan
lahan dan kegiatan pendukungnya.
Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah :
1. Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang.
2. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruaang
tertentu.
3. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
4. Pengadaan fasilitas lingkungan.
5. Sesuatu yang terukur, menyangkut, bentuk dan lokasi fasilitas yang menampung
activity support yang bertitik-tolak dari skala manusia.

g. Penandaan (Signage)

Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan,
dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya
cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak
terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad
bangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu.
Namun, jika dilakukan penataan dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut
dapat menambah keindahan visual bangunan di belakangnya.

Oleh Karen itu, pemasangan penandaan haruslah dapat mampu menjaga keindahan
visual bangunan perkotaan. Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan
pedoman teknis sebagai berikut :

1. Penggunaan penandaan harus mereflesikan karakter kawasan.


2. Jarak dan ukuran harus memadai dan diatur sedemikian rupa agar
menjamin jarak penglihatan dan menghidari kepadatan.
3. Penggunaan dan keberadaannya harus harmonis dengan bangunan
arsitektur di sekitar lokasi.
4. Pembatasan penggunaan lampu hias kecuali penggunaan khusus untuk
theatre dan tempat pertunjukkan (tingkat terangnya harus diatur agar tidak
mengganggu).
5. Pembatasan penandaan yang berukuran besar yang mendominir di lokasi
pemandangan kota.

Penandaan mempunyai pengaruh penting pada desain tata kota sehingga


pengaturan bentuk dan perletakan papan-papan petunjuk sebaiknya tidak
menimbulkan pengaruh visual negatif dan tidak mengganggu rambu-rambu lalu
lintas.

h. Preservasi (Preservation)
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat
tinggal (permukiman) dan urban places ( alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang
ada dan mempunyai cirri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan
bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain :

1. Peningkatan nilai lahan


2. Peningkatan nilai lingkungan
3. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersil
4. Peningkatan pendapatan dari pajak retribusi.

2.1.6 Kesimpulan

Delapan elemen tersebut sangatlah penting dalam perencanaan dan perancangan kota
karena sangat bererkaitan dan harus benar-benar diperhatikan agar kota dapat berperan
sesuai fungsinya dengan baik dan benar.

2.1.7 Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata
pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau
orang yang berjalan kaki. Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain
sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian
berarti person walking in the street, yang berarti orang yang berjalan di jalan.

Hal yang lain dikemukakan oleh Lynch adalah path merupakan jalur-jalur yang mana
pengguna biasanya, kadang-kadang atau secara potensial dilalui.

2.1.8 Definisi Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan
kenyamanan pejalan kaki tersebut. Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan
yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Untuk itu, pada jaringan jalan perlu
disediakan trotoar bagi pejalan kaki. Jalur pejalan kaki, yaitu lintasan yang
diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat berupa trotoar (DPU, 1999).

Menurut Carr, Stephen, et. all (1992), jalur pejalan kaki (pedestrian
sidewalks) adalah bagian dari kota, dimana orang bergerak dengan kaki,
biasanya disepanjang sisi jalan yang direncanakan atau terbentuk dengan
sendirinya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1999), jalur pejalan kaki


adalah sebuah lintasan yang diperuntukkan untuk berjalan kaki guna
memberikan pelayanan kepada pejalan kaki. Jalur pejalan kaki dapat berupa
trotoar, penyebrangan sebidang, dan penyebrangan tidak sebidang.

Menurut Iswanto (2006), jalur pejalan kaki merupakan suatu ruang


publik dimana pada jalur tersebut juga terjadi interaksi sosial antar
masyarakat.

2.1.9 Kriteria Jalur Pejalan Kaki

Kriteria jalur pejalan kaki menurut Utermann (1984) adalah safety (keselamatan),
convenience (kondisi menyenangkan), comfort (kenyamanan), dan attractiveness (daya
tarik).

1. Safety (Keselamatan)
Pejalan kaki harus mudah untuk bergerak atau berpindah dengan perlindungan
kendaraan bermotor. Keamanan pedestrian dari kecelakaan dan gangguan-
gangguan khusus oleh kendaraan umum yang merupakan penyebab utama
banyaknya kecelakaan.

Keselamatan berarti terlindungi dari kecelakaan yang terutama disebabkan oleh


kendaraan bermotor maupun oleh kondisi trotoar yang rusak. Keselamatan dalam
berjalan menurut Untermann (1984:26), berhubungan dengan besar kecilnya
konflik antara kendaraan yang menggunakan jalan yang sama, keselamatan
pengguna dengan karakteristik khusus seperti anak-anak, lansia dan orang-orang
dengan keterbatasan fisik.

Menurut Maileni (2004), karakteristik umum kecelakaan pejalan kaki antara lain:
1. Ketidak hati-hatian pengendara
2. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat menyeberang pada persimpangan
3. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat berjalan di depan dengan arah
yang sama dengan lalu lintas.
4. Kecepatan kendaraan sepeda motor (penyebab kebanyakan kematian pejalan
kaki)
5. Tiba-tiba berjalan pada satu kawasan (secara umum merupakan tipe kecelakaan
pejalan kaki bagi anak-anak)
6. Berada di belakang kendaraan (pengendara sulit untuk melihat anak-anak dan
orang yang berjalan di belakangnya).

2. Convenience (Kondisi menyenangkan)


Pejalan kaki harus memiliki rute bebas dari hambatan dari satu lokasi ke lokasi
yang lain. Karakteristik perjalanan pedestrian yang sesuai bergantung kepada
sistem perjalanan yang langsung/directness, kontinuitas serta ketersediaan jalur
pejalan kaki.

Kesenangan meliputi kesesuaian desain skala lingkungan dengan kemampuan


pejalan kaki, yakni:

a. Nyaman dalam berjalan adalah terbebas dari gangguan yang dapat


mengurangi
kelancaran pejalan kaki bergerak melakukan perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain.
b. Kesinambungan perjalanan, tidak ada halangan sepanjang jalur sirkulasi.
Halangan dapat berupa kondisi jalur sirkulasi yang rusak ataupun aktifitas
dalam jalur sirkulasi.
Kesenangan, apabila jalur pejalan kaki terlihat menarik bagi dari segi kegiatan di
sekitar jalur tersebut atau keindahan. Selain itu berhubungan dengan penyediaan
fasilitas pejalan kaki berupa street furniture, sehingga pejalan kaki dapat berjalan
secara menerus dan berkelanjutan dengan jarak yang masih dalam jangkauan.

3. Comfort (Kenyamanan)
Pejalan kaki harus memiliki jalur yang mudah dilalui. Kenyamanan dipengaruhi
oleh jarak tempuh, sehingga memungkinkan pejalan kaki memperpanjang
perjalanannya.

Faktor yang mempengaruhi jarak tempuh adalah:

a. Waktu yang berkaitan dengan maksud atau kepentingan berjalan kaki.


b. Kenyamanan orang berjalan kaki dipengaruhi oleh cuaca dan jenis aktifitas
Kenyamanan pejalan kaki adalah ketika pejalan kaki memiliki jalur yang
mudah dilalui, seperti halnya kendaraan bermotor berjalan di jalan bebas
hambatan.

Kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan penggunaan ruang


secara harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara, bunyi,
cahaya atau lainnya. Hubungan harmonis yang dimaksudkan adalah keteraturan,
dinamis, dan keragaman yang saling mendukug terhadap penciptaan ruang bagi
manusia, sehingga mempunyai nilai keseluruhan yang mengandung keindahan
(Simond, 1997 dalam Hakim, 2003: 185). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kenyamanan antara lain:
a. Sirkulasi
Sirkulasi merupakan perputaran atau peredaran. Aspek-aspek yang terkait
dengan sirkulasi pejalan kaki adalah dimensi jalan dan jalur pejalan kaki,
tempat asal sirkulasi dan tempat tujuan sirkulasi pejalan kaki, maksud
perjalanan, waktu dan volume pejalan kaki.

b. Aksesibilitas
Merupakan derajat kemudahan yang dapat dicapai seseorang terhadap suatu
objek, pelayanan atau pun lingkungan. Ketentuan-ketentuan yang harus
terpenuhi dalam suatu rute perjalanan, meliputi:

1. Peniadaan hambatan dan halangan


2. Lebar dan bebas
3. Kawasan laluan dan istirahat
4. Kemiringan/ grades
5. Curb ramps pada trotoar
6. Ramps
7. Permukaan dan tekstur
c. Gaya alam dan iklim
Merupakan keadaan alam sekitar dan iklim yang terjadi pada suatu waktu.
Gaya alam dan iklim ini dapat diidentifikasi dengan pengamatan radiasi
matahari, angin, curah hujan dan temperatur.
d. Kebersihan
Sesutau yang bersih selain menambah daya tarik lokasi, juga menambah rasa
nyaman bagi pejalan kaki karena bebas dari kotoran sampah dan bau-bauan
yang tidak menyenangkan.

e. Keindahan
Keindahan merupakan unsur kenyamanan yang mencakup kepuasan batin dan
panca indera, sehingga sulit untuk menilai keindahan bagi setiap orang karena
memiliki persepsi yang berbeda-beda.

4. Attractiveness (Menarik)
Pada tempat-tempat tertentu diberikan elemen yang dapat menimbulkan daya tarik
seperti elemen estetika, lampu penerang jalan dan lain-lain. Pada kawasan
perdagangan kriteria daya tarik ini dilihat dari segi yang berbeda, yaitu
keberadaan etalase pertokoan dan hal yang menarik orang untuk berkunjung
kembali.

Jalur pejalan kaki yang kompleks sekali akan pemenuhan kriterianya, didasarkan
pada gkungannya, serta hubungan keduanya, sehingga dapat terjalin
keseimbangan antara lingkungan dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Jalur
pejalan kaki merupakan salah satu ruang public yang dapat digunakan oleh
berbagai manusia beserta kegiatannya.

2.1.9.1. Kriteria Desain Jalur Pejalan Kaki

Menurut Departemen Pekerjaan Umum, kriteria desain secara teknik untuk jalur pejalan kaki
adalah sebagai berikut :

Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adaah 60
cm ditambah 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan
total minimal untuk 2 orang pejalan kaki menjadi 150 cm.

Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki (W)
dipakai rumus sebagai berikut:
l = V/35 + 1.5
Keterangan : V = volume pejalan kaki (orang/menit/meter) ; l = lebar jalur
pejalan kaki.
Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapat
perlengkapan jalan (road furniture).

Penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki apabila dilengkapi dengan perlengkapan


jalan dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki

No Jenis perlengkapan jalan Lebar Tambahan (cm)


.
1 Kursi roda 100 120

2 Tiang lampu penerang 75 100

3 Tiang lampu lalu lintas 100 120

4 Rambu lalu lintas 75 100

5 Kotak surat 100 120

6 Keranjang sampah 100

7 Tanaman peneduh 60 120

8 Pot bunga 150 150

Sumber : Departeman Pekerjaan Umum

Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras (dari blok beton, perkerasan aspal atau
plesteran) dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus
diberi pembatas.

Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 % supaya tidak
terjadi genangan air. Kemiringan memanjang 7%.

2.1.9.2. Faktor-Faktor Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki


Jalur pedestrian harus memiliki rasa aman dan nyaman terhadap pejalan kaki, keamanan
disini dapat berupa batasan-batasan dengan jalan yang berupa peninggian trotoar,
menggunakan pagar pohon, dan menggunakan street furniture. Kenyaman terjadi setelah
ditangkap menurut panca indera.

Ukuran penting kenyamanan menurut Unterman (1984) adalah tingkat kenyamanan


(comfort level) dan kapasitas sistem ruang pejalan kaki.

Menurut Weisman (1981) tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas
berjalan dapat dicapai apabila jalur pedestrian tersebut lancar dan bebas hambatan, selain
itu jalur pedestrian harus lebar agar dapat menampung arus lalu lintas pejalan kaki dari
dua arah. Adapun untuk menunjang kenyamanan pejalan kaki di jalur pedestrian adalah
adanya fasilitas pada jalur pejalan kaki.

2.1.9.3. Definisi Kenyamanan

Menurut Weisman (1981), kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan yang memberi
rasa yang sesuai dengan panca indra dan antropemetry disertai fasilitas yang sesuai
dengan kegiatannya. Antropemetry adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia serta
karakter fisiologis laninya dan sanggup berhubungan dengan berbagai kegiatan manusia
yang berbeda-beda dan mikro lingkungan.

Menurut Hakim (2002), kenyamanan adalah segala sesuatu yang memperlihatkan


penggunaan ruang secara harmonis, baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara,
bunyi, cahaya, atau lainnya.
Kenyamanan dapat pula diartikan sebagai kenikmatan atau kepuasan manusia dalam
melaksanakan kegiatannya. (Albert Rutlegde, Anatomy of Park)
Dapat diambil kesimpulan bahwa, kenyamanan ialah suatu keadaan yang memperlihatkan
penggunaan ruang yang sesuai dengan keinginan sehingga memberikan rasa puas dan
nikmat baik secara fisik maupun non fisik.

2.1.9.4. Standar Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki/Trotoar

Menurut Dinas Penaatan Ruang Nasional dan buku Khisty (2003), dijelaskan tingkat
pelayanan jaringan pejalan kaki pada pedoman ini bersifat teknis dan umum, dan dapat
disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Tingkat pelayanan (level of
service/LOS) trotoar dikelompokkan menjadi

6 kriteria. Dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Keterangan Pembagian LOS

LOS Ruang (m2/ped) Laju Arus (ped/mnt/m) Kecepatan (m/mnt)


A 5,6 16 > 78

B 3,7 5,6 16 - 23 > 75,6 78

C 2,2 3,7 23 33 > 73,2 75,6

D 1,4 2,2 33 50 > 68,4 73,2

E 0,74 1,4 50 77 > 45,6 68,4

F 0,74 Beragam 45,6

Sumber : Khisty (2003)

2.2. Kerangka Teoritis

Faktor-Faktor Kenyamanan Jalur Pedestrian di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat

Definisi Arsitektur
ii
Kota
Kriteria Faktor
Pejalan Kaki Kenyamanan Jalur Pejalan
(Hakim 2002) Kaki

Kenyamanan
Standar Kenyamanan
Pedestrian
(Dinas Penataan Ruang Sirkulasi
Nasiaonal dan buku
Khisty 2003)
Aksesibilitas

Gaya Alam
dan Iklim

Fisik dan
Non Fisik
2.3. Tinjauan Kawasan Penelitian

2.3.1. Gambaran Umum

Gambaran umum yang akan dibahas dalam bab ini meliputi keadaan
umum wilayah penelitian dan karakteristik sosial ekonomi responden. Penjelasan
mengenai gambaran umum penelitian akan dibahas lebih lanjut pada sub bab di
bawah ini.

2.4. Hipotesa

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan


penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dalam penelitian ini hipotesa
yang diajukan penulis adalah Kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih tidak
memberikan kenyamanan terhadap penggunanya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN RENCANA SURVEY

3.1. Metodologi Pengumpulan Data

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metodologi


kualitatif dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Observasi atau pengamatan yaitu pengumpulan data dengan melakukan


pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek penelitian, Menggunakan
Kamera untuk menyimpan foto hasil penelitian dan mencatat gejala-gejala yang
diteliti yang berhubungan dengan Disfungsi Jalur Pedestrian di Jalan Kebon Sirih,
sehingga diperoleh fakta-fakta yang jelas.

Wawancara, yaitu berkomunikasi langsung dengan melakukan tanya jawab


kepada informan untuk mendapatkan keterangan dalam penelitian, berdasarkan
indikator penelitian yang telah ditentukan.

Dokumentasi yaitu melihat dan mempelajari dokumen-dokumen atau catatan yang


ada hubungannya dengan pokok permasalahan. Penggunaan teknik ini bertujuan
untuk mempelajari dokumen, laporan, dan catatan, serta buku referensi yang
berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan Disfungsi Jalur Pedestrian di
Jalan Kebon Sirih. Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa undang-
undang atau peraturan, surat-surat keputusan, arsip-arsip, laporan kegiatan, dan
foto-foto di lapangan yang berkaitan dengan tema penelitian.

3.2. Teknik Analisa


Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Penulis memilih dan mengelompokkan data menurut
jenisnya kemudian diolah dengan metode deskriptif yaitu suatu analisis yang berusaha
menggambarkan gambaran secara rinci berdasarkan kenyataan yang ditemui dilapangan
dan disajikan dalam bentuk tabel dan disertakan pembahasannya. Teknik analisis data
penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data melalui
tiga tahapan, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction), yaitu membuat rangkuman, memilih hal-hal


yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan pengertian yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.
Selanjutnya membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugusan-
gugusan.

Pada tahapan ini, penulis memilah-milah mana data yang berkaitan dan dibutuhkan
dalam penelitian Disfungsi Jalur Pedestrian di Jalan Kebon Sirih dan mana yang
bukan. Kemudian penulis memisahkan data yang tidak perlu dan memfokuskan data
yang benar-benar berhubungan dengan Disfungsi Jalur Pedestrian di Jalan Kebon
Sirih.

2. Penyajian Data (Data Display), merupakan sekumpulan informasi tersusun yang


berguna untuk memudahkan peneliti memahami gambaran secara keseluruhan
atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Dengan begitu
maka data akan lebih terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
akan semakin mudah dipahami. Penyajian data dilakukan dengan cara
memaparkan hasil temuan dalam wawancara terhadap informan yang memahami
terkait disfungsi jalur pedestrian di Jalan Kebon Sirih.

3.3. Rencana Penelitian dan Survey

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat. Lokasi ini
dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu Jalur pedestrian yang
kurang baik dan banyak di lalui oleh para pegawai yang menuju ke tempat kerjanya dan
masyarakat lainnya.

Dalam kegiatan penelitian, lokasi wawancara dan observasi serta dokumentasi dilakukan
penulis di pinggir jalan, di sepanjang trotoar, dan di tempat berjualan para pedagang kaki
lima. Masyarakat yang dijadikan informan dipilih penulis secara acak.

No. Kegiatan (disertai Minggu 1 Minggu 2 Mingguu 3 Minggu 4


bimbingan
Hari ke
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Pemilihan Objek
2 Survey 1
3 Perumusan Masalah
4 Kajian Pustaka
5 Pemilihan Metode
6 Pengajuan Proposal
7 Survey 2
8 Penyusunan Laporan `

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Arsitektur (2012), (http://heppras.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-


arsitektur_08.html), 16 Maret 2017

Definisi arskot, (2017), (https://www.academia.edu/5320434/Definisi_arskot), 16


Maret 2017

Pengertian KOTA Menurut Para Ahli, (2013),


(https://taufikzk.wordpress.com/2013/11/28/pengertian-kota-menurut-para-ahli/),
16 Maret 2017

20 Pengertian Kota Menurut Para Ahli, (2014),


(http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/07/20-pengertian-kota-menurut-para-
ahli.html), 16 Maret 2017

8 Elemen Perancangan Kota, (Hamid Shirvani), (2011),


(http://fariable.blogspot.co.id/2011/01/elemen-perancangan-kota-hamid-
shirvani.html), 16 Maret 2017

KONSEP KAWASAN PEDESTRIAN WAYS, (2011),


(http://nikmatullahdgpabeta.blogspot.co.id/2011/07/v-
behaviorurldefaultvmlo_13.html), 16 Maret 2017

Pengertian Jalur Pejalan Kaki, (2015),


(https://www.scribd.com/doc/221052694/Pengertian-Jalur-Pejalan-Kaki), 16
Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai