BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena ini semakin sering terlihat dalam kehidupan sehari- hari. Kita
dapat melihat contoh kasus seperti ini dari kawasan dengan ruang lingkup yang
kecil hingga kawasan dengan ruang lingkup yang besar. Kawasan studi yang
berada di jalan Jalan Kebon Sirih merupakan akses utama menuju Tempat Bekerja.
Oleh karena itu, pedestrian pada kawasan studi ini berperan
sangat penting, karena berfungsi sebagai jalur pejalan kaki, khususnya para pegawai
yang menuju ke tempat kerjanya, menuju rumah ataupun tempat kos, menuju pertokoan,
seperti toko percetakan dan warung makan serta juga tempat menunggu
transportasi angkutan umum untuk menuju ke suatu tempat yang akan ditujunya.
Kenyamanan serta kelancaran para pengguna fasilitas publik di kawasan Jalan Kebon
Sirih menjadi sangat terganggu disebabkan oleh kualitas pedestrian yang ada disana.
Misalnya, paving block di pedestrian tidak rata dan sudah rusak, lampu- lampu jalan
yang tidak sesuai standar, kurangnya pepohonan yang dapat memberikan keteduhan,
kurangnya tanda- tanda rambu lalulintas dan sebagainya. Akibatnya, jalur pedestrian di
jalan Kebon Sirih tidak lagi dapat memberikan kenyamanan kepada penggunanya.
- Faktor- faktor apa yang menyebabkan kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih tidak
Memberikan kenyamanan terhadap penggunanya?
1.3. Tujuan dan Sasaran
1.3.1. Tujuan
- Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang
menyebabkan kualitas pedestrian di Jalan Kebon Sirih tidak memberikan kenyamanan
terhadap penggunanya.
1.3.2. Sasaran
Untuk mencapai tujuan studi diatas, maka sasaran penelitian yang akan
dicapai adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi kinerja fasilitas pedestrian
2. Mengidentifikasi karakteristik berdasarkan jenis dan waktu
3. Merumuskan alternatif solusi permasalahan terhadap kinerja fasilitas pedestrian.
Penelitian ini ditujukan untuk membahas aspek kenyamanan pada jalur pedestrian Jalan
Kebon Sirih. Berbagai sumber dari ilmu yang berhubungan tentang elemen perkotaan
khususnya jalur pedestrian dalam hal aspek kenyamanan yang digunakan sebagai bahan
referensi untuk pembuatan tugas penelitian tersebut.
Ruang lingkup penelitian ini mengenai jalur pedestrian Jalan Kebon Sirih
Keterangan :
Jalur Pedestrian
Penelitian ini disusun dalam beberapa bab pembahasan sebagai acuan dalaam berfikir
secara sistematis, adapun rancangan sistematika pembahasan penelitian ini sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup penelitian, ruang lingkup
spatial, ruang lingkup subtansial, kerangka berfikir dan sistematika penulisan yang
mengungkapkan permasalahan secara garis besar serta alur pikir dalam Pedestrian Ways.
Arsitektur adalah suatu politik seni yang mengkristalisasi kenyataan publik, nilai pergaulan
sosial, dan tujuan budaya jangka panjang. (sumber: Jencks,Charles. Modern Movement in
Architecture, Penguin Books, New York, 1997).
Arsitektur adalah Suatu seni dan ilmu pengetahuan desain dan membangun struktur atau
kelompok struktur yang besar, dalam hubungannya dengan estetika dan kriteria
fungsional. Struktur yang dibangun dalam keserasian dengan beberapa prinsip.
(Cynton Haris, Dictionary Of Architecture and Construction, 1975).
Arsitektur adalah tata-ruang-waktu dari lingkungan hidup manusia, baik individu, maupun
masyarakat keseluruhan.(sumber: Cest,I,Ngoerah, Gote. Arsitektur tadisional Bali.1981)
Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh Dyayadi dalam bukunya Tata
Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan penduduk yang
heterogen, dimana di kota itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang terintegrasi membentuk
suatu sistem sosial dan seterusnya.
Menurut John Brickerhoff Jackson (1984) kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang
merupakan manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagi unsur
seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau.
Menurut Prof. Bintarto (1983) Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan
kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang
budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan
penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.
2.1.4 Kesimpulan
Arsitektur kota adalah merupakan perancangan dalam perkembangan kota dengan menyatukan
beberapa aspek dan sebuah proses perencanaan untuk mengubah suatu kota menjadi lebih
baik.
Tata Guna Lahan merupakan Rancangan dua dimensi berupa denah peruntukkan lahan
sebuah kota. Ruang-ruang tiga dimensi (Bangunan) akan dibangun di tempat-tempat sesuai
dengan fungsi bangunan tersebut.
Building Form And Massing membahas mengenai bagaimana bentuk dan massa-massa
bangunan yang ada dapat membentuk suatu kota serta bagaimana hubungan antar-massa
(Banyak Bangunan) yang ada. Pada penataan suatu kota, bentuk dan hubungan antar-massa
seperti ketinggian bangunan, jarak antar-bangunan, bentuk bangunan, fasad bangunan, dan
sebagainya harus diperhatikan sehingga ruang yang terbentuk menjadi teratur, mempunyai
garis langit horizon (Skyline) yang dinamis serta menghindari adanya lost space (ruang tidak
terpakai).
Building form and massing dapat meliputi kualitas yang berkaitan dengan penampilan
bangunan, yaitu :
1. Ketinggian Bangunan
2. Kepejalan Bangunan
3. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
4. Koefisien Dasar Bangunan (Building Coverage)
5. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
6. Langgam
7. Skala
8. Material
9. Tekstur
10. Warna
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada
kegiatan komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada
beberapa daerah perkotaan. Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi
efek visual yang merupakan suatu usaha yang sukses dalam perancangan kota.
Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu :
Dalam perencanaan untuk jaringan sirkulasi dan parkir harus selalu memperhatikan :
1. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mandukung citra kawasan
dan aktivitas pada kawasan.
2. Jaringan jalan harus member orientasi pada pengguna dan membuat
lingkungan yang legible.
3. Kerjasama dari sector kepemilikan dan privat dan public dalam mewujudkan
tujuan dari kawasan.
Berbicara tentang ruang terbuka (Open Space) selalu menyangkut lansekap. Elemen
lansekap terdiri dari elemen keras (Hardscape seperti : jalan, trotoar, patung,
bebatuan dan sebagainya) serta elemen lunak (Softscape) berupa tanaman dan air.
Ruang terbuka biasa berupa lapangan, jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan
sebagainya.
Dalam perencanaan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman/jalan
(street furniture). Street furniture ini bias berupa lampu, tempat sampah, papan nama,
bangku taman dan sebagainya.
Elemen ruang terbuka kota meliputi lansekap, jalan, pedestrian, taman, dan ruang-
ruang rekreasi. Langkah-langkah dalam perencanaan ruang terbuka :
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar
desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas
serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.
Perubahan-perubahan rasio penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan
meningkatkan arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut :
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan desain activity support adalah :
1. Adanya koordinasi antara kegiatan dengan lingkungan binaan yang dirancang.
2. Adanya keragaman intensitas kegiatan yang dihadirkan dalam suatu ruaang
tertentu.
3. Bentuk kegiatan memperhatikan aspek kontekstual.
4. Pengadaan fasilitas lingkungan.
5. Sesuatu yang terukur, menyangkut, bentuk dan lokasi fasilitas yang menampung
activity support yang bertitik-tolak dari skala manusia.
g. Penandaan (Signage)
Penandaan yang dimaksud adalah petunjuk arah jalan, rambu lalu lintas, media iklan,
dan berbagai bentuk penandaan lain. Keberadaan penandaan akan sangat
mempengaruhi visualisasi kota, baik secara makro maupun mikro, jika jumlahnya
cukup banyak dan memiliki karakter yang berbeda. Sebagai contoh, jika banyak
terdapat penandaan dan tidak diatur perletakannya, maka akan dapat menutupi fasad
bangunan di belakangnya. Dengan begitu, visual bangunan tersebut akan terganggu.
Namun, jika dilakukan penataan dengan baik, ada kemungkinan penandaan tersebut
dapat menambah keindahan visual bangunan di belakangnya.
Oleh Karen itu, pemasangan penandaan haruslah dapat mampu menjaga keindahan
visual bangunan perkotaan. Dalam pemasangan penandaan harus memperhatikan
pedoman teknis sebagai berikut :
h. Preservasi (Preservation)
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat
tinggal (permukiman) dan urban places ( alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang
ada dan mempunyai cirri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan
bersejarah. Manfaat dari adanya preservasi antara lain :
2.1.6 Kesimpulan
Delapan elemen tersebut sangatlah penting dalam perencanaan dan perancangan kota
karena sangat bererkaitan dan harus benar-benar diperhatikan agar kota dapat berperan
sesuai fungsinya dengan baik dan benar.
Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata
pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau
orang yang berjalan kaki. Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain
sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian
berarti person walking in the street, yang berarti orang yang berjalan di jalan.
Hal yang lain dikemukakan oleh Lynch adalah path merupakan jalur-jalur yang mana
pengguna biasanya, kadang-kadang atau secara potensial dilalui.
Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan
kenyamanan pejalan kaki tersebut. Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan
yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Untuk itu, pada jaringan jalan perlu
disediakan trotoar bagi pejalan kaki. Jalur pejalan kaki, yaitu lintasan yang
diperuntukkan untuk berjalan kaki, dapat berupa trotoar (DPU, 1999).
Menurut Carr, Stephen, et. all (1992), jalur pejalan kaki (pedestrian
sidewalks) adalah bagian dari kota, dimana orang bergerak dengan kaki,
biasanya disepanjang sisi jalan yang direncanakan atau terbentuk dengan
sendirinya yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lainnya.
Kriteria jalur pejalan kaki menurut Utermann (1984) adalah safety (keselamatan),
convenience (kondisi menyenangkan), comfort (kenyamanan), dan attractiveness (daya
tarik).
1. Safety (Keselamatan)
Pejalan kaki harus mudah untuk bergerak atau berpindah dengan perlindungan
kendaraan bermotor. Keamanan pedestrian dari kecelakaan dan gangguan-
gangguan khusus oleh kendaraan umum yang merupakan penyebab utama
banyaknya kecelakaan.
Menurut Maileni (2004), karakteristik umum kecelakaan pejalan kaki antara lain:
1. Ketidak hati-hatian pengendara
2. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat menyeberang pada persimpangan
3. Tertabrak oleh kendaraan bermotor pada saat berjalan di depan dengan arah
yang sama dengan lalu lintas.
4. Kecepatan kendaraan sepeda motor (penyebab kebanyakan kematian pejalan
kaki)
5. Tiba-tiba berjalan pada satu kawasan (secara umum merupakan tipe kecelakaan
pejalan kaki bagi anak-anak)
6. Berada di belakang kendaraan (pengendara sulit untuk melihat anak-anak dan
orang yang berjalan di belakangnya).
3. Comfort (Kenyamanan)
Pejalan kaki harus memiliki jalur yang mudah dilalui. Kenyamanan dipengaruhi
oleh jarak tempuh, sehingga memungkinkan pejalan kaki memperpanjang
perjalanannya.
b. Aksesibilitas
Merupakan derajat kemudahan yang dapat dicapai seseorang terhadap suatu
objek, pelayanan atau pun lingkungan. Ketentuan-ketentuan yang harus
terpenuhi dalam suatu rute perjalanan, meliputi:
e. Keindahan
Keindahan merupakan unsur kenyamanan yang mencakup kepuasan batin dan
panca indera, sehingga sulit untuk menilai keindahan bagi setiap orang karena
memiliki persepsi yang berbeda-beda.
4. Attractiveness (Menarik)
Pada tempat-tempat tertentu diberikan elemen yang dapat menimbulkan daya tarik
seperti elemen estetika, lampu penerang jalan dan lain-lain. Pada kawasan
perdagangan kriteria daya tarik ini dilihat dari segi yang berbeda, yaitu
keberadaan etalase pertokoan dan hal yang menarik orang untuk berkunjung
kembali.
Jalur pejalan kaki yang kompleks sekali akan pemenuhan kriterianya, didasarkan
pada gkungannya, serta hubungan keduanya, sehingga dapat terjalin
keseimbangan antara lingkungan dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Jalur
pejalan kaki merupakan salah satu ruang public yang dapat digunakan oleh
berbagai manusia beserta kegiatannya.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum, kriteria desain secara teknik untuk jalur pejalan kaki
adalah sebagai berikut :
Lebar efektif minimum ruang pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang adaah 60
cm ditambah 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan
total minimal untuk 2 orang pejalan kaki menjadi 150 cm.
Dalam keadaan ideal untuk mendapatkan lebar minimum Jalur Pejalan Kaki (W)
dipakai rumus sebagai berikut:
l = V/35 + 1.5
Keterangan : V = volume pejalan kaki (orang/menit/meter) ; l = lebar jalur
pejalan kaki.
Lebar Jalur Pejalan Kaki harus ditambah, bila pada jalur tersebut terdapat
perlengkapan jalan (road furniture).
Jalur Pejalan Kaki harus diperkeras (dari blok beton, perkerasan aspal atau
plesteran) dan apabila mempunyai perbedaan tinggi dengan sekitarnya harus
diberi pembatas.
Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan melintang 2-3 % supaya tidak
terjadi genangan air. Kemiringan memanjang 7%.
Menurut Weisman (1981) tingkat kenyamanan pejalan kaki dalam melakukan aktivitas
berjalan dapat dicapai apabila jalur pedestrian tersebut lancar dan bebas hambatan, selain
itu jalur pedestrian harus lebar agar dapat menampung arus lalu lintas pejalan kaki dari
dua arah. Adapun untuk menunjang kenyamanan pejalan kaki di jalur pedestrian adalah
adanya fasilitas pada jalur pejalan kaki.
Menurut Weisman (1981), kenyamanan adalah suatu keadaan lingkungan yang memberi
rasa yang sesuai dengan panca indra dan antropemetry disertai fasilitas yang sesuai
dengan kegiatannya. Antropemetry adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia serta
karakter fisiologis laninya dan sanggup berhubungan dengan berbagai kegiatan manusia
yang berbeda-beda dan mikro lingkungan.
Menurut Dinas Penaatan Ruang Nasional dan buku Khisty (2003), dijelaskan tingkat
pelayanan jaringan pejalan kaki pada pedoman ini bersifat teknis dan umum, dan dapat
disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Tingkat pelayanan (level of
service/LOS) trotoar dikelompokkan menjadi
Definisi Arsitektur
ii
Kota
Kriteria Faktor
Pejalan Kaki Kenyamanan Jalur Pejalan
(Hakim 2002) Kaki
Kenyamanan
Standar Kenyamanan
Pedestrian
(Dinas Penataan Ruang Sirkulasi
Nasiaonal dan buku
Khisty 2003)
Aksesibilitas
Gaya Alam
dan Iklim
Fisik dan
Non Fisik
2.3. Tinjauan Kawasan Penelitian
Gambaran umum yang akan dibahas dalam bab ini meliputi keadaan
umum wilayah penelitian dan karakteristik sosial ekonomi responden. Penjelasan
mengenai gambaran umum penelitian akan dibahas lebih lanjut pada sub bab di
bawah ini.
2.4. Hipotesa
Pada tahapan ini, penulis memilah-milah mana data yang berkaitan dan dibutuhkan
dalam penelitian Disfungsi Jalur Pedestrian di Jalan Kebon Sirih dan mana yang
bukan. Kemudian penulis memisahkan data yang tidak perlu dan memfokuskan data
yang benar-benar berhubungan dengan Disfungsi Jalur Pedestrian di Jalan Kebon
Sirih.
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat. Lokasi ini
dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu Jalur pedestrian yang
kurang baik dan banyak di lalui oleh para pegawai yang menuju ke tempat kerjanya dan
masyarakat lainnya.
Dalam kegiatan penelitian, lokasi wawancara dan observasi serta dokumentasi dilakukan
penulis di pinggir jalan, di sepanjang trotoar, dan di tempat berjualan para pedagang kaki
lima. Masyarakat yang dijadikan informan dipilih penulis secara acak.
DAFTAR PUSTAKA