Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

BERDASARKAN KEARIFAN LOKAL

SUKU DAYAK

Disusun oleh :

Muhammad sendi nurachman


Mohammad zidan zalfa djafar
Rendi setiawan alsholihin
Ramji maulana
Salviro yordan surya dika

MaS JAKARTA PUSAT

Xii ips 3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemberdayaan Komunitas Berlandaskan Kearifan lokal suku dayak”.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.
Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan
makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang
bersifat membangun.

Jakarta, 27-01-2023

(Penyusun)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. A.Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
Pengertian Pemberdayaan Komunitas.................................................................................2
Konsep Pemberdayaan Komunitas......................................................................................2
Dasar Terbentuknya Pemberdayaan Komunitas.........................................................................3
Manfaat Pemberdayaan Komunitas.................................................................................4
Strategi Pemberdayaan Komunitas.............................................................................................4
Arah Pemberdayaan Komunitas.................................................................................................5
Tujuan dan Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas........................................................5
Pengertian Kearifan Lokal.........................................................................................................7
Pemberdayaan Komunitas dalam Masalah Sosial berdasarkan Kearifan Lokal...........7
Peranan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas.......................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................10
A. Kesimpulan..................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suku Dayak merupakan sebuah Suku di Indonesia yang mendiami wilayah pedalaman Kalimantan.
Kehidupan yang jauh dari akses informasi global menjadi ciri khas mereka. Namun berawal dari situ,
ada sesuatu yang menarik untuk diketahui. Salah satu hal yang sangat menarik untuk dipelajari
adalah kebudayaan mereka. Adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Panu sangat nyata
yakni, terlihat dari bagaimana cara mereka berpakaian, bagaimana cara mereka menjalani
kehidupannya, serta upacara/ritual yang mereka lakukan. Selain itu, mereka juga memiliki bahasa
khas dan tarian-tarian Dayak. Masyarakat Dayak terbagi menjadi beberapa Suku, salah satunya
adalah Suku Dayak Panu. Dayak Panu di wilayah Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau melingkupi
Kampung Senunuk, Bali, Bodok, Sebotuh, Perontas, Riam, Sedowai, Entuma, Bukong, Gambir, Nala,
dan Empaong. Pemukiman atau kampung-kampung ini umumnya berada pada jalur provinsi antar
kecamatan, kecuali Kampung Sedowai dan Riam yang letaknya pedalaman. Bahasa kelompok
masyarakat ini dikenal dengan bahasa bekidoh. Kepercayaan yang dianut yakni agama Kristen dan
Katolik.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas permasalahan umum yang akan
dikaji oleh peneliti adalah “pergeseran pola tanam masyarakat Dayak Panu di Kecamatan Parindu,
Sanggau tahun 1998-2020”. Sedangkan untuk menghindari luasnya pembahasan permasalahan yang
akan dikaji dan memberikan arahan yang jelas, maka peneliti merumuskan beberapa sub masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan masyarakat Dayak Panu?
2. Bagaimana pola tanam masyarakat Dayak Panu?
3. Bagaimana pergeseran pola tanam masyarakat Dayak Panu?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kehidupan masyarakat Dayak Panu
2. Mengetahui pola tanam masyarakat Dayak Panu
3. Mengetahui pergeseran pola tanam masyarakat Dayak Panu
BAB II

PEMBAHASAN

A. Geografi

Antara daratan Asia dan Australia terletak Nusa Tenggara Indonesia termasuk pulau Borneo yang
oleh orang Indonesia dinamakan Kalimantan. Nama Borneo mungkin berasal dari nama Brunei dan
sering digunakan untuk menamai seluruh pulau sedangkan nama Kalimantan mungkin berasal dari
keadaan pulau yang punya banyak kali, banyak mas, dan banyak intan, sehingga menjadi Kalimantan.
Menurut beberapa pihak lain mungkin nama Kalimantan berasal dari nama Lamanta. Lamanta adalah
sagu dari pohon yang baru ditebang, yang masih mentah. Pada umumnya nama Kalimantan
digunakan untuk bagian geografis tanah di bawah pemerintahan Indonesia dan West Malaysia atau
nama Borneo untuk bagian di bawah pemerintahan Malaysia.

B. Persebaran suku-suku Dayak di Pulau Kalimantan

Dikarenakan arus migrasi yang kuat dari para pendatang, Suku Dayak yang masih mempertahankan
adat budayanya akhirnya memilih masuk ke pedalaman. Akibatnya, Suku Dayak menjadi terpencar-
pencar dan menjadi sub-sub etnis tersendiri.
Kelompok Suku Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J.
U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan
budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat,
budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami
daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.
Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum
Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang
menyebar di seluruh Kalimantan.

C. Pengertian Suku Dayak

Dayak atau Daya adalah nama yang oleh penduduk pesisir pulau Borneo diberi kepada penghuni
pedalaman yang mendiami Pulau Kalimantan yang meliputi Brunei, Malaysia yang terdiri dari Sabah
dan Sarawak, serta Indonesia yang terdiri dari Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Selatan . Budaya masyarakat Dayak adalah Budaya Maritim atau bahari.
Hampir semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan “perhuluan” atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan nama kekeluargaannya.
Ada yang membagi orang Dayak dalam enam rumpun yakni rumpun Klemantan alias Kalimantan,
rumpun Iban, rumpun Apokayan yaitu Dayak Kayan, Kenyah dan Bahau, rumpun Murut, rumpun Ot
Danum-Ngaju dan rumpun Punan. Namun secara ilmiah, para linguis melihat 5 kelompok bahasa
yang dituturkan di pulau Kalimantan dan masing-masing memiliki kerabat di luar pulau Kalimantan:
• “Barito Raya (33 bahasa, termasuk 11 bahasa dari kelompok bahasa Madagaskar, dan Sama-Bajau),
• “Dayak Darat” (13 bahasa)
• “Borneo Utara” (99 bahasa), termasuk bahasa Yakan di Filipina.
• “Sulawesi Selatan” dituturkan 3 suku Dayak di pedalaman Kalbar: Dayak Taman, Dayak Embaloh,
Dayak Kalis disebut rumpun Dayak Banuaka.
• “Melayik” dituturkan 3 suku Dayak: Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan
bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Kutai, Berau,
Kedayan (Brunei), Senganan, Sambas yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku
berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Tidung, Bulungan
(keduanya rumpun Borneo Utara) dan Paser (rumpun Barito Raya).

D. Sejarah Suku Dayak

• Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman,
gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang
datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak,
sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”,
yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau
pantang mundur.
• Pada tahun 1977-1978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian
nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui
daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan
“Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-
orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke
dalam.
• Belum lagi kedatangan orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa pada masa kejayaan Kerajaan
Majapahit. Suku Dayak hidup terpencar-pencar di seluruh wilayah Kalimantan dalam rentang waktu
yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian
mendiami pesisir pulau Kalimantan. Suku ini terdiri atas beberapa suku yang masing-masing memiliki
sifat dan perilaku berbeda.
• Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut
”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang
diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 . Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak
dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh
Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu sekitar tahun
1608 .
• Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak,
tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang
menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah,
bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan
Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk Islam
kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan
Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak
(Ma’anyan atau Ot Danum).
• Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa
diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip
berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih
belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit)
atau di era Islam.
• Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak
memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan
kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan
bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci)
dan peralatan keramik.
• Sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo
mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang
Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan,
Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa
(dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang
dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci
(Sarwoto kertodipoero,1963).
E. Sistem Religi

Religi asli suku Dayak tidak terlepas dari adat istiadat mereka. Bahkan dapat dikatakan adat
menegaskan identitas religius mereka. Dalam praktik sehari-hari, orang dayak tidak pernah
menyebut agama sebagai normativitas mereka, melainkan adat. Sistem religi ini bukanlah sistem
hindu Kahuringan seperti yang dikenal oleh orang-orang pada umumnya.
Orang Dayak Kanayatn menyebut Tuhan dengan istilah Jubata. Jubata inilah yang dikatakan
menurunkan adat kepada nenek moyang Dayak Kanayatn yang berlokasi di bukit bawakng . Dalam
mengungkapkan kepercayaan kepada Jubata, mereka memiliki tempat ibadah yang disebut panyugu
atau padagi. Selain itu diperlukan juga seorang imam panyangahatn yang menjadi seorang
penghubung, antara manusia dengan Tuhan ( Jubata ).
Sekarang ini banyak orang Dayak Kanayatn yang menganut agama Kristen dan segelintir memeluk
Islam. Kendati sudah memeluk agama, tidak bisa dikatakan bahwa orang Dayak Kanayatn
meninggalkan adatnya. Hal menarik ialah jika seorang Dayak Kanayan memeluk agama Islam, ia tidak
lagi disebut Dayak, melainkan Melayu atau orang Laut .

F. Bahasa

Dayak Kanayatn memakai bahasa ahe/nana’ serta damea/jare dan yang serumpun. Sebenarnya
secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun)
sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai
dialek dan juga logat pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami
wilayah Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana’ terbagi lagi ke dalam bahasa behe,
padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam
bahasa satolo-ngelampa’, songga batukng-ngalampa’ dan angkabakng-ngabukit. selain itu
percampuran dialek dan logat menyebabkan percampuran bahasa menjadi bahasa baru.
Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini tidak mengerti akan bahasa yang dipakai oleh para
generasi tua. Dalam komunikasi saat ini, banyak kosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian
“di-Dayak-kan”. Misalnya ialah :bahasa ahe asli : Lea, bahasa indonesia : seperti ,bahasa ahe
sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai sekarang oleh generasi muda mudah dimengerti karena
mirip dengan bahasa indonesia atau melayu.

G. Lembaga Adat

Suku Dayak merupakan bagian dari masyarakat adat. Masyarakat adat adalah komunitas-komunitas
yang hidup berdasarkan asal usul keturunan diatas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan
atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial-budayanya diatur oleh hukum adat dan lembaga
adat yang mengelola keberlangsungan hidup masyarakatnya.
Hukum adat Dayak Kanayatn mempunyai satuan wilayah teritorial yang disebut Binua. Binua
merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa kampong . Masing-masing binua punya otonominya
sendiri, sehingga komunitas binua yang satu tidak dapat mengintervensi hukum adat di binua lain.
Setiap binua dipimpin oleh seorang timanggong (kepala desa). timanggong memiliki jajaran-
bawahan yaitu pasirah (kepala dusun) dan pangaraga (ketua RW/RT). Ketiga pilar inilah yang
menjadi lembaga adat Dayak Kanayatn

H. Sistem Kekerabatan J. Seni Tari Dayak

Sistem pertalian darah suku Dayak Kanayatn menggunakan sistem bilineal/parental (ayah dan ibu).
Dalam mengurai hubungan kekerabatan, seorang anak dapat mengikuti jalur ayah maupun ibu.
Hubungan kekerabatan terputus pada sepupu delapan kali. Hubungan kekerabatan ini penting
karena hubungan ini menjadi tinjauan terutama pada perkara perkawinan. Mungkin hal ini
dimaksudkan agar tidak merusak keturunan.

I. Adat Istiadat Suku Dayak

Di bawah ini ada beberapa adat istiadat suku dayak yang masih terpelihara hingga kini, dan dunia
supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman sekarang yang masih kuat sampai
sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa
Indonesia, karena pada awal mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan.

1. Upacara Tiwah

Upacara Tiwah merupakan acara adat suku Dayak. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan
untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung
adalah tempat yang semacam rumah kecil yang memang dibuat khusus untuk mereka yang
sudah meninggal dunia.

2. Dunia Supranatural

Dunia Supranatural bagi Suku Dayak memang sudah sejak jaman dulu merupakan ciri khas
kebudayaan Dayak. Karena supranatural ini pula orang luar negeri sana menyebut Dayak sebagai
pemakan manusia ( kanibal ). Namun pada kenyataannya Suku Dayak adalah suku yang sangat
cinta damai asal mereka tidak di ganggu dan ditindas semena-mena. Kekuatan supranatural
Dayak Kalimantan banyak jenisnya, contohnya Manajah Antang. Manajah Antang merupakan
cara suku Dayak untuk mencari petunjuk seperti mencari keberadaan musuh yang sulit di
temukan dari arwah para leluhur dengan media burung Antang, dimanapun musuh yang di cari
pasti akan ditemukan.

J. Seni Tari Dayak

1. Tari Gantar
2. Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu
penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan
wadahnya.
3. Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara
lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak
Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar
Senak/Gantar Kusak.
2. Tari Kancet Papatai / Tari Perang
3. Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si
penari.
4. Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah
dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan
lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Komunitas merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yaitu community artinya sebagai
masyarakat setempat yang memiliki cakupan wilayah sama.

Kearifan lokal merupakam gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakatnya.

Inisiator pemberdayaan komunitas yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Prinsip pemberdayaan komunitas adalah kesetaraan, partisipatif, keswadayaan, dan


berkelanjutan.

Strategi pelaksanaan pemberdayaan komunitas yaitu mempertimbangkan potensi masyarakat,


memberikan pendampingan secara berkelompok, memberikan pelatihan khusus, meningkatkan
kearifan lokal, memberikan bantuan sarana, dan melaksanakan pemberdayaan secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai