Anda di halaman 1dari 10

TRANSCULTURAL NURSING I

STEREOTYPES BUDAYA BATAK

OLEH:
A8-D
Kelompok 9

1.
2.
3.
4.

Ayu Apsari
(14.321.2096)
Ni Made Rai Putri Handayani
(14.321.2117)
Ni Putu Yuniartini Mahayanti
(14.321.2118)
Ngakan Nyoman Ega Ardita
(14.321.2124)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN 2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmatNya. Makalah

yang

berjudul STEREOTYPES BUDAYA BATAK ini dapat

penulis selesaikan tepat pada waktunya. Dalam konteks penulisan tulisan ini, penulis merasa
bahwa banyak hambatan. Namun, berkat bimbingan dan dukungan berbagai pihak, hambatanhambatan tersebut dapat penulis atasi, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang turut memberikan opininya dalam makalah ini.
Disamping itu, penulis menyadari bahwa makalah

ini masih jauh dari sebuah

kesempurnaan. Hal ini dapat di ibaratkan tidak ada gading yang tidak retak. Oleh sebab itu,
penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan makalah ini.
Demikian pula halnya, penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan
mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis dan seberapapun sederhana makalah

ini,

penulis harapkan mempunyai suatu manfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 21 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi stereotype.........................................................................................

B.
C.
D.
E.

Identifikasi Stereotype Batak.........................................................................


Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan..................................................
Manfaat dan Kerugian....................................................................................
Pengaruh Stereotypes thingking terhadap pelayanan kesehatan....................

2
2
3
5
6

BAB III PENUTUP


A. Simpulan
B. Saran

7
7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam etnis dan budaya yang berbeda.
Bahkan di suatu wilayah pun memiliki ragam budaya yang berbeda pula. Masyarakat
Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di dalam
berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita
terlihat dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri bahwa
kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi
bangsa Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula
sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besar
kaitan antara kebudayaan dengan masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda di
karenakan setiap masyarakat / suku memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan suku
liannya.
Masyarakat Batak, adalah salah satu masyarakat Indonesia yang berada di kawasan
Sumatra. Setiap masyarakat pastilah memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat
lainnya yang menjadi penanda keberadaan suatu masyarakat / suku. Begitu juga dengan
masyarakat Batak yang memiliki karekteristik kebudayaan yang berbeda. Keunikan
kharakteristik suku Batak ini tercermin dari kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi
agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya. Adat-istiadat seperti upacara
kelahiran, upacara pernikahan, upacara kematian, norma, dan kebiasaan-kebiasaan juga
merupakan jati diri suku bangsa Batak, yang membedakan suku bangsa ini dengan suku
bangsa lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah stereotypes di budaya batak?
2. Apa manfaat dan kerugian stereotypes?
3. Bagaimana pengaruh stereotypes thinking terhadap pelayanan keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui stereotypes di budaya batak
2. Untuk mengetahui manfaat dan kerugian stereotypes
3. Untuk mengetahui pengaruh stereotypes thinking terhadap pelayanan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi stereotype
1

Stereotip adalah gambaran (citra, persepsi) tentang suatu kelompok sosial dalam
kognisi kelompok sosial lainnya. Biasanya bersifat simplisitik namun tetap punya fungsi,
yakni membantu seseorang dari satu kelompok untuk mulai bersikap terhadap kelompok
lainnya. Stereotip dapat menumbuhkan prasangka yang pada gilirannya melahirkan sikap
diskriminatif. Stereotip etnis merupakan konsep relatif yang ditetapkan pada suatu
kelompok etnis yang dikenal sejak seseorang masih kecil, melalui interaksi seorang anak
diajar untuk mengenal dunia di luar dirinya. Seperti latar belakang keluarga, status orang
tua bahkan suku atau ras yang diturunkan padanya. Semenjak itu, anak mulai melakukan
stereotyping yang hampir selalu berkaitan dengan asal-usul seperti jenis kelamin, daerah
atau negara, atau kelas sosial. Stereotip dapat berupa atribut-atribut yang biasanya melekat
pada kelompok tertentu, misalnya logat bicara, penggunaan bahasa, gaya berpakaian dan
berdandan, sudut pandang terhadap sesuatu hingga pemakaian benda atau lambang
simbolis tertentu.
Stereotip adalah suatu keyakinan yang digeneralisir, dibuat mudah, disederhanakan
atau dilebih-lebihkan mengenai suatu kategori atau kelompok orang tertentu. Keyakinan
tersebut biasanya bersifat kaku dan diwarnai emosi, walaupun tidak jarang stereotip
dilontarkan dalam kemasan humor.
B. Identifikasi Stereotype Batak
Suku / masyarakat Batak hidup di kawasan Sumatra Utara. Sebagian masyarakat
yang tinggal di daerah ini adalah masyarakat Batak. Suku Batak pertama sekali mendiami
daerah karo dan kawasan danau Toba.
Sebagai bagian dari sejarah bangsa, budaya Batak sudah ada sejak berabad-abad
tahun yang lalu. Dimulai dari kerajaan Sisingamangaraja yang pertama (kakek buyut Raja
Sisingamangaraja XII, pahlawan nasional Indonesia), suku Batak tetap eksis sampai saat
ini dengan tetap mempertahankan identitasnya. Pewaris kebudayaan Batak tetap menjaga,
memelihara serta melestarikan Budaya Batak sebagai kebudayaan warisan nenek moyang.
Budaya Batak yang bersifat kekeluargaan, gotong royong dan setia kawan telah mengakar
disetiap langkah hidup orang Batak. Budaya Batak sudah menjadi falsafah hidup bagi
warganya ditengah era globalisasi dewasa ini.
Identitas kesukubangsaan merupakan internalisasi nilai yang diwariskan oleh orang
tua secara informal kepada setiap anak sejak dari kecil untuk membangun eksistensi keBatakan-nya (habatahon), yang kelak dapat merupakan jalan, wahana, dan alat memasuki
tujuan hidup suku bangsa Batak. Dengan demikian, identitas budaya ini disebut sebagai
nilai instrumental (instrumental values). Visi suatu suku bangsa adalah tujuan hidup suatu

kolektif, dalam hal ini tujuan suku bangsa Batak, yang merupakan tujuan akhir yang
diidam-idamkan masyarakat. Dengan demikian, visi tujuan hidup ini disebut sebagai nilai
terminal (terminal values). Pedoman interaksi merupakan landasan interaksi masyarakat,
yang berfungsi menentukan kedudukan, hak, dan kewajiban masyarakat, mengatur serta
mengendalikan tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sosial sehari-hari, dan menjadi
dasar demokrasi untuk penyelesaian masalah terutama secara musyawarah dan mufakat
dalam masyarakat Batak Toba.
C. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan
Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat
sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan
tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional )
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Arti sakit bagi orang Batak adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring ,
dan penyembuhannya melalui cara cara tradisional , atau ada juga yang membawa orang
yang sakit tersebut kepada dukun atau orang pintar . Dalam kehidupan sehari hari
orang batak , segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu , untuk
mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat
dan jauh dari mara bahaya. Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga
beberapa tipe spesifik penyakit supernatural , yaitu :
1. Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan
yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar matanya tersebut
sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih.
2. Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang
tersebut sakit.Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama
yang lain , yang lebih cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama
keluarga.
3. Ada juga orang batak sakit karena tarhirim.Mis : seorang bapak menjanjikan akan
memberi mainan buat anaknya , tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji
tersebut tidak ditepati , si anak bisa menjadi sakit.
4. Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap
telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan
masyarakat.
Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya kitab pengobatan yang isinya
diantaranya ialah , Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda : Segala sesuatu
3

yang tumbuh di atas bumi & di dalam air sudah ada gunanya masing masing di dalam
kehidupan sehari hari , sebab tak semua manusia yang bisa menyatukan darahku dengan
darahnya , maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan mu
Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai sejak
dalam kandungan hingga melahirkan.
1. Obat mulai dari kandungan hingga melahirkan
a. Perawatan dalam kandungan : memanfaatkan salusu yaitu satu butir telur ayam
kampung yang terlebih dahulu di doakan
b. Perawatan setelah melahirkan : memanfaatkan kemiri , jeruk purut & daun
sirih
c. Perawatan bayi : biasanya memanfaatkan kemiri , biji lada putih & iris
jorango
d. Perawatan dugu dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat melahirkan
yang diresap dari bangun bangun , daging ayam , kemiri & kelapa.
2. Dappol Siburuk ( obat urut & tulang )
Asal mula manusia menurut masyarakat batak ialah dari ayam & burung. Obat
dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang mana langsung di
praktikkan dgn penelitian alami & hamper seluruh keturunan Siraja Batak
memanfaatkan obat ini dalam kehidupan sehari hari.
3. Untuk mengobati sakit mata
Menurut orang batak , mata ialah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia , & menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja
Simosimin , Berlandaskan pesan dari si raja batak , untuk membuat keluar penyakit
dari mata , maukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah 1tu tutuplah
mata & tunggulah beberapa saat , oleh biji sirintak mau menarik seluruh penyakit
yang ada di dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya mata tetap sehat.
Sirintak ialah tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut
( membuat keluar ) , nama ramuannya dgn sdama tujuannnya.
4. Mengobati penyakit kulit yang hingga membusuk
Berlandaskan pesan siraja batak untuk mengobati masyarakat yang berpenyakit kulit
supaya memanfaatkan tawar mulajadi ( sesuatu yang berasal dari asap dapur ).
Rumpak 7 macam & diseduh dgn air hangat.
Disamping 1tu , siraja batak berpesan kepada keturunannya , supaya masyarakat bisa
hidup sehat , maka makanlah / minumlah : apapaga , airman , anggir , adolorab , alinggo ,
abajora , ambaluang , assigning , & arip arip. Dalam budaya batak jg dikenal dgn adanya

charisma , wibawa & kesehatan menurut masyarakat batak dahulu , supaya manusia bisa
sukses dalam segala hal biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah ,
ayam putih , ayam hitam , ketan beras ( nitak ) , jeruk purut , sirih beserta
perlengkapannya.
Beberapa contoh pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh masyarakat
batak ialah :
1. Jika ada masyarakat

batak yang menderita penyakit gondok , maka cara

pengobatannya dengan memanfaatkan belau.


2. Apabila ada masyarakat batak yang menderita penyakit panas ( panas ) biasanya
pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal
D. Manfaat dan Kerugian
Kelebihan masyarakat batak yang patut dibanggakan salah satunya adalah sistem
kekerabatan mereka yang begitu kuat kemanapun mereka pergi selalu ada perkumpulan
orang-orang Batak. Tarombo adalah kelebihan lain dari orang Batak. Tarombo adalah
pemikiran hebat dari para raja-raja Batak terdahulu. Mereka berpikir agar kelak anak cucu
dari keturunan-keturunannya tidak putus rantai persaudaraan dan dapat mengenal serta
mengetahui dengan baik dari mana mereka berasal. Straight to the point, jujur, terus
terang, terbuka dan tidak bertele-tele serta berbelit-belit adalah sisi positif lainnya dari
orang Batak.
Kekurangan kalau boleh dikatakan seperti yang sering kita lihat pada diri orang
Batak adalah sifatnya yang cenderung kasar, temperamental dan untuk sebagian orang
kurang santun.Orang Batak juga cenderung sulit mengontrol emosi dan tak jarang
mengeluarkan kata-kata kasar atau kalau istilah orang Medan cakap kotor.
E. Pengaruh Stereotypes thingking terhadap pelayanan kesehatan
Pengaruh stereotypes thinking dari suku batak tentunya dapat mempengaruhi
pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dan tenaga medis lainnya. Karena
kepercayaan orang batak adalah syamaisme, yaitu suatu kepercayaan dengan melakukan
pemasukan roh kedalam tubuh seseorang sehinggga roh itu dapat berkata-kata.
Menurut kepercayaan orang batak, apabila seseorang jatuh sakit,tondi atau tendi
si sakit pergi kesuatu tempat meninggalkan tubuhnya. Karena tondi itu pergi, orang
tersebut jatuh sakit. Agar orang yang sakit dapat sembuh , tendi-nya harus dipanggil agar
masuk kembali kedalam tubuh orang yang sakit itu(tondi mulak to badan). Mediator untuk
memanggil tondi tersebut adalah baso atau datu. Untuk pelaksanaanya, perlu disediakan

bahan-bahan ramuan tertentu. Kalau kondi itu setelah berulang-ulang dipanggil tidak mau
pulang juga, berarti orang sakit tersebut tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Implikasi keperawatan keluarga pada etnik batak.Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan pengobatan, lama kelamaan orang batak mencari pengobatan ke
tenaga kesehatan atau kepuskesmas terdekat. Walaupun demikian , masih ada yang
berobat ke shaman untuk mengaasi masalah kesehatan keluarga mereka, baik keluarga
yang tinggal di pedalaman maupun yang berada di luar sumatra utara. Karena itulah peran
perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan professional harus dapat mengetahui,
memahami dan bertindak dengan perspektif global bagaimana merawat pasien dengan
berbagai macam budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia saat ini.
Dalam pemberian asuhan keperawatan, sangatlah penting bagi seorang perawat
untuk mengetahui bagaimana latar belakang budaya dan kebiasaan yang dimiliki oleh
pasien untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang bermutu, sesuai dengan pasien,
dan dapat diterima oleh pasien dan keluarganya. Misalnya dalam hal asupan makanan,
perawat harus bisa menyesuaikan makanan apa yang disukai oleh pasien dan baik untuk
kesehatannya. Selain itu, pasien juga tentunya mempunyai kepercayaan yang juga harus
diperhatikan oleh perawat. Jika sesuatu yang mereka percayai bisa membantu dalam
penyembuhan penyakit, itu bisa digunakan, tapi jika kepercayaan pasien malah
memberikan efek yang kurang baik bagi kesehatannya, perawat bisa menyarankan kepada
pasien bahwa itu kurang baik untuk dilakukan namun hal tersebut harus dilakukan dengan
penjelasan yang bisa diterima oleh pasien dan keluarganya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Suku / masyarakat Batak hidup di kawasan Sumatra Utara. Suku Batak
pertama sekali mendiami daerah karo dan kawasan danau Toba. Budaya Batak bersifat
kekeluargaan, gotong royong dan setia kawan telah mengakar disetiap langkah hidup
orang Batak.
Cara pengobatan orang batak dalam kehidupan sehari-hari berupa: pergi
kedukun untuk berobat, dan menggunakan obat-obat tradisional untuk menyembuhkan
penyakit.
B. Saran

Sebagai seorang perawat yang professional kita harus mempelajari latar


belakang budaya dan kebiasaan mereka sehingga perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang bermutu, sesuai dengan keadaan pasien tanpa meninggalkan
kebudayaan yang di yakini oleh pasien tersebut.

Anda mungkin juga menyukai