Anda di halaman 1dari 13

Perubahan Pasang Air Laut:

Perubahan Iklim, Migrasi, dan


Agensi di Tuvalu

Oleh HEATHER LAZRUS


GEOGRAFIS
Secara geografis rentan terhadap dampak
perubahan iklim.
 Tuvalu adalah gugusan 9 pulau kecil di Pasifik
 Pulau-pulau itu tersebar melintasi jarak 125 hingga 150 km, dan
luas daratan gabungan hanya 26 km persegi.
 Titik tertinggi di atas permukaan laut di pulau-pulau dataran rendah
adalah kurang dari 5m.
Geologis

 Pulau-pulau Tuvalu secara geologis sangat muda dan


dinamis,
 Subjek penurunan, pertumbuhan terumbu, dan pengikisan
dan pertambahan kekuatan laut dan cuaca
Ciri Dampak Perubahan Cuaca
Ada kesepakatan luas tentang dampak perubahan iklim yang meliputi:

Kenaikan permukaan laut & Resikonya,


 kenaikan suhu permukaan laut dan bawah permukaan,
 pengasaman laut dan pemutihan karang,
 Pesisir erosi,
 peningkatan intensitas tetapi penurunan frekuensi curah hujan,
 dan peningkatan frekuensi kejadian cuaca ekstrim lainnya termasuk
kekeringan (Nurse et al. 2014).
Kenaikan Air Laut Sdh Terjadi dan resikonya

 Sudah terjadi kenaikan permukaan laut terlihat pada pengukur permukaan


laut di Funafuti, pulau yang merupakan ibu kota nasional Tuvalu,
 Kenaikan itu dari 2 ± 1 mm per tahun selama periode 1950 hingga 2001.
 Selajutnya meningkatnya tingkat kenaikan permukaan laut akan
menyebabkan peningkatan erosi pantai, banjir, dan
 sumber daya air tawar akan terancam berkurang (Church, White, dan
Hunter 2006).
Metode pengumpulan data

 Wawancara yang saya lakukan pada tahun 2006 dengan orang Tuvalu yang
telah menghabiskan hidup mereka mengamati dan berinteraksi dengan
lingkungan.
 Data difokuskan pada:
 1. Pengamatan orang Tuvalu terhadap perubahan langit, laut, dan darat;
 2. Respons lokal terhadap cuaca ekstrem seperti peristiwa badai, kekeringan,
dan banjir; dan tentang
 3. Persepsi risiko dan harapan masa depan mereka (Lazrus 2015).
Masalah/problem penelitiannya:

 Sejak tahun 2000-an orang Tuvalu sdh dianggap pengungsi akibat ancaman perubahan iklim
pertama di dunia.
 Sementara efek yang meningkat dari perubahan iklim sudah tampak dan melahirkan bayang-
bayang ketidakpastian masa depan negara dan warganya, perubahan iklim tersebut belum
memotivasi pembicaraan di level nasional tentang migrasi di Tuvalu, baik pembicaraan dalam
pemerintahan maupun antar warga.
 Sebaliknya, orang Tuvalu malah menolak asumsi standar bahwa naiknya permukaan laut akan
menyebabkan mereka menjadi pengungsi tanpa tanah.
 Mengapa orang-orang di Tuvalu menolak gagasan tentang masa depan yang tak terhindarkan
bahwa mereka akan menjadi pengungsi (karena) iklim.
PERUBAHAN IKLIM DAN MIGRASI

 Teori Klasi migrasi: push and pull factors (faktor pendorong dan penarik).
 Migrasi adalah respon adaptif terhadap perubahan lingkungan dan juga pendorong manusia
menyebar di berbagai belahan dunia.
 Dalam dunia global sekarang, faktor pendorong dan penarik migrasi sudah faktor
pendorong dan penarik yang mendorong mobilitas penduduk menjadi semakin beragam,
dan seringkali sulit untuk memisahkan motivasi sosial, politik, dan ekonomi dari
lingkungan (Dun dan Gemenne 2008; Hartmann 2010).
 Bahkan, kerentanan (vulnerability) (seringkali menjadi faktor pendorong dalam keputusan
migrasi) terhadap bencana lingkungan sangat kompleks dan kerentanan tersebut
dikonstruksi secara sosial.
Kerentanan (vulnerability)

 Oliver-Smith mengartikan kerentanan sebagai “hubungan konseptual yang


dimiliki orang dengan lingkungan mereka dengan kekuatan-kekuatan sosial
dan institusi sosial dan nilai-nilai budaya yang menopang hubungan itu atau
melemahkannya” (2004:10).
 Orang kadang gagal memahami akar kerentanan yang menjadi pendorong
migrasi ketika menghadapi perubahan iklim. Akar kerentanan tersebut adalah
ketimpangan (ketidak-adilan) dalam distribusi sumberdaya, kekayaan, dan rasa
aman sehingga secara sistematis mengurangi pilihan-pilihan beradaptasi, dan
karena itu penduduk yang rentan merasa harus melakukan migrasi keluar
(Oliver-Smith, 2013).
Kerentanan (vulnerability)

 Gagal paham ini menyebabkan banyak yang mengajukan pandangan bahwa


dalam menghadapi perubahan iklim, migrasi dilihat dari dua fungsi: 1)
berfungsi sebagai tanggapan yang tidak direncananakan tapi harus dilakukan
sebagai respon darurat terhadap dampak perubahan iklim, 2) migrasi
merupakan langkah yang direncanakan sebagai strategi adaptasi.
 Dalam pembicaraan migrasi sebagai respon terhadap perubahan iklim tersebut,
baik karena kedaruratan maupun yang direncanakan, orang sering lupa akar
dari kerentanan yang membuat orang pilih bermigrasi yaitu ketimpangan itu.
2 macam Kerentanan

Ketimpangan
Kerentanan
sosial dlm akses
terhadap
dan pemilikan
Ancaman
sumberdaya, Migrasi
perubahan
kekayaan, dan
iklim
rasa aman.
Migrasi di Tuvalu
 Di Tuvalu, migrasi adalah suatu hal biasa dalam kehidupan mereka baik itu migrasi permanen, migrasi
sementara, maupun migrasi sirkular (pulang-pergi).
 Namun, orang Tuvalu sangat menolak migrasi dilihat sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim,
seperti yang ditunjukkan oleh kurangnya perencanaan migrasi di tingkat nasional sebagai tanggapan
atas ancaman perubahan iklim.
 Beberapa kutipan wawancara berikut menunjukan sikap orang Tuvalu:
“Saya hanya tidak ingin percaya bahwa saya harus meninggalkan negara itu suatu hari
nanti jika Tuvalu akan tenggelam. . . . Saya tidak ingin meninggalkan pulau asal saya. Saya cinta
Tuvalu. . . dan saya . . . ingin berada di sini sepanjang hidupku”. (Lina Timala di Horner dan le Gallic
2004).
“Jika yang terburuk menjadi yang terburuk, saya pikir saya lebih baik tinggal di sini dan
mati. Saya tidak ingin meninggalkan negara saya”. (Pejabat Lembaga Swadaya Masyarakat
dikutip dalam Farbotko, Stratford, dan Lazrus 2015).
 Tampak orang Tuvalu sangat mencintai tanah airnya, pulaunya, sehingga tidak berkeinginan utk
bermigrasi walaupun jika suatu saat pulau mereka terancam ternggelam.
Kesimpulan
 Orang-orang Tuvalu memisahkan diri dari Gilber Island melalui referéndum.
 Migrasi sebagai pilihan terakhir.
 Secara mencolok memprioritaskan identitas budaya dan rasa cinta pada negara pulau mereka
tersebut daripada ancaman lingkungan.
 Orang Tuvalu bukan menolak bermigrasi. Bahkan migrasi sudah sering dipraktekan dalam
kehidupan mereka dengan alsan-alasan lain seperti bekerja dll.
 Hal yang mereka tolak adalah bahwa migrasi dilakukan dengan alasan ancaman perubahan
iklim yang menyebabkan pulau atau negara mereka bisa tenggelam.
 Mengapa mereka bersikap demikian? Karena mereka sangat mencintai tanah air mereka yang
mereka anggap diperjuangkan dengan upaya politik yang mendapat banyak tantangan.
 Menurut penulis, sikap oranng Tuvalu dan pemerintahannya seperti itu sangat membahayakan
karena orang Tuvalu sesungguhnya dalam kondisi kerentanan sistematis yang membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai