Anda di halaman 1dari 14

RESUME BUKU AGAMA ISLAM

ISLAM AGAMA KEMANUSIAAN

DISUSUN OLEH :

CICI FITRIANTI
NPM . 2126010039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022
IDENTITAS BUKU
Judul Buku                              : Islam Agama Kemanusiaan
Penulis                                     : Prof. Dr. Nurcholis Madjid
Penerbit/Kota penerbit            : PT Dian Rakyat/Jakarta
Tahun Terbit                            : 2010
Jumlah halaman                       : 228 hlm

RESENSI BUKU
Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Cak Nur yang
menggunakan pemikiran berwawasan kosmopolit dan universal mementingkan
warna dan corak pemikiran keagamaan yang bersifat lokal dan partikular.  Satu
pihak, Islam bersifat universal yang terbebas dari pengaruh budaya setempat,
dipihak lain Islam harus hadir ddibumi yang penyebaran dan penerimaannya oleh
umat manusia dalam keadaan terbungkus oleh budaya-budaya setempat. Ajaran
Islam yang universal itu karenanya hanya bisa ditangkap dalam bentuk nilai,
sehingga ketika ia turun dan jatuh ke tangan manusi, ia menjadi bentuk dalam
pengertian budaya. Dalam pengertian budaya itulah Islam bisa muncul dalam
berbagai warna dan corak.
Dalam buku ini juga menjelaskan persoalan teknik kecil yang banyak
dilakukan oleh para wali songo ketika menyebarkan Islam di Pulau Jawa,
menjelaskan persoalan politik Islam secara universal yang memperoleh wujud
paartikularnya di Indonesia.  Konstitusi Negara yaitu pancasila yang sangat mirip
dengan anjuran dan prinsip-prinsip dalam Al-Qur’an.

Makna Islam
Dalam Al-Qur’an banyak menegaskan bahwa agama Islam adalah agama
universal. Mengapa Islam dikatakan agama universal dikarenakan Islam sebagai
sikap pasrah dan tunduk patuh kepada Allah adalah sebagai pola wujud seluruh
alam semesta. Dalam ayat bersangkutan terdapat perkataan Arab aslama yang
merupakan kata kerja untuk perkataan islam. Dan perkataan islam merupakan kata
kerja aslama. Kata aslama juga dapat diterjemahkan dengan “berislam”, yakni
menempuh hidup pasrah dan tunduk kepada Allah.
Maka, Islam dalam makna aslinya sebagai hukum ketundukan kepada
Allah, bukan terbatas pada suatu zaman atau suatu kawasan, melainkan berlaku
untuk seluruh lampau, sekarang dadn nanti, disemua kawasan tanpa terkecuali,
sebagaimana hukum Allah untuk alam raya ini berlaku untuk  seluruh alam
semesta

Bagian Pertama: Islam dan tradisi Islam di Indonesia


Di dalam bab tersebut pertama tama membahas tentang perdebatan
mengenai landasan filosofis yang akan dijadikan pijakan republik Indonesia.
Nasionalis muslim menginginkan berdinya Negara Islam Indonesia (Islamic State
of Indonesia). Akan tetapi nasionalis sekuler menolak gagasan tersebut,
dikarenakan di Indonesia juga banyak non-muslim yang turut berjuang juga
melawan kolonis. Maka dari itu, presiden pertama kita Soekarno seorang
nasionalis sekuler menawawarkan suatu kompromi yang merujuk pada
kecenderungan ideologis manusia, yaitu Pancasila:  ketuhanan , Kemanusiaan,
Nasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial. Namun sebenarnya pada tanggal
22 juli 1945 PPKI merumuskan konsep deklarasi Kemerdekaan Indonesia yang
dikenal sebagai piagam Jakarta. Dalam piagam tersebut dijelaskan bahwa:
ketuhanan, dengan dengan kewajiban menjalankan Syaria’t Islam bagi pemeluk-
pemeluknya, kemanusiaan yang adil dan beradab, persayuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan,
perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Maksud piagam
tersebuut tadinya dimaksudkan sebagai teks deklarasi kemerdekaan Indonesia.
Namun tatkala Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini.
Sebaliknya mereka merumuskan sebuah dokumen baru yang kemudian dikenal
sebagai teks proklamasi.  Ada informasi yang menyatakan bahwa orang-orang
Kristen yang berasal dari Sulawesi Utara secara serius menolak ungkapan piagam
pertama. Kemudian sebagai gantinya atas usul Ki Bagus Hadikusumo
ditambahkan sebuah ungkapan baru dalam sila Ketuhanan itu sehingga berbunyi
Ketuhanan yang Maha Esa. Oleh karena itu, pancasila dapat dipandang
sepenuhnya sebagai titik temu agama-agama di Indonesia.
Perdebatan lainnya adalah menyangkut didirikannya “Departemen
Agama”. Masalah tersebut menjadi perhatian Jend. T.B Simatupang
(purnawirawan, ketua dewan gereja Indonesia). Bahwa berdirinya Departemen
Agama telah bertentangan dengan prinsip toleransi Negara. Karena menurut nya
Departemen Agama implikasinya hanya ada satu agama yakni Islam yang benar-
benar diperhatikan. Maka departemen Keagamaan lah yang lebih cocok karena
artinya kepunyaan semua agama (Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Budha).
Tak hanyacukup sampai disini kontroversi antara orang-orang muslim dan non
muslim. Tapi juga dihadapkan dengan keinginan pemerintah secara resmi hendak
melembagakan Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iyyah.

Potret Pemikiran Islam Indonesia


Corak pemikiran Islam Indonesia sangat berwarna kesufiannya yang
pekat. Ini disebabkan karena pertama datangnya Islam ke Indonesia banyak
ditangani oleh kaum sufi sekaligus pedagang. Jaringan perdagangan tersebut
berpusat pada tempat-tempat penginapan mereka yang dekat dengan masjid
sekaligus padepokan-padepokan kesufian telah memberikan fasilitas menyebarkan
Islam melalui perembesan damai.
Dalam pemikiran Islam yang bercorak kesufian itu juga dipengaruhi oleh
tokoh pemikir Islam Imam Al-Ghazali. Terlihat dari banyaknya dokumen dan
karya tulis al-ghazali tersebut banyak beredar dikalangan cendekiawan Islam di
Indonesia. Pengaruh al-ghazali yang sangat nampak jelas terdapat dalam bidang
aqidah atau ilmu kalam.  
Proses  pengislaman besar-besaran di Indonesia baru benar-benar terjadi
empat abad setelah wafat Imam al-Ghazali. Jadi para wali tampil sekitar empat
ratusan tahun setelah wafat Al-Ghazali. Melalui para wali khususnya wali songo,
gaya pemikiran Islam Indonesia menjadi sangat mudah sekali diterima oleh
rakyat. Dikarenakan pemikiran Islamnya diwarnai dengan unsur-unsur budaya
lokal.

Tradisi dan Inovasi keislaman dalam bidang pemikiran serta tantangan dan
harapannya di Indonesia
Antara agama dan budaya tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan.
Agama bernilai mutlak tidak berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Tapi
budaya yang berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan agama namun tidak pernah
terjadi agama berdasarkan budaya.
Pemikiran dapat kita pahami sebagai sesuatu yang dimaksud dengan
kalimat “apa yang ada dalam diri mereka”. Jadi bidang pemikiran sangat
menyangkut suatu wujud batiniyah. Tradisi dalam pemikiran Islam adalah
keseluruhan buah pikiran yang masa pertumbuhan dan perkembangannya telah
berjalan lebih dari empat belas abad. Tradisi pemikiran Islam tersebut merupakan
hasil dialog antara keuniversalan Islam dengan kepartikularan tuntutan ruang dan
waktu, melalui para pemeluknya. Maka harus diakui adanya daya cipta luar biasa
kaum muslim terdahulu dalam menjawab tantangan zamannya berdasarksan
agama.
Tradisi pemikiran Islam telah memberikan pengaruh besar terhadap sistem
pandangan berbagai keagamaan seperti Yahudi dan Kristen. Patut disebutkan
bahwa medernitas yang kini dialami dunia seperti dalam bidang ilmiah, teknologi
dan ekonominya menurut banyak sarjana modern dapat dilihat sebagai kelanjutan
budaya Islam klasik. Umat Islam klasik yang menularkan dan menyebarkan
hikmah dan ilmu pengetahuan kepada siapa saja yang bersedia menerima. Dalam
hal ini kaum Yahudi memperoleh manfaat sedemikian besarnya dari Islam
sehingga mereka mencapai zaman emas nya justru dimasa kejayaan Islam.
Semakin berkembang zaman maka muncullah Inovasi pemikiran
keislaman. Inovasi berarti pembaharuan. kata-kata padanannya dalam bahasa arab
adalah tajdid bukan bid’ah, ibda atau ibtida.
Karena bid’ah, ibda atau ibtada walaupun mengandung makna pembaharuan atau
pembuatan hal baru memiliki makna yang negatif. Padahal secara kebahasaan
sebetulnya kata-kata bid’ah memiliki arti kreatifitas atau daya cipta.  Maka
kreatifitas dan daya cipta adalah hal yang sangat terpuji. Namun bukian dalam hal
agama itu sendiri. karena memandang dan memasukkan sesuatu yang sebenarnya
hanya budaya belaka menjadi agama murni tidak diperbolehkan. Jadi inovasi
dalam ibadah tidak dibenarkan, sedangakan inovasi dalam budaya dianjurkan.

Alternatif Bentuk Peran Umat Islam Indonesia  di Abad ke-21


Karena umat dan rakyat adalah identik, maka peranan dari umat Islam berarti
juga peranan rakyat. Yang harus dilakukan adalah bagaimana membuat bangsa
Indonesia menjadi maju. Maka dari itu peran tepat dari rakyat adalah mendukung
dan berpartisipasi dalam segenap usaha pembangunan bangsa. Yang kurang lebih
berpusat kepada tiga hal:
1.    Dukungan kepada Negara nasional. Mendukung Negara nasional Republik
Indonesia berarti memandang prinsip-prinsip kenegaraan Republik Indonesia,
khususnya pancasila dan UUD 1945.
2.     Mengembangkan pemahaman agama Islam sebagai sumber kesadaran makna
hidupyang tangguh bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan pesat
dan menjadi industrial. Perubahan dari masyarakat agraris yang berpola
hubungan paguyuban menuju kepada masyarakati industrial yang berpola
hubungan patembayan pasti akan menimbulkan krisis yang tidak kecil dan ini
memerlukan penanggulangan yang tidak mudah.
3.      Mengembangkan perasaan sosio-kultural guna mendukung proses
pembangunan menuju masyarakat industrial yang maju. Dan yang dapat
dilakukan oleh umat Islam berkenaan dengan partisipasi mereka dalam
menciptakan prasarana sosio-kultural adalah sebagai berikut:
a.      Pengembangan kesadaran hukum
b.     Pengembangan etos kerja
c.       Menanggulangi ekses perubahan sosial

Kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam pengembangan


unsur etika sumber daya manusia Indonesia
Masing-masing agama mempunyai idiomnya yang khas dan bersifat
esoterik yakni hanya berlaku secara intern. Karena itulah ikut campur oleh
seorang penganut agama dalam urusan rasa kesucian orang dari agama lain adalah
tidak rasional dan absurd. Contohnya, agama Islam melarang para penganutnya
berbantahan dengan para penganut kitab suci yang lain melainkan dengan cara
yang sebaik-baiknya, termasuk menjaga kesopanan dan tennggang rasa. Maka
para penganut agama diharapkan dengan sungguh-sungguh menjalankan
agamanya itu dengan baik, dari sudut pandang Islam dipahami dari sederetan
firman Tuhan tentang kaum Yahudi, Nasrani dan muslim sendiri.
Sebuah firman yang ditujukan kepada para penganut kitab suci mana saja
menyatakan bahwa kalau mereka benar-benar beriman dan bertakwa maka Allah
akan membukakan berbagai keberkahan dari langit dan dari bumi. Kemudian
sebuah firman yang ditujukan kepada kaum Yahudi dan Kristen menjajikan
kemakmuran yang melimpah ruah dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki
mereka (bumi) jika mereka benar-benar menegakkan ajaran Taurat dan Injil.
Sementara itu kaum muslim yang merupakan golongan terbesar diajari untuk
beriman kepada kitab-kitab Taurat dan Injil ditambah Zabur dan kepada kitab suci
manapun, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa beliau
harus menyatakan beriman kepada kitab apa saja yang diturunkan Allah kepada
umat manusia. Sikap ini merupakan petunjuk dasar hubungan beliau dengan
agama-agama yang ada.
Berdasarkan bahwa semua penganut agama harus mengamalkan agamanya
dengan baik, maka segi etika SDM Indonesia adalah menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1.      Keimanan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti bahwa SDM
Indonesia terwujud dari manusia Indonesia yang menyadari tentang adanya
asal dan  tujuan hidup yang lebih tinggi daripada pengalaman hidup duniawi.
2.      Bekerja bukan untuk kebahagiaan fisik  dan material, tetapi dalam
peningkatan kualitas jiwa dan ruhani. Dengan begitu ia tidak tersesat masuk
kedalam sikap-sikap mementingkan diri sendiri, bebas dari dorongan mencari
kenikmatan hidup lahiri semata, bebas dari sifat-sifat tamak, loba, dan rakus.
3.      SDM Indonesia berpangkal dari semangat dan kemampuan menunda
kesenangan sementara. Ia berpengang teguh pada prinsip “deferred
gratification” atau ganjaran kenikmatan yang tertunda. Dengan kata lain, SDM
yang mampu berpikir dan mengembangkan tingkah laku atas dasar prinsip
“berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu
bersenang-senang kemudian”
4.      SDM Indonesia adalah manusia yang tabah, gigih, tahan menderita, karena
yakin kepada masa depan.
5.      SDM Indonesia tidak memiliki dorongan untuk hidup mewah dan berlebihan
6.      SDM Indonesia mampu bersikap dan berlaku adil, jujur dan fair mekipun
terhadap diri sendiri, kerabat dan handai taulan.
Para ahli mengamati bahwa Negara yang maju atau yang dalam proses
serius menuju kemajuan, senantiasa menunjukkan ciri-ciri orientasi  etis yang kuat
dan tegar, sedangkan Negara yang tertinggal umumnya berwawasan etika yang
lemah. Disinilah peran agama-agama di Indonesia untuk mempertinggi dan
memperkukuh kesadaran akan nilai-nilai asasi tersebut agar masyarakat tidak
jatuh kepada godaan pragmatism. Tapi sikap skeptic pun masih tetap selalu
muncul. Barangkali jawabnya dapat kita temukan dalam apa yang dikatakan oleh
Armstrong bahwa agama sring dibajak oleh pemeluknya sendiri.

Pascamodernisme dan dilemma Islam Indonesia


Pascamodernisme adalah faham yang berkembang setelah era modern
dengan modernism nya. Pascamodernisme bukanlah faham tunggal sebuah teori,
namun justru menghargai teori-teori yang bertebaran dan sulit dicari titik temu
yang tunggal. Pascamodernisme lebih menunjuk kepada konsep berpikir. Ciri
pemikiran di era pascamodernisme adalah pluralitas berpikir dihargai, setiap
orang boleh berbicara dengan bebassesuai pemikirannya. Pascamodernisme
adalah kritik orang modrn terhadap modernitas atau dalam ungkapan yang lebih
kuat, kritik orang Barat terhadap kebudayaan Barat.
Pascamodernisme tumbuh dikalangan bangsa-bangsa barat sendiri,
sehingga pada hakikatnya ia merupakan suatu  bentuk otokritik dibidang
pemikiran kemanusiaan atau humaniora. Jadi yang akan mampu berfikir dalam
kerangka pascamodernitas ialah jika sudah menjadi modern atau sudah ikut serta
sepenuhnya dalam budaya modern, ini berate hanya kalangan orang-orang barat.
Disinilah kita melihat segi dilematis Indonesia untuk masa depan.
Sebab Indonesia adalah sebuah masyarakat dengan mozaik yang belum
semuanya tertata rapid an serasi, setara dan sepadan. Keberhasilan dalam
membangun rasa kebangsaan yang antara lain ditunjang oleh keberhasilan
mengembangakan bahasa nasional, telah mewujud nyata dalam Negara kesatuan
yang cukup kokoh yang terbentang dari sabang sampai meroke. Sebuah prestasi
yang luar biasa. Apalagi keanekaragaman itu diapresiasi secara positif dan
dibingkai dalam motto Bhineka Tunggal Ika. Tetapi keanekaragaman juga dapat
menjadi sumber kerawanan.
            Oleh karena itu bagi Indonesia memang ada dilemma berkenaan dengan
adanya arus kesadaran baru internasional, yaitu pascamodernisme. Suatu bangsa
yang belum sepenuhnya mengalami proses modernism dihadapkan kepada
kemungkinan melihat atau malah menerapkan tahap sesudahnya, tahap
pascamodern. Bukan karena bangsa Indonesia harus meloncat dari tahap agraris
ke tahap pasca modern. Tapi karena Indonesia tidak lain adalah bagian tidak
terpisahkan dari sistem pergaulan global.

Islam, dan Etika Bangsa


Islam dianggap memiliki pengaruh paling besar dan kuat dalam wawasan
etis dan moral bangsa. Maka, harapan kepada peranan Islam sangat  besar karena
berdasarakan kenyataan sederhana, yaitu bahwa sebagian besar bangsa Indonesia
sekitar 90 persen adalah orang-orang muslim. Bangsa kita sering dikatakan orang-
orangnya sopan dan ramah. Banyak orang asing yang membawa pulang kesan
baik dan  positif tersebut. Namun yang sebernya sangat diperlukan adalah bangsa
yang berbudaya dan berakhlak tinggi. Bangsa kita masih jauh untuk dikatakan
bangsa yang berakhlak, terbuktinya merjalelanya korupsi dan pungli yang masih
dijumpai dimana-mana. Masih terjadi hal-hal tidak wajar yang ikut menumbuhkan
gejala ketidak adilan dan ketidak merataan sosial.
Kepincangan dalam kemampuan ekonomi yang yang sekarang  ini sangat
menggejala ditanah air kita sebagian disebabkan oleh kesalahan kita sendiri yang
tidak teguh berpegang kepada ukuran-ukuran moral dan akhlak sebagaimana
dikehendaki oleh ajaran agama. Namun bahwa kesalahan tidak seluruhnya dapat
ditimpakan kepada pihak-pihak tertentu yang kebetulan mengetahui kelemahan
moral kita dan menggunakannya untuk kepentingan kita sendiri. karena mereka
hanyalah akibat sedangkan sebab nya ada pada kita.
Akhlak mutlak penting karena merupakan ketahanan suatu bangsa
menghadapi pancaroba.  Tanpa akhlak yang baik, suatu bangsa akan binasa.
Sebuah syair dalam bahasa Arab yang menerangkan masalah ini:
Seseungguhnya bangsa-bangsa itu tegak selama akhlaknya, bila rusak akhlaknya,
maka rusak-binasa pulalah mereka.

Agama, kemanusiaan dan keadilan


            Wawasan Ibrahim adalah wawasan kemanusiaan berdasarkan konsep dasar
bahwa manusia dilahirkan dalam kesucian yaitu konsep yang terkenal dengan
istilah fitrah. Karena manusia memiliki sifat dasar kesucian yang kemudian harus
dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan baik kepada sesamanya. Sifat dasar
kesucian itu disebut hanifiyah karena manusia adalah makhluk yang hanif.
Sebagai makhluk yang hanif itu manusia memiliki dorongan naluri kearah
kebaikan dan kebenaran atau kesucian. Pusat dorongan hanifiyah nya itu terdapat
dalam dirinya yang paling dalam dan paling murni, yang disebut hati (nurani)
artinya bersifat nur atau cahaya. Wawasan Ibrahim itu kelak akan menjadi dasar
ajaran agama-agama semitik seperti Yahudi, Nasrani dan Islam.
            Kesucian manusia sendiri dapat ditafsirkan sebagai kelanjutan perjanjian
primordial antara manusia dan Tuhan. Yaitu suatu perjanjian atau ikatan janji
antara manusia sebelum lahir ke dunia dengan Tuhan. Bahwa manusia akan
mengakui Tuhannya sebagai pelindung dan pemelihara satu-satu Nya baginya.
Maka ber tawhid dengan segala konsekwensinya itulah makna hakiki hidup
manusia, yaitu suatu makna hidup atas dasar keinsafan bahwa manusia berasal
dari Tuhan dan kembali kepada-Nya.
Tetapi manusia tidak dibiarkan mencari sendiri makna hakiki hidupnya.
Maka Allah member tuntunan kepada manusia melalui Rasul-rasul-Nya, dan
tuntunan itu merupakan kelanjutan perjanjian primordial tadi. Dan itulah
kemudian yang dinamakan agama. Karena itu agama disebut “perjanjian” dan
intinya adalah sikap tunduk yang benar kepada Allah serta sikap penuh pasrah
kepada-Nya.
Untuk menyambung perjanjian primordial antara manusia dengan Allah
itu, sebagai pedoman dasar sikap pasrah dan tunduk yang benar kepada-Nya,
Allah menurunkan berbagai wasiat yang disebut dengan “sepuluh wasiat”.
Kesepuluh wasiat tersebuut termuat dalam Al-Qur’an surat Al-An’am: 151-153.
Ringkasnya sebagai berikut: (1) Jangan menyembah selain Allah (2) Jangan
membuat patung berhala (3) Jangan menyembah patung berhala (4) Jangan
menyebut nama Allah dengan sia-sia (5) Ingatlah hari sabtu (shabat, istirahat) (6)
Jangan membunuh (7) Jangan berbuat zina (8) Jangan mencuri (9) Jangan
bersaksi palsu dan dusta kepada sesamamu manusia  (10) menginginkan rumah
orang lain, istrinya dan barang-barangnya.
Sepuluh perintah yang diterima oleh Nabi Musa a.s itu menjadi inti dari
kitab taurat yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai petunjuk dan
cahaya untuk umat manusia. Dan karena pentingnya sepuluh perintah yang
disampaikan Allah kepada nabi Musa a.s diatas gunung Sinai itu maka Allah pun
dalam sebuah firman suci, bersumpah dengan gunung Sinai, disamping pohon tin,
dengan buah atau bukit zaitun dan dengan negeri yang aman sentosa yaitu
Makkah. Cukup sebagai bukti betapa besarnya pengaruh sepuluh perintah itu
adanya pengakuan para ahli bahwa peradaban yang didasarkan kepada sepuluh
perintah itu melalui tradisi budaya sosial politik Yunani-Romawi
Haikat dasar kemanusiaan, termasuk menegakkan keadilan, merupakan
bagian dari sunatullah, karena adanya fitrah Allah. Sebagai sunatullah,
menegakkan keadilan adalah keharusan yang merupakan hukum obyektif, tidak
tergantung kepada kemauan pribadi manusia siapapun juga dan tidak akan
berubah. Karena dengan menegakkan keadilan akan menciptakan kebaikan,
siapapun yang melaksanakannya dan melanggar keadilan akan mengakibatkan
malapetaka. Keadilan juga disebutkan sebagai perbuatan yang paling mendekati
taqwa kepada Allah s.w.t. maka masyarakat yang tidak menjalankan keadilan, dan
malah sebaliknya membiarkan kemewahan yang anti sosial akan dihancurkan
Tuhan. Karena itu Nabi s.a.w berpesan dalam sebuah khutbah beliau agar
masyarakat memperhatikan nasib kaum buruh. Mereka yang tidak memperhatikan
kaum buruh itu akan menjadi musuh Nabi s.a.w secara pribadi di hari kiamat.
Prinsip kemanusiaan dan musyawarah dalam politik Islam
Pandangan dasar kemanusiaan Islam: manusia diikat dalam suatu
perjanjian primordial dengan Tuhan, kelahiran manusia dalam kesucian asal
(fithrah), kesucian asal itu bersemayam dihati nurani, manusia dibekali akal
fikiran, manusia adalah makhluk yang etis dan moral, pertanggungjawaban
diakhirat adalah mutlak, pertanggungjawaban mutlak kepada Tuhan di akhirat itu
bersifat pribadi, manusia memiliki hak dasar untuk memilih sendiri perilaku moral
dan etisnya, manusia dianyatakan sebagai puncak segala makhluk, setiap pribadi
manusia adalah berharga, oleh karena itu setiap pribadi manusia harus berbuat
baik kepada sesamanya.
Jadi prinsip kemanusiaan dan musyawarah dalam politik islam itu, bahwa
setiap manusia memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri dihadapan Tuhannya
kelak, maka setiap pribadi memiliki hak untuk memilih jalannya sendiri.
diantaranya adalah hak untuk menyatakan pendapat dan fikiran, hak untuk
didengar dan kewajiban untuk mendengarkan pendapat orang lain. Ini harus
ditambah  dengan prinsip kesucian asal manusia yang membuatnya selalu
berpotensi untuk benar
Kesadaran tentang hak-hak asasi dan usaha peningkatannya
Masyarakat masih belum faham secara merata tentang makna hak-hak
asasi, ini tercermin dari banyaknya pengaduan tentang pihak-pihak tertentu yang
melakukan tindakan-tindakan hak asasi yang agaknya tanpa sedikitpun rasa salah
dari yang bersangkutan.  Dengan demikian berat usaha peningkatan kesadaran
hak-hak asasi itu harus dilakukan secara ekstra, yakni melalui saluran-saluran
resmi juga melalui saluran tidak resmi. Dengan menanamkan kesadaran tentang
sejarah panjang dan penuh onak duri tumbuhnya ide-ide tentang nilai-nilai
kemanusiaan itu pada berbagai bangsa didunia.

Etos Kerja dalam Islam di Tengan Ideologi-ideologi lain


Etos kerja dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, seperti agama, atau dari
hasil tingkat perkembangan ekonomi masyarakat. etos kerja dalam Islam adalah
hasil suatu kepercayaan pada hidupnya, yaitu memperoleh perkanan Allah s.w.t.
berkaitan dengan ini menegaskan bahwa Islam adalah agama amal atau
kerja (praxis).
Dan etos kerja dipengaruhi dari hasil perkembangan ekonomi tertentu juga
terbukti ada. Dari hasil pengamatan terhadap masyarakat-masyarakat tertentu
yang etos kerjanyya menjadi baik setelah mencapai kemajuan ekonomi tertentu
seperti negara-negara Industri baru di Asia Timur, yaitu korea selatan, Taiwan,
Hongkong, dan Singapura.

Anda mungkin juga menyukai