DISUSUN OLEH :
CICI FITRIANTI
NPM . 2126010039
RESENSI BUKU
Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Cak Nur yang
menggunakan pemikiran berwawasan kosmopolit dan universal mementingkan
warna dan corak pemikiran keagamaan yang bersifat lokal dan partikular. Satu
pihak, Islam bersifat universal yang terbebas dari pengaruh budaya setempat,
dipihak lain Islam harus hadir ddibumi yang penyebaran dan penerimaannya oleh
umat manusia dalam keadaan terbungkus oleh budaya-budaya setempat. Ajaran
Islam yang universal itu karenanya hanya bisa ditangkap dalam bentuk nilai,
sehingga ketika ia turun dan jatuh ke tangan manusi, ia menjadi bentuk dalam
pengertian budaya. Dalam pengertian budaya itulah Islam bisa muncul dalam
berbagai warna dan corak.
Dalam buku ini juga menjelaskan persoalan teknik kecil yang banyak
dilakukan oleh para wali songo ketika menyebarkan Islam di Pulau Jawa,
menjelaskan persoalan politik Islam secara universal yang memperoleh wujud
paartikularnya di Indonesia. Konstitusi Negara yaitu pancasila yang sangat mirip
dengan anjuran dan prinsip-prinsip dalam Al-Qur’an.
Makna Islam
Dalam Al-Qur’an banyak menegaskan bahwa agama Islam adalah agama
universal. Mengapa Islam dikatakan agama universal dikarenakan Islam sebagai
sikap pasrah dan tunduk patuh kepada Allah adalah sebagai pola wujud seluruh
alam semesta. Dalam ayat bersangkutan terdapat perkataan Arab aslama yang
merupakan kata kerja untuk perkataan islam. Dan perkataan islam merupakan kata
kerja aslama. Kata aslama juga dapat diterjemahkan dengan “berislam”, yakni
menempuh hidup pasrah dan tunduk kepada Allah.
Maka, Islam dalam makna aslinya sebagai hukum ketundukan kepada
Allah, bukan terbatas pada suatu zaman atau suatu kawasan, melainkan berlaku
untuk seluruh lampau, sekarang dadn nanti, disemua kawasan tanpa terkecuali,
sebagaimana hukum Allah untuk alam raya ini berlaku untuk seluruh alam
semesta
Tradisi dan Inovasi keislaman dalam bidang pemikiran serta tantangan dan
harapannya di Indonesia
Antara agama dan budaya tidak dapat dipisahkan namun dapat dibedakan.
Agama bernilai mutlak tidak berubah menurut perubahan waktu dan tempat. Tapi
budaya yang berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Kebanyakan budaya berdasarkan agama namun tidak pernah
terjadi agama berdasarkan budaya.
Pemikiran dapat kita pahami sebagai sesuatu yang dimaksud dengan
kalimat “apa yang ada dalam diri mereka”. Jadi bidang pemikiran sangat
menyangkut suatu wujud batiniyah. Tradisi dalam pemikiran Islam adalah
keseluruhan buah pikiran yang masa pertumbuhan dan perkembangannya telah
berjalan lebih dari empat belas abad. Tradisi pemikiran Islam tersebut merupakan
hasil dialog antara keuniversalan Islam dengan kepartikularan tuntutan ruang dan
waktu, melalui para pemeluknya. Maka harus diakui adanya daya cipta luar biasa
kaum muslim terdahulu dalam menjawab tantangan zamannya berdasarksan
agama.
Tradisi pemikiran Islam telah memberikan pengaruh besar terhadap sistem
pandangan berbagai keagamaan seperti Yahudi dan Kristen. Patut disebutkan
bahwa medernitas yang kini dialami dunia seperti dalam bidang ilmiah, teknologi
dan ekonominya menurut banyak sarjana modern dapat dilihat sebagai kelanjutan
budaya Islam klasik. Umat Islam klasik yang menularkan dan menyebarkan
hikmah dan ilmu pengetahuan kepada siapa saja yang bersedia menerima. Dalam
hal ini kaum Yahudi memperoleh manfaat sedemikian besarnya dari Islam
sehingga mereka mencapai zaman emas nya justru dimasa kejayaan Islam.
Semakin berkembang zaman maka muncullah Inovasi pemikiran
keislaman. Inovasi berarti pembaharuan. kata-kata padanannya dalam bahasa arab
adalah tajdid bukan bid’ah, ibda atau ibtida.
Karena bid’ah, ibda atau ibtada walaupun mengandung makna pembaharuan atau
pembuatan hal baru memiliki makna yang negatif. Padahal secara kebahasaan
sebetulnya kata-kata bid’ah memiliki arti kreatifitas atau daya cipta. Maka
kreatifitas dan daya cipta adalah hal yang sangat terpuji. Namun bukian dalam hal
agama itu sendiri. karena memandang dan memasukkan sesuatu yang sebenarnya
hanya budaya belaka menjadi agama murni tidak diperbolehkan. Jadi inovasi
dalam ibadah tidak dibenarkan, sedangakan inovasi dalam budaya dianjurkan.