OLEH :
MONI YOLANDA
NPM. 1926010037
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Antenatal care /ANC adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan berupa pengawasan yang diberikan kepada ibu hamil untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan janin, baik berupa kesehatan fisik maupun
kesehatan mental (Manuaba 2008).
Antenatal care merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
masalah atau komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan agar dapat diatasi
dengan segera untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Handerson,
2006).
Antenatal care merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan(Depkes RI, 2010).
2. Etiologi
Kehamilan dapat terjadi karena adanya sperma yang membuahi sel telur
pada masa ovulasi. Saat terjadi ejakulasi kurang lebih 3cc sperma dikeluarkan dari
organ reproduksi pria yang berisi kurang lebih 300 juta sel sperma. Setelah masuk
ke organ genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan
dan hanya satu sperma yang mengalami proses kapitasi dan mampu melakukan
penetrasi membran sel ovum. Setelah itu akan terjadi proses nidasi, yaitu
tertanamnya hasil konsepsi kedalam endometrium. Setelah bernidasi selama
kurang lebih 10 hari maka akan dimulai proses pertumbuhan dan perkembangan
janin (Sarwono, 2009).
3. Klasifikasi
a. Kehamilan normal
Tidak ada riwayat kelainan obsetri, ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan.
b. Kehamilan dengan masalah khusus
Masalah khusus yang dimaksud seperti masalah keluarga atau psikososial, kekerasan
dalam rumah tangga dan kebutuhan finansial.
c. Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi
atau kerjasama penanganan
Seperti hipertensi, anemia berat, preeklamsia, pertumbuhan janin terhambat, infeksi
saluran kemih, penyakit kelamin dll
d. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan
Seperti perdarahan, eklamsia, ketuban pecah dini atau kondisi kegawatdaruratan lain
pada ibu dan bayi (Mitayani, 2009).
4. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telir (ovum) dari indung
sel telur (ovulasi) yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina
dan berjuta-juta sel mani (sperma) bergerk memasuki rongga rahim lalu masuk
ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang
mengembang oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma
yang mengeluarkan ragi untuk mencarikan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang mudah dimasuki, masuklah salah satu sel mani
dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(konsepsi= fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak
(oleh rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari. Untuk
menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri
(plasenta) jadi da[at dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum
(sel telur), spermatozoa (sel mani). Pembuahan (konsepsi)
(konsepsi=fertilitas), nidasi dan plasenta, (Handerson, 2006)
5. Pathway
Konsepsi
Fertilitas
Implantasi
Embryogenesis
a. Pemeriksaan Leopold
1) Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan
ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi
tidak akan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan
2) Persilahkan ibu untuk berbaring
3) Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh perut ibu tampak jelas sampai batas
dibawah proc. Xypoideus, kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua
telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha
(coxae) dan lutut (genu), untuk mengurangi ketegangan dinding perut
4) Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
5) Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian
keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk
6) Pemeriksa berada disisi kanan ibu mengahadap bagian lateral kanan
7) Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan
Leopold 1 :
Tujuan : untuk mengetahui bagian tubuh janin yang berada di bagian
fundus.
Bila kepala : bulat, keras, dan dapat digerakkan (balotemen).
Bila bokong : lunak, bentuk tidak spesifik, tidak dapat digerakkan.
Bila letak lintang maka palpasi didaerah fundus akan teraba kosong.
Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada fundus uteri untuk menentukan tinggi
fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus bawah denga meletakkan ibu jari dan telunjuk
tangan kanan dibagian lateral depan kanan dan kiri, setinggi tepi atas
simfisis).
Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah)
kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala ibu.
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara
lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian.
Pemeriksaan usia kehamilan dan tinggi fundus :
Leopold 2 :
Tujuan : untuk menentukan letak punggung janin.
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada
ketinggian yang sama.
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian
kecil (eksteremitas).
Leopold 3 :
Tujuan : untuk menentukan bagian tubuh janin yang terdapat dibagian
bawah, apakah kepala janin sudah atau belum mencapai pintu atas
panggul.
Pemeriksa tetap menghadap ke muka klien
Gunakan tangan kanan untuk mempalpasi bagian bawah rahim
Dengan keempat jari dan ibu jari pegang bagian terbawah janin (kepala)
dan tentukan sudah terfiksir atau belum.
Leopold 4 :
Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan dan sejauh mana kepala janin
sudah memasuki pintu atas panggul.
Pemeriksa berganti menghadap kearah kaki klien
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas
simfisis
Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen
atau divergen).
2) Tinggi Badan :
- Gantungkan microtoise pada dinding dan lantai yang datar pada ketinggian
200 cm dari bawah lantai)
- Pastikan skala 0 (garis merah) berada pada tepat pada saat menyentuh
lantai
- Mintalah ibu hamil untuk berdiri membelakangi dinding, punggung dan
bokong menempel ke dinding, tangan tegak ke bawah, tanpa alas kaki
- Geser microtoise persis menempel diatas kepala responsden, baca skala
dan catat hasilnya.
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
- Pengukuran menggunakan pita, pita pengukur dilingkarkan ke lengan
subjek dan dibaca skalanya serta dicatat.
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang
seringan-ringannya
Peningkatan berat badan pada masa kehamilan sangat penting,. Setidak-
tidaknya antara 9-11 kg sampai menjelang bayi lahir
Berat badang < 45 kg pada trimester II atau di bawah kurva pada KMS ibu
hamil menunjukkan ibu kurus, besar kemungkinan ibu akan melahirkan bayi
dengan BBLR.
Bila berat badan ibu jauh diatas kurva pada KMS ibu hamil, perlu dicurigai
adanya kemungkinan melahirkan bayi besar dan menimbulkan gangguan
dalam persalinan
Tekanan darah normal adalah 110/80-140/90 mmHg. Bila > 140/90 mmHg
hati-hati adanya preeklamsia
Tinggi fundus uteri ditentukan dalam sentimeter (cm), yaitu jarak antara
symphisis pubis dengan puncak tinggi fundus uteri
Tujuan pemeriksaan tinggi fundus uteri adalah untuk memeriksa kehamilan,
menentukan letak janin dalam kandungan normal atau tidak, memperkirakan
berat badan janin dan dapat menentukan detak jantung janin
Ibu hamil harus minum tablet zat besi satu tablet sehari atau paling sedikit 90
tablet selama kehamilan
7. Pemeriksaan penunjang
a. Tes laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin mencangkup pemeriksaan hemoglobin, protein
urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah
prevalensi tinggi atau kelompok perilaku terhadap HIV, sifilis, malaria,
tuberkolosis, cacingan dan thalasemia (Mitayani, 2009).
b. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG untuk melihat jenis kelamin, tafsiran kehamilan, tafsiran berat
janin dan jumlah cairan amnion (Mitayani, 2009).
e) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan
panggul.Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila
jalan lahir tidak normal, misalnya karena adanya kelainan panggul
(kifosis, skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu
hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm,
dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
3. Berat Badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu.
Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama
hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing
bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total
adalah 9-12 kg.Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan
adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
8. Abdomen
Leopold II
Leopold III :
Leopold IV :
a. Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
c. Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo
atau hiper
2. Dari ibu
a. Bising rahim
b. Bising aorta
c. Peristaltik usus
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC) 6th edition.
USA: Mosby
Bobak, I.M. dkk., (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Handerson, C. (2006).Buku ajar konsep kebidanan.EGC : Jakarta.
Herdman, T. H. dan Kamitsuru, S. (Eds). (2015-2017). NANDA international nursing
diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell
Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika.
Lowdermilk, Deitra Leonard & Perry, Shannon. (2006). Maternity Nursing. Seventh
Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Manuaba, IBG (2008). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan.EGC.Jakarta
Mitayani. (2009).Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika.
Mufdillah. (2009).Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha Medika.
Moorhead, S., et al. (2013).Nursing outcomes classification (NOC) 5th edition. USA:
Mosby
Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka Prawirohardjo.
Sarwono. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : Yayasan Pustaka
Prawirohardjo.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.