Anda di halaman 1dari 63

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Continiuum Of care
1. Pengertian
Continiuum Of Care yang mengacu pada kesinambungan asuhan KIB
individu merupakan salah satu kerangka strategis pelayanan kesehatan dan
indikator kesehatan ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja. Saat ini diberikan lebih
banyak perhatian dan direkomendasikan sebagai perawatan yang menguntungkan
atas setiap perawatan yang diberikan secara terpiisah. Ini memiliki dua dimensi
yaitu waktu dan tempat, CoC pada dimensi waktunya mengacu pada suatu
keadaan dimana seorang perempuan dan anaknya memperoleh pelayanan KIA
secara berurutan sepanjang masa pra hamil, nifas, dan neonatus sampai masa
kanak-kanak. Dimensi tempat berfokus pada integritas antara perawatan KIB
tingkat rumah tangga, tingkat komunikasi dan tingkat fasilitas serta rujukan ke
perawatan tingkat lanjut bila diperlukan.Penyelesaian CoC untuk layanan KIB
seperti layanan antenatal care (ANC), pertolongan persalian terampil dan layanan
post natal care (PNC) adalah salah satu untuk mengurangi kematian ibu dan bayi.
(Gultom, 2020)

2. Tujuan
Menurut Saifudin (2014), tujuan umum dilakukan asuhan kehamilan
yang berkesinambungan adalah sebagai berikut :
- Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi
- Mengenal secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secra umum, kebidanan dan pembedahan
- Mepersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin

7
- Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian asi eksklusif
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal
- Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

3. Manfaat

Continiuum Of care dapat diberikan melalui tim bidan yang berbagi beban
kasus, yang bertujuan untuk memastikan bahwa ibu menerima semua asuhannya
dari satu bidan atau tim praktiknya. Bidan dapat bekerja sama secara multi
disiplin dalam melakukan konsultasi dan Rujukan tenaga kesehatan lainnya
( Astuti, dkk.2017)

B. KEHAMILAN
1. Definisi kehamilan
Kehamilan merupakan masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari )
dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Gultom, 2020)
Kehamilan merupakan suatu proses yang fisiologis dan alamiah, dimana
setiap perempuan yang memiliki organ reproduksi sehat, telah mengalami
menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang sehat
maka besar kemungkinan akan mengalami kehamilan (Nugrawati & Amriani,
2021)

8
2. Tujuan Asuhan Antenatal Care
a. Mempromosikan dan menjaga Kesehatan fisik dan mental agar ibu dan
bayi dengan Pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, serta proses kelahiran
bayi
b. Mendeteksi dan menatalaksanaakan komplikasi medis, beda, atau
obstetric selama hamil
c. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu, dan
tumbuh kembang janin
d. Mengembangkan persiapakan persalinan serta kesiapan menghadapi
komplikasi
e. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,
menjalankan nifas normal, serta merawat anak secara fisik, psikologis
dan social.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
(Fitriani, Firawati, & Raehan, 2021)

9
3. Tanda – tanda kehamilan

Tanda dan Gejalan Tanda dan Gejala Tanda dan gejala


kehamilan pasti kehamilan tidak pasti Kehamilan palsu
(Psoeudocyesis)

Ibu merasakan gerakan Ibu tidak menstruasi Gangguan mestruasi


kuat bayi didalam perut
Mual atau ingin Perut bertumbuh
Bayi dapat dirasakan di muntah
dalam rahim Payudara membesar
Payudara menjadi peka dan mengencang,
Denyut jantung bayi perubahan pada
dapat didengarkan Ada bercak darah dan putting, dan mungkin
kram perut produksi ASI
Tes kehamilan medis
menunjukkan bahwa ibu Ibu merasa letih dan Merasakan pergerakan
hamil mengantuk sepanjang janin
hari
Mual dan muntah
Sakit kepala
Kenaikan berat badan
Ibu sering berkemih

Sembelit

Sering meludah

Temperatur basal
tubuh naik

Ngidam

Perut ibu membesar


(Susanto, 2020) Table 1. Tanda – tanda kehamilan

10
4. Diagnosa Kehamilan
No Nulipara Multipara

1. Perut tegang Longgar, gantung, banyak terdapat strie

2. Pusat menonjol Agak lunak

3. Rahim tegang Kurang tegang dan tergantung, ada strie

4. Payudara tegang Kurang tegang dan tergantung, ada strie

5. Labia mayor tampak bersatu Terbuka

6. Hymen kayak dibeberapa Kurunkula himenalis


tempat

7. Vagina yang sempit dengan Lebih lebar, rugae kurang menonjol


rugae yang utuh

8. Servik licin, bulat dan tidak Bisa terbuka 1 jari ± ada bekas robekan
dapat dilalui 1 ujung jari persalinan

9. Perineum utuh dan baik Bekas robekan episiotomy

10. Pembukaan servik : mendatar, Mendatar sambil membuka hampir


baru membuka, rata – rata 1 sekaligus 2 cm dalam 1 jam
cm dalam 2 jam

11. Bagian terbawah janin turun 2 Biasanya tidak terfiksir pada PAP sampai
– 6 minggu akhir kehamilan persalinan

12. Persalinan hampir selalu Tidak


dengan episiotomy

(Nur, 2017) Table 2. Diagnosa kehamilan

11
5. Hormone – hormone kehamilan
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjer endokrin yang
mempunyai efek tertentu pada aktivitas organ – organ lain dalam tubuh. Hormon
– hormone kelamin yang berperan terhadap perkembangan organ – organ
kelamin, yaitu FSH ( Follicle Stimulating Hormone ), LH ( Luteinizing
Hormone), testoteron, esterogen, progesterone, oksitosin, relaksin, dan lactogen
(prolactin). Masing – masing hormone tersebut memiliki pengaruh yang berbeda –
beda yaitu :

1) FSH (Follicle Stimulating Hormone )


FSH yaitu hormone yang dihasilkan oleh kelenjer hipofisis. Hormon yang
berfungsi dalam prosses pembentukan dan pematangan spermatozoa yang
dikenal sebagai spermatogenesis dan ovum yang dikenal sebagai oogenesis.
2) LH ( Luteinizing Hormone )
Hormon inni juga dihasilkan oleh kelenjer hipofisis. Fungsinya untuk
merangsang proses pembentukan badan kuning atau korpus luteum di
dalam ovarium, setelah terjadi proses ovulasi (pelepasan sel telur).
3) Esterogen
Hormon ini dihasilkan oleh folikel graaf di dalam ovarium. Hormon ini
berperan dalam oogenesis dan penampakan ciri – ciri kelamin sekunder
pada Wanita. Di samping itu, hormone ini juga berperan untuk merangsang
produksi LH dan menghambat produksi FSH.
4) Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh badan kuning atau korpus luteum di dalam
ovarium. Pada saat tejadi kehamilan, progesterone Bersama – sama dengan
hormone esterogen menjaga agar endometrium tetap mengalami
pertumbuhan, membentuk plasenta, menahan agar otot uterus tidak
berkontraksi, dan merangsang kelenjer susu dalam memproduksi ASI.

12
5) Oksitosin
Hormon ini dihasilkan oleh hipofisis. Peranannya, yaitu pada proses
kelahiran, untuk merangsang kontraksi awal dari otot uterus.
6) Relaksin
Hormon ini dihasilkan oleh plasenta, berperan untuk merangsang relaksasi
ligamen pelvis pada proses kelahiran.
7) Laktogen
Laktogen, dihasilkan oleh kelenjer hipofisis yang Bersama – sama dengan
progesterone merangsang pembentukan air susu. (Susanto, 2020)

6. Tanda bahaya pada kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi
dalam keadaan bahaya. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga Kesehatan
untuk menepis adanya risiko ini yiatu melakukan pendeteksian dini adanya
komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama kehamilan. Tanda bahaya
pada kehamilan yaitu :
a. Muntah terus dan tidak mau makan
b. Demam tinggi
c. Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
d. Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya
e. Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
f. Air ketuban keluar sebelum waktunya (Susanto, 2020)

7. Asuhan antenatal care


Upaya preventif program pelayanan Kesehatan obstetric untuk
optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin setiap bulan. (Gultom, 2020)

13
8. Jadwal pemeriksaan antenatal
a. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid

b. Pemeriksaan ulang

Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 6 kali.


kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan
ketentuan sebagai berikut :

1) 1 kali pada trimester pertama (K1)


2) 2 kali pada trimester kedua
3) 3 kali pada trimester ketiga (K4)

9. Pelayanan Asuhan Antenatal Care


Upaya preventif program pelayanan Kesehatan obstetric untuk optimalisasi
luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin
setiap bulan (Gultom, 2020). Dalam pelaksanaan operasionalnya dikenal standar
minimal pelayanan antenatal “10T” yang terdiri dari :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


Penambahan berat badan setiap bulan kurang dari 1 kilogram atau
kurang dari 9 kilogram selama kehamilan menunjukan adanya gangguan
pertumbuhan janin. Sehingga penimbangan berat badan dilakukan setiap
kunjungan antenatal untuk memantau perkembangan janin.Pengukuran
tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis
adanya faktor resiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya CPD (Cephal Pelvic
Disproportion).

14
Klarifikasi Berat BMI Penambahan Berat

Badan (BB) Badan

Berat badab kurang < 18,5 ± 12 – 15 kg

Berat badan normal 18,5 -24,99 9 – 12 kg

Berat badan lebih ≥25 6 – 9 kg

Sedikit gemuk 25 – 29,99 ± 6 kg

Obesitas ≥30 ± 6 kg

(Susanto, 2020) Table 3.


Penambahan berat badan pada ibu hamil

2) Ukur tekanan darah


Dilakukan setiap kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya
hipertensi dan preeklamsi.
3) Tentkan nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas)
Untuk mendeteksi ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK)
yaitu dengan ukuran lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm karena
beresiko melahirkan bayi berat bdan lahir rendah.
4) Ukur tinggi fundus uteri
Penggukuran menggunakan pita pengukur yang dilakukan setelah
kehamilan 24 minggu. Pengukuran tinggi fundus uteri untuk mendeteksi
pertumbuhnan janin sesuai atau tidak dengan kehamilan

15
(Gultom, 2020) Table 4.
Ukur tinggi fundus uteri.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester satu untuk mendeteksi
kegawatan janin bila DJJ kurang dari 120 kali/menit
6) Skiring status imunisasi tetanus toksoid (TT) dan diberikan imunisasi
tetanus bila diperlukan
Pemberian imunisasi TT untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum dan dilakukan sesuai dengan status ibu hamil saat ini.

(Susanto, 2020) Table 5.


Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen Selang Waktu Pemberian Lama Perlindungan Dosis
Minimal
TT1 Pada kunjjungan antenatal - 0,5 cc
pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 0,5 cc
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 0,5 cc
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 0,5 cc
TT5 2 tahun setelah TT4 25 tahun 0,5 cc

16
7) Pemberian tablet zat besi, minimal 90 hari kehamilan
setiap ibu hamil harus mendapat tablet zat brsi minimal 90 tablet
selama kehamilan untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi
8) Tes laboratorium ( rutin dan khusus )
Pemeriksaan tersebut meliputi golongan darah, kadar hemoglobin
darah /HB, protein dalam urine, kadar gula darah
9) Tata laksana kasus
Setiap ibu hamil yang mengalami kelainan harus ditangani sesuai
standar dan kewenangan tenaga Kesehatan
10) Temu wicara/konseling
Konseling yang diberikan meliputi Kesehatan ibu, perilaku hidup
bersih dan sehat termasuk pentingnya istirahat, peran su

ami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan, tanda


bahay pada kehamilan, hubungan seks selama kehamilan, persalinan dan
nifas, asupan gizi seimbang, pemberian ASI eksklusif dan KB pasca
persalinan

C. PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm


(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak
diinduksi), spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.Persalinan dimulai
(inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
(Walyani & dkk, Asuhan Kebidadnan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, 2021)

2. Tanda Tanda persalinan

17
1) Adanya kontraksi rahim
2) Keluarnya lendir bercampur darah
3) Keluarnya air-air (ketuban)
4) Pembukaan servik
(walyani & dkk, 2021)
a. Gejala persalinan sebagai berikut
a) Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu:
 Pengeluaran lendir
 Lendir bercampur darah
c) Dapat disertai ketuban pecah dini
d) Pada pemeriksaan dalam,dijumpai perubahan servix:
Perlunakan servix
 Perdarahan servix
 Terjadinya pembukaan servix
Tanda persalinan sudah dekat
1. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan:
a. Kontraksi braxton hicks
b. Ketegangan perut dinding
c. Ketegangan ligamentum rotundum
d. Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul
a. Terasa ringan dibagian di bagian atas, rasa sesaknya
berkurang
b. Di bagian bawah terasa sesak
c. Terjadi kesulitan saat berjalan
d. Sering miksi (beser kencing)
2. Terjadinya his permulaan

18
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton
hicks.Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan,karena dirasakan
sakit dan mengganggu. Kontraksi braxton hicks terjadi karenan perubahan
keseimbangan estrogen,progesteron, dan memberikan kesempatan ransangan
oksitosin.Dengan makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan
progesteron makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi yang lebih sering, sebagai his palsu.Sifat his permulaan (palsu)
Rasa nyeri ringan di bagian bawah :

a) Datangnya tidak teratur


b) Tidak ada perubahan pada servix atau pembawa tanda
c) Durasi pendek
d) Tidak bertambah bila beraktifitas
(walyani & dkk, 2021)

a. Tahapan Persalinan
- Kala I (Pembukaan)
Waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi pembukaan lengkap (10
cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
1. Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servik secara bertahap.
1) . Pembukaan kurang dari 4 cm
2) . Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
a) Fase Aktif
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya
meningkat (kontraksi adekuat/3 kali atau lebih dalam
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
 Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih panjang hingga
pembukaan lengkap (10)
 Terjadi penurunan bagian terbawah janin

19
 Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 fase
yaitu:
 Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm
 Periode dilatasi maksimal, berlangsung
selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
dari 4 cm menjadi 9 cm
 Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10
cm/lengkap.
- Kala II (Pengeluaran Janin)
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengenjan
mendorong janin hingga keluar. Pada kala II memiliki ciri khas
a. His terkoordinasi, kuat cepat , dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali.
b. Kepala janin telah turun masuk keruang panggul dan secara refletoris
menimbulkan rasa ingin mengejan.
c. Tekanan pada rectum, ibu merasa seperti buang air besar.
d. Anus membuka.
Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang, denga his mengejan yang terpimpin akan kepalaakan lahir dan diikuti
seluruh badan janin. Lama pada kala II :

a) Primipara kala II berlangsung 1,5 jam - 2 jam.


b) Multipara kala II berlangsung 0,5 jam - 1 jam.

- Kala III (Pengeluaran Uri)


Yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta).Setelah bayi lahir
kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit
plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan (brand androw, seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit

20
setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan
pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

- Kala IV (Tahap Pengawasan)


Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
pendarahan. Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih 2 jam.Dalam tahap
ini ibu masih mengeluaran darah dari vagina, tapi tidak banyak, yang berasal dari
pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan
setelah beberapa hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea
yang berasal dari sisa-sisa jaringan. Pengeluaran darah setelah proses kelahiran
menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya kontraksi atau
tidak berkontraksi otot-otot rahim. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan
sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan secepatnya.
(walyani & dkk, 2021)

b. Pemantauan persalinan
1. Pemantauan kala I
1) kontraksi uterus
2) denyut jantung janin
3) persentasi atau bagian terbawah janin
4) penurunan bagian terbawah janin
2. Pemantauan kala II. Melihat tanda gejala kala II
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
3) D4Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan spingter anal membuka
5) Merasa ingin buang air besar.
3. Pemantauan kala III
1) kontraksi uterus
2) tanda lepasnya plasenta
3) perdarahan ibu

21
4. Pemantauan kala IV
1) Pemantauan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap
30 menit pada jam kedua
2) tanda-tanda vital ibu
3) perkiraan darah yang hilang

c. Fisiologi Persalinan
1) Perubahan fisiologi pada ibu bersalin kala I
Sejumlah perubahan fisilogis yang normal akan terjadi selama
persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan
yangdapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat
menginterprestasikan tanda-tanda, gejala tertentu dan penemuan perubahan
fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I (walyani &
dkk, 2021)
a. Kontraksi otot uterus.
Pada uterus terdapat keistimewaan yaitu kontraksi uterus dimulai
dari fundus uteri dan terus menyebar kedepan dan kebawah abdomen,
gerak his dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus
sumber dari timbulnya kontraksi pada pace maker.
b. Segmen atas rahim (SAR) dan (SBR)
SAR dibentuk oleh corpus uteri bersifat aktif : berkontraksi dan
dinding bertambah tebal dengan manjunya persalinan serta
mendorong anak keluar.
SBR : dibentuk oleh istimus uteri , bersifat pasif relokasi dan dilatasi
makin tipis karena uterus diregang dengan majunya persalinan.
c. Penarikan serviks.
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Osteum Uteri
Internum(OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi
pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang
karena Carnalis Servikalis membesar dan membentuk Ostium uteri
eksterna (OUE). Sebagai ujug dan bentuknya menjadi sempit.
d. Tonjolan kantong ketuban.

22
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya regangan
SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel
pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang
berisi cairan yang menonjol ke Ostium Uteri Internum yang terbuka.
Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus
sehingga akan timbul generasi floud presur.
e. Pemecahan kantong ketuban.
Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada
tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan
janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan
proses kelahiran bayi.
f. Perubahan tekanan darah.
TD meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20
mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg dintara kontraksi-
kontraksi uterus tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk
persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi (walyani & dkk,
2021)
g. Detak jantung.
Penurunan yang mencolok selama acme kontaksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang.
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode persalinan atau belum masuk persalinan.
h. Hematologi
Hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan
kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel
darah putih meningkat secara progresif selama kala satu persalinan
sebesar 5000 – 15.000 WBS sampai dengan akhir pembukaan
lengkap, hal ini tidak berindikasi adanya infeksi.
i. Sistem pernapasan
Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,
kekhawatiran serta penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar.
j. Sistem urinarius

23
Pada akhir bulan ke 9, dari hasil pemeriksaan didapatkan fundur
uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah
mulai masuk PAP. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing
tertekan sehingga merangsan ibu untuk sering kencing. (walyani &
dkk, 2021)

k. Perubahan metabolisme.

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat akan naik secara


perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan
serta kegiatan otot rangka tubuh, kegiatan metabolisme yang
meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi,
pernapasan, kardioutput dan kehilangan cairan. (walyani & dkk, 2021)

2) Perubahan Fisiologis Kala II


a. Kontraksi Uterus
Kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh anoxia dari sel-
sel otot tekanan ganglia dalam serviks dan Segmen Bawah
Rahim(SBR), regangan dari serviks, regangan dan tarikan pada
peritoneumm, itu semua terjadi pada saat kontraksi.
b. Perubahan-perubahan Uterus
Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak lebih
jelas , dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat
memegang peranan aktif (Berkontraksi) dan dinding nya bertambah
tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain SAR mengadakan
suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar.
Sedangkan SBR dibentuk oleh isthimus uteri yang sifatnya
memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya
persalinan(disebabkan karena regangan), dengan kata lain SBR dan
serviks mengadakan relaksai dan dilatasi.
c. Perubahan Pada Serviks
Perubahan pada serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan
lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio,
Segmen Bawah Rahim (SBR),dan serviks.

24
d. Perubahan Pada Vagina Dan Dasar Panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi
perubahan, terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh
bagian depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding-
dindingnya tipis karena suatu regangan dan kepala sampai di vulva,
lubang vulva menghadap kedepan atas, dan anus menjadi terbuka,
perineum menonjol dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
pada vulva. (walyani & dkk, 2021)

3) Perubahan  Fisiologi Kala III


Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus
teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi legi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya . Biasanya plasenta lepas 6 menit- 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume


rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta karena tempat pelekatan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka
plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas, plasenta akan turun
kebagian bawah uterus atau kedalam vagina (Depkes RI 2007)

Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan


penciutan permukaan kavum uteri, tempat implementasi plasenta,
akibatnya plasenta akan lepas dari tempat implementasinya. (Walyani,
dkk 2019 hal:74)

a. Macam pelepasan placenta


a) Metode Ekspulsi schultze : Pelepasan ini dapat dimulai dari
tengah(sentral). Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali
pusat dari vagina tanpa adanya perdarahan pervaginam.

25
b) Metode Ekspulsi Matthew- Duncan : Pelepasan plasenta dari
pinggir atau bersamaan dari pinggir dan tengah placenta. Hal
ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum placenta
lahir.

b. Tanda-tanda pelepasan plasenta


a) Perubahan bentuk dan tinggi uterus.
b) Semburan darah mendadak dan singkat.
c) Tali pusat memanjang.

4) Perubahan Fisiologi Kala IV


Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir .Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan
dengan rangsangan taktil (massase) untuk merangsang uterus berkontraksi
lebih baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir
lengkap atau tidak ada yang tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin
tidak terjadi perdarahan lanjut(Sumarah,2008) (walyani & dkk, 2021)

3. Asuhan Persalinan Normal


Menurut Astuti (2012), dalam asuhan persalinan normal mengalami
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Beberapa contoh yang
menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut adalah:

1. Mencegah perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh


atonia uteri (tidak adanya kontraksi uterus)
a. Pencegahan perdarahan pascapersalinan dilakukan pada tahap paling
dini
b. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan diantaranya: manipulasi minimal
proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III dan pengamatan
dengan seksama terhadap kontraksi uterus pascapersalinan.

26
c. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap
persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi
yang optimal.
2. Laserasi (robekan jalan lahir)/Episiotomi (tindakan
memperlebar jalan lahir dengan menggunting perineum)
a. Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara
rutin.
b. Dilakukan perasat khusus yaitu penolong persalinan akan mengatur
ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi
atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3. Retensio Plasenta (tidak lepasnya plasenta setelah 30 menit bayi lahir)
a. Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah
perdarahan, mempercepat proses pelepasan plasenta dan
melahirkan plasenta, dengan pemberian uterotonika segera setelah
bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Partus
Lama (persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
primigravida atau lebih dari 18 jam pada multigravida).
b. Asuhan persalinan normal untuk mencegah partus lama dengan
mengandalkan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin
serta kemajuan proses persalinan
c. Dukungan suami atau kerabat diharapkan dapat memberikan rasa
tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung.
d. Pendampingan diharapkan dapat mendukung kelancaran proses
persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab antara
penolong dan keluarga klien.
4. Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan Asfiksia pada BBL dilakukan melalui upayapengenalan
penanganan sedini mungkin misalnya:

a. Memantau secara baik dan teratur denyut jantung janin selama


proses persalinan.
b. Mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan
mencegah gangguan sirkulasi utero plasenta terhadap bayi.

27
c. Tehnik meneran dan bernafas yang menguntungkanbagi ibu dan
bayi Bila terjadi asfiksia maka dilakukan:
 Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat
 Menempatkan bayi dalam posisi yang tepat
 Penghisapan lendir secara benar
 Memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernafasan
buatan (bila perlu)

4. Mekanisme Persalinan Normal


1. Turunnya kepala dibagi menjadi dua yaitu masuknya kepala dalam
pintu atas panggul, dan majunya kepala.
2. ini terutama berlaku pada primigravida. Maksudnya kedalam pintu
atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir
kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan.
3. Masuknya kepala kedalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura
sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan.
4. Masuknya sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalin lahir, ialah
tepat di antara simpisis dan promontorium, maka kepala dikatakan
dalam synclitismus dan synlitismus os parrietal depan dan belakang
sama tingginya.
5. jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak
kebelakang mendekati promontorium, maka posisi ini disebut
asynclitismus.
6. Majunya kepala pada primigravida terjadi setelah kepala masuk
kedalam rongga panggul dan biasanya baru dimulai pada kala 2.
Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya dorongan dari
kontraksi dan posisi, serta pereranan selama kala 2 oleh ibu.
7. Fiksasi (engagement) merupakan tahap penurunan pada waktu
diameter biparietal dari kepala janin telah masuk panggul ibu

28
8. Desensus merupakan syarat utama kelahiran kepala, terjadi karena
adanya tekanan cairan amnion, tekanan langsung pada bokong saat
kontraksi, usaha menaran, ekstensi dan pelusuran badan janin
9. Fleksi , sangat penting bagi penurunan kepala selama kala 2 agar
bagian terkecil masuk panggul dan terus turun. Dengan majunya
kepala, fleksi bertamba hingga ubun-ubun besar
10. Putaran paksi dalam atau rotasi internal, pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar
ke depan ke bawah sympisis
11. Rotasi internal dari kepala janin akan membuat diameter
enteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala akan menyesuaikan
diri dengan diameter anteroposterior dari panggul
12. Ektensi, setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar
panggul, terjadilah ektensi atau defleksi dari kepala.
(walyani & dkk, 2021)

APN 60 Menurut (Erniyati, 2012)


1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan peralinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin
3) Memasukkan alat suntik sekali pakai 2,5 ml ke dalam wadah partus
set.
4) Memakai celemek plastik.
5) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir.
6) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
7) Mengambil alat suntik dengan tangan yangbersarung tangan, isi
telah dibasahi oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus
set.

29
8) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang atau DTT dengan gerakan vulva ke
perineum.
9) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
10) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
11) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal antara 120-160 x/menit.
12) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran, pada saat ada his bantu ibu
dalam posisi setengah duduk dan pastikan dia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
15) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
16) Meletakkan handuk bersih untuk mengeringkan bayi di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diamater 5-6 cm.
17) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong
ibu.
18) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan.
19) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
20) Setelah itu kita melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi
perineum dengan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu
jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang

30
lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar
secara bertahap melewati introitus dan perineum).
21) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa
steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
22) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
23) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
24) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
25) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah, selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin.
26) Melakukan penilaian selintas: Apakah bayi menangis kuat atau
bernapas tanpa kesulitan Dan apakah bayi beregrak aktif
27) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan atnpa membersihkan
verniks.Ganti handuk basah dengan handuk lain yang kering.
Membiarkan bayi diatas perut ibu.
28) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
29) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
30) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

31
31) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
32) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
33) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
34) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
35) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva.
36) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
37) Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
38) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
39) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
40) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus
teraba keras).

32
41) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik
yang tersedia.
42) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan di vagina.
44) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
45) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di
paha kiri anterolateral.
46) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
47) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
48) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
49) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
50) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
51) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
52) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
53) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.

33
54) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai
pakaian bersih dan kering.
55) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
56) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
57) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
58) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.

5. Partograf
Merupakan alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (nugraheny, 2011).

- Fungsi partograf
a. Menagamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan
denganmemeriksa dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam
b. Mendeteksi secara dini kemungkinan adanya penyulit persalinan
sehingga bidan dapat membuat keputusan tindakan dengan tepat
c. Sebagai alat komunikasi yang unik namun praktis antara bidan atau
antara bidan dengan dokter mengenai perjalan persalinan pasien
d. Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien beserta data pemberian
medikamentosa yang diberikan selama proses persalinan.

- Cara pengisian partograf


a. Halaman depan
a) Bagian identitas pasien dan keterangan waktu
b) Diisi berdasarkan informasi yang dibutuhkan
c) Meliputi nomor registrasi, nomor puskesmas, nama, tanggal
dan jam datang, usia dan paritas pasien.

34
d) Baris untuk menuliskan waktu
Cara mengisi baris ini adalah dengan menuliskan jam
dilakukannya pemeriksaan dalam pertama kali, kemudian
kotak berikutnya diisi dengan penambahan satu jam
berikutnya.
e) Grafik DJJ
1. Hasil pemeriksaan DJJ yang dihitung selama satu menit
penuh dituliskan dalam grafik ini dalam bentuk noktah
(titik yang agak besar).
2. Penulisan noktah disesuaikan denagn letak skala dalam
grafik dan jam pemeriksaan.
3. Catat hasil pemeriksaan DJJ
4. Antara noktah satu dengan yang lain dihubungkan
dengan garis tegas yang tidak terputus. Kisaran normal
DJJ terpapar pada partograf di antara garis tebal pada
angka 180 dan 100. Penolong harus waspada jika
frekuensi DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau di atas
160.
f) Baris hasil pemeriksaan air ketuban.
1. Setiap melakukan pemeriksaan hasil apapun yang
berkaitan dengan ketuban harus selalu dituliskan.
2. Cara menuliskannya adalah sebagai berikut:
1) U: Kulit ketuban masih utuh
2) J: Selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
3) M: Air ketuban bercampur mekonium
4) D: Air ketuban bernoda darah
5) K: Tidak ada cairan ketuban/kering
3. Hasil dituliskan dikolom sesuai dengan jam
pemeriksaan.
4. Cara menuliskannya menggunakan lambang-lambang
1) 0: sutura terpisah
2) 1: sutura (pertemuan dua tulang tengkorak)

35
bersesuaian
3) 2: sutura tumpang tindih tapi dapat diperbaiki
4) 3: sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki

- Garis waspada dan garis bertindak.

a. Garis waspada dimulai dari pembukaan 4 cm. Jika pembukaan


serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm/jam), misalnya fase aktif yang memanjang,
serviks kaku, inersia uterus hipotonik, dan lain-lain.
b. Garis bertindak dan terletak sejajar dan di sebelah kanan
(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pambukaan serviks
melampaui dan berada di sebelah kanan garis tindakan, maka
kali ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk
menyelesaikan persalinan. Sebaiknya pasien sudah berada di
fasilitas pelayanan rujukan sebelum bertindak
terlampaui.Grafik hasil pemeriksaan dalam.
a. Setiap melakukan pemeriksaan dalam harus selalu dituliskan
dalam grafik ini, karena indikator normal atau tidaknya
persalinan melalui pemantauan partograf adalah kemajuan
pembukaan serviks.
b. Cara menuliskannya dengan megunakan tanda silang tepat di
atas garis waspada (jika pembukaan tepat 4 cm) atau berada di
perpotongan antara garis waspada dan skala pembukaan yang
ada di isi paling pinggir grafik (skala 1-10), dilanjutkan
dengan menuliskan kapan atau jam berapa pemeriksaan
dilakukan pada baris waktu dibawahnya
c. Hasil pemeriksaan berikutnya diisi menyesuaikan dengan
waktu pemeriksaan dan dibuat garis penghubung antara tanda
silang sebelumnya dengan tanda silang berikutnya.

36
d. Perlu diingat, hasil pemeriksaan dalam yang dituliskan dalam
partograf adalah jika pembukaan sudah lebih dari 3 cm atau
sudah dalam fase aktif.
e. Jika hasil pembukaan mendekati garis bertindak, maka bidan
harus merujuk pasien karena mengindikasikan adanya
persalinan lama.

- Grafik hasil pemeriksaan penurunan kepala

a. Mengacu kepada bagian kepala ( dibagi 5 bagian ) yang teraba


pada pemeriksaan abdomen luar diatas simfisis pubis.
b. Cara menuliskannya dengan menggunakan simbol huruf “O”
yang dituliskan di skala 0-5 dengan pembagian perlima untuk
semua penurunan kepala. Contohnya jika teraba 3/5 bagian
kepala maka dituliskan di skala angka 3 jika teraba 4/5 bagian
kepala maka dituliskan di skala 4.
c. Jika kepala sudah turun dan pembukaan lengkap yaitu 0/5,
maka di tuliskan dalam skala 0.

- Grafik hasil observasi kontraksi

a. Kontraksi diperiksa setiap 30 menit dengan mengidintifikasi


kualitas kontraksi dalam 10 menit. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kontraksi diperiksa tiap 30 menit sekali
selama 10 menit.
b. Cara menuliskannya dengan melakukan arsiran dengan bentuk
tertentu (sesuai dengan durasi kontraksi ) di kota-kota yang
ada dalam grafik. Skala dalam grafik 1-5 di maksudkan untuk
menggambarkan jumlah kontraksi dalam 10 menit serta
bagaimana kualitasnya.
c. Misalnya dalam 10 menit terdeteksi 2 kontraksi dengan durasi
20-40 detik

37
- Baris keterangan pemberian Oksitosin.
a. Data yang dituliskan adalah berapa unit Oksitonsi yang
diberikan di baris pertama.Jumlah tetesan/menit dalam baris
kua

38
Gambar 1
Lembar depan partograf

39
.

Gambar 2
Lembar Belakang Gambar Partograf

40
D. ASUHAN MASA NIFAS

1. Pengertian masa nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus setelah sampai
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil lamanya masa nifas
yaitu kira-kira 6 sampai 8 Minggu (Abidin,2011)

Masa nifas adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dana secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari (Ambrawati2010). (Walyani & dkk, Asuhan Kebidanan
Masa nifas dan Menyusui, 2020)

2. Tujuan asuhan masa nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis. Baik Ibu maupun bayinya diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama.
- Tahapan masa nifas
Masa nifas menjadi 3 periode, yaitu :

1) Puerperiumdini yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan


berdiri dan berjalan
2) Puerperiumintermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia
3) Remotepuerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu bulan atau tahun

- Perubahan fisik masa nifas :


1) Rasa rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat
penciutan rahim atau involusi
2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina atau lochea

41
3) Kelelahan karena proses melahirkan pembentukan ASI sehingga
payudara membesar
4) Kesulitan buang air besar BAB dan BAK
5) Gangguan otot betis dada perut pinggul dan bokong
6) Perlukaan Jalan lahir lecet atau jahitan

- Perubahan psikis masa nifas


1) Perasaan Ibu berfokus pada dirinya berlangsung setelah
melahirkan sampai hari kedua atau fase taking in
2) Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi
muncul perasaan sedih atau baby blues disebut fase takinghold
hari ke-3 sampai 10
3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut
fase lettinggo hari ke-10 akhir masa nifas

- Pengeluaran lochea terdiri dari :


1) Lochea rubra hari ke 1 sampai 2 terdiri dari darah segar
bercampur sisa-sisa ketuban sel-sel desidua sisa-sisa
vernixcaseosa lanugo dan mekonium
2) Lochea sanguinolenta hari ke-3 sampai 7 terdiri dari darah
bercampur lendir warna kecoklatan
3) Lochea serosa hari ke-7 sampai 14 sebuah warna kekuningan
4) lochea Alba hari ke-14 sampai setelah selesai nifas hanya
merupakan cairan putih lochea yang berbau busuk dan terinfeksi
disebut lochea purulenta

3. Perubahan-perubahan dalam masa nifas


1) Perubahan uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
uterus biasanya berada di organ pelvic pada hari kesepuluh setelah
persalinan involusi uterus lebih lambat pada multipara

2) Pengeluaran lochea

42
Lochea adalah cairan yang keluar dari liang vagina atau senggama
pada masa nifas. Jumlah total yang diproduksi 150 sampai 450 ml dengan
jumlah rata-rata 225 ml selama 2 sampai 3 hari pertama setelah
melahirkan pengeluaran darah dari vagina tergantung pada pertumbuhan
ambulasi seperti berdiri dan duduk hal ini tidak perlu dikhawatirkan
karena masih dianggap normal.

3) Payudara dan laktasi


ASI dihasilkan oleh kerja gabungan antara hormon dan refleks kelenjar
hipofisis dasar otak menghasilkan hormon prolaktin akan membuat sel
kelenjar payudara menghasilkan ASI prolaktin adalah hormon pertama
yang bertanggung jawab dalam proses laktasi setelah persalinan estrogen
dan progesteron menurun drastis sehingga dikeluarkan prolaktin untuk
merangsang produksi ASI kemudian dikeluarkan oleh otot halus di sekitar
kelenjar payudara yang mengkerut dan memeras asi keluar hormon
oksitosin yang membuat otak itu mengkerut.

4) Perubahan lain
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37, 5 C sesudah partus dapat
naik 0,5 C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38 C sesudah 12 jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal bila suhu
badan 38 mungkin ada infeksi mules-mules sesudah partus akibat
kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2 sampai 3
hari post partum perasaan ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang
menyusui perasaan Sakit pun timbul Bila masih terdapat sisa-sisa plasenta
atau gumpalan darah darah dalam kavum uteri nadi berkisar umumnya 60
sampai 80 kali per menit setelah melahirkan akan terjadi bradikardi bila
terdapat tadi takikardi sedangkan badan tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil
dibanding suhu badan. (Walyani & dkk, Asuhan Kebidanan Masa nifas
dan Menyusui, 2020)

43
4. Kebutuhan dasar ibu masa nifas
1) Kebutuhan nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolisme kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25% karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis
melahirkan dan untuk memproduksi air susu yang cukup untuk
menyehatkan bayi semua itu akan meningkat 3 kali dari kebutuhan biasa.
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi bergizi dan cukup kalori
kalori bagus untuk diproses metabolisme tubuh kerja organ tubuh proses
pembentukan ASI wanita dewasa memerlukan 2200 kalori ibu menyusui
memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +700. Kalori pada
enam bulan pertama kemudian + 500 kalori bulan selanjutnya.
2) Kebutuhan cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh.
minumlah cukup untuk membuat tubuh tidak dehidrasi.Asupan tablet
tambah darah dan zat besi diberikan selama 40 hari post partum minum
kapsul vitamin A (200.000 unit)
3) Kebutuhan ambulasi
Sebagian besar pasien dapat dilakukan ambulasi segera setelah
persalinan usai. aktivitas tersebut amat berguna bagi semua sistem tubuh
terutama fungsi usus kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru mencegah
trombosis pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan Ibu dari
ketergantungan peran sakit menjadi sehat.
Mobilisasi dini bermanfaat untuk :
a. Melancarkan pengeluaran lochea mengurangi infeksi puerperium
b. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
c. mempercepat involusi alat kandungan
d. fungsi usus sirkulasi paru-paru dan perkemihan lebih baik
meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat
fungsi asi dan Pengeluaran sisa metabolisme
e. memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
f. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai

44
4) Kebutuhan eliminasi (BAK/BAB)
o Miksi
a. Pada persalinan normal masalah berkemih dan BAB tidak
mengalami hambatan apapun kebanyakan pasien dapat
melawan secara spontan dalam 8 jam setelah persalinan
b. Miksi hendaknya dilakukan sendiri secepatnya kadang wanita
mengalami sulit kencing karena adanya kandung kemih yang
terjadi selama persalinan
o Defekasi
a. Buang air besar akan bisa setelah sehari kecuali bila ibu takut
dengan luka episiotomi
b. Bila sampai 3 sampai 4 hari belum BAB sebaiknya dilakukan
diberikan obat rangsangan peroral jika masih belum dilakukan
klisma untuk merangsang BAB sehingga tidak mengalami
sembelit dan menyebabkan jahitan terbuka.
5) Kebersihan diri
Kebersihan diri Ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu anjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2 kali sehari
mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal Ibu tetap bersih segar dan wangi merawat perineum dengan baik
dengan menggunakan antiseptik dan selalu diingat membersihkan
perinium dari arah depan ke belakang jaga kebersihan diri secara
keseluruhan untuk menghindari infeksi baik pada luka jahitan maupun
kulit.
6) Kebutuhan istirahat dan tidur
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang
hari anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah Kelelahan yang
berlebihan sarankan ibu untuk kembali kegiatan rumah tangga secara
perlahan. Kurang istirahat akan mempengaruhi Ibu diantaranya
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi memperlambat proses involusi

45
uterus dan memperbanyak perdarahan serta menyebabkan depresi dan
ketidak mampuan untuk merawat bayinya. Dan tubuh yang letih mungkin
pula pikiran yang sangat aktif Ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar
mendapatkan istirahat yang cukup.

7) Kebutuhan seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Jika Ibu tidak merasa nyeri aman untuk memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja Ibu siap.
8) Latihan senam nifas
Selama kehamilan dan persalinan Ibu banyak mengalami perubahan
fisik seperti di dinding perut menjadi kendor longgarnya liang senggama
dan otot dasar panggul untuk mengembalikan kembali keadaan normal dan
menjaga kesehatan agar tetap Prima senam nifas sangat baik dilakukan
pada ibu setelah melahirkan ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak
karena dengan ambulasi Dini dapat membantu rahim untuk kembali
seperti semula.

5. Asuhan Nifas
Hal-hal yang dilakukan dalam Asuhan kebidanan pada ibu nifas :
1) Memeriksa tanda-tanda vital ibu
2) Membersihkan alat kelamin, perut, dan kaki ibu.
3) Mencegah pendarahan hebat
4) memeriksa alat kelamin ibu dan masalah-masalah lainnya
5) Bantu ibu buang air
6) Bantu ibu makan dan minum
7) Memperhatikan perasaan ibu terhadap bayinya
8) Perhatikan gejala infeksi pada ibu
9) Bantu ibu menyusui
10) Berikan waktu berkumpul bagi keluarga

46
D. Asuhan Neonatus Normal
1. Pengertian Neonatus
Neonatus atau Bayi Baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan lahir 2500
- 4000 gram, dengan nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. (Jamil, 2017).
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauteri kehidupan ekstrauteri.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42
minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2011).

2. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir dikatakan normal jika usia kehamilan antara 37- 42
minggu, BB 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48- 52 cm, lingkar dada
30- 38 cm, lingkar kepala 33- 35 cm, lingkar lengan 11- 12 cm, frekuensi DJ
120- 160 x permenit, pernafasan ± 40- 60 x permenit, kulit kemerahan dan
licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan
rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai
APGAR > 7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat, refleks rooting
(mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking (isap dan menelan) sudah
terbentuk dengan baik, refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan)
sudah terbentuk dengan baik, refleks grasping (menggenggam) sudah baik,
genetalia sudah terbentuk sempurna , pada laki- laki testis sudah turun ke
skrotum dan penis berlubang, pada perempuan Vagina dan uretra yang
berlubang, serta labia mayora sudah menutupi labia minora, eliminasi baik,
mekonium dalam 24 jam pertama, berwarna hitam kecoklatan. (walyani &
dkk, 2021)

47
3. Adaptasi pada Bayi Baru Lahir
a. Adaptasi Fisik

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian


fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus. Kemampuana
dapatasi fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus kehidupan
diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga
homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi,maka bayi akan sakit.
(walyani & dkk, 2021)

b. Kebutuhan Fisik Bayi Baru Lahir


Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dapat dipenuhi melalui air susu
ibu (ASI) yang mengandung komponen paling seimbang. Pemberian ASI
eksklusif berlangsung hingga enam bulan tanpa adanya makanan
pendamping lain, sebab kebutuhannya sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh bayi. Selain itu sistem pencernaan bayi usia 0-6 bulan
belum mampu mencerna makanan padat. Hari pertama kelahiran bayi,
apabila penghisapan puting susu cukup adekuat makaakan dihasilkan
secara bertahap menghasilkan 10–100 cc ASI akan optimal setelah hari
10–14 usia bayi. Produksi ASI mulai menurun (500–700 cc) setelah 6
bulan pertama dan menjadi 400-600 cc -500 cc pada tahun keduausia
anak. Keuntungan pemberian ASI diantaranya adalah adanya ketertarikan
emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasif ( kolostrum ) untuk
bayi dan merangsang kontraksi uterus
c. Cairan dan Elektrolit
Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru– parunya. Pada
saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, 1/3 cairan ini diperas
keluar dari paru–paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria
kehilangan keuntungan dari kompres idada ini dan dapat menderita paru–
paru basah dalam jangka waktu lebih lama (Varney„s). Dengan beberapa
kalitarikan nafas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus
bayi baru lahir

48
d. Personal Hygiene
Dalam menjaga kebersihan bayi baru lahir sebenarnya tidak perlu
dengan langsung dimandikan, karena sebaiknya bagi bayi baru lahir
dianjurkan untuk memandikan bayi setelah 6 jam bayi dilahirkan. Hal ini
dilakukan agar bayi tidak kehilangan panas yang berlebihan, tujuannya
agar bayi tidak hipotermi. Karena sebelum 6 jam pasca kelahiran suhhu
tubuh bayi sangatlah labil. Bayi masih perlu beradaptasi dengan suhu
disekitarnya.Setelah 6 jam kelahiran bayi dimandikan agar terlihat labih
bersih dan segar. Sebanyak 2 kali dalam sehari bayi di mandikan dengan
air hangat dan ruangan yang hangat agar suhu tubuh bayi tidak hilang
dengan sendirinya. Diusahakan bagi orang tua untuk selalu menjaga
keutuhan suhu tubuh dan kestabilan suhu bayi agar bayi selalu merasa
nyaman,hangat dan terhin dardari hipotermi. Buang air besat hari 1-3
disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 fecestarnsisi
yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum,
selanjutnya setiap selesai BAB agar btidak terjadi iritasi didaerah
genetalia. Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama
kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup
nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi iritasi
didaerah genetalia. Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat
merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi
infeksi lokal (Muslihatun, 2010). Nasehat untuk merawat talipusat, yaitu :
a) Jangan membungkus tali pusat dan mengoleskan cairan atau
bahan apapun, dan jangan dikompres.
b) Lipat popok dibawah puntung talipusat.
c) Jika tali pusat kotor, bersihkan dengan air DTT lalu keringkan.
d) Jika tali pusat berdarah dan memerah segera bawa ke tenaga
kesehatan
4. Kebutuhan Kesehatan Dasar
- Pakaian
Seorang bayi yang berumur usia 0 – 28 hari memiliki kebutuhan
tersendiri seperti pakaian yang berupa popok, kain bedong, dan baju

49
bayi. Semua ini harus didapat oleh seorang bayi. Kebutuhan ini bisa
termasuk kebutuhan primer karena setiap orang harus
mendapatkannya. Perbedaan antara bayi yang masih berumur dibawah 28
hari adalah bayi ini perlu banyak pakaian cadangan karna bayi perlu
mengganti pakaiannya tidak tergantung waktu. Suasana yang nyaman,
aman, tentram dan rumah yang harus didapat bayi dari orang tua juga
termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu sendiri.
- Sanitasi Lingkungan
Bayi masih memerlukan bantuan orang tua dalam mengkontrol
kebutuhan sanitasitasinya seperti kebersihan air yang digunakan untuk
memandikan bayi, kebersihan udara yang segar dan sehat untuk asupan
oksigen yang maksimal.
- Perumahan
Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus didapat
bayi dari orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu
sendiri. Saat dingin bayiakan mendapatkan kehangatan dari rumah yang
terpunuhi kebutuhannya. Kebersihan rumah juga tidak kalah terpenting.
Karena di rumah seorang anak dapat berkembang sesuai keadaan rumah
itu.Bayi harus dibiasakan dibawa keluar selama 1 atau 2 jam sehari (bila
udara baik). Pada saat bayi dibawak keluar rumah, gunakan pakaian
secukupnya tidak perlu terlalu tebalatau tipis. Bayi harus terbiasa
dengan sinar matahari namun hindari dengan pancaran langsung sinar v
matahari dipandangan matanya.yang paling utama keadaan rumah bisadi
jadikan sebagai tempat bermain yang aman dan menyenangkan untuk
anak.

5. Macam-Macam Refleks Fisiologis Pada Neonatus


1) Reflek Morro yaitu bila bayi kanget apabila mendengar suara
2) Reflek Blinking yaitu bila bayi menutupkan kedua matanya begitu
kelihatan cahaya atau hembusan udara
3) Reflek Babinski yaitu apabila telapak kaki disentuh, jari-jari kakinya
akan mengembang

50
4) Reflek grasping yaitu bila telapak tangannya disentuh maka dia akan
langsung menggenggam
5) Reflek Rooting yaitu apabila pipi atau mulutnya disentuh, mulutnya
akan langsung membuka dan membunyi seperti orang yang
mengeyot (menghisap)
6) Reflek Stepping yaitu bila tubuhnya diangkat dan berdiri dipisikan
dipermukaan lantai, kakinya akan menjejak-jejak diatas permukaan
lantai.
7) Reflek Sucking yaitu bila ada objek yang dimasukkan kemulutnya,
maka dia akan langsung menghisap.
8) Reflek Swimming yaitu bila ditelungkupkan didalam air, secara
otomatis tubuhnya akan mebuat gerakan-gerakan seolah hendak
berenang.
9) Reflek Tonic neck yaitu bila ditelentangkan, kedua tangannya akan
menggenggam dan kepalanya menengok kekanan dalam posisi
seperti pemain anggar. (walyani & dkk, 2021)

6. Management bayi baru lahir


Managemen segera setelah lahir yaitu membersihkan lendirdan benda-
benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi dengan alat
penghisap, bayi akan segera bernafas sendiri. Tali pusat dijepit pada dua
tempat dan dipotong diantaranya. Bayi kemudian dikeringkan dan
dibaringkan diatas selimut hangat yang steril atau di atas perut ibunya.
Kondisl bayi secara keseluruhan di nilai pada menit partarna dan 5 menit
setelah kelahiran dengan menggunakan Apgar Skor.Apgar skor adalah
penilaian bayi baru lahir yang didasarkan pada:
a. Warna kulit bayi (merah muda atau biru)
b. Denyut jantung
c. Pernafasan
d. Respon bayi
e. Ketegangan otot (lemah atau aktif).

51
Menjaga kehangatan bayi baru lahir adalah suatu hal yang sangat
panting.  Sesegera mungkin bayi diberi baju dari bahan yang nyaman,
dibedong dan kepalanya ditutup untuk mengurangi kehilangan panas
tubuh. Diberikan tetes mata perak nitrat atau antibiotik untuk perlindungan
terhadap Infeksi akibat ko antibiotik untuk perlindungan terhadap Infeksi
akibat kontak dengan organisme berbahaya selama persalinan.

Selelah dipindahkan ke ruang perawatan, bayi ditempatkan dalam tempat


tidur bayi yang kecil dalam posisi miring dan menjaganya tetap hangat.
Menidurkan bayi dalam posisi miring akan mencegah penyumbatan
saluran pernafasan oleh cairan atau lendir yang bisa menghalangi
pernafasan (Bradley, 2013). Karena semua bayi baru lahir memiliki
Seclikit jumlah vitamin K. berikan suntikan vitamin K untuk mencegah
perdarahan (penyakit perdarahan pada bayi baru lahir.

Tabel 6.
Penilaian bayi dengan metode apgar

Tanda-tanda Skore

0 1 2

A :Appereance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh


(warna kulit) ektremitas kemerahan.
kebiruan.

P: Pulse
Tidak ada <100 (lambat, >100 (denyut
(frekuensi denyut denyut jantung jantung kuat)
jantung) jantung lemah)

G: Grimace
Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
(menyering respon/rea
ai)
ksi

52
Tidak ada gerak Gerakan aktif
kan (tangan dan
A: Activity Ekstremitas
kaki Lumpuh)
sedikit fleksi
(tonus otot)

Menangis kuat
Tidak ada
R: Respiratory Pernafasan lemah,
Pernafasan/ tidak teratur.
tidak ada tangis
Menangis
lemah/merintih

(walyani & dkk, 2021)

F.Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalan konsepsi. Metode dalam
kontrasepsi tidak ada satupun yang efektiv secara menyeluruh. Meskipun begitu
beberapa metode dapat lebih efektiv dibandingkan metode lainnya. Efektivitas
metode kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna
dengan intruksi. Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal
penggunaan sempurna(mengikuti semua intruksi dengan benar dan tepat).
Perbedaan aktivitas antara penggunaa tipikal dan penggunaan sempurna menjadi
sangat bervariasi antara satu metodekontrasepsi dengan metode kontrasepsi
lainnya. (Jitowiyono & dkk, 2019)

2. Jenis-jenis Kontrasepsi
A. Hormonal
1. Suntik 1 Bulan

53
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikan yang
pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikan secara intramusculer(IM)
sebagai upaya pencegahan kehamilan berupa hormon progesteron dan
estrogen pada wanita usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik
mempengaruhi hipotalamus yaitu menurunkan kadar FSH dan LH sehingga
perkembangan dan kematangan folike de Graaf tidak terjadi. (Jitowiyono &
dkk, 2019)

a. Keuntungan
1) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
2) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
3) Efek sanping sangat kecil.
4) Pasien tidak perlu menyimpan obat suntik.
5) Pemberian aman, efektif dan relatif mudah
6) Resiko terhadap kesehatan kecil.
b. Kerugian
1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak
atau spooting, perdarahan sampai 10 hari.
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan sepertiini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
3) Ketergantungan pasien terhadap pelayanan kesehatan, karena pasien
harus kembali setiap 30 hari untuk kunjungan ulang.
4) Dapat terjadi perubahan berat badan
5) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, sroke,
bekuan darah.
6) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah penghentian
pemakaian suntik 1 bulan.
7)
c. Ibu yang tidak boleh memakai suntik kombinasi.
1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
3) Perdarahamn pervaginam yang belum jelas penyebabnya
4) Penyakit hati akut

54
5) Ibu mempunyai riwayat penyakit jantung, sroke,atau tekanan darah
tinggi besar dari 180/110 mmHg.
6) Ibu mempunyai riwayat penyakit kencing manis.
7) Kelainan pembuluh darah yang mrenyebabkan sakit kepala ringan atau
migrain.
d. Waktu yang dibolehkan untuk menggunakan suntik kombinasi.
1) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid.
Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan.
2) Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan asal ibu dipastikan tidak hamil.
3) Bila pasca persalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui ibu tidak
boleh diberikan suntik kombinasi.
4) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui suntik kombinasi
dapat diberikan.
5) Ibu pasca keguguran suntik kombinasi dapat diberikan dalam waktu 7
hari.
6) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi boleh
diberikan tanpa menunggu haid , asalkan kontrasepsi yang sebelumnya
digunakan secara teratur dan benar.
7) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntik kombinasi , maka suntikan pertama dapat
segera diberikan asalkan ibu tidak hamil.
2. Suntik 3 bulan
Suntik 3 bulan merupakan metode kontrasepsi yang diberikan secara
intramuscular (IM) setiap 3 bulan. Keluarga berencana suntik merupakan
metode kontrasepsi efektiv yaitu metode yang dalam penggunaannya
mempunyai efektivitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih
tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan
alat kontrasepsi sederhana(BKKBN , 2002)
a. Keuntungan
1) Efektifitas tinggi.

55
2) Sederhana pemakaiannya.
3) Cukup menyenangkan bagi aseptor (injeksi hanya 4 kali dalam
setahun)
4) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
5) Tidak berdampak serius terhadap penyakit gangguan pembekuan
darah dan jantung karena tidak mengandung hormon estrogen.
6) Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, serta
beberapa penyebab penyakit akibat radang panggul.
b. Kerugian
1) Terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu tidak datang haid pada
setiap bulan selama menjadi akseptor keluarga berencana suntik tiga
bulan berturut-turut.
2) Berat badan bertambah 2,3 kilogram pada tahun pertama dan
meningkat 7,5 kilogram selama enam tahun.
3) Pusing dan sakit kepala.
4) Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan
akibat perdarahan dibawah kulit.
c. Ibu yang tidak boleh menggunakan suntik 3 bulan.
1) Ibu hamil atau diduga hamil.
2) Ibu yang menderita kanker payudara atau riwayt kanker payudara.
3) Diabetes melitus yang disertai komplikasi.
4) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d. Waktu yang dibolehkan untuk menggunakan suntik 3 bulan.
1) Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
2) Pasien pasca persalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, sarta belum haid,
suntikan pertama dapat diberikan.
3) Pasien pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui.
4) Pasien pasca keguguran suntikan dapat segera diberikan.
5) Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi hormonal yang lain dan
ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal progestin boleh
diberikan tanpa menunggu haid , asalkan kontrasepsi yang sebelumnya
digunakan secara teratur dan benar.

56
6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan suntik progestin , maka suntikan pertama dapat
segera diberikan asalkan ibu tidak hamil.
3. Pil kombinasi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil harus diminum setiap
hari pada jam yang sama. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual
dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek
samping serius sangat jarang terjadi. Pil kombinasi dapat dipakai pada semua ibu
usia reproduksi baik yang mempunyai anak maupun belum mempunyai anak.
Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat, (Jitowiyono & dkk, 2019)

a. Jenis-jenis pill kombinasi.


1) Monofasik : pil yang terdiri dari 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen / progesteron dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif tapi berisi zat besi.
2) Bifasik : pil yang terdiri dari 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen / progesteron dalam 2 dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif tapi berisi zat besi.
3) Trifasik : pil yang terdiri dari 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen / progesteron dalam 3 dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif tapi berisi zat besi.
b. Keuntungan.
1) Meniliki efektifitas yang tinggi bila digunakan setiap hari.
2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3) Tidak mengganggu hubungan seksual.
4) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid yang berkurang.
5) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita masih ingin
menggunakan untuk mencegah kehamilan.
6) Dapat digunakan saat usia remaja sampai menopouse.
7) Mudah dihentikan setiap saat.
8) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
c. Kelemahan.

57
1) Mual terutama pada 3 bulan pertama penggunaan.
2) Pusing.
3) Nyeri pada payudara.
4) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui.
5) Pada sebagian kecil wanita dapat menimbulkan depresi dan perubahan
suasana hati sehingga keinginan untuk berhubungan seks berkurang.
6) Dapat meningkatkan tekanan darah.
d. Ibu yang tidak boleh memakai pil kombinasi.
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Menyusui eklusif.
3) Perokok dengan usia 35 tahun.
4) Penyakit hati akut.
5) Kanker payudara atau yang dicurigai.
6) Tidak dapat teratur menggunakan setiap hari.
7) Riwayat DM.
8) Riwayat hipertensi.
e. Waktu yang dibolehkan untuk menggunakan pil kombinasi.
1) Setelah melahirkan.
2) Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif.
3) Pasca keguguran.
4) Setelah 3 bulan dan tidak menyusui.
5) Bila berhenti dari kontrasepsi lainnya dapat digantikan dengan pil
kombinasi tanpa menunggu haid.

B. Non Hormonal

1. Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya karet(lateks) plastik(vinil) atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika seorang pria mencapai
ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis,
berbentuk silinder dengan muaranya berpinggir tebal dan digulung berbentuk
rata.standar kondom dilihat dari ketebalannya yaitu 0,02 mm. Kondom untuk pria

58
sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada namun belum populer
seperti kondaom laki-laki. (Jitowiyono & dkk, 2019)

a. Jenis-jenis kondom.
1) Kondom dengan aroma dan rasa : kondom ini memiliki aroma,
sehingga merangsang pengguna.
2) Kondom berulir(ribbed condom) : jenis satu ini memiliki keunikan di
bentuknya yang berulir untuk menambah kenikmatan pengguna.
3) Kondom ekstra tipis(extra thin) : tipe ini berbahan karet dengan
ukuran yang sangat tipis . sehingga pengguna dalam bercinta seakan-
akan tanpa kondom.
4) Kondom bintik(dotted condom) : tipe ini dengan bintik-bintik
disekitarnya yang bisa menimbulkan efek mengejutkan bagi wanita.
5) Kondom wanita : kondom yang juga berbahan lateks atau poliuretan,
sehingga elastis dan fleksibel, kondom ini lebih menimbulkan sensasi
atau rangsangan. Terutama bagi pria yang kurang suka memakai
kondom.
6) Kondom getar : kondom ini dilengkapi dengan cincin getar di bagian
ujungnya. Kondom yang menggunakan batrai khusus untuk
menggerakkan cincin getarnya ini bisa bertahan hingga 30 menit.
7) Kondom baggy : tipe ini bentuknya agak membesar di bagan ujung
serta memiliki ulir di bagian badannya, untuk memaksimalkan gerakan
saat bercinta.

b. Keuntungan.
1) Merupakan metode kontrasepsi sementara.
2) Dapat mencegah penularan Penyakit Menular Seksual (PMS)
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Mengurangi insiden kanker serviks.
5) Adanya interaksi sesama pasangan.
6) Tidak mengganggu produksi ASI saat ibu menyusi.
7) Murah dan tersedia di berbagai tempat.

59
c. Kerugian.
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi karna tergantung pada pemakaian
kondom yang benar.
2) Tumpahan atau bocoran sperma dapat terjadi jika kondom disimpan
atau dilepaskan secara tidak benar.
3) Adanya kekurangan sensitifitas pada penis sehingga bisa mengurangi
kenikmatan seksual.
4) Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat
menggunakan kondom
5) Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila
tidak, dapat terjadi risiko kehamilan atau penularan penyakit menular
seksual
6) Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi
beberapa orang.
2. Metode amenore laktasi (MAL).

Metode amenora laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan


pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, artinya ASI hanya diberikan
kepada bayinya tanpa makanan atau minuman tambahan selama 6 bulan.
(Jitowiyono & dkk, 2019)

3. Metode suhu basal(MBA).

Metode Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan
pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas
lainnya. Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara
teliti menggunakan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu
sampai 0,1 0C untuk mendeteksi suatu perubahan kecil suhu tubuh.

Tujuan pencatatan suhu basal adalah untuk mengetahui kapan terjadinya


masa subur atau ovulasi suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa
termometer basal termometer basal ini dapat digunakan secara oral, axilla atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5
menit. Suhu normal tubuh sekitar 36-37 0C. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun

60
terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 0C kemudian tidak akan kembali pada
suhu 36 0C. Pada saat itulah terjadi masa subur atau ovulasi pada seorang wanita.
Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan
turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada suhu tubuh normal
sebelum menstruasi . Hal ini terjadi karena produksi progesteron menurun.

Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur atau ovulasi. Hal ini terjadi dikarenakan
tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya,
jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur atau
ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur atau ovum berhasil
dibuahi, maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron.
Akibatnya suhu tubuh tetap tinggi. (Jitowiyono & dkk, 2019)

4. Intra urterina device (IUD/AKDR).


IUD singkatan dari Intra Uterine Device yang merupakan alat kontrasepsi
paling banyak digunakan, karena dianggap sangat efektif dalam mencegah
kehamilan dan memiliki manfaat relatif banyak dibandingkan alat kontrasepsi
lainnya. Diantaranya tidak mengganggu saat coitus (hubungan badan), dapat
digunakan sampai menopause dan setelah IUD dikeluarkan dari rahim, bisa
dengan mudah subur. (Jitowiyono & dkk, 2019)

a. Jenis-jenis IUD.
1) Lippes-Loop
2) Saf-T-Coil
3) Dana-Super
4) Copper-T(Gyne-T)
5) Copper-7 (Gravigard)
6) Multiload
7) Progesterone IUD
b. Keuntungan.
1) Efektifitas tinggi (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan)
2) Dapat efektif segera setelah pemasangan.
3) IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang.

61
4) Tidak tergantung pada daya ingat.
5) Tidak mempangaruhi hubungan seksual.
6) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan(ektopik).
7) Tidak mempangaruhi terhadap berat badan.

c. Kerugian.
1) Perdarahan diantara haid(spotting).
2) Setelah pemasangan kram dapat terjadi dalam beberapa hari.
3) Dapat meningkatkan resiko penyakit radang panggul.
4) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu memasang dan
mencabutnya.
5) Haid semakin banyak ,lama dan rasa sakit selama 3 bulan pertama
pemakain IUD dan berkurang setelah 3 bulan.
6) Pasien tidak dapat mencabut sendiri IUD-nya.
7) Tidak melindungi pasien terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual).
8) IUD dapat keluar rahim melalui kinalis hingga keluar vagina.
5. Implant
Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang
dibungkus dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang
dibawah kulit. Sangat efektif kegagalannya 0,2-1 kehamilan per 1000 perempuan.
(Jitowiyono & dkk, 2019)

a. Jenis-jenis implant.
1) Norplant : terdiri dari 6 batang silatik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm, dengan diameter 2.4 mm yang diisi dengan 36 mg
levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2) Implanon dan sinoplant : terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40mm dan diameter2 mm, yang diisi dengan 68 mg
keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3) Jadena dan indoplant : terdiri dari dua batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun.
b. Keuntungan.
1) Daya guna tinggi

62
2) Perlindungan jangka panjang.
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang sangat cepat setelah pencabutan
implant.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5) Tidak mengganggu hubungan saat sanggama.
6) Tidak mengganggu produksi ASI.
7) Ibu hanya perlu pergi ke klinik jika ada keluhan.
8) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
c. Kerugian.
1) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang
terlatih.
2) Petugas kesehatan harus dilatih khusus.
3) Harga implant yang mahal.
4) Implant dapat terlihat dibawah kulit.

6. Kontrasepsi Permanen
Kontrasepsi permanen merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan)
dan saluran sperma (pada laki-laki). Dengan cara ini proses reproduksi tidak lagi
terjadi dan kehamilan akan terhindar untuk selamanya. Karena sifatnya yang
permanen, kontrasepsi ini hanya diperkenankan bagi mereka yang sudah mantap
memutuskan untuk tidak lagi mempunyai anak. (Jitowiyono & dkk, 2019)

A. Tubektomi.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Tubektomi untuk mencegah bertemunya sel telur dengan sperma(pembuahan)
dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung telur dalam rahim.

a. Keuntungan.
1) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 wanita selama setahun
penggunaan.
2) Permanen.
3) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

63
4) Tidak bergantung pada faktor senggama.
5) Baik digunakan apabila kehamilan menjadi resiko kehamilan yang
serius.
6) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
7) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
b. Kerugian.
1) Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi.
2) Pasien dapat menyesal dikemudian hari.
3) Rasa sakit atau ketidak nyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
4) Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV.
B. Vasektomi.
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu
vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu
saluran yang menyalurkan sel benih jantan(spermatozoa) keluar dari buah zakar
(testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani (vesikula
seminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum dipancarkan
keluar pada saat puncak senggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia artinya
pemotongan sebagia . jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian (0,5
cm-1cm) pada vasa deferensia atau tindakan operasi ringan dengan cara mengikat
dan memotong saluran sperma sehingga sperma tidak dapat lewat dan air meni
tidak mengandung spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan,
operasi berlangsung kurang lebih 15 menit dan pasien tak perlu
dirawat(siswosudarmo,2007).

a. Keuntungan.
1) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja.
2) Komplikasi yang dijumpai sedikit ringan.
3) Vasektomi akan mengalami klimaktorium dalam suasana alami.
4) Baik dilakukan pada laki-laki yang tidak ingin mempunyai anak.
5) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati
hubungan seksual

64
.
b. Kelemahan.
1) Cara ini tidak langsung efektif, perlu menunggu beberapa waktu
setelah bener-benar sperma tidak ditemukan berdasarkan analisa
sperma.
2) Masih merupakan tindakan operasi maka laki-laki masih merasa takut.
3) Beberapa laki-laki takut vasektomi mempengarahi kemampuan seks
atau menyebabkan masalah ereksi.
4) Ada sedikit rasa sakit dan ketidak nyamanan beberapa hari setelah
operasi, rasa sakit ini biasanya dapat lega oleh konsumsi obat-obatan
lembut.
5) Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi menular
seksual termasuk HIV.
7. Implan
Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk
batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon
progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian
lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan
implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun.

a. Keuntungan
1) Dapat mencegah terjadiny kehamilan dalam jangka waktu 3
tahun
2) Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang
menyusui
3) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum
melakukan hubungan seksual
b. Kerugian
1) Sama kekurangan kontrasepsi suntik, implan/ susuk dapat
memengaruhi siklus mentruasi
2) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual

65
3) Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa
wanita.

G. Teori Manajemen Varney


1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pencegahan masalah yang di gunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Nugrawati &
Amriani, 2021)

2. Standar 7 langkah varney yaitu:


a. Langkah I ( pertama ) Pengumpulan Data
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien untuk
memperoleh data dapat di lakukan dengan cara :
1) Anamesa
2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda
vital
3) Pemeriksaan khusus
4) Pemeriksaan penunjang
b. Langkah II ( kedua ) Interprestasi Data
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data yang telah di kumpulkan sehingga di
temukan masalah atau diagnose yang spesifik. Kata masalah dan diagnose
keduanya di gunakan karena beberapa masalah tidak dapat di selesaikan
seperti diagnose tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang
dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh bidan.
c. Langkah III ( ketiga ) Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah
Pontensial

66
Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa pontelsial berdasarkan
diagnosa atau masalahyang sudah di identifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan di lakukan pencegahan,
sambil mengamati klien, bidan di harapakan dapat bersiap-siap bila
diagnose atau masalah pontensial ini benar-benar terjadi.
d. Langkah IV ( keempat )Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
Yang Memerlukan Penangan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
untuk di konsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi pasien. Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan
hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi
juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus.
e. Langkah V ( kelima ) Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
Direncanakan asuhan yang menyeluruh yang di tentukan oleh langkah
sebelumnya. Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh di
tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnose atau masalah yang diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini reformasi/data dasar yang tidak lengkap
dapat di lengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangan pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang akan diperkirakan akan terjadi berikutnya
apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi social, kultural,
atau masalah psikologis.

f. Langkah VI ( keenam) Implementasi


Rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah di uraikan pada langkah
ke lima di laksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggotan tim
kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap

67
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam
situasi dimana bidan dalam manejeman asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab terhadap terlaksananyan rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efesien akan menyingkat waktu
dan biaya serta meningkat mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII ( ketujuh ) Evaluasi
Evaluasi di lakukan keefektifan dari asuhan sudah di berikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar telah terjadi atau di
penuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidntifikasi di dalam masalah
diagnose. Rencana tersebut dapat di anggap efektif jika memang benar
dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sebagian belum efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

68
aisyah, P., & nur , c. (2021). asuhan kebidanan komperehensif pada ny.y i wilayah
puskesmas banjarmasin. vol.12.

Dartiwen. (2019). Asuhan Kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta: ANDI.

Fitriani, L., Firawati, & Raehan. (2021). Buku Ajar Kehamilan. Yogyakarta: Budi Utama.

Gultom, L. (2020). Asuhan kebidanan Kehamilan. Medan: Zifatama Jawara.

Jitowiyono, S., & dkk. (2019). Keluarga Berencana . Yogyakarta: Pustaka Baru.

Nugrawati, N., & Amriani. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Adap.

Nur, A. (2017). Buku Saku Keperawatan dan Kebidanan. Makasar: Celebes Media
Perkasa.

Susanto, A. V. (2020). Asuhan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS.

Walyani, E. S. (2021). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Dalam E. S.
Walyani, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (hal. 3-4).
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Walyani, E. S., & dkk. (2020). Asuhan Kebidanan Masa nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS.

walyani, E. S., & dkk. (2021). Asuahn Kkebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Walyani, E. S., & dkk. (2021). Asuhan Kebidadnan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka baru Press.

Jurnal

69

Anda mungkin juga menyukai