Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS

PADA POST SC (SECTIO CAESAREA)


DI UPT PUSKESMAS SUKAWENING

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

Ai Nurul Latifah
KHG D20053

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN X


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT
2021
LAPORAN PENDAHULUAN MATERNITAS
PADA POST SC (SECTIO CAESAREA)

1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau
Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Mochtar R, 2002).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2001).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan karena
tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit conjugata vera
(CV kurang 8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran
biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan yang lalu
mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah suatu
operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea, langsung
dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan
janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan
histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

2. Etiologi atau Indikasi


Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut (Mochtar R,
2002) adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Ibu
1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dengan panggul.
4) Partus lama (prolonged labor).
5) Ruptur uteri mengancam.
6) Partus tak maju (obstructed labor).
7) Distosia serviks.
8) Pre-eklampsia dan hipertensi.
9) Disfungsi uterus.
10) Distosia jaringan lunak.
b. Indikasi janin:
1) Letak lintang.
2) Letak bokong.
3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara
lain tidak berhasil.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea, antara lain :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
2) Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
3) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
4) Bising usus tidak ada.
5) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.
7) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
4. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr
dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan
lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat
janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami
adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari
insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama
karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin
bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk
pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan
berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi
proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap
untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas
yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung
akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.
Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola
eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo.
5. Pathway
Insufisiensi Sirkulasi Cemas pada
plasenta uteroplasenta↓ janin

Tidak timbul HIS

Faktor predisposisi :
Kadar kortisol ↓
Ketidak seimbangan
(merupakan
sepalo pelvic
metabolisme
Kehamilan kembar Tidak ada karbohidrat, protein
Distress janin perubahan pada dan lemak)
Presentsi janin serviks
Preeklampsi / eklampsi

Kelahiran
terhambat

Post date

SC

Persalinan tidak
normal

Nifas
(post pembedahan)

Kurang Estrogen
pengetahuan meningkat

Nyeri Penurunan
Intoleransi laktasi
Aktivitas
Ansietas Resti Infeksi
Ansietas
Ketidakefektifa
n menyusui
6. Pengkajian
Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit
perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini
meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan
lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama,
keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran,
persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi
akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan
kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Kaji pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-
5 pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu
36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan
ibu dan bayi selama masa nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan
darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama
beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan
adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,
dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul
pada masa nifas.
b. Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c. Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai  sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada ibu
yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi
gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan
d. Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada
respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan
dari tanda-tanda syok.
e. Pemeriksaan fisik
f. Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
g. Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
h. Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran
pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
i. Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
j. Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi
normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi mukus
normal.
k. Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge,
loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
l. Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat,
adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’
sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
7. Analisa Data
Data fokus Masalah Etiologi
DO : Nyeri Akut Terputusnya kontinuitas
- pasien mengeluh nyeri 7 (1-10), jaringan sekunder akibat
meringis menahan sakit sambil tindakan SC.
memegang daerah yang nyeri.
S: 37 °C

N: 78 x/menit

R: 20x/menit

TD:110/70 mmHg

DO: Resiko infeksi Luka operasi


- Ada luka operasi di simfisis pubis
Pasien post SC hari ke-1
S: 37 °C

N: 78 x/menit

R: 20x/menit

TD:110/70 mmHg
DS: “Lemah” Intoleransi kelemahan sekunder
“Susah Gerak” aktivitas terhadap proses
DO: pembedahan.
Pasien tampak lemah Aktifitas
dibantu.

8. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri akut b.d  diskontinyuitas jaringan.
2. Resiko infeksi b.d  luka operasi
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
9. Perencanaan
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA POST SC (SECTIO CAESAREA)
No Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri b.d terputusnya setelah diberikan 1. Kaji karakteristik 1) Mempengaruhi 1) Mengkaji S: “ masih nyeri”
kontinuitas jaringan. tindakan nyeri, frekuensi, pilihan/pengawas karakteristik nyeri, O:
DS : “Nyeri” keperawatan Nyeri kualitas, intensitas an kefektifan frekuensi, kualitas, b) pasien
DO : berkurang/terkontrol nyeri. intervensi. intensitas nyeri. tampak
- pasien mengeluh nyeri 7 dengan criteria hasil: 2. Observasi respon 2) Tingkat ansietas 2) mengobservasi menahan
(1-10). - Pasien nonverbal dari dapat respon nonverbal nyeri, Skala
- pasien terlihat meringis mengatakan nyeri ketidaknyamanan mempengaruhi seperti wajah nyeri 5 (1-
menahan sakit sambil berkurang/terkont (misalnya wajah persepsi/reaksi meringis, 10).
memegang daerah yang rol, skala nyeri 4 meringis) terutama terhadap nyeri. ketidakmampuan S : 37.3 °С,
nyeri. (1-10). ketidakmampuan 3) Meningkatkan berkomunikasi R:20x/menit,
- S: 37 °С - Wajah tidak berkomunikasi control dan secara efektif. N: 80 x/m,
- N: 78 x/menit tampak meringis. secara efektif. kemampuan 3) Mengajarkan TD: 110/70
- R: 20x/menit - Pasien tampak 3. Ajarkan pasien koping untuk pasien mmHg.
- TD: 110/70 mmHg rileks, dapat menggunakan mengatasi nyeri. menggunakan c) Pasien belum
beristirahat dan tehnik relaksasi 4) Analgetik dapat tehnik relaksasi bisa
beraktifitas tarik nafas dalam mengurangi DBE dilakukan 3- menggunakan
seperti semula. dilakukan 3-4x/mnt. pengikatan 4x/menit. tehnik
4. Kolaborasi dengan mediator 4) berkolaborasi relaksasi
dokter dalam kimiawi nyeri dengan dokter dengan
pemberian obat pada reseptor dalam pemberian efektif.
analgetik asam nyeri. obat analgetik
mefenamat 500 mg. asam mefenamat A: Tujuan belum
500 mg. tercapai/Teratasi

P: lanjutkan
intervensi no 1-4.

AI Nurul
2 Resiko tinggi infeksi b.d setelah 6 jam 1. Kaji adanya tanda- 1) Mengetahui 1) Mengkaji adanya S: -
adanya luka bekas tindakan tanda infeksi. secara dini tanda-tanda O:
operasi. keperawatan Infeksi 2. Lakukan perawatan terjadinya infeksi. - balutan
DO: tidak terjadi dengan luka dengan tehnik infeksi. 2) Menggantikan tertutup baik
- Ada luka operasi di criteria hasil: aseptic. 2) Meminimalisir balutan dengan di daerah
simfisis pubis - Tidak terjadi 3. Inspeksi balutan adanya tehnik steril, cuci simfibis
- Pasien post operasi tanda-tanda abdominal terhadap kontaminasi pada tangan sebelum pubis.
section hari ke-1. infeksi. eksudat/rembesan. luka. melakukan - Tidak ada
S : 37 °С - Suhu dan nadi 4. Anjurkan klien dan 3) Balutan steril tindakan. eksudat/remb
N : 78 x/menit dalam batas keluarga untuk menutupi luka 3) Melakukan esan
R: 20x/menit normal. mencuci tangan dan melindungi inspeksi balutan S: 36,8°С,
TD :110/70 mmHg sebelum/sesudah luka dari cedera/ abdominal N: 88x/m
menyentuh luka. kontaminasi. terhadap R: 20x/m,
5. Pantau peningkatan 4) Cuci tangan eksudat/rembesan. TD:110/80
suhu, nadi, dan menurunkan 4) Menganjurkan mmHg
WBC resiko terjadinya kepada pasien dan
infeksi keluarga untuk A:
nasokomial. mencuci tangan Tujuan tercapai
5) Peningkatan sebelum/sesudah P:
suhu, nadi, WBC menyentuh luka. Kaji Masalah lain
merupakan 5) Mengobservasi
penunjang yang peningkatan suhu
dapat tubuh, nadi dan Ai Nurul
mengidentifikasi WBC (bila ada
adanya infeksi. indikasi.
3 Intoleransi aktivitas b.d Agar aktifitas pasien 1. Observasi Ku dan 1) KU dan TTV 1) Mengobservasi S:
kelemahan sekunder terpenuhi secara TTV pasien. sangat KU dan TTV “Lemah”
terhadap proses bertahap selama 6 2. Kaji kemampuan berpengaruh pasien. “ susah
pembedahan. jam tindakan klien untuk pada kondisi S: 37,3° geraknya”
DS: “Lemah” keperawatan, dengan beraktifitas. klien. N: 85x/m
“Susah Gerak” Kriteria hasil: 3. Kaji pengaruh 2) Untuk mencegah R: 22 x/m O:
DO: - Pasien dapat aktivitas terhadap kondisi klien TD: 110/80 K/U pasien
B. Pasien tampak lemah mobilisasi kondisi luka. lebih buruk. mmHg. lemah
C. Aktifitas dibantu - Pasien tenang 4. Bantu klien 3) Aktivitas dapat 2) Mengkaji E. Aktivitas dibantu
D. Ada relatif yang jaga memenuhi mempengaruhi kemampuan oleh keluarga dan
aktifitasnya sehari- luka post operasi. beraktivitas perawat
hari. 4) Untukifitas klien pasien.
5. Anjurkan klien memenuhi akt 3) Mengkaji A:
untuk istirahat. 5) Mengistirahatkan pengaruh aktivitas Tujuan belum
klien secara terhadap kondisi teratasi.
optimal Agar luka: saat pasien
meminimalisasi posisi high P: lanjutkan
pengeluaran fowler’s. intervensi no 1-5
energy tubuh 4) Pasien dibantu
klien. untuk mobilisasi. Ai Nurul
5) Pasien dianjurkan
untuk istirahat.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.
Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai