Anda di halaman 1dari 13

MEMBUMIKAN AJARAN AGAMA ISLAM DI INDONESIA

BERPARADIGMA AL-QUR’AN

Islam merupakan salah satu agama yang hidup di Indonesia, karena negara Indonesia

adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempercayai adanya Tuhan

yang menciptakan manusia dan alam semesta. Kepercayaan terhadap Tuhan telah dijelaskan

dalam dasar negara Indonesia yakni Pancasila Sila I yang menerangkan bahwa negara

Indonesia berdasarkan ke-Tuhanan yang Maha Esa, dan UUD NRI 1945 Pasal 29 Ayat (1)

dan (2) yang menerangkan bahwa negara telah memberikan perlindungan bagi umat

beragama untuk beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan

masing-masing, termasuk orang Islam melaksanakan ajaran Islam.

Ajaran Islam merupakan segala aturan yang bersumber pada kepercayaan orang Islam

terhadap wahyu Allah, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadist. Orang Islam (muslim) yang telah

berjanji atau bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah

Rasullullah, berarti hatinya telah mantap dan teguh untuk menerima dan melaksanakan ajaran

Islam dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan teori Kredo atau syahadat yang

mengharuskan pelaksanaan ajaran Islam oleh mereka yang telah mengucapkan dua kalimat

syahadat sebagai konsekuensi logis dari mengucapan kredonya. Konsekuensi yakni

menjalankan segala perintah Allah dan Rasullullah SAW serta menjauhi laranganNya.

Ajaran agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadist serta Ijtihad banyak

mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah hukum untuk diterapkan dalam kehidupan

masyarakat. Ajaran Islam mampu memberikan bimbingan dan petunjuk pada manusia untuk

hidup damai, aman, patuh dan taat pada aturan, karena ajarannya penuh dengan

kemashlahatan, ajakan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar sehingga hidupnya selamat di

dunia dan akhirat.


A. Agama Islam di Indonesia

Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia, bahkan

sebagian besar rakyat Indonesia memeluk agama Islam. Berdasarkan data Sensus

Penduduk pada tahun 2010, menunjukkan bahwa sekitar 87,18% atau 207 juta jiwa dari

total 238 juta jiwa penduduk beragama Islam. Hal ini berarti, mayoritas penduduk

Indonesia melaksanakan ajaran Islam di setiap aspek kehidupan, pelaksanaan ajaran

Islam menjadi salah satu aktifitas sebagain besar penduduk di Indonesia.

Agama Islam masuk di Indonesia pada abad ke 13 Masehi, dan proses

penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke

13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif

menyebarkan Islam di daerah yang mereka kunjungi terutama di daerah pusat

perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para

mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah

Indonesia. Akibatnya, pengaruh Islam di Indonesia makin bertambah luas di kalangan

masyarakat terutama di daerah pantai.

Negara Indonesia yang pada waktu itu berbentuk kerajaan-kerajaan kecil di

semenanjung Melaya, mulai tertarik memeluk agama Islam, dan para pedagang Islam

beserta para mubalighnya, juga semakin kian giat melakukan peran politik di kerajaan

tersebut. Pada tahun 1285, di Indonesia telah berdiri kerajaan bercorak Islam yang

bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga

pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama

Kesultanan Malaka. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia

berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai melalui beberapa saluran,

yakni:
1. Saluran perdagangan, proses penyebaran agama Islam melalui jalur perdagangan

yang dilakukan oleh para saudagar muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan

untuk membentuk perkampungan muslim, misalnya Pekojan dan Kauman. Saluran

ini merupakan saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.

2. Saluran perkawinan, proses penyebaran agama Islam yang dilakukan melalui

perkawinan, dengan cara seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan

seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangannya itu ikut

menganut agama Islam.

3. Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi

penerangan atau kajian tentang agama Islam di masjid, mushalla, rumah penduduk,

surau. Penyebaran agama Islam melalui dakwah lisan banyak dilakukan oleh Wali

Songo dan para ulama lainnya.

4. Saluran pendidikan, proses penyebaran agama Islam melalui pendidikan di pesantren

atau sekolah-sekolah Islam guna memahami dan memperdalam ajaran-ajaran Islam

untuk diamalkan dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

5. Saluran seni budaya, proses penyebaran Islam melalui media seni budaya yang

berlaku di masyarakat, seperti; pergelaran wayang kulit yang dilakukan Sunan

Kalijaga, upacara sekaten di kraton Solo dan Yogyakarta, dan seni sastra. Melalui

seni budaya, banyak orang memeluk agama Islam karena keindahannya atau karena

syairnya, budaya Islam yang digunakan untuk berdakwah pada saat itu adalah

shalawatan, yasinan, tahlilan, qasidahan, dan terbangan

6. Saluran dalam proses tasawuf, penyebaran agama Islam dilakukan dengan

perenungan, pemaknaan, dan reflektif serta kontemplatif untuk mencari kebenaran

dan kedamaian dari inti ajaran Islam, sehinga akan tertanam pola pikir masyarakat
yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha menjadi berorientasi

pada ajaran agama Islam.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penyebaran atau dakwah

Islam dilakukan secara damai melalui beberapa saluran, yakni; saluran perdagangan,

pernikahan, dakwah, pendidikan, seni budaya dan proses tasawuf. Beberapa saluran

dakwah tersebut bergerak seiring dengan perkembangan sikap masyarakat yang semakin

tertarik dan terbuka menerima ajakan memeluk agama Islam.

Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat dan proses penyebaran Islam di

Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung oleh beberapa faktor, sebagai

berikut :

1. Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika

ia telah mengucapkan kalimah syahadat.

2. Pelaksanaan ibadah sederhana dan biayanya murah.

3. Agama Islam tidak mengenal pembagian kasta sehingga banyak kelompok

masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.

4. Aturan-aturan dalam Islam bersifat fleksibel dan tidak memaksa.

5. Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf

sehingga mudah dipahami.

6. Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan

disesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang ada.

7. Runtuhnya kerajaan Majapahit pada akhir abad ke 15 yang memudahkan penyebaran

Islam tanpa ada pembatasan dari otoritas kerajaan Hindu-Budha.


Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah memberikan

kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap mental dalam perjuangan

kemerdekaan. Tertanamnya “Ruhul Islam” yang di dalamnya memuat antara lain.

1. Jihad fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang melawan

penjajah, dengan semangat jihad, umat akan melawan penjajah yang dzolim,

termasuk perang suci, bila wafat syahid, sorga imbalannya.

2. Ijin berperang dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan berperang bagi

orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu dijajah/ditindas, maka Allah

akan membela mereka yang diperangi dan ditindas.

3. Khubul Wathon minal Iman, yang artinya cinta tanah air sebagian dari Iman, adalah

slogan yang menjadikan semangat patriotik bagi umat Islam dalam melawan

penjajahan. Dr. Douwwes Dekker menyatakan bahwa : “Apabila Tidak ada

semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari

Indonesia”.Dengan demikian ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini,

punya peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam

perjuangan di Indonesia.

4. Pada proklamasi kemerdekaan RI, peranan umat Islam adalah turut serta dalam

pembentukan dasar dan cita hukum nasional. Banyak tokoh agama dan ulama

berjuang bersama rakyat untuk meraih kemerdekaan rakyat Indonesia. Sumber

proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang berasal dari piagam Jakarta 22 Juni

1945, adalah hasil perjuangan para pendiri bangsa (founding Father) Jadi, umat

Islam mempunyai peranan besar dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia.

5. Dalam mengisi kemerdekaan, pemerintah dan segenap bangsa Indonesia melakukan

usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang demi tercapainya tujuan nasional


yang diamanatkan oleh UUD 1945. Di masa perkembangan inilah, peran umat Islam

sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara, antara lain;

a. Peranan Muhammadiyah dalam masa pembangunan, yakni; melakukan usaha

agar masyarakat Indonesia berilmu pengetahuan tinggi, berbudi luhur, dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan mengadakan beberapa

pengajian, mendirikan sekolah-sekolah agama (madrasah), pesantren, serta

sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, dan SMU. Melakukan usaha-usaha di

bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, antara lain mendirikan Rumah

Sakit, poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), Panti Asuhan, dan Pos

Santunan Sosial.

b. Usaha-usaha Nahdlatul Ulama di bidang agama, sosial, dan kemasyarakatan,

antara lain; mendirikan beberapa madrasah, seperti madrasah Ibtidaiyah,

Tsanawiyah, Aliyah, dan Perguruan Tinggi. Selain itu juga mendirikan,

mengelola, dan mengembangkan pesantren-pesantren, membantu dan

mengurusi anak-anak yatim dan fakir miskin.

c. Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara

pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam.

MUI bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan, memberikan fatwa dan

nasehat keagamaan dalam masalah sosial kemasyarakatan kepada pemerintah

dan umat Islam Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar

dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional. Selain itu, juga memperkuat

ukhuwah Islamiyah dan melaksanakan kerukunan antar umat beragama dalam

mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

d. Membentuk Kementrian Agama untuk memberikan pelayanan pada pelaksanaan

hukum Islam, seperti; perkawinan, kewarisan, wakaf, zakat, ibadaha haji dan
umrah serta jaminan produk halal. Tujuan dan fungsi Kementrian Agama adalah

mengurus serta mengawasai sistem pendidikan agama di sekolah-sekolah serta

membimbing perguruan-perguruan agama, mengikuti dan memperhatikan hal-

hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan, dan memberi penerangan

dan penyuluhan agama.

e. Membentuk Lembaga Pengadilan Agama untuk menyelesaikan permasalahan

atau perkara orang Islam dalam pelaksanaan hukum Islam.

B. Membumikan Ajaran Agama Islam Berparadigma Al-Qur’an di Indonesia

Agama Islam memuat ajaran yang bersifat universal dan komprehensif, universal

artinya bersifat umum, dan komprehensif artinya mencakup seluruh bidang kehidupan.

Peran agama Islam diharapkan dapat menjawab persoalan manusia baik dalam skala

mikro maupun makro. Manusia sebagai khalifah fil ard menggunakan ajaran Agama

Islam untuk mewujudkan kerajaan Allah di muka bumi.

Pada pelaksanaan ajaran agama Islam, manusia harus bisa menerjemahkan atau

membahasakan pesan-pesan wahyu Allah dalam kehidupan nyata, melalui penerjemahan

dan penafsiran. Persoalan pokoknya adalah bagaimana membumikan ajaran langit,

sehingga dapat mewarnai tata kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya masyarakat.

Dengan demikian agama Islam tidak hanya berada dalam tataran normatif saja, tetapi

harus beranjak dari sisi normatif menuju teoritis keilmuan yang faktual.

Bertitik tolak dari penjelasan di atas, memahamkan bahwa membumikan ajaran Islam

merupakan konkritisasi ajaran Islam dari aturan ideal menjadi kenyataan. Ajaran Islam

dikonsepsikan sebagai aturan yang harus dimplementasikan melalui perbuatan (akhlak),

bukan hanya dalam hati saja, tetapi direalkan menjadi pelaksanaan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari.
Membumikan ajaran Islam di Indonesia merupakan salah satu upaya yang sungguh-

sungguh bagi para ulama dalam syiar atau dakwah Islam, supaya umat Islam lebih

semangat meningkatkan atau memperdalam iman dan taqwa. Allah telah menjelaskan

dalam firmannya bahwa muslim itu termasuk orang-orang yang beruntung dan orang-

orang yang diberi nikmat. Ketika muslim hidup di masyarakat, mereka mempunyai

pegangan dan pedoman yang digunakan sebagai acuan hidup yakni Al-Qur’an dan Al-

Hadist serta Ijtihad. Dengan begitu hidupnya akan menjadi tentram, damai, sejahtera,

bahagia di dunia dan di akhirat. Juga mereka menjadi umat terbaik dan terpilih melalui

sikap dan perilaku baik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Membumikan ajaran Islam merupakan salah satu jihad untuk mengamalkan ajaran

Islam secara sungguh-sungguh bagi setiap muslim, sehingga semakin mantaplah

keislamannya. Walaupun cobaan atau ujian keimanan diberikan oleh Allah, muslimpun

menerima dengan lapang dada, sabar dan tetap berjuang menjunjung tinggi ajaran agama

Islam. Nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam selalu menyertai pada langkah kehidupan.

Di dalam membumikan ajaran agama Islam, mengandung konsekuensi bahwa

manusia pada satu sisi memiliki potensi, otoritas, dan kapasitas tertentu yang juga

semuanya berasal dari Allah. Namun, di sisi lain manusia memiliki kekurangan yang

prinsipil sehingga mereka memerlukan bimbingan agar tidak jatuh terjerumus dengan

kelemahan fundamental yang melekat pada dirinya. Manusia dalam pandangan Islam

bukan antroposentris, yang serba manusia, bukan juga teosentris yang berpusat pada

Allah. Manusia menurut Prof. S.H. Nasr sebagai teomorfis, yaitu makhluk yang memiliki

berbagai kelebihan tetapi memiliki kelemahan melekat pada dirinya sehingga masih tetap

membutuhkan petunjuk Allah. Oleh karena itu, membumikan ajaran Islam adalah upaya

berkelanjutan dalam memahami kekurangan guna dibangun kembali menjadi

kesempurnaan secara terus-menerus (istiqamah). Al-Qur’an dan Al-Hadist telah


menjelaskan sekaligus mencontohkan pengamalan bagaimana petunjuk Allah itu

dilaksanakan.

Membumikan ajaran Islam di Indonesia berarti menanamkan prinsip dan nilai atau

asas ajaran Islam sebagai fundamen dasar keimanan untuk melaksanakan ajaran Islam

secara lahir dan batin. Seperangkat pemahaman itulah yang diberikan oleh rakyat

Indonesia, sebagai pedoman dalam mengharmonisasikan dengan jiwa atau karakter

bangsa Indonesia yang terdiri atas perbedaan geografis, sosiologis, politik, dan kultural

serta perbedaan problem dan tantangan yang dihadapi umat Islam Indonesia.

Membumikan ajaran Islam di Indonesia adalah segala upaya untuk

mengimplementasikan ajaran Islam di Indonesia yang disesuaikan dengan jiwa bangsa.

Metodologinya dengan menggunakan ushul fiqh dan qaidah fiqhiyah seperti al-‘adah

muhakkamah  (adat istiadat bisa menjadi hukum) dan al-muhafazatu bi qadimi sash-

shalih wal-ahdzu bil jadid al-ashlah (memelihara hal lama yang baik dan mengambil hal

baru yang lebih baik) atau dengan kata lain sudah ada dasar dasar agama lalu dengan

semakin berkembangnya zaman dan hal yang baik dapat kita padu padankan agar lebih

baik lagi.

Membumikan ajaran Islam dalam artian mengamalkan ajaran Islam untuk

merealisasikan iman dan taqwa dalam kehidupan secara nyata, tentunya membutuhkan

acuan atau pedoman yang digunakan dasar dalam setiap perbuatan. Pedoman tersebut

adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist (Nash). Dengan demikian membumikan ajaran Islam

tentunya harus berpayung pada pemikiran Nash, cara berpikir dan cara pandang yang

sesuai dengan Nash.

Hal di atas, dapat dilakukan melalui pemahaman Al-Qur’an secara komprehenship

dan mendalam, tidak sepotong-sepotong. Al-Qur’an dipahami secara holistik dari unsur

asbabun nuzulnya, kajian bahasanya, tafsirnya, kandungan hukumnya, kajian fiqh dan
ushul fiqnya. Sehingga bisa terbentuk kajian Al-Qur’an yang paradigmatik, yakni cara

berfikir yang menggunakan paradigma Al-Qur’an, antara lain;

1. Pembacaan historis yaitu cara berpikir untuk merekonstruksi konteks psiko-sosio-

historis yang melingkupi turunnya Al-Quran dan munculnya sunah sehingga

diperoleh gambaran yang utuh tentang situasi yang melatarbelakangi sebuah wacana

keagamaan.

2. Pembacaan holistik, yaitu pengkajian secara mendalam teks-teks suci tersebut

dengan menerapkan prinsip kajian teks secara komprehensif..

3. Pembacaan praksis, yaitu upaya mentransedenkan gagasan, nilai, dan prinsip yang

terdapat dalam teks suci untuk kemudian diproyeksikan dalam konteks waktu,

geografis, dan sosial-budaya saat ini

4. Pembacaan realism, yaitu upaya merealisasikan atau menkonkritkan nilai-nilai Al-

Qur’an dalam seluruh kehidupan, baik di keluarga, masyarakat maupun di dunia

internasional.

C. Antara Ajaran Islam dan Pancasila

sejatinya antara hukum Islam dan Pancasila tidak ada masalah, yang menjadi
masalah adalah pemahaman dan pengamalan hukum Islam karena salah paham terhadap
ajaran Islam. Berikut akan dijelaskan kaitan antara hukum Islam dengan sila-sila
Pancasila, yakni :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari
bermacam-macam agama dan kepercayaan, oleh karena itu diperlukan daya toleransi
tinggi supaya masing-masing agama dapat hidup rukun dan damai.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, pada sila ini menjelaskan bahwa manusia
sebagai subyek hukum mempunyai akal untuk berfikir, rasa, karsa dan cipta, dengan
akalnya manusia bisa mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Ajaran
Pancasila itu diformulasikan dalam hukum Islam melalui penciptaan manusia,
bahwa manusia mempunyai potensi yakni menjadi makhluk yang paling baik di
antara makhluk lain (Q.S. Al-Tin Ayat 4). Allah mengaruniai akal, supaya manusia
dapat memerankan kehidupannya sebagai khalifah.1
Apalagi keadilan yang menjadi dasar dalam menetapkan hukum, sangat diajarkan
dalam hukum Islam, bahkan keadilan adalah lebih dekat daripada taqwa, artinya
keadilan adalah suatu perbuatan yang melebihi nilai ketaqwaan kepada Allah. Orang
yang berbuat adil, dia memiliki nilai lebih dan akan selalu mendekatkan dan
menegakkan ajaran hukum Islam.
3. Persatuan Indonesia merupakan perwujudan dari paham kebangsaan untuk
menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa Indoensia, menjaga kedaulatan negara,
ikut serta menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi.
Reformulasi hukum Islam, dipahami bahwa hukum Islampun harus mampu bekerja
dalam menegakkan kedaulatan negara. Ajaran Islam mengatakan bahwa manusia
adalah bersaudara, ada persaudaraan (ukhuwah) yang didasarkan atas kesamaan
agama, bangsa, tanah air dan penciptaan. Hukum Islam juga mengajarkan bahwa
manusia diciptakan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya saling kenal mengenal
(Q.S. Al-Hijr Ayat 13). Adanya berbagai bangsa supaya mereka saling menjaga
persatuan dan kesatuan sehingga membangkitkan patrionisme (cinta tanah air).2
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Sila ini menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia berdasarkan
demokrasi kerakyatan, artinya kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat,
melalui badan perwakilan rakyat. Musyawarah yang merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia, mengandung asas-asas yang sesuai dengan kaidah
atau norma, seperti; kemerdekaan, persamaan, keadilan, persaudaraan, toleransi,
sehingga tercapai mufakat. Hikmat kebijaksanaan mengandung arti dalam penentuan
ketetapan hukum, haruslah menggunaan pikiran atau rasio sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan secara jujur, adil, serta didorong dengan iktikad baik.
Apabila hukum Islam diformulasikan pada ajaran tentang kenegaraan dan
demokrasi, hukum Islam mengingatkan bahwa rakyat sebagai kekuasaan tertinggi,
dalam memerankan fungsinya akan dimintai pertanggungjawaban kepada Allah,
diharapkan mereka (rakyat) menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, karena
semua yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawabannya (Q.S. Al-Isra’ Ayat

1
Ibid.
2
Ibid.
36). Hukum Islam juga mendukung tentang musyawarah mufakat dalam
menyelesaikan masalah negara (Q.S. Al-Syuara Ayat 38).3
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ke V ini menjelaskan bahwa
nilai-nilai keadilan harus ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga terwujud kemakmuran yang merata untuk seluruh warga negara Indonesia.
Pada sila ke V, Hukum Islam direformulasikan pada ajaran tentang keadilan, bahwa
keadilan adalah salah satu sifat Allah, dan Allah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil satu sama lain (Q.S. Al-An’am Ayat 29, Al-Nahl Ayat 90, Asy-Syu’ara
Ayat 15), Allah mencintai orang yang berbuat adil, tidak mengurangi timbangan
dalam berekonomi atau jual-beli (Al-A’raf Ayat 152).4
6. Hukum Islam juga diformulasikan pada ajaran tentang harta milik yang berfungsi

sosial, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang, ada hak yang harus diberikan

kepada fakir-miskin dan orang yang membutuhkan sebanyak 2,5 %. Melalui

pengamalan zakat, infaq dan shadaqah serta wakaf, sehingga harta tidak menumpuk

pada orang kaya saja, tetapi ada pemerataan untuk orang yang berada di garis

kimiskinan. Hal ini menjadikan jarak antara yang kaya dan miskin tidak melebar,

tetapi ada aspek keseimbangan yang berkeadilan.

REFERENSI

Makbullah, Deden, 2012, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo, Persada, Jakarta.
Daud Ali, Muhammad, 2011, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Azra, Azzumardi, dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, DIKTI Kementrian Agama,
Jakarta, 2003.
Depag RI, 1976, Al-Quran dan Terjemahan, PT. Toha Putra, Semarang.

Djamil, Fatkhurrahman, 1997, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta.

Dipertais dan PPIM, 1998, Suplemen Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Depag RI, Jakarta.

3
Fokky Fuad, Islam Dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialektika , Lex Jurnalica Volume 9 Nomor 3,
Desember 2012, Universitas Al Azhar IndonesiaKomplek Masjid Agung Al Azhar
Jakarta hal. 169.
4
Ibid. hal 170.
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Pres Jakarta.

Nasr, Sayyid Husen, 1981, Islam dalam Cita dan Fakta, , Lapemas, Jakarta.

https://www.slideshare.net/syahrulnursapni/peranan-islam-di-awal-kemerdekaan, diunggah
hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.40 WIB
https://tabloidmasjidnus.wordpress.com/edisi/tamara-edisi-iv-juli- 2009/tinjauan-historis-
peran-umat-islam-dalam-berdirinya-nkri/, Diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.30
WIB
http://adabydarban.blogspot.co.id/2009/03/peranan-islam-dalam-perjuangan.html, diunggah
hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.20 WIB
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html,
diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.20 WIB
http://nasaruddinumar.org/membumikan-ajaran-islam-2/, diunggah hari Sabtu, 24 Maret
2018, Jam 22.27 WIB
Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Ayat-Ayat Etos Kerja Dalam Tafsir Al-Misbah”,
dalam http://eprints.ums.ac.id/12436/3/BAB_I.pdf, diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam
23.21 WIB

Anda mungkin juga menyukai