BERPARADIGMA AL-QUR’AN
Islam merupakan salah satu agama yang hidup di Indonesia, karena negara Indonesia
adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, mempercayai adanya Tuhan
yang menciptakan manusia dan alam semesta. Kepercayaan terhadap Tuhan telah dijelaskan
dalam dasar negara Indonesia yakni Pancasila Sila I yang menerangkan bahwa negara
Indonesia berdasarkan ke-Tuhanan yang Maha Esa, dan UUD NRI 1945 Pasal 29 Ayat (1)
dan (2) yang menerangkan bahwa negara telah memberikan perlindungan bagi umat
beragama untuk beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan
Ajaran Islam merupakan segala aturan yang bersumber pada kepercayaan orang Islam
terhadap wahyu Allah, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadist. Orang Islam (muslim) yang telah
berjanji atau bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah
Rasullullah, berarti hatinya telah mantap dan teguh untuk menerima dan melaksanakan ajaran
Islam dalam kehidupannya. Hal ini sesuai dengan teori Kredo atau syahadat yang
mengharuskan pelaksanaan ajaran Islam oleh mereka yang telah mengucapkan dua kalimat
menjalankan segala perintah Allah dan Rasullullah SAW serta menjauhi laranganNya.
Ajaran agama Islam yang berdasarkan Al-Qur’an, Al-Hadist serta Ijtihad banyak
mengandung nilai-nilai yang menjadi kaidah hukum untuk diterapkan dalam kehidupan
masyarakat. Ajaran Islam mampu memberikan bimbingan dan petunjuk pada manusia untuk
hidup damai, aman, patuh dan taat pada aturan, karena ajarannya penuh dengan
kemashlahatan, ajakan untuk beramar ma’ruf nahi mungkar sehingga hidupnya selamat di
Agama Islam merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia, bahkan
sebagian besar rakyat Indonesia memeluk agama Islam. Berdasarkan data Sensus
Penduduk pada tahun 2010, menunjukkan bahwa sekitar 87,18% atau 207 juta jiwa dari
total 238 juta jiwa penduduk beragama Islam. Hal ini berarti, mayoritas penduduk
penyebarannya berlangsung dalam waktu yang lama yaitu dari abad ke 7 sampai abad ke
13 Masehi. Selama masa itu, para pedagang dari Arab, Gujarat, dan Persia makin intensif
perdagangan. Di samping itu, para pedagang Indonesia yang sudah masuk Islam dan para
mubaligh Indonesia juga ikut berperan dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah
semenanjung Melaya, mulai tertarik memeluk agama Islam, dan para pedagang Islam
beserta para mubalighnya, juga semakin kian giat melakukan peran politik di kerajaan
tersebut. Pada tahun 1285, di Indonesia telah berdiri kerajaan bercorak Islam yang
bernama Samudra Pasai. Malaka yang merupakan pusat perdagangan penting dan juga
pusat penyebaran Islam berkembang pula menjadi kerajaan baru dengan nama
berlangsung secara bertahap dan dilakukan secara damai melalui beberapa saluran,
yakni:
1. Saluran perdagangan, proses penyebaran agama Islam melalui jalur perdagangan
yang dilakukan oleh para saudagar muslim yang menetap di kota-kota pelabuhan
ini merupakan saluran yang dipilih sejak awal sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
perkawinan, dengan cara seseorang yang telah menganut Islam menikah dengan
seorang yang belum menganut Islam sehingga akhirnya pasangannya itu ikut
3. Saluran dakwah, proses penyebaran Islam yang dilakukan dengan cara memberi
penerangan atau kajian tentang agama Islam di masjid, mushalla, rumah penduduk,
surau. Penyebaran agama Islam melalui dakwah lisan banyak dilakukan oleh Wali
5. Saluran seni budaya, proses penyebaran Islam melalui media seni budaya yang
Kalijaga, upacara sekaten di kraton Solo dan Yogyakarta, dan seni sastra. Melalui
seni budaya, banyak orang memeluk agama Islam karena keindahannya atau karena
syairnya, budaya Islam yang digunakan untuk berdakwah pada saat itu adalah
dan kedamaian dari inti ajaran Islam, sehinga akan tertanam pola pikir masyarakat
yang masih berorientasi pada ajaran agama Hindu dan Budha menjadi berorientasi
Islam dilakukan secara damai melalui beberapa saluran, yakni; saluran perdagangan,
pernikahan, dakwah, pendidikan, seni budaya dan proses tasawuf. Beberapa saluran
dakwah tersebut bergerak seiring dengan perkembangan sikap masyarakat yang semakin
Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat dan proses penyebaran Islam di
Indonesia berjalan dengan cepat karena didukung oleh beberapa faktor, sebagai
berikut :
1. Syarat masuk Islam sangat mudah karena seseorang dianggap telah masuk Islam jika
masyarakat yang masuk Islam karena ingin memperoleh derajat yang sama.
5. Agama Islam yang masuk dari Gujarat, India mendapat pengaruh Hindu dan tasawuf
6. Penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan secara damai tanpa kekerasan dan
kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap mental dalam perjuangan
penjajah, dengan semangat jihad, umat akan melawan penjajah yang dzolim,
2. Ijin berperang dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan berperang bagi
3. Khubul Wathon minal Iman, yang artinya cinta tanah air sebagian dari Iman, adalah
slogan yang menjadikan semangat patriotik bagi umat Islam dalam melawan
semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan yang sebenarnya lenyap dari
punya peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam
perjuangan di Indonesia.
4. Pada proklamasi kemerdekaan RI, peranan umat Islam adalah turut serta dalam
pembentukan dasar dan cita hukum nasional. Banyak tokoh agama dan ulama
proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang berasal dari piagam Jakarta 22 Juni
1945, adalah hasil perjuangan para pendiri bangsa (founding Father) Jadi, umat
Indonesia.
sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara, antara lain;
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan mengadakan beberapa
Sakit, poliklinik, BKIA (Balai Kesehatan Ibu dan Anak), Panti Asuhan, dan Pos
Santunan Sosial.
c. Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara
MUI bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan, memberikan fatwa dan
dan umat Islam Indonesia pada umumnya, sebagai amar ma’ruf nahi mungkar
hukum Islam, seperti; perkawinan, kewarisan, wakaf, zakat, ibadaha haji dan
umrah serta jaminan produk halal. Tujuan dan fungsi Kementrian Agama adalah
hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan, dan memberi penerangan
Agama Islam memuat ajaran yang bersifat universal dan komprehensif, universal
artinya bersifat umum, dan komprehensif artinya mencakup seluruh bidang kehidupan.
Peran agama Islam diharapkan dapat menjawab persoalan manusia baik dalam skala
mikro maupun makro. Manusia sebagai khalifah fil ard menggunakan ajaran Agama
Pada pelaksanaan ajaran agama Islam, manusia harus bisa menerjemahkan atau
sehingga dapat mewarnai tata kehidupan sosial ekonomi, politik dan budaya masyarakat.
Dengan demikian agama Islam tidak hanya berada dalam tataran normatif saja, tetapi
harus beranjak dari sisi normatif menuju teoritis keilmuan yang faktual.
Bertitik tolak dari penjelasan di atas, memahamkan bahwa membumikan ajaran Islam
merupakan konkritisasi ajaran Islam dari aturan ideal menjadi kenyataan. Ajaran Islam
bukan hanya dalam hati saja, tetapi direalkan menjadi pelaksanaan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Membumikan ajaran Islam di Indonesia merupakan salah satu upaya yang sungguh-
sungguh bagi para ulama dalam syiar atau dakwah Islam, supaya umat Islam lebih
semangat meningkatkan atau memperdalam iman dan taqwa. Allah telah menjelaskan
dalam firmannya bahwa muslim itu termasuk orang-orang yang beruntung dan orang-
orang yang diberi nikmat. Ketika muslim hidup di masyarakat, mereka mempunyai
pegangan dan pedoman yang digunakan sebagai acuan hidup yakni Al-Qur’an dan Al-
Hadist serta Ijtihad. Dengan begitu hidupnya akan menjadi tentram, damai, sejahtera,
bahagia di dunia dan di akhirat. Juga mereka menjadi umat terbaik dan terpilih melalui
Membumikan ajaran Islam merupakan salah satu jihad untuk mengamalkan ajaran
keislamannya. Walaupun cobaan atau ujian keimanan diberikan oleh Allah, muslimpun
menerima dengan lapang dada, sabar dan tetap berjuang menjunjung tinggi ajaran agama
Islam. Nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam selalu menyertai pada langkah kehidupan.
manusia pada satu sisi memiliki potensi, otoritas, dan kapasitas tertentu yang juga
semuanya berasal dari Allah. Namun, di sisi lain manusia memiliki kekurangan yang
prinsipil sehingga mereka memerlukan bimbingan agar tidak jatuh terjerumus dengan
kelemahan fundamental yang melekat pada dirinya. Manusia dalam pandangan Islam
bukan antroposentris, yang serba manusia, bukan juga teosentris yang berpusat pada
Allah. Manusia menurut Prof. S.H. Nasr sebagai teomorfis, yaitu makhluk yang memiliki
berbagai kelebihan tetapi memiliki kelemahan melekat pada dirinya sehingga masih tetap
membutuhkan petunjuk Allah. Oleh karena itu, membumikan ajaran Islam adalah upaya
dilaksanakan.
Membumikan ajaran Islam di Indonesia berarti menanamkan prinsip dan nilai atau
asas ajaran Islam sebagai fundamen dasar keimanan untuk melaksanakan ajaran Islam
secara lahir dan batin. Seperangkat pemahaman itulah yang diberikan oleh rakyat
bangsa Indonesia yang terdiri atas perbedaan geografis, sosiologis, politik, dan kultural
serta perbedaan problem dan tantangan yang dihadapi umat Islam Indonesia.
Metodologinya dengan menggunakan ushul fiqh dan qaidah fiqhiyah seperti al-‘adah
muhakkamah (adat istiadat bisa menjadi hukum) dan al-muhafazatu bi qadimi sash-
shalih wal-ahdzu bil jadid al-ashlah (memelihara hal lama yang baik dan mengambil hal
baru yang lebih baik) atau dengan kata lain sudah ada dasar dasar agama lalu dengan
semakin berkembangnya zaman dan hal yang baik dapat kita padu padankan agar lebih
baik lagi.
merealisasikan iman dan taqwa dalam kehidupan secara nyata, tentunya membutuhkan
acuan atau pedoman yang digunakan dasar dalam setiap perbuatan. Pedoman tersebut
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist (Nash). Dengan demikian membumikan ajaran Islam
tentunya harus berpayung pada pemikiran Nash, cara berpikir dan cara pandang yang
dan mendalam, tidak sepotong-sepotong. Al-Qur’an dipahami secara holistik dari unsur
asbabun nuzulnya, kajian bahasanya, tafsirnya, kandungan hukumnya, kajian fiqh dan
ushul fiqnya. Sehingga bisa terbentuk kajian Al-Qur’an yang paradigmatik, yakni cara
diperoleh gambaran yang utuh tentang situasi yang melatarbelakangi sebuah wacana
keagamaan.
3. Pembacaan praksis, yaitu upaya mentransedenkan gagasan, nilai, dan prinsip yang
terdapat dalam teks suci untuk kemudian diproyeksikan dalam konteks waktu,
internasional.
sejatinya antara hukum Islam dan Pancasila tidak ada masalah, yang menjadi
masalah adalah pemahaman dan pengamalan hukum Islam karena salah paham terhadap
ajaran Islam. Berikut akan dijelaskan kaitan antara hukum Islam dengan sila-sila
Pancasila, yakni :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini menjelaskan bahwa Indonesia terdiri dari
bermacam-macam agama dan kepercayaan, oleh karena itu diperlukan daya toleransi
tinggi supaya masing-masing agama dapat hidup rukun dan damai.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, pada sila ini menjelaskan bahwa manusia
sebagai subyek hukum mempunyai akal untuk berfikir, rasa, karsa dan cipta, dengan
akalnya manusia bisa mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Ajaran
Pancasila itu diformulasikan dalam hukum Islam melalui penciptaan manusia,
bahwa manusia mempunyai potensi yakni menjadi makhluk yang paling baik di
antara makhluk lain (Q.S. Al-Tin Ayat 4). Allah mengaruniai akal, supaya manusia
dapat memerankan kehidupannya sebagai khalifah.1
Apalagi keadilan yang menjadi dasar dalam menetapkan hukum, sangat diajarkan
dalam hukum Islam, bahkan keadilan adalah lebih dekat daripada taqwa, artinya
keadilan adalah suatu perbuatan yang melebihi nilai ketaqwaan kepada Allah. Orang
yang berbuat adil, dia memiliki nilai lebih dan akan selalu mendekatkan dan
menegakkan ajaran hukum Islam.
3. Persatuan Indonesia merupakan perwujudan dari paham kebangsaan untuk
menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa Indoensia, menjaga kedaulatan negara,
ikut serta menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi.
Reformulasi hukum Islam, dipahami bahwa hukum Islampun harus mampu bekerja
dalam menegakkan kedaulatan negara. Ajaran Islam mengatakan bahwa manusia
adalah bersaudara, ada persaudaraan (ukhuwah) yang didasarkan atas kesamaan
agama, bangsa, tanah air dan penciptaan. Hukum Islam juga mengajarkan bahwa
manusia diciptakan berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya saling kenal mengenal
(Q.S. Al-Hijr Ayat 13). Adanya berbagai bangsa supaya mereka saling menjaga
persatuan dan kesatuan sehingga membangkitkan patrionisme (cinta tanah air).2
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Sila ini menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia berdasarkan
demokrasi kerakyatan, artinya kekuasaan yang tertinggi berada di tangan rakyat,
melalui badan perwakilan rakyat. Musyawarah yang merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia, mengandung asas-asas yang sesuai dengan kaidah
atau norma, seperti; kemerdekaan, persamaan, keadilan, persaudaraan, toleransi,
sehingga tercapai mufakat. Hikmat kebijaksanaan mengandung arti dalam penentuan
ketetapan hukum, haruslah menggunaan pikiran atau rasio sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan
dilaksanakan secara jujur, adil, serta didorong dengan iktikad baik.
Apabila hukum Islam diformulasikan pada ajaran tentang kenegaraan dan
demokrasi, hukum Islam mengingatkan bahwa rakyat sebagai kekuasaan tertinggi,
dalam memerankan fungsinya akan dimintai pertanggungjawaban kepada Allah,
diharapkan mereka (rakyat) menjalankan fungsinya dengan baik dan benar, karena
semua yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawabannya (Q.S. Al-Isra’ Ayat
1
Ibid.
2
Ibid.
36). Hukum Islam juga mendukung tentang musyawarah mufakat dalam
menyelesaikan masalah negara (Q.S. Al-Syuara Ayat 38).3
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ke V ini menjelaskan bahwa
nilai-nilai keadilan harus ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sehingga terwujud kemakmuran yang merata untuk seluruh warga negara Indonesia.
Pada sila ke V, Hukum Islam direformulasikan pada ajaran tentang keadilan, bahwa
keadilan adalah salah satu sifat Allah, dan Allah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil satu sama lain (Q.S. Al-An’am Ayat 29, Al-Nahl Ayat 90, Asy-Syu’ara
Ayat 15), Allah mencintai orang yang berbuat adil, tidak mengurangi timbangan
dalam berekonomi atau jual-beli (Al-A’raf Ayat 152).4
6. Hukum Islam juga diformulasikan pada ajaran tentang harta milik yang berfungsi
sosial, artinya harta yang dipunyai oleh seseorang, ada hak yang harus diberikan
pengamalan zakat, infaq dan shadaqah serta wakaf, sehingga harta tidak menumpuk
pada orang kaya saja, tetapi ada pemerataan untuk orang yang berada di garis
kimiskinan. Hal ini menjadikan jarak antara yang kaya dan miskin tidak melebar,
REFERENSI
Makbullah, Deden, 2012, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo, Persada, Jakarta.
Daud Ali, Muhammad, 2011, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Azra, Azzumardi, dkk, Buku Teks Pendidikan Agama Islam, DIKTI Kementrian Agama,
Jakarta, 2003.
Depag RI, 1976, Al-Quran dan Terjemahan, PT. Toha Putra, Semarang.
Djamil, Fatkhurrahman, 1997, Filsafat Hukum Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Dipertais dan PPIM, 1998, Suplemen Buku Daras Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum, Depag RI, Jakarta.
3
Fokky Fuad, Islam Dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialektika , Lex Jurnalica Volume 9 Nomor 3,
Desember 2012, Universitas Al Azhar IndonesiaKomplek Masjid Agung Al Azhar
Jakarta hal. 169.
4
Ibid. hal 170.
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, UI Pres Jakarta.
Nasr, Sayyid Husen, 1981, Islam dalam Cita dan Fakta, , Lapemas, Jakarta.
https://www.slideshare.net/syahrulnursapni/peranan-islam-di-awal-kemerdekaan, diunggah
hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.40 WIB
https://tabloidmasjidnus.wordpress.com/edisi/tamara-edisi-iv-juli- 2009/tinjauan-historis-
peran-umat-islam-dalam-berdirinya-nkri/, Diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.30
WIB
http://adabydarban.blogspot.co.id/2009/03/peranan-islam-dalam-perjuangan.html, diunggah
hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.20 WIB
http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/10/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html,
diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam 14.20 WIB
http://nasaruddinumar.org/membumikan-ajaran-islam-2/, diunggah hari Sabtu, 24 Maret
2018, Jam 22.27 WIB
Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Ayat-Ayat Etos Kerja Dalam Tafsir Al-Misbah”,
dalam http://eprints.ums.ac.id/12436/3/BAB_I.pdf, diunggah hari Sabtu, 24 Maret 2018, Jam
23.21 WIB