Anda di halaman 1dari 7

Perkembangan Hukum Islam Dari Zaman Ke Zaman

Yasmin Fakhira Khairatun Hisan (2310611250)1


1
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Jl. RS. Fatmawati Raya, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12450, 2310611250@mahasiswa.upnvj.ac.id.

Abstract
Indonesia is the largest Muslim country in the world with 240 million followers of Islam. This cannot
be separated from the history of the arrival of Islam in Indonesia and its development until it
became the majority religion adhered to by its citizens. Apart from that, the development of the
Islamic religion ultimately had a major influence on all aspects of the lives of citizens. One of them is
the main points of Islamic law that have been modified and become guidelines in several national
laws that apply in Indonesia to this day.

Keywords
History; Islamic law; national law

Abstrak
Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia dengan angka pemeluk agama islam
sebanyak 240 juta jiwa. Hal tersebut tidak lepas dengan sejarah masuknya agama islam di
Indonesia serta perkembangannya hingga menjadi agama mayoritas yang dianut warga
negaranya. Selain itu, perkembangan agama islam tersebut pada akhirnya memberikan pengaruh
yang besar pada segala aspek kehidupan warga negara. Salah satunya adalah pokok-pokok
hukum islam yang dimodifikasi dan menjadi pedoman dalam bebrapa hukum nasional yang
berlaku di Indonesia hingga saat ini.

Kata kunci
Sejarah; hukum islam; hukum nasional

PENDAHULUAN

Menurut studi Royal Islamic Strategic Research Center (RISSC), Indonesia merupakan
negara Islam terbesar di dunia dengan populasi Muslim 240,62 juta jiwa, melampaui Arab
Saudi, Mesir, dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Perkembangan Islam di Indonesia
tidak mungkin terjadi dengan cepat tanpa adanya beberapa faktor yang menyebabkan
berkembangnya agama ini. Perkembangan tersebut tentunya tentu tidak mudah untuk dilalui,
terlebih lagi masyarakat Indonesia lebih dulu menganut agama hindhu-budha, animisme-
dinamisme, bahkan kepercayaan nenek moyang yang telah dianut secara turun temurun.

Perkembangan agama Islam yang makin hari makin berkembang pesat memberikan
dampak pada kehidupan bermasyarakat warga negara Indonesia. Segala tingkah laku serta
aturan yang berlaku di masyarakat lambat laun mulai dijalankan berdasarkan hukum agama
Islam. Sebagai negara yang memiliki jumlah pemeluk agama islam terbesar di dunia, Hukum
nasional negara juga didasari oleh beberapa pokok ajaran agama Islam yang dianggap sesuai
dengan dasar negara dan ideologi berbangsa, yaitu Pancasila.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan penelitian kualitatif ini adalah metode kajian
pustaka yang diambil dari berbagai sumber pustaka seperti jurnal, website dan buku yang
memiliki pembahasan terkait sejarah masuknya islam ke Indonesia, pengaruh hukum islam di
Indonesia, serta kondisi hukum islam di setiap zaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Dan Teori Masuknya Islam Ke Indonesia

Islam sendiri diyakini masuk ke Indonesia antara abad ke-7 hingga ke-14 Masehi. Ada
berbagai teori mengenai asal muasal invasi Islam ke nusantara (Indonesia). Teori-teori
tersebut antara lain teori Gujarati, teori Mekah, teori Persia, dan teori Cina. Teori Gujarati
berpendapat bahwa Islam diperkenalkan oleh pedagang Muslim India pada abad ke-13 Masehi.
Teori ini bergesekan dengan teori Mekkah yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari
Arab Saudi. Di sisi lain, teori Persia berpendapat bahwa Islam dibawa ke Indonesia oleh para
pedagang Persia yang berkunjung ke Indonesia pada abad ke-13. Berbeda halnya dengan teori
Tiongkok yang mengatakan bahwa Islam masuk oleh pendatang Tiongkok sejak abad ke-1
Hijriyah.

Selain itu, jalur masuknya Islam ke Indonesia terdiri dari empat jalur: jalur perdagangan,
jalur perkawinan, jalur pendidikan, dan jalur akulturasi atau tasawuf. Islam diyakini masuk ke
Indonesia melalui jalur perdagangan antara abad ke-7 dan ke-11. Menurut para pedagang
asing dan Indonesia, agama Islam menyebar di sepanjang Selat Malaka, di sepanjang jalur
perdagangan pelabuhan seperti Samudra dan Palembang, kemudian ke Demak, Cirebon,
Gresik, Tuban, Makassar, dan Indonesia bagian timur. Pada abad berikutnya, Islam juga masuk
ke Indonesia berkat pernikahan. Jalur pernikahan ini ditempuh para ulama sekitar abad 11
hingga 13 Masehi. Pedagang Muslim dari Gujarat, Arabia, Bengal dan negara-negara lain
menikah dengan orang Indonesia. Pedagang yang sudah menikah pada umumnya adalah
orang-orang kaya dan terhormat. Oleh karena itu, putra atau putri raja yang menikah harus
masuk Islam terlebih dahulu. Jalur ini berperan besar dalam penyebaran Islam di Tanah Air.

Selain melalui perdagangan dan perkawinan, agama Islam masuk ke Indonesia melalui
pendidikan. Jalan ini diikuti oleh para pendakwah yang berdedikasi untuk menyebarkan Islam
ke daerah-daerah baru, termasuk Indonesia. Para da’i yang menyebarkan Islam ini bukanlah
seorang pedagang, melainkan hanya mempunyai misi untuk menyebarkan ajaran Islam ke
daerah-daerah baru yang belum tersentuh Islam dan dalam praktiknya dibantu oleh para
pedagang. Jalur pendidikan ini memegang peranan yang sangat penting. Pasalnya, dakwah
Islam yang semula dikenal di pesisir pantai sepanjang jalur perdagangan, akhirnya menyebar
hingga ke kepulauan Indonesia bagian timur. Islam pun masuk ke Indonesia dan tak lepas dari
peran akulturasi para pendakwahnya. Hal ini terjadi antara abad ke-12 dan ke-14 Masehi. Cara
dakwah ini digunakan oleh Walisongo atau Sembilan Orang Suci yang menyebarkan Islam di
tanah Jawa. Sebelum masuknya Islam terjadi akulturasi budaya yaitu antara kebudayaan
Indonesia dan Hindu. Belakangan, akulturasi kembali terjadi setelah Islam masuk beserta
nilai-nilai budayanya. Wayang merupakan salah satu media penyebaran Islam melalui
kebudayaan.

Peradilan Islam Dan Kerajaan Islam

Islam lambat laun diterima dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menggantikan ajaran
Hindu dan Budha. Penerapan syariat Islam tidak hanya berlaku pada pelaksanaan ibadah
shalat, tetapi juga pada Mu’amalat, Munakahat, dan Ukbat. Pemerintahan Islam di nusantara
menerima ajaran politik Sunni yang dapat diterapkan dalam praktik kenegaraan, dan ajaran
Sunni tetap dipertahankan. Kerajaan Samudera Pasay merupakan kerajaan Islam pertama di
nusantara yang berdiri di Aceh utara pada akhir abad ke-13. Malik al-Saleh adalah sultan
pertama kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan Samudera Pasai menjadi bukti keberhasilan
Islamisasi wilayah pesisir yang dikunjungi para saudagar Islam sejak abad ke-7. Menurut
memo yang ditulis oleh Ibnu Battuta, seorang turis Maroko yang berkunjung ke Samudera
Pasai, sultan Samudera Pasay adalah seorang Muslim yang baik yang menerapkan syariat Islam
Syafi'i. Kerajaan Samudera Pasay menggunakan hukum Islam sebagai hukum kerajaan baik
dalam bidang pidana maupun perdata.

Kondisi Hukum Islam Era Penjajahan Hingga Era Reformasi

Pada masa penjajahan Belanda, hukum Islam mulai terpinggirkan oleh kebijakan hukum
Belanda. Belanda mengakui hukum Islam pada tahun 1602 hingga 1800 M. Perkembangan
hukum Islam pada masa penjajahan Belanda dapat dibagi menjadi dua tahap. Pertama,
Belanda melalui VOC memberikan toleransi penuh dengan memberikan ruang bagi
pengembangan hukum Islam secara utuh (Receptie In Complexu). Kedua, Belanda melakukan
intervensi terhadap hukum Islam dengan menerapkan hukum adat (recepti). Tujuan Belanda
pada tahap kedua adalah menerapkan sepenuhnya hukum Belanda terhadap umat Islam.

Pada masa kemerdekaan, hukum Islam mengenal dua periode. Yang pertama adalah
menerima hukum Islam yang timbul dari keyakinan. Kedua, periode ketika hukum Islam diakui
sebagai asal mula resminya. Sumber kepercayaan terhadap UUD adalah sumber hukum yang
hanya dapat diterima jika diyakini. Dalam konteks hukum Islam, Surat Jakarta yang
merupakan salah satu hasil konferensi BPUPKI menjadi sumber persuasif UUD 1945 selama
14 tahun, namun hukum Islam sudah tidak lagi menjadi sumber resmi (sudah mempunyai
kekuatan hukum). Pada pertama kalinya Jepang menjadi sumber informasi yang sah. Secara
konstitusional, ketika Piagam Yakarta dimasukkan ke dalam Keputusan Presiden Republik
Indonesia tanggal 5 Juli 1959, sebagaimana tercantum dalam pembukaan resolusi ini, bahwa
Surat Jakarta tanggal 22 Juni 1945 mengedepankan UUD 1945 sebagai rangkaian unsur-unsur
pembentuk UUD.

Belakangan, pada masa Orde Lama, muncul beberapa partai politik yang berbasis Islam,
sosialisme, dan nasionalisme, seperti Mashmi, PSI, dan PNI. Dari ketiga partai tersebut, Mashmi
merupakan partai Islam yang mewakili aspirasi politik umat, dan ketua Dewan Syuro adalah
Bapak K.H. Hasyim Ashari dan H. Agus Salim (PSII) dan Syekh Jamil Jambek (PERMI). Saat ini,
tim pengurus terdiri dari politisi profesional: Pak Mashmi (Pak Sukiman, Pak M. Natsir, Pak
Mohammad Roem) dan PSII (Bapak Abikusno Choklosjoso).

Setelah Indonesia merdeka, para ulama bergelut di dunia politik selama 10 tahun.
Perjuangan ulama pada awalnya bertujuan untuk mencapai kemerdekaan, namun kemudian
bergeser pada cita-cita penerapan syariat Islam di negara. Namun cita-cita tersebut tidak
sepenuhnya berhasil, dengan pergulatan ideologi yang lebih beragam antara kelompok Islam
dan kelompok nasionalis sekuler, termasuk komunis, dan tradisi yang didominasi oleh
kelompok reformis dan biasanya warga pesantren Muslim, menghadapi konflik internal
dengan kelompok ulama lainnya.

Oleh karena itu, pada masa kemerdekaan, peran ulama dan qiyai dalam aktivitas politik
masih tetap menonjol, seperti halnya pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa
kemerdekaan nampaknya belum memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan
politik Islam. Pada titik ini, politik Islam melemah di kalangan mayoritas penganutnya, karena
ideologi nasionalis mampu mengalahkan ide-ide Islam. Oleh karena itu, pada masa orde lama,
tidak terjadi perkembangan politik yang signifikan dalam hukum Islam karena sistem
pemerintahannya lebih condong menuju nasionalisme. Lalu ada ideologi Nasakom yang artinya
nasionalis, sosialis, dan komunis. Saat itu, pemerintah mencoba menggabungkan ketiga
ideologi tersebut untuk dianut oleh masyarakat Indonesia.

Namun keadaan hukum Islam saat ini di era Orde Baru, dengan Soeharto sebagai
pemimpin intelektualnya, telah menjerumuskan negeri ini ke dalam krisis multidimensi yang
belum terselesaikan, namun mengingat hubungan Islam dan Islam, suatu hal yang berharga.
Negara-Orde baru memiliki sesuatu yang positif yang meninggalkan jejaknya dalam bentuk
hukum Islam, yaitu hubungan antara Islam dan negara. Aturan Orde Baru diawali dengan
tindakan represif, namun berakhir dengan tindakan akomodatif. Di sisi lain, perubahan
dramatis ini menimbulkan kecurigaan baru bahwa perubahan kebijakan ini merupakan
dampak dari perubahan pola sosiologi dan politik masyarakat Muslim Indonesia yang tidak
lagi eksklusif namun inklusif. Apakah ada alasan politik atau alasan pribadi lainnya? Kebijakan
yang terjadi pada politik Hukum Islam Era Orde Baru antara lain:

1. Hukum Islam diakui sebagai sumber hukum substantif yang terbatas pada urusan
perdata (perkawinan, warisan, tunjangan, wakaf dan sedekah). Sebagaimana diatur
dalam UU Perkawinan, UU Inkuisisi, Peraturan Pemerintah tentang Wakaf dan
Kompilasi Hukum Islam.
2. Peraturan hukum ini diberlakukan atas inisiatif cabang eksekutif. Pada saat itu,
kekuasaan eksekutif sangat kuat sehingga kurang ambisius dan lebih
mencerminkan kemauan politik penguasa.

Pasca jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, keinginan umat Islam untuk
melegitimasi hukum Islam positif sangat kuat. Hal ini dianggap sebagai stimulus yang baik
bagi umat Islam untuk lebih banyak mengadopsi unsur-unsur Islam dibandingkan
sebelumnya. Artinya, hukum Islam bukanlah hukum yang mengikat secara formal, namun
dapat dianggap dan diterapkan sebagai etika sosial yang disepakati dan ditaati oleh
masyarakat.

Dalam perkembangan saat ini, hukum Islam tidak hanya disahkan dalam kaitannya
dengan shalat dan tata cara saja, tetapi juga dalam urusan ekonomi, seperti dalam kasus
Nangroe Aceh Darussalam diundangkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Kasus tersebut sudah sampai pada tahap penegakan pidana. Dari uraian
di atas terlihat jelas bahwa hukum Islam mempunyai peranan penting dalam
perkembangan sistem hukum nasional pada era reformasi, tidak hanya sekedar mengisi
kekosongan hukum, namun juga menjadi sumber yang menjadi landasan peraturan hukum
lainnya.

Hukum Islam Yang Diadopsi Oleh Hukum Nasional

Contoh hukum islam yang diadopsi menjadi hukum nasional antara lain:

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana diubah


dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan kedua kali
dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama;
 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf;
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat;
 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah;
 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren;
 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum
Islam.
KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim di dunia tidak secara langsung
menerima datangnya agama Islam. Namun, terjadi sejarah panjang mengenai perkembangan
agama tersebut. Pokok-pokok ajaran agama Islam yang dirasa memiliki dampak yang baik serta
sejalan dengan dasar dan cita-cita negara Indonesia pada akhirnya diadopsi menjadi hukum
nasional yang wajib ditaati oleh seluruh warga negara demi terwujudnya negara yang aman dan
sesuai dengan cita-cita bangsa.

DAFTAR RUJUKAN

Annur, Cindy Mutia (2023). 10 Negara dengan Populasi Muslim Terbanyak Dunia 2023,
Indonesia Memimpin!. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/19/10-negara-
dengan-populasi-muslim-terbanyak-dunia-2023-indonesia-memimpin

Arbani, Rahma (2023). 4 Teori Masuknya Islam di Indonesia: Gujarat hingga Tiongkok.
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6619963/4-teori-masuknya-islam-di-
indonesia-gujarat-hingga-tiongkok

Hukum Online. (2021). 4 Fakta Transformasi Hukum Islam dalam Hukum Nasional.
https://www.hukumonline.com/berita/a/4-fakta-transformasi-hukum-islam-dalam-
hukum-nasional-lt60c877974a475/

Ruslan, Fardya. (2019) Politik Hukum Islam Masa Orde Baru Dan Produk Perundang-
Undangannya

Universitas Padjajaran. (2020). Ajaran Islam Banyak Diadopsi oleh Hukum Indonesia –
Universitas Padjadjaran. https://www.unpad.ac.id/2020/08/ajaran-islam-banyak-
diadopsi-oleh-hukum-indonesia/

Wibowo, Marsono. (2022) Perkembangan Politik Hukum Islam Pasca Reformasi Dalam
Perspektif Negara Hukum Hans Kelsen - Perkembangan Politik Hukum Islam Pasca
Reformasi Dalam Perspektif.

Anda mungkin juga menyukai