Anda di halaman 1dari 3

Nama:Dhini melviansyah

Nim:23135012

Tugas minggu ke tigabelas

Ringkasan materi minggu ketigabelas

Sebahagian mereka berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Indonesia adalah abad ketujud masehi,
dan sebagian lagi mengatakan pada abad ketigabelas masehi, pendapat pertama didukung antara
lain oleh Hamka, dan pendapat kedua didukung antara lain oleh Soekarno. Karen aitu, adab ketujuh
dapat disebut sebagai masa permulaan kedatangan Islam dengan cara hubungan dagang antara
pedagang-pedagang muslim dengan sebagain daerah dan bangsa Indonesia. Setelah terbentuknya
kerajaan itu maka barulah merupakan taraf penyebaran berlaku pula bagi kedatangan, proses
penyebaran, dan pengembangan Islam di daerah-daerah Indonesia lainnya. Faktor yang telah
menentukan penyebaran agama Islam di Indonesia, dipandang dari sudut sejarah dan geografi
adalah perdagangan luar negeri dan Orang yang pertama-tama membawa agama ini ke daerah
Indonesia adalah saudagar India dan Iran, kemudia orang melayu dan Jawa. Hamka
mengemukakan bahwa agama Islam datang ke Indonesia sejak abad ketujuh Masehi yang dibawa
oleh Gujarat. Penyebaran Islam tidak dengan kekerasan, oleh karena itu jalannya adalah
berangsur-angsur. Orang-orang Indonesia sejak abad ke-7 Masehi telah menggali ideologi Islam ke
Mekkah yang berintikan mazhab syafe’ i (ahli sunnah wal jamaah), sehingga raja-raja Mesir dan
Damaskus yang bermazhab syafe ’ i kedatangan ulama-ulama luar negeri ke Aceh memperkokoh
ideologi mashab syafe ’ i sehingga tidak ada tempat bagi mazhab lain di Indoensia. Pengaruh
kebiasaan orang syiah menyelusup ke dalam ajaran sunni melalui tasawuf, dan itupun bukan saja di
Indonesia tapi di seluruh negeri Islam, misalnya akan datang Imam Mahdi membawa damai ke
seluruh dunia. Perjalan Islam sejak dari abad pertamanya sampai sekarang berjalan dengan tidak
kekerasan, kecuali apabila telah terjadi ada pertentangan politik atau Pendiri ini oleh murid-murid
Taimiyah dan sampai kepada Rasyid Ridha (1856-1935) berhasil menggerakkan cara berfikir dan
cara hidup baru umat Islam sesuai dengan ajaran-ajaran salaf. Kaum paderi yang telah kena
pengaruh gerakan Salaf ini walaupun kandas karena ditumpas oleh Belanda, tapi ide-idenya
menjalani darah daging rakyat dan menjelma dalam kancah pendidikan Sumatera Thawalib di
sumatera, persatuan Islam di Jawa dan Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Salah satu sifat utama
gerakan Salaf ini adalah menolak taklit dan kembali kepada ajaran Al-Quran dan sunnah sekaligus
meninggalkan pertengkaran mazhab. Gerakan salaf masuk ke Indonesia sekitar tahun 1802 M
dibawa oleh Haji Miskin dan kawan-kawan. Beliau mengadakan pembaharuan ajaran Islam dan
meluruskan pemahanaman masyarakat yang telah jauh menyimpang dari ajaran salaf diteruskan
oelh ulama-ulama yang menanamkan didirinya Kaum Muda ynag dipelopori oleh Abdullah Ahmad
dan Abdul Karim Amrullah dalam bentuk pengajian, madrasah, sekolah, dan lain sebagainya. Dari
tempat inilah K.H.A Dahlan, pemimpin muhammadiyah ini, mengenai bacaan-bacaan kaum
Revormasi yang didatangkan dati luar negeri. Kemudian perbuatan-perbuatan yang menyimpang
dari ajaran Islam ynag sesungguhnya ditolak mentah-mentah oleh Muhammadiyah.
Muhammadiyah berdiri didorong oleh keadaan umat Islam itu sendiri ynag memerlukan sinar baru
dalam mengahadapi dunia modern yang semakin tampak. Kemajuan zaman tidak bisa dihadapoi
dengan khufarat dan bid ’ ah, tetapi harus kembali pada ajaran-ajaran Rasulullah sendiri.
Kemunduran umat Islam adalah karena kesalahannya sendiri yakni telah menyelewengkan ajaran
asli agamanya kepada pendapat-pendapat ulama dan mematikan fikiran dengan mengatakan pintu
ijtihad telah tertutup. Selain pergerakan modernis yang dikemukakan di atas, masih banyak yang
berserakan pergerakan-pergerakan modernis Islam di seluruh Indonesia yang meskipun bersifat
tradisional dan bermahzab syafei namun merupakan batu kebangkitan Islam di Indonesia, seperti
Jamiatul Washliyah di Medan berdiri pada tahun 1930. Perkumpulan ini ialah pergerakan Tarbiyah
Islamiyah (PERTI) yang bermahzab syafei, berdiri pada tahun 1928. Perkumpulan ini mengerjakan
apa saja ynag menjadikan kemaslahatan agama Islam dalam bergerak dalam bidnag pendidikan dan
tabligh dengan tujuan agama umat Islam sadar kembali akan kewajibannya terhadap agama, bangsa
dan tanah air. Hal ini nampak dengan jelas yaitu mendirikan dengan membangun saran peribadatan
dan termasuk pula dalam hal ini sarana pendidikan, seperti membangun masjid-masjid dan
sekolah-sekolah agama, alhasil islam di Indonesia sekarang berkembang hanya agam atidak sebagai
kekuatan politik. Kenyataan dewasa ini terdapat aliran dan faham dalam berpengalaman ajaran
Islam seperti Darul arqam (dinyatakan terlarang oleh pemerintah) dan Islam jamaah. Pengamalan
ajaran Islam oleh maisng-masing pengikut aliran dan organisasi keislaman tersebut mempunyai
corak yang berbeda. Golongan organisasi Muhammadiyah tidak membaca “ basmalah ” dengan
suara keras waktu shalat subuh, maghrib, dan isya. Sedangkan penganut NU membaca “basmalah”
dengan suara keras ketika shalat subuh, maghrib, dan isya tersebut.Sejarah telah membuktikan
kontribusi umat Islam terhadap bangsa dan Negara ini, ada beberapa kontribusi umat Islam dalam
perumusan dan penegakan hukum indonesia, yaitu : Peran umat Islam dalam mempersiapkan dan
meletakkan Dasar-dasar Indonesia Merdeka telah tertulis dalam sejarah oleh karena itu tidak bias
diragukan lagi peran umat Islam terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih
jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud
didirikannya negara Indonesia. Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara
Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin Ansori dalam
bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Agus
Salim, KH.Wahid Hasyim, Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar
negara Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan Soekarno
menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral dari agama. Namun Akhirnya terjadi
sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal
dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi : Jadi dengan demikian Republik
Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang berdasarkan ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk- pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18
Agustus 1945 tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang Maha
Esa”. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para ulama. Muh. Hatta dan Kibagus
Hadikusumo menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan” Yang Maha Esa ” tersebut tidak lain
adalah tauhid. Aturan perkawinan di Indonesia tidak dapat lepas dari unsur yaitu agama, Negara
dan perempuan. Berawal dari kesadaran kaum perempuan Islam akan hak-haknya yang merasa
dikebiri oleh dominasi pemahaman fikih klasik atau konvensional yang telah mendapat pengakuan
hukum, mereka merefleksikan hal tersebut dalam pertemuan-pertemuan yang kelak menjadi embrio
lahirnya Undang-Undang Perkawinan. Arso Sosroatmojo mencatat bahwa pada rentang waktu 1928
kongres perempuan Indonesia telah mengadakan forum yang membahas tentang
keburukan-keburukan yang terjadi dalam perkawinan di kalangan umat Islam. Umat Islam waktu
itu mendesak DPR agar secepatnya mengundangkan RUU tentang Pokok-Pokok Perkawinan bagi
umat Islam, namun usaha tersebut menurut Arso Sosroatmodjo tidak berhasil. Simposium Ikatan
Sarjana Wanita Indonesia (ISWI) pada tanggal 1972 menyarankan agar supaya PP ISWI
memperjuangkan tentang Undang-Undang Perkawinan. Selanjutnya organisasi Mahasiswa yang
ikut ambil bagian dalam perjuangan RUU Perkawinan Umat Islam yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) yang telah mengadakan diskusi panel pada tanggal 11 Februari 1973. Tanggal 31 Juli
1973 pemerintah menyampaikan RUU tentang Perkawinan yang baru kepada DPR, yang terdiri dari
15 (lima belas) bab dan 73 (tujuh puluh tiga) pasal. RUU ini mempunyai tiga tujuan, yaitu
memberikan kepastian hukum bagi masalah-masalah perkawinan sebab sebelum adanya
undang-undang maka perkawinan hanya bersifat judge made law, untuk melindungi hak-hak kaum
wanita sekaligus memenuhi keinginan dan harapan kaum wanita serta menciptakan
Undang-undang yang sesuai dengan tuntutan zaman. Pada tanggal 17-18 September, wakil-wakil
Fraksi mengadakan forum pandangan umum atas RUU tentang Perkawinan sebagai jawaban dari
pemerintah yang diberikan Menteri Agama pada tanggal 27 September 1973. Pemerintah mengajak
DPR untuk secara bersama bisa memecahkan kebuntuan terkait dengan RUU Perkawinan tersebut.
Secara bersamaan, untuk memecahkan kebuntuan antara pemerintah dan DPR diadakan lobi-lobi
antara fraksi-fraksi dengan pemerintah. 1) Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan
dikurangi atau 3) Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin disesuaikan
dengan undang-undang perkawinan yang sedang dibahas di DPR, segera akan dihilangkan. Hasil
akhir undang-undang perkawinan yang disahkan DPR terdiri dari 14 (empat belas) bab yang dibagi
dalam 67 (enam puluh tujuh) pasal, berubah Keberadaan Peradilan Islam di Indonesia yang
kemudian dikenal dengan istilah Peradilan Agama adalah salah satu bukti peran umat Islam di
Indonesia terutama para Ulama di Indonesia. Dalam sejarah perkembangannya, personil peradilan
agama sejak dulu selalu dipegang oleh para ulama yang disegani yang menjadi panutan masyarakat.
Dengan adanya Peradilan agama maka lahirlah Undang-undang terkait agama, misalnya lahirnya
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mana didalam undang-undang
tersenut tidak ada ketentuan yang bertentangan dengan ajaran Islam. Begitu juga dengan keluarnya
Undang- undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah memberikan landasan
untuk mewujudkan peradilan agama yang mandiri, sederajat dan memantapkan serta mensejajarkan
kedudukan peradilan agama dengan lingkungan peradilan lainnya. Demi menjalankan syari’atnya
maka lahirlah Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat menetapkan bahwa
tujuan pengelolaan Zakat adalah sebagai berikut: 1. Berbagai situasi yang terjadi di dunia Islam
memicu lahirnya gerakan Islam kontemporer misalnya Salafi, Wahabi, Jamaah Tabligh, Hizbut
Tahrir Indonesia dan Islam Nusantara yang bersifat ekspansif dan aktif menyebarkan pemikiran
mereka tentang Islam di Indonesia. Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di
dunia, menjadi lahan subur bagi berkembangnya gerakan Islam Kontemporer. Kehadiran
gerakan-gerakan Islam kontemporer telah mempengaruhi peta dakwah di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai