PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa
penduduk Indonesia yang menganut agama Islam.1 Dari data tersebut, logis
agama Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 dan dibawa oleh pedagang
dari Gujarat, India. Hal ini berdasarkan bukti-bukti yang ada, yaitu Pertama,
1
Wikipedia, Islam di Indonesia, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia diunduh
Rabu, 1 Februari 2012 pukul 08.42 WIB.
1
2
dari para wali dengan ditempatkannya 5 wali. Maulana Malik Ibrahim, sebagai
Ibrahim wafat, wilayah ini dikuasai oleh Sunan Giri. Sunan Ampel mengambil
dan Sunan Muria di daerah pegunungan Muria. Sedangkan Jawa Barat hanya
didatangi oleh 1 wali, yaitu Sunan Gunung Jati yang memilih tempat
dakwahnya di Cirebon.3
Sumatera Barat pada tahun 1821-1828, yang kita kenal dengan Perang Padri.
Jawa Tengah mengikuti pada tahun 1825-1830, perang ini disebut Perang
Sabil yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Di daerah Barat Laut Jawa
juga terjadi pemberontakan pada tahun 1840-1880 yang dilatar belakangi dari
2
Snouck Hurgronje dalam Ahmad Mansur Suryanegara, 1995, Menemukan Sejarah: Wacana
Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, hal. 75.
3
Ahmad Mansur Suryanegara, Op. Cit., hal. 104-106.
3
juga perlawanan dari Si Singamangaraja XII, yang juga gugur sebagai seorang
muslim, yang berakhir dengan tewasnya beliau pada 17 Juni 1907. Kartini
besar dalam pencetusan proklamasi sebagai awal lahirnya sebuah negara baru
yang merdeka dan berdaulat. Hal ini tidak luput dari peran Sarekat Islam (SI)
sebagai satu diantara organisasi politik di Indonesia abad ke-20 yang paling
ancaman yang dibawa SI terhadap kekuasaan kolonial dan pada bulan Maret
4
Ahmad Mansur Suryanegara, Op. Cit., hal. 131-183.
5
Robert Van Niel, 1970, The Emergence of the Modern Indonesian Elite, The Hague: W. Van
Hoeve, hal. 2 dalam Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1996, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi
tentang percaturan dalam Konstituante, Jakarta: LP3ES, hal. 79.
6
Ibid.
7
Ibid., hal. 82.
4
perlawanan seperti tersebut di atas, dan masih banyak lagi yang lain,
pemerintah kolonial.
Sarekat Islam (SI) adalah sebuah penegasan dimana umat Islam itu
harus menjadi suatu contoh bagi umat yang lain karena memang dalam Al-
rahmat seluruh alam, sebagaimana terdapat dalam firman Allah SWT Q.S. Al-
oleh pasukan Jepang tanpa perlawanan yang berarti dari pihak penjajah
oleh umat Islam tapi juga oleh seluruh bangsa Indonesia.9 Pada bulan
yang diperoleh umat Islam pada masa pendudukan Jepang ialah dibentuknya
pasukan Hizbullah, semacam unit militer bagi pemuda Islam di akhir tahun
8
Ibid., hal. 83.
9
Ahmad Syafi’i Ma’arif, Op. Cit., hal. 95.
10
Singodimedjo, Serial, hal. 7 dalam Ibid., hal. 98.
5
Islam dengan pihak Jepang adalah dalam usaha umat Islam mempercepat
tercapainya kemerdekaan.12
Tanggal 17 Agustus 1945, jam 04.00 (pagi), yakni sehari setelah Jepang
Maeda, perwira Angkatan Laut Jepang, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.13
pada saat itu Bangsa Indonesia telah mengambil sikap untuk menentukan
sendiri nasib bangsa dan nasib tanah airnya dalam segala bidang.14 Selang satu
Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai konstitusi awal Negara Republik Indonesia
setelah merdeka. Dalam UUD 1945 ini tercantum pembukaan yang diambil
11
Ibid.
12
Ibid., hal. 100.
13
Prawoto Mangkusasmito, 1970, Pertumbuhan Historis Rumus Dasar Negara dan Sebuah
Proyeksi, Jakarta: Hudaya, hal. 24.
14
Joeniarto, 1990, Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4.
15
Piagam Jakarta dalam Adnan Buyung Nasution, 2001, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di
Indonesia: Studi Sosio-Legal atas Konstituante 1956 – 1959, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,
hal. 460.
6
berpengaruh dari apa yang sudah disetujui oleh para pendiri bangsa dalam
sidang BPUPKI, pada konstitusi yang dipakai bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut.16
Esa”.
3. Pasa 6 ayat 1, “Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam”
16
Muhammad Yamin, 1959, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: Jajasan
Pranpanca, hal. 400 – 410.
7
jajahannya, Belanda sekali lagi tidak rela untuk melepaskan bekas negara
dengan istilah agresi militer Belanda, sebanyak 2 kali untuk merebut kembali
Konferensi Meja Bundar (KMB). Buntut dari KMB ini adalah Negara
Desember 1949.17
Federal No. 7 tahun 1950 pada tanggal 15 Agustus 1950 dan mulai berlaku
17
Joeniarto, Op. Cit., hal. 62-63.
8
yang dilantik pada tanggal 10 November 1956 yang bertugas membuat sebuah
tidak ada hasil yang diberikan oleh Badan Konstituante untuk pembuatan
dekrit yang kita kenal dengan sebutan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
pada masa Orde Baru, pada tanggal 19 Oktober 1999 perubahan pertama pada
UUD 1945 dilakukan.21 Hal ini sebagai langkah awal yang sangat bersejarah
sesuatu yang sakral dan tidak dapat dirubah. Setelah sakralisme berhasil
lagi, MPR-RI berhasil menetapkan naskah perubahan ketiga UUD 1945 pada
18
Ibid., hal. 72-73.
19
Ibid., hal. 88.
20
Ibid., hal. 99-100.
21
Jimly Asshiiddiqie, 2006, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi
Press, hal. 58.
22
Ibid., hal. 59.
9
gelombang reformasi nasional sejak tahun 1998 sampai tahun 2002, adalah
2002.24
pemimpin nasional pada saat menyusun Konstitusi RIS dan UUDS 1950. Pada
saat itu terdapat kesepakatan mengenai essentialia UUD 1945 yang meliputi 3
(tiga) pasal yang tidak boleh berubah, yakni Pasal 27, Pasal 29, dan Pasal 33
UUD 1945. Atas dasar kesepakatan tentang essentialia itu ketiga pasal tersebut
1945 oleh Konstitusi RIS dan UUDS 1950 sampai pada amandemen yang
terakhir pada tahun 2002. Pada amandemen yang terakhir Pasal 33 tidak
yang menjiwai pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 pasca amandemen.
akan terasa bahwa gaya bahasanya bernuansa keislaman. Hal ini tidak
23
Ibid.
24
Ibid., hal. 60.
25
Aidul Fitriciada Azhari, 2011, UUD 1945 sebagai Revolutiegrondwet: Tafsir Postkolonial atas
gagasan-Gagasan Revolusioner dalam wacana Konstitusi Indonesia, Yogyakarta: Jalasutra, hal.
157.
10
Islam.26 Yang menarik adalah pernyataan Soekarno dalam paragraf lima dari
Di batang tubuh UUD 1945 juga tidak luput dari adanya nuansa ke-
UUD 1945, kebebasan beragama diatur dalam Pasal 29 ayat (2) yang
berbunyi:
Bunyi Pasal 29 ayat (2) dapat dipahami sebagai manifestasi firman Allah SWT
26
Salahuddin Wahid, Negara Sekular No! Negara Islam No!, dalam Kurniawan Zein dan
Sarifuddin HA, Ed., 2001, Syariat Islam Yes Syariat Islam No: Dilema Piagam Jakarta dalam
Amandemen UUD 1945, Jakarta: Paramadina, hal. 27.
27
Idris Thaha, Syariat Islam Jiwai UUD 1945, dalam Kurniawan Zein dan Sarifuddin HA, Ed.,
Ibid., hal. 133.
11
-∅ÏΒ÷σãƒuρ ÏNθäó≈©Ü9$$Î/ öàõ3tƒ ⎯yϑsù 4 Äc©xöø9$# z⎯ÏΒ ß‰ô©”9$# t⎦¨⎫t6¨? ‰s% ( È⎦⎪Ïe$!$# ’Îû oν#tø.Î) Iω
∩⊄∈∉∪ îΛ⎧Î=tæ ìì‹Ïÿxœ ª!$#uρ 3 $oλm; tΠ$|ÁÏΡ$# Ÿω 4’s+øOâθø9$# Íοuρóãèø9$$Î/ y7|¡ôϑtGó™$# ωs)sù «!$$Î/
Islam mengakui kebebasan ini dan melarang keras setiap orang merusak
benar. Hal itu karena Islam menjadikan dasar teologi dan keimanan untuk
Atas dasar itu, keperluan akan adanya peninjauan lebih jauh tentang
penting mengingat ada banyak sekali sumbangsih para tokoh umat Islam
meninjau lebih jauh tentang perwujudan nilai-nilai Islam dalam UUD 1945
28
Arti ini perlu penjelasan dan batasan bahwa maksud penulis adalah tidak boleh memaksa
seseorang masuk Islam. Tetapi itu dinisbatkan kepada mereka yang beragama Islam. Hukum
Islam (syara’) mengatakan bahwa hukuman orang murtad adalah dibunuh, bila dia masih terus
melakukan setelah disuruh bertaubat karena murtad dianggap mengkhianati agama dan
menghina masyarakat Islam, dalam Abdul Wahhab Khallaf, 2005, Politik Hukum Islam,
Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 38.
12
B. Perumusan Masalah
pasca amandemen?”
C. Pembatasan Masalah
Parameter tersebut bertujuan untuk membatasi skripsi ini agar tidak terlalu
luas dalam hal pembahasannya. Parameter dari skripsi ini berdasarkan hanya
Tafsir yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah Tafsir Ibnu Katsir
tafsir yang lain, diantaranya pertama, nilai (isi) tafsir tersebut tidak hanya
tafsir atsari saja (bilma’tsur), yang menghimpun riwayat serta khabar. Tapi
Ketiga, menghimpun hadits dan khabar baik itu perkataan sahabat dan tabi’in.
Dengan menjelaskan derajat hadits atau riwayat tersebut dari shahih dan dla’if,
dengan mengemukakan sanad serta mata rantai rawi dan matannya atas dasar
ilmu jarh wa ta’dîl. Pada kebiasaannya dia rajihkan aqwal yang shahih dan
Katsir ahli tafsir, tapi diakui juga sebagai muhaddits, sehingga dia sangat
riwayat dengan naql yang shahih dan akal sehat. Serta menolak riwayat yang
munkar dan riwayat yang dusta, yang tidak bisa dijadikan hujjah baik itu di
29
Muhammad Ramdhoni, Metodologi Tafsir Al-Qur’anul ‘Azhim (Ibnu Katsir), diunduh dari
http://hadyussari.wordpress.com/2010/09/06/metodologi-tafsir-al-qur%E2%80%99anul-
%E2%80%98azhim-ibnu-katsir/ pada hari Selasa, 30 Oktober 2012 pukul 15.43
14
(DPR), BAB VII A tentang Dewan Perwakilan Daerah (DPD), BAB VII B
tentang Pemilihan Umum (Pemilu), BAB VIII tentang Hal Keuangan, BAB
Negara dan Penduduk, BAB X A tentang Hak Asasi Manusia (HAM), BAB
XI tentang Agama, BAB XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, BAB
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaaan, dan BAB XVI tentang Perubahan
penulisan skripsi ini adalah Hak Asasi Manusia (HAM) yang terdapat dalam
(yang selanjutnya disebut dengan UUD) tentang Hak Asasi Manusia. Jadi
dalam pembahasan skripsi ini nantinya dapat terarah dengan pasti arah
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
E. Kerangka Pemikiran
UUD 1945
(HAM)
Keadilan
Musyawarah
Hak Milik
Kebebasan Keyakinan
Jaminan Sosial
Hak Hidup
Pernikahan
Ilmu Pengetahuan
17
terpengaruh oleh tiga aliran pemikiran, yaitu Islam, Barat, dan Adat. Tetapi
ternyata kedelapan bidang yang menjadi ruang lingkup hak asasi manusia
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
adalah meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan
30
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hal. 10.
18
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yang
2. Jenis Penelitian
amandemen.
31
Ibid., hal. 51.
19
1945 tersebut.
G. Sistematika Penelitian
penganalisaan, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun
1. Pengertian Islam
2. Sejarah Islam
4. Klasifikasi Konstitusi
hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari simpulan tersebut.
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nasionalisme berasal dari kata nation (Inggris) dan Natie (Belanda), yang
tertentu dan memiliki hasrat serta kemampuan untuk bersatu, karena adanya per-
samaan nasib, cita-cita, dan tujuan. Nasionalisme merupakan suatu konsep penting
yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri kokoh
maka eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman
keanekaragaman ras, etnik, agama ataupun budaya, namun itu semua merupakan
Nasionalisme untuk pertama kalinya muncul di Eropa pada abad ke- 18.
Lahirnya paham ini diikuti dengan terbentuknya negara-negara nasional atau negara
faktor objektif seperti persamaan keturunan, bahasa, adat-istiadat, tradisi, dan agama.
Akan tetapi kebangsaan yang dibentuk atas dasar paham nasionalisme lebih
1
2
dengan ini, rakyat Amerika Serikat tidak menyatakan harus satu keturunan untuk
membentuk suatu negara, sebab disadari bahwa penduduk Amerika Serikat terdiri
atas berbagai suku bangsa, asal-usul, adat-istiadat, dan agama yang berbeda. Begitu
terbentuk dari berbagai individu yang memiliki latar belakang yang berbeda, namun
memiliki keinginan kuat untuk hidup bersama dalam satu negara kebangsaan.
untuk bebas dan merdeka. Kesadaran tersebut pada akhir abad 19 melahirkan
beberapa pergerakan organisasi modern, salah satunya Budi Utomo. Sejak berdirinya
Budi Utomo, perkembangan nasionalisme Indonesia menjadi sangat cepat. Hal ini
bentuk perjuangan dilakukan demi kepentingan Indonesia bukan atas nama daerah
lagi.
3
untuk meraih kemerdekaan. Semangat nasionalisme bangsa Indonesia tidak lagi ber-
juang secara kedaerahan, semuanya bersatu padu mengusir penjajah demi mewujud-
kan cita-cita Indonesia yang merdeka. Gerakan nasionalisme Indonesia telah mem-
bawa negara ini menjadi bangsa mandiri, terlepas dari belenggu penjajahan bangsa
lain, sehingga pada tanggal 17 Agustus 1945 lahirlah Bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang merdeka, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sejatinya,
tanggal 17 Agustus 1945, akan tetapi semangat dan rasa nasionalisme yang tumbuh
dan berkembang di hati tiap warga yang mencintai Indonesia dengan segenap jiwa
dan raganya. Aksi kaum tani berupa penghapusan tanam paksa yang telah dilakukan
sejak jaman penjajahan Belanda juga andil dalam revolusi kelahiran Indonesia.
militan, sehingga muncul pemberontakan yang dilakukan kaum petani. Hal tersebut
wenangan kolonialisme.
senasib. Berdasar perasaan senasib maka rakyat Indonesia bersatu melawan kolonial
untuk membebaskan diri dari penindasan. Perasaan senasib dan semangat nasional-
isme itulah yang membawa negara Indonesia merdeka. Saat ini ketika Indonesia
sudah merdeka, penanaman nasionalisme tidak lagi melalui perasaan senasib karena
dijajah, melainkan dapat dilakukan melalui berbagai sarana, yaitu secara formal dan
non formal. Secara formal penanaman nasionalisme dapat dilakukan melalui pen-
didikan, sedangkan secara non formal dapat dilakukan melalui berbagai sarana,
isme pada generasi muda. Pendidikan di sekolah melalui kegiatan kurikuler maupun
nasionalisme, misalnya melalui pelajaran PKn dan kegiatan upacara bendera. Karena
pada peserta didik. Namun kenyataannya dalam proses pendidikan di sekolah, guru
akan muncul secara otomatis ketika siswa mampu menghafal nama-nama tokoh
pejuang kemerdekaan dan aneka nama budaya bangsa Indonesia. Nasionalisme bukan
akal dan rasa. Penanaman nasionalisme melalui pendidikan harus bertumpu pada
ranah afektif yang terus menerus dipupuk pada siswa sehingga membuat peserta didik
adanya korupsi, teroris, dan pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia. Melalui
untuk berdiskusi, karena dengan melakukan diskusi sikap kritis siswa akan terlihat.
Sikap kritis siswa juga akan mempengaruhi peserta didik lain untuk bertukar pikiran
NKRI, sehingga bukan hanya pengetahuan nasionalisme yang dimiliki, tetapi rasa
dilakukan melalui kegiatan dalam sebuah organisasi. Organisasi yang dapat diguna-
kan sebagai sarana penanaman nasionalisme salah satunya adalah Karang Taruna.
Karang Taruna merupakan salah satu organisasi yang penting untuk membentuk
mental anak muda sebagai calon pemimpin bangsa, kegiatannya dapat menumbuhkan
lakukan melalui media film. Film yang baik merupakan media komunikasi meng-
hubungkan gambaran masa lampau dengan sekarang dan mencerahkan bangsa karena
informasi, pendidikan dan pengekspresian seni. Film tidak hanya menonjolkan unsur
6
hiburan semata, tetapi lebih kepada tanggungjawab moral untuk mengangkat nilai
nasionalisme dan jati diri bangsa yang berbudaya. Salah satu contohnya yaitu film
Naga Bonar (1986). Hasil penelitian Mariana (2011) menunjukkan bahwa film
globalisasi yang dikemas dalam suasana modern. Sesuai dengan realita kehidupan
masyarakat sekarang ini, sehingga penonton dapat dengan mudah menangkap arti dan
karena dengan membaca kepekaan jiwa dan perasaan pembaca dapat tergugah dan
meniru figur atau tokoh yang baik di dalamnya. Novel yang baik adalah novel yang
Akan tetapi fakta atau kenyataan yang ditemui tidak sebagaimana gambaran di
atas, baik yang ditemui dalam pembelajaran di sekolah, kegiatan organisasi, maupun
produksi film, dan novel yang terbit. Cukup banyak yang tidak sesuai dengan
kikis, mereka lebih suka pada K-Pop (Korean Pop). Lagu-lagu K-Pop menjadi trend
dikalangan remaja dibandingkan lagu Pop Indonesia. Model baju yang dipakai lebih
condong ke fashion barat, memakai rok mini menjadi sesuatu yang wajar bagi anak
muda. Film yang beredarpun dan disukai kebanyakan film-film yang kurang bahkan
tidak menanamkan nilai nasionalisme, seperti film percintaan dan horor. Sama seperti
film, sebagian besar novel remaja yang beredar hanya menceritakan kisah cinta
remaja tanpa muatan nilai tertentu. Film dan novel yang dimaksud diantaranya
Penanaman nasionalisme melalui berbagai media tersebut pada saat ini sangat
sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini menciptakan struktur
baru, yaitu struktur global. Kondisi ini mempengaruhi struktur dalam kehidupan
pengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat, termasuk nilai-nilai nasional-
isme. Pemuda saat ini lebih bangga dengan budaya luar, seperti menggunakan bahasa
Korea atau Inggris. Pakaian yang digunakan juga kurang mencerminkan budaya
Indonesia, mereka lebih menyukai fashion budaya Barat. Lagu K-Pop (Korean Pop)
juga lebih disukai dari pada musik Pop Indonesia. Rasa cinta terhadap produk
makanan dalam negeri pun terkikis dengan banyaknya produk makanan dari luar
negeri seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut dan Fried Chicken. Kebanggaan diri
8
Salah satu media penanaman nasionalisme yang dimaksud adalah novel. Karya
sastra novel dapat dikatakan sebagai media belajar, karena merupakan salah satu
karya sastra yang berbentuk cerita. Pada dasarnya menyenangi cerita adalah sifat
itulah yang menjadikan dasar untuk menetapkan novel sebagai media pendidikan.
Novel yang dapat digunakan sebagai media belajar adalah novel yang dikemas
dengan baik, yaitu memiliki kandungan nilai-nilai edukatif yang dapat memberi
pengetahuan. Salah satu contoh novel yang dapat dijadikan media pembelajaran
adalah novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, karena novel Laskar Pelangi
memberikan pelajaran pada siswa untuk lebih tekun dalam menuntut ilmu. Alur cerita
novel Laskar Pelangi sangat inspiratif, novel ini mampu mengobarkan semangat
siswa yang selalu dirundung kesulitan dalam belajar di sekolah, namun tetap
jujur, sabar, gigih, penuh dedikasi, ulet, tawakal dan takwa. Alur cerita dalam novel
Namun demikian tidak semua novel seperti Laskar Pelangi. Novel yang ada
kebanyakan berisi kisah cinta yang kurang dengan nilai-nilai positif, bahkan negatif,
salah satunya karya Enny Arrow. Novel Enny Arrow tidak tebal, hanya puluhan
lembar, namun isinya luar biasa vulgar. Pembaca diajak berimajinasi liar mem-
9
bayangkan sepasang kekasih berasyik masyuk. Tidak ada alur cerita di dalam novel
itu, hanya dari satu adegan seks ke adegan seks berikutnya. Novel karya Enny Arrow
dimaksud diantaranya “Malam Kelabu”, “Gairah dan Cinta”, dan “Selembut Sutera”.
Novel sejenis meski tidak sevulgar contoh di atas adalah novel Belenggu. Novel ini
kontroversial, ada yang menerima dan menolak. Pihak yang mendukungnya ber-
anggapan bahwa novel ini benar-benar mencerminkan konflik yang dihadapi para
intelektual Indonesia, sementara yang menolak beranggapan bahwa novel ini porno
karena memasukkan tokoh pelacur dan tema perselingkuhan (Anonim, 2013). Karena
itu penulis tertarik untuk mengkaji novel yang memiliki muatan nilai positif
sebagaimana isi cerita novel Laskar Pelangi di atas, khususnya yang mengandung
nilai-nilai nasionalisme. Dalam hal ini meneliti muatan nasionalisme pada novel
Sebelas Patriot.
Novel Sebelas Patriot berikut nilai nasionalisme yang ada di dalamnya dapat
dijadikan sebagai media dalam pembelajaran PKn, karena PKn merupakan mata
secara jelas tercerminkan dalam visi pembelajaran PKn, yaitu berfungsi sebagai
sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan
warga negara. Diperjelas lagi dalam misinya, yaitu membentuk warga negara yang
baik yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bernegara, dilandasi oleh kesadaran politik, kesadaran hukum, dan ke-
sadaran moral.
10
Visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam tujuan umum pelajaran
PKn yang sangat kental dengan penanaman nilai-nilai nasionalisme. Tujuan di-
maksud adalah mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang
memiliki jiwa patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis, Pancasilais sejati (Somantri dalam Parulian, 2013). Secara resmi tujuan
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarga-
negaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti
korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (BSNP, 2006:201).
Berdasarkan visi, misi, dan tujuan PKn tersebut jelas bahwa penanaman nilai
nasionalisme menjadi bagian yang penting dalam mata pelajaran PKn. Melalui
sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara. Selain itu
diharapkan mampu mendidik peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang
dapat dilukiskan dengan warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa
pokok bahasan PKn. Namun materinya disajikan terintegrasi dalam bahasan pokok
pentingnya usaha pembelaan negara”, dari materi tersebut siswa akan mengetahui
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya materi bela negara yang dapat
jelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia”, dari materi tersebut
Novel merupakan karya sastra yang memiliki fungsi sebagai penyampai pesan
moral dan pembentuk karakter. Selain itu novel juga dapat digunakan sebagai media
pembelajaran dalam dunia pendidikan. Karena itu, guru PKn dapat menjadikan novel
sebagai media pembelajaran, dengan membaca novel siswa akan lebih bisa meng-
hayati isi cerita dan mengikuti alur cerita, sehingga siswa dapat mengambil intisari
yang terkandung di dalamnya. Guru PKn dalam memilih novel yang digunakan
sebagai generasi penerus bangsa. Tujuannya adalah agar siswa dapat menangkap nilai
12
dalam novel Sebelas Patriot. Sehingga cukup penting penulis melakukan penelitian
mengenai “Konstruksi Penanaman Nilai Nasionalisme pada Novel, Analisis Isi pada
Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarga-
negaraan”.
Patriot?
C. Tujuan Penelitian
Patriot.
13
novel.
c. Masukan bagi guru PKn untuk memanfaatkan novel sebagai media dalam
nilai-nilai nasionalisme.
E. Daftar Istilah
analisis isi pada novel Sebelas Patriot karya Andrea Hirata untuk pembelajaran
definisi mengenai nilai, nasionalisme, novel, analisis isi, pembelajaran, dan Pen-
didikan Kewarganegaraan.
1. Nilai, pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,
bukan objek itu sendiri (Budiyono, 2007:69), atau keyakinan yang membuat
Mulyana, 2011:9). Jadi nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu objek dan
Hadisarjono, 2011), atau suatu persatuan perangai (karakter) yang timbul karena
perasaan senasib (Bauar dalam Hadisarjono, 2011). Disebut pula sebagai suatu
(Subadi, 2010:55). Jadi nasionalisme adalah suatu kehendak untuk bersatu yang
3. Novel, adalah sebuah karya fiksi yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk
menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:1079).
15
Jadi novel merupakan karya sastra yang mengandung cerita kehidupan seseorang
4. Analisis isi, atau content analysis pada dasarnya merupakan suatu teknik
sistematik untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan, atau suatu alat untuk
komunikator yang dipilih (Budd dalam Hadi dan Haryono, 2005:175). Disebut
pula sebagai suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat
2011:163). Jadi analisis isi atau content analysis adalah teknik penelitian untuk
5. Pembelajaran, adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar
(Barizi, 2009:87), atau suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
Dirumuskan pula sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 dalam Dedi, 2013). Jadi pembelajaran merupakan suatu
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945
(BSNP, 2006:201), atau merupakan salah satu program pendidikan mata pelajaran
16
yang wajib dimuat dalam kurikulum di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan
pasal 37 ayat (1) dan (2). Jadi Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran wajib yang dimuat dalam kurikulum di setiap jenjang pendidikan untuk
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ) yang selama ini hanya menjadi
parah akibatnya bangsa dan negara dilanda multi krisis termasuk dalam dunia
bisnis, kredebilitas dan kemampuan daya saing para pelaku bisnis melemah. Hal
dalam masyarakat adalah setiap peluang usaha selalu tidak lepas adanya KKN.
Hampir setiap media informasi cetak, elektro, digital internet memuat tentang
Para pelaku bisnis mulai dari oknum-oknum yang berada pada struktur
dan koperasi, praktisi hukum, legislatif dan LSM sering terkait dengan praktek
KKN, jadi pelaku KKN itu baik yang berstatus swasta maupun pegawai negeri
juga diperluas pengertiannya termasuk korporasi (Prinst, 2002 : 17). Hal tersebut
sumber-sumber dan potensi ekonomi atau jaringan bisnis yang setrategis tanpa
dalam praktek bisnis terungkap secara terbuka oleh Badan Konsultasi Resiko
2
Ekonomi dan Politik ( PERC ) terhadap 527 eksportir di seluruh wilayah Asia
yang merupakan hasil penelitian awal tahun 2001. Indonesia memperoleh nilai
India (9,50), Cina (9,11), Filipina (8,67), Taiwan (6,89), Korea Selatan (8,33),
Hongkong dan Jepang yang dinilai paling sedikit korupsinya. Hal ini dapat
terjadi karena adanya upaya keras dari penguasa yang berwenang, untuk
Ada fenomena yang menonjol dalam praktek bisnis yaitu semakin subur
dan transparan nuansa KKN. Transisi dan perubahan praktek bisnis berjalan
begitu cepat dari bisnis tradisional, konvensional, nasional menuju bisnis global
sumber daya kekayaan alam melalui transaksi bisnis, para pejabat pemerintah
yang bertugas menjalankan aset-aset yang dimiliki tiba-tiba saja dapat menjadi
konglomerat, dengan cara menjualnya dengan harga yang sangat murah melalui
teman mereka (Elliot, 1999 : 16). Pelaku bisnis telah melakukan intervensi dan
mempengaruhinya dengan pola suap, mark up, order fee, manajemen fee,
3
komisi, bonus/hadiah, tips yang berlebihan bahkan proyek fiktif yang hasilnya
Berbagai tekad baru ditandai niat baik para pejabat dilingkungan lembaga
mungkin untuk menindak KKN secara tegas (Sudarsono, 1969 : 9). Semua
sebagai langkah keluar dari krisis yang bebas dari KKN. Melalui wakil-wakil
rakyat kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 1998 sampai tahun 2003 telah
3851).
termasuk Kolusi dan Nepotisme telah cukup lengkap bagi aparat penegak hukum
menjadi semakin skeptis. Menghadapi KKN dalam praktek bisnis yang seakan-
terjadi kontraversi putusan peradilan terhadap kasus KKN. Fakta yang terjadi
hasil vonis peradilan oleh hakim disamping putusannya ringan juga sering bebas
hukum yang sangat bertentangan dengan rasa keadilan (Asrun, 2004 : 4). Oleh
sangat komplek. Kompleksitas ini dapat melekat pada persepsi dan paradigma
yang cukup besar antara ekonomi lemah dan ekonomi kuat. Kelompok bisnis
31).
lingkaran yang sulit dicari solusi dan antisipasi. Dunia bisnis antara para
saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa birokrasi dunia usaha sulit
mengembangkan diri secara sehat. Demikian pula sebaliknya tanpa dunia usaha
peluang yang sangat besar munculnya perbuatan KKN dalam praktek bisnis atau
sebaliknya menjadi peluang besar untuk sukses usaha bisnis tanpa KKN.
rakyat sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 (Narang, 2003 : 4).
serta paradigma dan solusi penanggulangan KKN dalam praktek bisnis dengan
nuansa bebas KKN. Esensi yang lain adalah menyelamatkan ekonomi dan
menyelamatkan sumber keuangan dan ekonomi negara untuk keluar dari dilema,
judul: “Korupsi Kolusi dan Nepotisme sebagai fenomena sosial dalam praktek
1. Perumusan masalah.
bisnis?
penanggulangannya?
2. Batasan masalah
terjadinya KKN yang secara fenomena sosial tidak dapat dipisahkan dengan
penegakan hukum.
3. Keaslian penelitian
mulai dari isu permasalahan sampai pada fokus paradigma dan solusi dalam
berikut :
19).
8
dengan jasa praktek dalam bisnis, agar tidak terjadi tekanan dan
penafsiran yang keliru tentang perbuatan KKN dan jasa bisnis. Hasil
4. Manfaat penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai
a. Peneliti / Penulis
b. Perguruan Tinggi
penelitian selanjutnya.
c. Pemerintah / Negara
9
negara.
B. Tujuan Penelitian
C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini tersusun dalam lima bab dengan
Bab satu memuat tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
Bab dua tentang tinjauan pustaka memuat sub bab ; pertama, tentang
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), memuat sub sub bab antara lain ; tentang
10
pengertian Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN), tentang pengertian bisnis dan
hukum bisnis dan etika bisnis, dan pengertian penegakan hukum ; kedua, tentang
pengaturan KKN dalam hukum Indonesia memuat sub sub bab antara lain
tentang ; dalam hukum materil, dalam hukum formil, dan tentang konvensi
internasional dan ratifikasi tentang korupsi ; ketiga, sub bab tentang kebijakan
hukum dalam penanggulangan KKN yang memuat sub sub bab antara lain ;
terhadap KKN dalam praktek bisnis, dan tentang pembuktian terbalik dalam
Bab tiga tentang metode penelitian yang terdiri dari sub bab ; pertama jenis
penelitian, kedua, pendekatan, ketiga, sumber data yang memuat sub sub bab
antara lain ; tentang bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
Bab empat adalah bab tentang hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri
dari sub bab ; pertama eksistensi dan identifikasi KKN dalam praktek bisnis yang
memuat sub sub bab tentang ; anatomi KKN dalam praktek bisnis sebagai
integritas moral dalam penegakan hukum terhadap KKN dalam praktek bisnis,
tentang perkembangan KKN dalam praktek bisnis, dan tentang analisis sosiologis
dan SWOT penanggulangan KKN dalam praktek bisnis ; Kedua, sub bab tentang
upaya penanggulangan KKN dalam praktek bisnis yang memuat sub sub bab
11
action secara gradual terhadap KKN dalam praktek bisnis, dan tentang strategi
Bab lima adalah bab penutup yang memuat tentang kesimpulan umum dari