Angka rujukan nasional data kewilayahan RI, yang salah satunya luas laut Indonesia itu
dikerjakan sejak tahun 2015 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Hidrografi dan
Oseanografi (Pushidros) TNI AL;
1. Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000 km2;
2. Luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km2;
3. Luas zona tambahan Indonesia adalah 270.000 km2;
4. Luas zona ekonomi eksklusif Indonesia adalah 3.000.000 km2;
5. Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km2;
6. Luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2;
7. Luas NKRI (darat + perairan) adalah 8.300.000 km2;
8. Panjang garis pantai Indonesia adalah 108.000 km;
9. Jumlah pulau di Indonesia kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan disubmisi
ke PBB adalah sejumlah 16.056 pulau.
Indonesia merupakan negara yang besar, luas, majemuk
yang terdiri dari lebih dari seribu suku bangsa, aneka ragam
bahasa, agama dan keyakinan yang terangkum dalam
bentuk negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda namun tetap
satu jua).
3. Zaman Kemerdekaan
Indonesia merdeka bertepatan pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta di Jakarta setelah melalui rentetan perjuangan bangsa Indonesia dari berbagai elemen
masyarakat terutama peran Ulama dan cendikiawan yang banyak mengorbankan harta dan nyawa.
3. Zaman Kemerdekaan
Indonesia merdeka bertepatan pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1945 yang dipimpin
oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di Jakarta setelah melalui rentetan perjuangan
bangsa Indonesia dari berbagai elemen masyarakat terutama peran Ulama dan
cendikiawan yang banyak mengorbankan harta dan nyawa.
5. Zaman Reformasi
Zaman reformasi dimulai sejak tahun 1999 sampai sekarang dimana pers tidak lagi
dikendalikan oleh pemerintah dan masyarakat memiliki kebebasan
SEJARAH KEMERDEKAAN
INDONESIA :
Pada saat itu, sebelum Soekarno membacakan teks Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak sekali
peristiwa yang terjadi yang melatarbelakangi terjadinya pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia, salah satu peristiwa tersebut adalah dijatuhkannya bom di kota Hiroshima di tanggal 6 Agustus
1945 dan tanggal 9 Agustus 1945 di kota Nagasaki.
1. Pertemuan di Dalat
Dua hari sebelum Jepang menyerah kepada sekutu atau tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1945, tiga
tokoh nasional, yang terdiri dari Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad Hatta
memenuhi undangan dari Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan). Jenderal Terauchi merupakan
Panglima tentara besar tentara Jepang di Asia Tenggara.
Pada pertemuan yang terjadi di Dalat antara tiga tokoh nasional dan Jenderal Terauchi ada beberapa hal
yang disampaikan oleh Jenderal Terauchi, adapun beberapa hal yang disampaikan sebagai berikut.
Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta setelah semua urusan di Dalat selesai.
Meskipun Soekarno dan Mohammad Hatta diantar oleh Laksamana Muda Tadashi Maeda
untuk menemui Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara XVI (Angkatan
Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda.
Pada akhirnya, Soekarno dan Hatta meminta kepada Nishimura supaya tidak menghalangi
kerja PPKI.
Setelah pulang dari rumah Nishimura, Soekarno dan Hatta pergi ke rumah Laksamana
Maeda yang diiringi oleh Miyoshi untuk melakukan rapat mempersiapkan teks Proklamasi.
Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno. Mohammad Hatta, Achmad
Soebardjo serta disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah Sudiro (Mbah), dan Sayuti Melik.
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-proklamasi-kemerdekaan-indonesia/
3. Peristiwa Rengasdengklok
Pada awalnya peristiwa pemboman kota Hirosima dan Nagasaki disembunyikan agar tidak ada yang tahu, tetapi pada
akhirnya peristiwa tersebut terdengar sampai ke telinga para pemuda lewat siaran radio BBC di Bandung sehingga
membuat mereka segera bergerak dan meminta Proklamasi Kemerdekaan Indonesia segera dikumandangkan.
Para pemuda tersebut di bawah pimpinan Chaerul Saleh melakukan rapat dan rapat tersebut menghasilkan beberapa
keputusan, yaitu kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia, Pemutusan hubungan dengan Jepang, dan Ir. Soekarno
dan Mohammad Hatta diharapkan untuk segera membacakan Proklamasi Kemerdekaan.
Setelah mendapatkan keputusan dari rapat yang diadakan, kemudian para pemuda tersebut mengirim utusan (Wikana
dan Darwis) agar segera bertemu dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk menyampaikan hasil rapat
tersebut dan meminta Proklamasi Kemerdekaan segera dilaksanakan pada 16 Agustus 1945.
Wikana dan Darwis menyampaikan hasil laporan dari pembicaraan dengan Soekarno dan Mohammad Hatta kepada
para pemuda yang sudah berkumpul di Asrama Menteng 31. Para pemuda yang berkumpul terdiri dari Chaerul
Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani, Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman,
dan Dr. Muwardi.
Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta dibawa ke Rengasdengklok. Saat di Rengasdengklok, para
pemuda berusaha dengan keras supaya Soekarno dan Mohammad Hatta segera melaksanakan Proklamasi
Kemerdekaan.
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-proklamasi-kemerdekaan-indonesia/
TUJUAN NEGARA
INDONESIA:
Tujuan Negara Indonesia ini tercantum didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Indonesia 1945 alinea keempat yang berbunyi, “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
Mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
PERAN NAHDLATUL ULAMA
DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Peran NU pada Masa Awal Pendirian
Dalam perjalanannya, NU memainkan peranan yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Pada
masa-masa awal setelah didirikan saja, NU sudah melakukan berbagai upaya untuk memajukan
masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memajukan bidang pendidikan
dengan mendirikan banyak madrasah dan pesantren.
Metode pengajaran dan kurikulum yang digunakan sebagian besar merupakan perpaduan dari
pengetahuan agama dan pengetahuan umum. NU juga mendirikan Lembaga Ma’arif pada
tahun 1938 guna mengkoordinasi kerjasama dalam kegiatan pendidikan.
NU juga memainkan perannya dalam organisasi Masyumi bentukan Jepang. Sebagian besar
tokoh NU dijadikan pengurus, seperti Hasyim Asy’ari yang diangkat sebagai ketua pertama
Masyumi, dan juga Wahab Chasbullah yang diangkat sebagai Penasehat Dewan Pelaksana.
Selain itu puluhan ribu anggota NU juga dilatih secara militer dalam PETA (Pembela Tanah Air).
Tokoh NU juga terlibat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) sehingga terlibat
langsung dalam perumusan pernyataan kemerdekaan. Kebijakan Jepang tersebut mau tak mau
menarik sejumlah anggota NU ke ranah politik..
PERAN DAN PERJUANGAN NAHDLATUL ULAMA (NU)
DARI MASA KE MASA
https://wawasansejarah.com/peran-dan-perjuangan-nahdlatul-ulama-nu-masa-kemerdekaan/
MENJAGA
KEINDONESIAAN:
Menurut Gusdur, tugas kita semua
terutama Negara adalah menjamin
kehidupan yang multi ini agar tetap rukun,
damai, dan tidak terjadi konflik. Pancasila
dan UUD 1945 adalah asas tunggal yang
menjadi landasan Bersama.
Sebagai organisasi keagamaan NU merupakan bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia yang
senantiasa berusaha memegang teguh prinsip persaudaraan (Ukhuwah). Toleransi (At-tasamuh),
kebersamaan dan hidup berdampingan baik bersama umat Islam maupun dengan warga negara dan
warga masyarakat. Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi pendidikan, NU senantiasa berusaha
menciptakan warga negara yang menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan
warga masyarakat. NU sebagai am’iyah organisatoris, tidak terikat dengan politik dan organisasi
emasyarakatan manapun. NU merupakan warga yang mempunyai hak politik yang dilindungi Undang-
Undang, dan menggunakan hak politik dengan penuh tanggungjawab demi tegaknya demokrasi
Pancasila.