Ajaran Islam
Disusun Oleh:
1. Moh Nur Hidayatullah (210401002)
2. Ummi Hanifah (210401008)
Pembahasan
Kalau kita menengok kembali perdebatan tentang Pancasila sebagai Dasar Negara NKRI di
sidang Konstituante 1957, tampak jelas bahwa keberatan kaum agama lain terhadap klaim
keunggulan Islam sebagai Dasar Negara adalah Islam dalam sejarahnya di dunia maupun di
Indonesia masih mengandung ketidakadilan dalam artian demokrasi modern. Prof Mr. R.A.
Soehardi dari partai Katholik dan perwakilan dari kaum nasionalis seperti Soedjatmoko
dan sebaginya serta wakil agama lain dalam sidang tersebut dengan tegas menyatakan
bahwa nilai-nilai Pancasila yang ada seperti yang dijabarkan oleh pendiri Bangsa ada di
setiap agama termasuk Islam maupun Katholik dan sebagainya. Oleh karenanya, Pancasila
lebih luas dan universal dari pada pandangan Islam yang meletakkan umat agama lain
dalam status dibawahnya (dzimmi, pen). Ada ketidakadilan yang signifikan dalam
menempatkan status dzimmi bagi bangsa yang didirikan diatas pengorbanan semua kaum
yang ingin menjadi satu bangsa dalam satu tatanan kenegaraan, NKRI. Keberatan lainnya
adalah bahwa fakta sejarah yang memperlihatkan bahwa penguasa dan kaum intelektual
Islam zaman dahulu di dunia maupun di Indonesia hingga kini selalu dalam perbedaan
dalam menginterpretasi dan memaknai (shariat) Islam.
Umat Islam dan umat agama lainnya di Indonesia dalam kebangsaan yang tunggal
ini sebenarnya lebih memungkinkan untuk bekerjasama dalam membangun
bangsa, lepas dari keterpurukkan ekonomi maupun sosial, dan filsafat Pancasila
disini bisa menjadi kalimat al sawaauntuk semua golongan. Hal inilah yang
sebenarnya menjadi ‘kesepakatan’ bersama dalam rekap laporan Komisi I
Konstituante Tentang Dasar Negara 1957. Nilai dan falsafah Pancasila bagi dasar
negara Indonesia tidak diragukan lagi ada di setiap agama yang menjunjung
keadilan dan kemanusiaan. Sesuatu dasar neagra yang memuat semua hal yang
merupakan kepribadian luhur bangsa Indonesia, dijiwai semangat revolusi 17
Agustus 1945 yang menjamin hak asasi manusia dan menjamin berlakunya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang menjadikan musyawarah sebagai dasar
segala perundingan dan penyelesaian mengenai segala persoalan kenegaraan,
menjamin kebebasan beragama dan beribadat dan berisikan sendi-sendi
perikemanusiaan dan kebangsaan yang luas. Terpuruknya suatu bangsa yang
memiliki pandangan yang luhur seperti Indonesia kini bukanlah kesalahan dan
kegagalan dari dasar negaranya Pancasila. Bahkan fakta sosial bahwa banyak
umat agama yang terpuruk bukan berarti agama itu salah atau gagal.
Dislokalitas dan temporalitas agama jelas terkandung didalamya suatu nilai
budaya tertentu –misal Islam dan Arab atau Kristen dan Barat. Negoisasi dan
akulturasi yang terjadi di ruang dan waktu sejarah selanjutnya juga ikut
mewarnai sosok agama tersebut hingga tercipta simbiosis semacam Islam Jawa
atau Kristen Batak. Nilai-nilai modern ini sebenarnya tumbuh dari pengalaman
manusia dalam mencari dan mamaknai keadilan dan kemanusiaan akibat
perjumpaan antar dan inter agama dan budaya. Pancasila yang tumbuh dari
kepribadian bangsa inilah (yakni agama yang memiliki nilai demokrasi modern)
yang akan mampu membawa manusia menjalani dan mengekspresikan agamanya
menjadi lebih dewasa. Beragama dalam bingkai keindonesiaan berarti
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan berpancasila dalam segala tindakan etik
dan moral kita sejatinya buah dari religiusitas beragama yang dewasa dan
modern. Celakanya agama modern sekarang lebih berorientasi pada masa lalu
yang dianggap otentik dan murni, mirip dengan Pancasila di Zaman Orba yang
memfosilkan Pancasila itu sendiri.
B. Relasi Islam dengan Pancasila
A. Pancasila
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuaan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
B. Negara Islam
1. Hukum rajam atau cambuk bagi para pezina dan pemerkosa
2. Hukum Potong tangan bagi para pencuri dan koruptor
3. Hukum khisos, adalah hukum mati bagi para pembunuh ( nyawa di balas dengan
nyawa).
Masalah hubungan antara Islam dan Pancasila rupanya masih menarik perhatian banyak
kalangan. Munculnya beragam peraturan daerah (perda) yang bernuansa syariat Islam di
beberapa daerah di era refromasi sedikit banyak kembali memancing perdebatan lama
mengenai hubungan antara Islam dan Pancasila atau wacana hubungan antara negara dan
agama.
Bagi sebagian kalangan, perdebatan ini mungkin membosankan. Dalam konteks sejarah
Indonesia, polemik ini sudah ada sejak masa sebelum kemerdekaan. Perdebatan itu
dilakoni para tokoh pergerakan nasional sebagai bagian dari proses pencaharian identitas
bersama. Asumsi mendasari perdebatan mereka, bagaimana caranya menjalankan negara
dan bangsa jika kelak kemerdekaan nasional diperoleh.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Pancasila adalah asas negara Indonesia,artinya segala hukum yang berlaku di Indonesia
harus berasaskan kepada pancasila atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia.
2. Dengan dikeluarkannya dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959 , untuk kembali ke UUD
1945,maka dengan begitu segala tertib hukum yang berlaku di Indonesia harus sesuai
dengan syariah Islam.Karena sumber pembentuk UUD 1945 adalah Piagam
Jakarta,meskipun anak kalimat dari sila pertama pancasila telah di hapus.
3. Dalam negara yang berpaham Pancasila,hubungan agama dalam sangat penting
dimana agama berperan sebagai aqidah yang mewarnai hukum dalam negara tersebut.
Sekian dan Terimakasih