Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 2

ANASTASYA AURELLIA
AULA ALQOWI
M. ALFAREL ADZANI
PUTRI ENDAH CHAHYANI
RAGIL EKO SAPUTRO
• 1. Dakwah Melalui Kegiatan
PEREKONOMIAN
• 2. Dakwah Melalui Kegiatan SENI BUDAYA
• 3. Dakwah Melalui PERNIKAHAN
• 4. Dakwah Melalui POLITIK Dan
PEMERINTAHAN
• 5. Dakwah Melalui TASAWUF
• 6. Dakwah Melalui PENDIDIKAN
• Salah Satunya Dengan cara perdagangan
• Perdagangan
• Pada abad ke-7 M, bangsa Indonesia kedatangan para pedagang Islam
dari Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab. Mereka telah ambil
bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini konsekuensi
logisnya menimbulkan jalinan hubungan dagang antara masyarakat
Indonesia dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, sebagai
seorang muslim juga mempunyai kewajiban berdakwah maka para
pedagang Islam juga menyampaikan dan mengajarkan agama
dan kebudayaan Islam kepada orang lain. Dengan cara tersebut, banyak
pedagang Indonesia memeluk agama Islam dan merekapun menyebarkan
agamaIslam dan budaya Islam yang baru dianutnya kepada orang lain.
Dengan demikian, secara bertahap agama dan budaya Islam tersebar
dari pedagang Gujarat/India, Persia, dan Bangsa Arab kepada bangsa
Indonesia. Proses penyebaran Islam melalui perdagangan sangat
menguntungkan dan lebih efektif dibanding cara lainnya.
• Peran ulama yang mulai bergeser dari ranah politik kerajan kemudian beralih
membangun kekuatan sosial budaya ditengah masayarakat . Perkembangan islam
dat melalui seni budaya , seperti bangunan (masjid), seni pahat,seni tari,seni
musik,seni sastra. Cara seperti ini banyak dijumpai di jogjakarta,solo,cirebon,dan
lain sebagainya. Seni budaya islam dibuat dengan cara mengakrabkan budaya
daerah setempat dengan ajaran islam yang disusupkan ajaran tauhid yang
dibuat sederhana dan sedapat mungkin memanfaatkan tradisi lokal. Misalnya:
• 1. Membumikan ajaran islam melalui syair-syair. Contoh nya: Gending Dharma,
Suluk Sunan, Bonang, Hikayat Sunan Kudus. dll.
• 2. Mengkulturasikan wayang yang syarat doktrin. Tokoh tokoh simbolis dalam
wayang diadopsi atau mencipta nama lain yang biasa mendekatkan dengan
ajaran islam. Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang syarat pengajarannya
• 3. Membunyikan bedug sebagai ajakan solat 5 waktu sekaligus alam pengingat,
sebab insting masyarakat telah akrab dengan 5 bedug sebagai pemanggil untuk
acara keramaian. Menggeser tradisi klenik dengan doa doa pengusir jin sekaligus
doa – doa mengirim leluhur. Contohnya:Tahlil.
• Proses penyebaran Islam di Indonesia juga banyak dilakukan melalui pernikahan
antara para pedagang muslim dengan wanita Indonesia. Jalur perdagangan
internasional yang dikuasai oleh para pedagang muslim menjadikan para pedagang
Islam memiliki kelebihan secara ekonomi. Para pedagang muslim yang tertarik dengan
wanitawanita Indonesia yang ingin menikah mensyaratkan agar para wanita tersebut
harus memeluk Islam sebagai prasyarat dalam sebuah pernikahan. Karena dalam
Islam tidak diperbolehkan pernikahan dengan orang yang berbeda agama, dan para
penduduk lokal pun tidak keberatan dengan prasyarat tersebut.

Melalui pernikahan ini tidak hanya menjadikan penganut agama Islam


semakin banyak, namun juga semakin mengukuhkan generasi-generasi
Islam di Indonesia. Apalagi jika pernikahan terjadi antara keluarga
bangsawan dengan keluarga saudagar muslim, tentu akan semakin
menguatkan posisi tawar mereka di masyarakat. Dari pernikahan ini
kemdian terbentuklah komunitaskomunitas muslim di Indonesia. Sebagai
contoh yang dapat dikemukakan adalah pernikahan antara Raden Rahmat
atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila dan Raja Brawijaya V dengan
Putri Campa, dan lain-lain.
• Di beberapa daerah di Indonesia, kebanyakan
rakyatnya memeluk Islam setelah penguasa atau
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik para raja dan penguasa sangat membantu
tersebarnya islam di Nusantara. Di samping itu,
kerajaan-kerajaan yang sudah memeluk Islam aktif
melakukan dakwah kepada kerajaan-kerajaan
non-Islam.
Penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya ialah melalui
tasawuf. Tasawuf ialah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Tasawuf lebih memudahkan orang yang telah
mempunyai dasar ketuhanan lain untuk mengerti dan menerima ajaran
agama Islam.
Disamping itu, ajaran tasawuf ini memelihara unsur-unsur budaya
sebelum Islam diteruskan dalam kehidupan Islam, sehingga Islam
mudah diterima oleh masyarakat. Ajaran tasawuf ini banyak di jumpai
dalam cerita-cerita babad dan hikayat masyarakat setempat.
Beberapa tokoh penyebar tasawuf diantaranya: Hamzah Fansuri,
Syamsuddin, Syekh Abdul Shamad, dan Nurdin al-Raniri.
• 1. Hasan Al-Basri (21 H- 110 H)
• Hasan Al-Bashri memiliki nama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Yasar, adalah
seorang zahid dari kalangan tabiin yang lahir di Madinah pada tahun 21
Hijriyah. Beliau merupakan pelopor utama yang mulai memperluaskan ilmu-ilmu
kebatinan dan kesucian jiwa.
• Menurut pandangannya, tasawuf merupakan ajaran untuk menanamkan rasa
takut (baik itu takut akan dosa-dosa, takut tidak mampu memenuhi perintah dan
larangan Allah, takut akan ajal atau kematian ) di dalam diri setiap hamba dan
senantiasa mengingat Allah SWT. Beliau berpendapat bahwa dunia adalah
ladang beramal, banyak duka cita di dunia dapat memperteguh amal sholeh.
• 2. Al-Muhasibi (165 H – 243 H)
• Al-Muhasibi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Al-Harist bin Asad Al-Bashri Al-
Baghdadi Al-Muhasibi. Beliau lahir di Bashroh, Irak pada tahun 165 Hijriyah.
Menurut beliau, tasawuf berarti ilmu yang mengajarkan untuk selalu bertakwa
kepada Allah SWT, menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba dan
meneladani akhlak Rasulullah Saw.
• Beliau juga berpendapat ada 3 hal yang perlu ditekankan untuk membersihkan
jiwa dan mencapai jalan keselamatan, yaitu melalui Ma’rifat (Mengenal Allah
SWT dengan mata hati), Khauf (rasa takut), dan Raja’ ( pengharapan).
• 3. Al-Qusyairi (376 H- 465 H)
• Al-Qusyairi memiliki nama lengkap ‘Abdul Karim bin Hawazim. Beliau lahir di kawasan
Nishafur pada tahun 465 Hijriyah, dimana beliau ini merupakan seorang ulama yang
ahi dalam berbagai disiplin ilmu pada masanya.
• Ajaran tasawuf Al-Qusyairi didasarkan pada doktrin Ahlusunnah Wal Jama’ah dan
berlandasakan ketauhidan. Beliau mengadakan pembaharuan di ajaran tasawuf,
dengan menentang keras doktrin-doktrin aliran Karamiyah, Syi’ah, Mu’tazilah, dan
Mujassamah. Ia juga menjelaskan pembeda antara dzahir dan bathil, serta syariat
dan hakikat. Menurutnya, tidak haram jika seseorang menikmati kesenangan dunia,
asalkan tetap berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Assunnah.
• Al-Ghazali (450 H – 505 H)
• Al-Ghazali memiliki nama lengkap Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn
Ahmad al-Thusi. Beliau lahir di kota Khurasan, Iran pada tahun 450 Hijriyah. Di masa
hidupnya, Al Ghazali merupakan seorang ahli ilmu yang dikagumi oleh banyak ulama
besar. Beliau juga dikenal sebagai seorang Sufi, Filosof, Fuqoha (ahli fiqh), dan
Mutakallim. Beliau juga memiliki banyak gelar, salah satunya Hujjah al-islam yang
diperolehnya dari kerajaan Bani Saljuk.
• Seperti halnya Al-Qusyairi, Al-Ghazali juga berupaya mengembalikan ajaran
tasawuf yang sesuai syariat agama dan bersih dari aliran-aliran asing yang
menyesatkan islam, dengan berpedoman pada Al Quran dan As sunnah (Ajaran
Rasulullah Saw). Tasawuf Al-Ghazali lebih kepada penekanan pendidikan moral,
dimana seseorang dianjurkan memperdalam ilmu aqidah dan syariat terlebih dahulu
sebelum mempelajari ketasawufan.

• Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan.
Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa
pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu
keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri
mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka
dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk
mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama.
Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami
perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.

• Lembaga pendidikan Islam ini tidak membedakan status sosial dan kelas,
siapa saja yang berkeinginan mempelajari atau memperdalam
pengetahuan Islam, diperbolehkan memasuki lembaga pendidikan ini.
Dengan demikian, pesantren-pesantren dan para ulamanya telah
memainkan peran yang cukup penting di dalam proses pencerdasan
kehidupan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang kemudian
tertarik memeluk Islam.
• Di antara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa
awal Islam di Jawa, adalah pesantren yang didirikan oleh Raden
Rahmat di Ampel Denta. Kemudian pesantren Giri yang didirikan
oleh Sunan Giri, popularitasnya melampaui batas pulau Jawa
hingga ke Maluku. Masyarakat yang mendiami pulau Maluku,
terutama Hitu, banyak yang berdatangan ke pesantren Sunan Giri
untuk belajar ilmu agama Islam. Bahkan Sunan Giri dan para ulama
lainnya pernah diundang ke Maluku untuk memberikan pelajaran
agama Islam. Banyak di antara mereka yang menjadi khatib,
muadzin, hakim (qadli) dalam masyarakat Maluku dengan
memperoleh imbalan cengkeh.
• Dengan cara-cara seperti itu, maka agama Islam terus tersebar ke
seluruh penjuru Nusantara, hingga akhirnya banyak penduduk
Indonesia yang menjadi muslim. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa model pendidikan pesantren yang tidak mengenal kelas
menjadi media penting di dalam proses penyebaran Islam di
Indonesia, bahkan kemudian diadopsi untuk pengembangan
pendidikan keagamaan pada lembaga-lembaga pendidikan sejenis
di Indonesia.
ADA YANG INGIN BERTANYA?

Anda mungkin juga menyukai