Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL TEKS OBSERVASI

RUMAH ADAT LIMBUNGAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

DIMAS MAULUDI BUDIONO (07)

KHAIRUNNISA MUJAHIDAH R (14)

SALMAN MUROD MAULANA (26)

SEPTIANA UYUNUSYSYFA (27)

SINDI DWI CAHYANI (28)

SITI FIRDA HIDAYATI HAMZIL (29)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan atas rahmat dan karunia yang telah diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Atas kemudahan dari-Nya sehingga laporan mengenai hasil observasi yang
berjudul “Rumah Adat Limbungan” dapat diselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata pelajaran Muatan lokal dengan tujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya khususnya pelajar di Nusa
Tenggara Barat. Pada kesempatan ini kami selaku penulis makalah mengucapkan terimaksih
kepada  rekan-rekan dan berbagai sumber  yang berperan membantu kami dalam pembuatan
malakah ini.

Kami selaku penulis makalah memohon maaf apabila dalam makalah yang telah kami
selesaikan terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik sangat dibutuhkan agar dimasa
yang akan datang kami dapat menyempurnakan makalah-makalah yang akan kami buat dan
dapat menjadikannya lebih baik dari sekarang.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...…………...… ii


DAFTAR ISI……………………………………………………………………………............. iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….... 1

II. PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi…………………………………………………………………………… 2

III. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..…….. 6
B. Saran…………………………………………………………………………………..…. 6

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 7

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman budaya, hal
ini pun berpengaruh pada bentuk dan ragam hunian atau rumah tinggal pada tiap daerah
yang berbeda yang dimana karakteristiknya pun menyesuaikan kebutuhan pemilik serta
lingkungan masyarakat dan alam sekitar. Karena itulah banyak sekali ragam Rumah Adat
Tradisional Daerah yang dimiliki oleh Indonesia.

Rumah adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu
tertentu. Dalam artian khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial
kemasyarakatan yang terjalin di bangunan tempat tinggal. Indonesia kaya akan konsep
dan budaya. Termasuk khasananh arisitektur rumah asal Nusa Tenggara Barat “Rumah
Adat Limbungan”

Akan tetapi ini kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia semakin berkurang
jumlahnya dan terancam kepunahannya, termasuk rumah Adat Tradisional Daerah.
Modernisasi dan Globalisasi yang pesat berkembang saat ini, kurangnya perhatian
masyarakat dan Pemerintah akan pelestarian Rumah Adat Tradisional, mendorong makin
mudahnya bangunan adat tradisional tersingkirkan oleh bangunan-bangunan masa kini.

Untuk itu dalam laporan mengenai studi tentang rumah adat tradisional di
Indonesia ini kami memutuskan untuk membahas dan mempelajari Rumah Adat
Limbungan sebagai bentuk pengamatan , yang juga kami harapkan laporan ini dapat
menjadi sebuah hasil laporan yang juga dapat ikut melastarikan keilmuan mengenai
rumah adat tradisional di Indonesia khususnya Rumah Adat Limbungan Nusa tenggara
Barat.

1
II. PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi
Lombok merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki dan
memegang teguh kebudayaan asli wilayah tersebut. Seperti yang kita ketahui, jika di
Pulau Lombok masih terjaga dengan baik sejumlah desa adat, yang masih menampilkan
dengan baik sisi unik dan klasik dari apa yang mereka miliki sejak zaman dahulu. Ada
desa Bayan, desa Belek Sembalun Lawang, Sembalun Bumbung hingga desa Adat Sade
Lombok Tengah.
Di Lombok Timur pun terdapat satu desa adat yaitu desa Perigi Kampung
Limbungan kecamatan Suela, yang menjadi lokasi 150 rumah adat Suku Sasak, jumlah
yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan rumah adat di Sade, yang hanya berjumlah
puluhan saja.
Rumah adat Limbungan atau Bale Sasak Limbungan adalah rumah adat
tradisional yang terdapat pada permukiman Suku Sasak di Dusun Limbungan, Desa
Perigi, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Desa adat
tertua di Lombok Timur, yang merupakan lokasi pemukiman masyarakat adat
Limbungan turun temurun. Rumah adat yang berada di ketinggian sekitar 750 meter dari
permukaan laut, dan berada di lereng Gunung Rinjani ini menjadi salah satu daya tarik
kunjungan wisatawan di Lotim. Rumah adat ini dicirikan dengan penggunaan bahan-
bahan yang bersumber dari alam. Konstruksinya menggunakan kayu pada bagian tiang,
dinding dengan anyaman bambu, dan alang-alang sebagai atap. Bahan-bahan alami yang
digunakan pada rumah adat Limbungan, baik atap, tiang, maupun dinding menjadikan
konstruksi rumah ringan dan lentur yang tahan terhadap guncangan.
Rumah Adat Limbungan dibuat oleh penduduk setempat dengan bentuk yang
semuanya sama. Selain itu, jarak antar rumah juga begitu dekat. Ini bermakna bahwa
penduduk Limbungan harus memiliki hidup yang setara atau sama. Terbukti, aktifitas
sehari-hari, penampilan, hingga mata pencaharian penduduk Limbungan semuanya sama.

2
Yakni bertani tembakau dan beternak. Desa adat limbungan memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai desa wisata berbasis adat. Selain bangunan, atraksi yang dapat
disuguhkan kepada wisatawan adalah upacara adat, tata perilaku masyarakat, cara hidup
bahkan potensi tembakau yang menjadi tanaman pertanian andalan di desa perigi

Rumah adat yang berdiri di lokasi sekitar 2 hektar di Limbungan Barat, dan 2
hektar di Limbungan Timur. Tertata sedemikian rupa sehingga membentuk blok, yang
masing-masing blok terdapat tujuh sampai 11 rumah adat beratapkan ilalang dan
berpagar bedek, serta berlantaikan tanah yang dicampur dengan kotoran sapi, serta getah
pohon kayu ini. “Rumah Adat Limbungan ini ada dua di Kekadusan Limbungan Barat,
dan Limbungan Timur,” kata Kadus Limbungan Barat, M. Ridwan, belum lama ini.
Sementara di wilayahnya, Limbungan Barat terdapat 74 rumah adat, 37 berada di
sebelah timur jalan, dan 37 di sebelah barat jalan, yang membelah rumah adat tersebut.
Kesempatan itu dia juga menceritakan sejarah keberadaan rumah adat Limbungan, yang
awalnya merupakan tempat tinggal para nenek moyang masyarakat Limbungan, setelah
mengungsi akibat serangan musuh (siat). Hingga setelah sekian lama mengungsi ke
Pringgabaya, dan setelah aman kembali dan membentuk pemukiman hingga kini, yang
diabadikan sebagai rumah adat Limbungan
Bahan-bahan yang digunakan sebagai material rumah adat Limbungan bersumber
dari alam. Pondasinya hanya dibuat dengan memadatkan batu dan tanah.[ Lantai rumah
hanya berupa tanah yang dicampur kotoran sapi dan getah pohon kayu. Penggunaan
kotoran sapi dinilai dapat membersihkan rumah dari debu, menghaluskan lantai, dan
membuat lantai lebih kokoh, sedangkan getah pohon kayu dinilai dapat menghindari
rumah dari serangan serangga.Sementara itu, dinding rumah terbuat dari bambu yang
dianyam, yang sekaligus berfungsi sebagai sirkulasi udara.
Atap rumah adat berbentuk limas, terbuat dari daun alang-alang kering yang
dianyam menggunakan bambu. Atap ditegakkan oleh kerangka berbahan bambu. Untuk
mengikat rangka atapm digunakan serat bambu yang sudah diraut sebagai tali. Tidak
terdapat langit-langit atau loteng pada atap. Tinggi langit-langit sekitar dua meter dari
permukaan lantai, mengakibatkan ruangan dalam rumah terasa sempit.

3
Keseluruhan struktur atap ditopang oleh sejumlah tiang dengan ukuran 15 x 15
cm. Jumlah tiang bergantung dengan luas ruangan, dan ukurannya sama untuk seluruh
tiang. Material tiang menggunakan kayu gali. Selain menopang atap, tiang sekaligus
digunakan sebagai tempat berpegangnya dinding. Dinding terbuat dari ayaman bambu.
Untuk mengikat dinding dengan tiang, digunakan rotan
Sebagai penghubung masuk ke dalam ruangan, terdapat dua pintu atau disebut
lawang, yaitu lawang sesangkok dan lawang dalem. Peletakkan lawang sesangkok
terdapat di bagian depan rumah, sedangkan lawang dalem di tegah-tengah rumah. Pintu
lawang dalam menjadi penghubung sesangkok dengan bale dalam. tinggi lawang sekitar
150 sampai 160 cm. Lawang bale dalam lebih tinggi dibandingkan lawang sesangkok.
Dalam pembuatan lawang, bahan yang digunakan meliputi bambu dan kayu.
Rumah adat Limbungan tidak memiliki jendela. Ruang di dalam rumah
mengandalkan cahaya yang masuk melalui celah-celah dinding atau melalui lawang.
tidak terdapatnya jendela pada rumah adat ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan,
salah satunya adalah untuk mengindari hawa dingin karena Dusun Limbungan terletak di
area perbukitan kaki Gunung Rinjani
Di depan rumah adat Limbungan, terdapat lumbung yang disebut panteq. Posisi
panteq dan rumah saling berhadapan. Bentuknya berupa rumah panggung yang terdiri
dari dua bagian, yaitu bagian atas yang digunakan sebagai tempat menyimpan hasil
pertanian, sedangkan bagian bawahnya berfungsi sebagai tempat menerima tamu.
Bangunan panteq terbuat dari kayu pada bagian lantai dan bambu yang dianyam pada
bagian dinding.
Selain panteq, terdapat bong sebagai tempat penampungan air yang tanah liat.
Namun, tidak semua rumah mempunyai bong. Tidak seperti panteq, bong bukan milik
peribadi. Bong digunakan untuk kebutuhan bersama anggota masyarakat lainnya. Bong
diletak di sudut-sudut tertentu yang memungkinkan untuk digunakan secara bersama-
sama oleh anggota masyarakat.[1.
Hampir seluruh penghuni rumah adat ini adalah golongan orang tua, dan bahkan
renta. Pasalnya, berada di lokasi rumah adat tidak dibolehkan membangun permanen
dengan bata, semen, asbes atau genteng, serta seng. Melainkan jika ingin membangun
permanen maka siapapun itu mereka harus keluar dan membangun di luar lokasi rumah
4
adat. Sehingga tak heran bila kemudian jarang terlihat penghuni yang masih muda akan
mendiami rumah adat ini. Kecuali bagi yang sama sekali tidak mampu dan tidak memiliki
tanah untuk tempat membangun rumah.
Tak heran bila di rumah adat Limbungan ini, pengunjung hanya akan
menyaksikan para orang tua yang sudah uzur saja. Sementara anak-anak tidak akan
ditemukan disini, kecuali mereka main-main atau menjenguk keluarganya. Kalaupun ada
anak-anak mendiami rumah adat ini juga tak banyak, dan dipastikan mereka adalah dari
keluarga yang tidak memiliki lahan untuk membangun rumah di luar kompleks rumah
adat.

5
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan hasil observasi , kita dapat melihat pada rumah adat
kampung Limbungan, akan membawa kita berimajinasi ke masa-masa kejayaan kerajaan-
kerajaan Sasak dahulu, seperti Selaparang . Limbungan tidak hanya tentang keindahan akan
budaya dan rumah adatnya, alam Limbungan juga sangatlah indah, hamparan sawah dan bukit
yang menawarkan pemandangan laut dan ujung timur Lombok juga menjadi daya tarik yang
sangat luar biasa bagi Limbungan.

B. Saran
Saran kepada semua masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya masyarakat Sasak
untuk tetap mempertahankan dan Diharapkan ada penelitian lanjutan pada rumah adat suku
Sasak Limbungan ini.Meski terlihat sederhana, keberadaan rumah adat ini sudah seharusnya
menjadi destinasi wisata yang berpotensi dikenal dunia. siapa sangka, di tengah zaman modern
ini, ternyata masih ada kearifan lokal yang masih terjaga disana hingga sekarang dan belum
terjamah. oleh karena itu sudah sepaptutnya dilestarikan agar tetap terjaga hingga puluhan tahun
mendatang.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://cantohlaporanmu.blogspot.com/2019/06/contoh-teks-laporan-hasil-observasi_22.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rumah_adat_Limbungan

https://kanaqlomboksasak.blogspot.com/2017/03/bermain-ke-rumah-adat-limbungan.html?m=1

https://radarlombok.co.id/rumah-adat-limbungan-kian-mempesona.html

https://www.sudutlombok.com/2017/03/30/pesona-limbungan/

Anda mungkin juga menyukai