Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RUMAH GADANG DAN RANGKIANG

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya Minangkabau

Disusun Oleh:

1. Sherly Annisa ( 2518001 )

2. Muthmainnah Putri ( 2518029 )

3. Roy Nerfa dwi putra ( 2518027 )

Dosen Pengampu: Suci Agustia Putri, M.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI

1440-1441 H /2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan di akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas budaya minangkabau sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat. Makalah ini kami susun
dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadari bahwa
dalam menyusun makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai menyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah pengantar teknik
informasi yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bukittinggi,2 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... .........................i

DAFTAR ISI ......................................................................................... .........................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... …………1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... …………1
C. Tujuan Masalah ................................................................................... …………1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Gadang ................................................................. …………2


B. Fungsi Rumah Gadang ........................................................................ …………2
C. Model-Model Rumah Gadang ............................................................ …………3
D. Ragam Bangunan Rumah Gadang. ..................................................... …………4
E. Batagak Rumah Gadang ..................................................................... …………5
F. Struktur Rumah Gadang ..................................................................... …………6
G. Pengertian Rangkiang ......................................................................... …………6
H. Arsitektur Rangkiang .......................................................................... …………7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... …………8


B. Saran ................................................................................................... …………8
DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minangkabau merupakan salah satu etnik yang ada di Indonesia yang memiliki budaya
serta kehidupan arsitektur yang unik seperti Rumah Gadang. Rumah gadang menjadi
suatu hasil karya Vernakular yang sampai saat ini masih melekat di dalam jati diri
masyarakat minang itu sendiri dilihat dari gaya arsitekturnya yang memiliki atap gonjong
serta ruang ruangnya yang memiliki fungsi tersendiri dan seni ukiran pada dinding Rumah
Gadang.
Tentunya di era modernisasi sekarang ini kita melihat Rumah Gadang sudah
dipengaruhi oleh kemajuan teknologi arsitektur modern seperti arsitektur neo vernacular
yang berasal dari bahasa yunani yang berarti baru, dan dapat disimpulkan bahwa arsitektur
neo vernacular itu bertujuan untuk melestarikan apa yang sudah ada maupun dari segi
bentuk fisik, Dihalaman Rumah Gadang biasanya selalu dapat dua buah bangunan yang
disebut Rangkiang. Rangkiang digunakan untuk menyimpan hasil panen berupa padi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rumah gadang ?
2. Apa fungsi rumah gadang ?
3. Bagaimana model-model rumah gadang ?
4. Bagaimana ragam bangunan rumah gadang ?
5. Apa saja batagak rumah gadang ?
6. Apa saja Struktur rumah gadang ?
7. Apa pengertian rangkiang ?
8. Bagaimana arsitektur rangkiang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian rumah gadang.
2. Untuk mengetahui fungsi rumah gadang.
3. Untuk mengetahui model-model rumah gadang.
4. Untuk mengetahui ragam bangunan rumah gadang.
5. Untuk mengetahui batagak rumah gadang.
6. Untuk mengetahui Struktur rumah gadang.
7. Untuk mengetahui pengertian rangkiang.
8. Untuk mengetahui arsitektur rangkiang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rumah Gadang


Kata “Gadang” dalam bahasa Minangkabau artinya besar. Maka Rumah Gadang biasa
memiliki ukuran besar dan sering digunakan untuk menyelesaikan urusan besar, seperti
musyawarah adat dan upacara perkawinan. Rumah Gadang memiliki bentuk seperti rumah
panggung dan persegi panjang. Lantainya terbuat 2 dari kayu. Atapnya menonjol dan
mencuat ke atas. Biasanya dicat dengan warna coklat tua.
Rumah gadang disebut juga dengan rumah adat minangkabau adalah hasil karya nenek
moyang masa lampau,dibangun menurut tradisi yang turun temurun sampai sekarang
menjadi indentitas minangkabau. nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan
rumah tradisional dan banyak di jumpai di provinsi Sumatera Barat.
Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama
Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang . Oleh
karena itu, baik dari gaya, hiasan bagian dalam dan luar serta fungsi sosial budaya Rumah
Gadang mencerminkan kebudayaan dan nilai keMinangkabauan.
Rumah Gadang menurut adat dimiliki oleh kaum perempuan yang akan terus
diwariskan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya di bawah kewenangan pemimpin
kaum atau suku yang lazim disebut Mamak Kaum. Berdasarkan adat Minangkabau, setiap
Rumah Gadang di diami oleh keluarga besar pihak istri yang terdiri atas nenek, anak-anak
perempuan dan cucu perempuan. Makanya, sistem kekerabatan suku Minangkabau adalah
matrilineal. Artinya mengikuti garis keturunan ibu.

B. Fungsi Rumah Gadang


Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya.
Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar.
Sementara perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis
remaja memperoleh kamar bersama di ujung yang lain. Seluruh bagian dalam Rumah
Gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar
dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri
ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang

2
dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua,
tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.
Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam
suku/kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada
perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu terdapat
dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada
sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang:
anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena
itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang.
Anjung pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada
kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai
filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, golongan pertama menganut prinsip
pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga, pada
golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah
Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat
ibadah, tempat pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum
tersebut yang belum menikah.

C. Model-model Rumah Gadang


1. Rumah Gadang Gajah Maram
Ciri-cirinya adalah gonjongnya empat atau enam tidak begitu tinggi, lengkungan
bubungan landau, gonjong agak rendah, model atap dinamakan Tupai Jonjang, tuturan atap
dan pinggir dinding sebelah bawah datar,tonggak dan dinding bagian depan dan belakang
berdiri vertical/tegak lurus, letak tangga di depan. Banyak terdapat di luhak tanah datar.
2. Rumah Gadang Sitinjak Lawik
Ciri-cirinya adalah gonjongnya tinggi, lengkungan bumbungan hampir menyerupai
setengah lingkaran, tinggi menjulang, tuturan atap dan pinggiran dinding sebelah bawah
melengkug, tonggak dan dinding bagian depan serta belakang miring kearah luar. Memiliki
anjuang di kedua ujungnya. Letak tanggannya di tengah mengahadap sungai pagu.
3. Rumah Gadang Surambi Papek
Ciri-cirinya adalah gonjongan empat atau enam, letak tanggannyadi bagian depan
menghadap ke halaman, tidak memiliki anjuang, kedua ujung papek/pepat. Bangunan ini
banyak terdapat banyak terdapat di luhak Agam dan Alam Surambi sungai pagu.

3
4. Rumah Gadang Rajo babandiang
Ciri-cirinya adalah atap bagonjong empat ditambah satu gonjong dapur, dua buah
gonjong paranginan yang disebut juga gonjong rajo, sebagai tandingan gonjong rajo yang
terdapat di Ustano Rajo Alam, letak tangganya di bagian belakang bangunan,dengan
hikmah bahwa luhak limapuluh Koto dihidayakan oleh Datuak Sri Nan Banegonegoro
yang merupakan saudara kandung dengan datuak parpatinan sabatang dan saudara seibu
lain bapak dengan Datuak Katunggungan. Datuak Nan Baduo ini mempunyai ciri pada
letak tangga rumah adatnya yaitu dipangkal menurut kelarasan yang dipimpinya ini
menandakan dari kelarasan Koto-Piliang dan ditengah menandakan dari kelarasan Bodi-
Caniago yang keduanya menghadap kehalaman. Bangunan seperti ini hanya terdapat di
Luhak Limopuluah Koto.
5. Rumah Gadang Surambi Aceh
Ciri-cirinya adalah atap bagonjong empat atau enam, ada yang memiliki anjuang kedua
ujungnya ada yang tidak. Pada bagian depan bangunan dibuat satu ruangan yang disebut
surambi. Bangunan ini banyak jumpai didaerah Solok, Salayo, dan Kubuang XIII.
6. Rumah Gadang Balambai
Ciri-cirinya adalah lantainya ditinggikan pada bagian depan kamar tidur da nada juga
pada kedua ujung kiri dan kanan bangunan. Lantainya yang ditinggikan ini tidak terlihat
dari luar, bangunan seperti ini terdapat didaerah pariangan-padang panjang.

D. Ragam Bangunan Rumah Gadang


Tidak semua bangunan bagonjong bisa disebut rumah adat atau rumah gadang, akan
tetapi sebaliknya rumah adat atau rumah sudah pasti mempunyai atap bagonjong. Untuk
membedakan antara rumah adat dan yang bukan, berikut ini akan dipaparkan aneka ragam
bangunan rumah adat yang ada di minangkabau, sesuai dengan asal mulanya yang telah
diatur di ketentuan adat sebagai berikut :
1. Bangunan Rumah Gadang Bagonjong 2
Bangunan ini milik Bano kaampek suku, milik keluarga bukan milik kaum, berfungsi
sebagai rumah tinggal yang dilengkapi kamar tidur dan dapur, bangunan ini juga bisa
digunakan untuk baralek oleh keluarga pemiliknya
2. Bangunan Rumah Gadang bagonjong 4
Merupakan milik kaum yang menjadi keturunan niniak mamak penyandang gelar sako
Datuak Penghulu.

4
3. Rumah Gadang Bagonjong 5
Milik kaum penyandang gelar sakoDatuk Penghulu kepala paruik difungsikan tempat
tinggal dan acara adat
4. Rumah Gadang Gonjong 6
Milik datuak penghulu kepala suku, pegawai adat dan keturunan bangsawan

E. Batagak Rumah Gadang


Batagak rumah adalah upacara mendirikan rumah gadang, kegiatanya adalah sebagai
berikut berikut :
a. Mufakat Awal (Musyawarah)
Upacara batagak rumah dimulai dengan pemufakatan orang sekaum, membicarakan
letak rumah yang tepat, ukurannya, seta kapan waktu menggerjakannya. Hasil mufakat
akan di sampaikan pada penghulu suku, lalu penghulu suku ini menyampaikan rencana
mereka kepada penghulu suku-suku yang lain.
b. Maelo Kayu
Kegiatan untuk menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan, umumnya kayu-kayu.
Penebangan dan pemotongan kayu dilakukan secara gotong royong. Kayu yang di
jadikan tiang utama di rendam dulu dalam lumpur atau air yang terus berganti.
Tujuannya agar kayu-kayu itu awet dan sulit dimakan rayap.
c. Mancatak Tiang Tuo
Mancatak tiang tuo yaitu perkerjaan pertama dalam membuat rumah.Bahan yang
akan digunakan akan diolah lebih lanjut.
d. Batagak Tiang
Acara ini di olah setelah bahan-bahan siap diolah.Pertama, tiang-tiang di tegakkan
dengan bergotong royong. Tiang rumah gadang tidak ditanamkan ditanah, tetapi hanya
diletakkan di atas batu layah (gepeng). Karena itulah rumah gadang jarang rusak bila
terjadi gempa atau angin badai.
e. Manaikkan Kudo-kudo
Ini adalah melanjutkan pembangunan rumah setelah tiang-tiang didirikan.
f. Manaiak-I Rumah (Syukuran)
Acara terakhir dari upacara batagak rumah, dilakukan setelah rumah selesai. Pada
acara ini diadakan perjamuan tanda terima kasih pada semua pihak dan doa syukur
pada Allah SWT.

5
F. Struktur Rumah Gadang
Kontraksi rumah gadang terdiri dari tonggak, palanca, rasuak, paran, dan kayu lalu yang
bahan kayunya utuh tidak bersambung. Rangka rumah gadang terbuat dari rangkaian kayu
yang dihubungkan melalui lubang pahatan dimana masing-masing tonggaknya
berdirikokoh diatas batu yang disebut dengan “sandi”. Batu sandi tanah ketonggak dan
bagian lain banggunan. Antara tonggak dan sandi tidak ada pengikat sehingga hal ini
sanggat besar manfaatnya sebagai pemutus getaran bila terjadi gempa bumi. Oleh sebab itu
rumah gadang jarang yang roboh, kebanyakan hanya bergeser secara horizontal dan dapat
dikembalikan lagi keletak semula setelah bencana gempa bumi berlalu. Sandi rumah
gadang tidak sama dengan pondasi bangunan konstruksi beton. Pondasi ini dibuat sebelum
bangunan berdiri, sedangkan sandi dipasang setelah kerangka rumahgadang selesai
dikerjakan dengan menggunakan alat”kalang patiang”.
Rumah gadang banyak dibangun didaerah daratan tinggi. Yang disebut “darek” atau
daerah penggununggan yang memiliki hembusan angin sangat kencang. Maka dari itu atap
rumah gadang dibuat melengkung dan lancip keatas sebagai kontruksi pemecah angin.
Bahan atapnya terbuat dari ijuk. Atap yang “tunggang” berfungsi agar air dapat mengalir
dengan cepat. Lengkungan atap berbentuk seperti sisi setengah lingkaran kearah bawah
gunanya untuk menuntun air agar mengalir ke satu arah dibagian”tuturan”atap yang rendah
supaya dinding tidak rusak terkena tampias.
Lantai rumah gadang terbuat dari papan yang dipasang pada ketinggian tertentu dari
atas tanah. Ruang yang berada dibawahnya disebut”bawah dangau”. Ruang ini berguna
untuk menghindari penghuni rumah gadang dari pengaruh lembab yang tidak baik untuk
kesehatan.

G. Pengertian Rangkiang

Rangkiang adalah lumbung padi yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk
menyimpan padi hasil panen. Bangunan ini pada umumnya dapat ditemui dihalaman
rumah gadang. Bentuknya mengikuti bentuk rumah gadang dengan atap bergonjong dan
lantai yang ditinggikan dari atas tanah. Rangkiang melambangkan kesejahteraan ekonomi
dan jiwa social yang dimiliki oleh orang minangkabau. Secara etimologi Rangkiang
berasal dari kata ruang , yang berarti ruang dewi sri atau dewi pertanian.

6
H. Arsitektur Rangkiang
Bangunan Rangkiang terdapat dihalaman depan bangunan Rumah Gadang jumlahnya
tujuh buah, tetapi yang banyak dipakai adalah tiga macam. Atapnya begonjong dua dan
ada juga yang memakai atap tanpan stasiun/ atap pelana yang dinamakan Kapuk dan
Balubul. Rangkiang tidak memiliki pintu, hanya ada satu jendela terletak dibagian atas
dinding menghadap ke Rumah Gadang.
Oleh karena jendelanya tinggi maka untuk menjangkaunya dibutuhkan tangga bambu
yang tinggi pula dan dapat dipindah-pindah. Bangunan ini berfungsi sebagai lumbung
tempat menyimpan padi. Masing-masing rangkiang memiliki nama berdasarkan susunan
letaknya yang berderet seperti :
a.) Rangkiang Sibayau-bayau
terletak dihalaman bagian pangkal/ sebelah kiri Rumah Gadang yang berisi padi untuk
makanan anak kemanakan, belanja keperluan rumah tangga, penurut alur yang lurus,
penempuh jalan yang pasar, supaya adat dapat diisi dan lembaga boleh dituang.
b.) Rangkiang Sitangka Lapa
letaknya dihalaman tengah dekat rangkiang Sibayau-bayau berisi padi untuk menolong
masyarakat dikorong dan kampung sewaktu gantuang tungku/ paceklik, nan sentiang dapat
dibilai yang kurang dapat ditukuak/ tambah.
c.) Rangkiang Sitinjau Lawik
letaknya dihalaman bagian ujung/ sebelah kanan dan ukurannya lebih tinggi dari
Rangkiang lain, agar dapat terlihat dari kejauhan. Padinya berguna untuk membantu
dagang lalu/ musafir, jika lapar diberi makan, jika haus diberi minum, untuk penanti alek/
tamu datang.
d.) Rangkiang Kaciak
Letaknya diantara ketiga rangkiang di atas. Isinya merupakan padi abuan, yaitu padi
yang akan digunakan untuk benih dan biaya mengerjakan sawah pada musim yang akan
datang. tipenya lebih kecil. Atapnya tidak bergonjong. Adakala dibuat bundar. Jumlahnya
kadang-kadang lebih dari satu.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah
tradisional dan banyak di jumpai di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Rumah ini juga
disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau
ada juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang. Rumah Gadang yang ada di
Nagari Pandai Sikek dengan dua buah Rangkiang di depannya.
Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Sumatra Barat, Namun tidak semua
kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan
yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu
juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada
yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Rangkiang adalah lumbung padi yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau untuk
menyimpan padi hasil panen. Bangunan ini pada umumnya dapat ditemui di halaman
rumah gadang.Bentuknya mengikuti bentuk rumah gadang dengan atap bergonjong dan
lantai yang ditinggikan dari atas tanah. Secara etimologi Rangkiang berasal dari kata ruang
yang, yang berarti ruang dewi sri atau dewi pertanian. Masing-masing rangkiang memiliki
nama berdasarkan susunan letaknya yang berderet seperti : Rangkiang sibayau-bayau,si
tangka lapa,si tinjau lawik,dan Rangkiang kaciak.

B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Namun besar harapan penulis agar makalah ini dapat digunakan sebagai salah-satu tugas
perkuliahan, yaitu mata kuliah budaya minangkabau.
Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kata-kata yang kurang berkenanbagi
pembaca, ataupun kekurangan pada penjelasan terhadap permasalahan, penulisan, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.

8
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Zainuddin,Musyair. 2014.”Ranah Minang Dan Lingkungan Hidup”. Yogyakarta : Penerbit


Ombak (Anggota IKAPI)
Hamka.2006. “Islam Dan Adat Minangkabau”. Jalan Karate 13/47 : Pustaka Dini
Hasan,hasmurdi. 2004. “Ragam Rumah Adat Minangkabau”. Jakarta : Yayasan Citra
Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai