Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN


Kerajinan tangan gantungan kunci rumah Adat dengan berbahan dasar kain flanel

Oleh:
Kelompok 3
Allika Fara Rabbani
Andreansyach Nurul Hidayat
Azizah Valentina Dewanti
Dayan Restu Anasta
Desvita Tri Widyianingrum
Muhammad Shiddiq

KELAS XII IPA

SMA PLUS ASSALAAM BANDUNG


YAYASAN ASSALAAM BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah
" Kerajinan tangan gantungan kunci rumah Adat dengan berbahan dasar kain flanel".
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada guru
mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Bandung, 26 November 2023

2
Daftar isi
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
Isi...........................................................................................................................................................5
Allika Fara Rabani...............................................................................................................................5
Rumah adat Bali.............................................................................................................................5
Andreansyach Nurul Hidayat.............................................................................................................8
Rumah adat Mbaru Niang..............................................................................................................8
Azizah Valentina Dewanti.................................................................................................................10
Rumah Gadang............................................................................................................................10
Dayan Restu Anasta.........................................................................................................................15
Rumah adat Tambi.......................................................................................................................15
Desvita Tri Widyianingrum...............................................................................................................18
Rumah Tongkonan.......................................................................................................................18
Muhammad Shiddiq........................................................................................................................24
Rumah adat Bolon.......................................................................................................................24
Listiyani Rahmawati.........................................................................................................................28
Siwaluh Jabu................................................................................................................................28
BAB III..................................................................................................................................................32
PENUTUP.............................................................................................................................................32
1. Kesimpulan..................................................................................................................................32
2. Saran............................................................................................................................................32
DOKUMENTASI.....................................................................................................................................33

3
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Rumah adat adalah rumah khas dari masing-masing suku bangsa di Indonesia. Tentunya hal
ini memberikan perbedaan bentuk, penggunaan bahan, hingga fungsi di masing-masing
suku.
Mayoritas rumah adat di Indonesia berbentuk rumah panggung. Tujuannya untuk
menghindari banjir dan binatang buas pada masa dulu.
Sebab, pemukiman warga pada masa dulu belum tertata seperti kompleks perumahan seperti
masa kini, sehingga masih rawan dengan bencana dan binatang buas.
Selain itu, biasanya rumah ada berbentuk tertutup. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kehangatan alami ketika menghadapi cuaca dingin.Untuk penggunaan bahan, rumah adat
menggunakan bahan-bahan dari alam, seperti kayu, bambu, tanah liat, batu alam, rumbia,
hingga pelepah pohon. Sebab, semen dan batu bata belum ada pada masa dulu.
Dari berbagai gambaran ini dapat disimpulkan bahwa rumah adat di Indonesia tidak hanya
mengandung unsur adat dan budaya sesuai identitas masing-masing suku, namun juga
memiliki fungsi sesuai kondisi dan hasil alam Indonesia.
Sementara secara fungsi, rumah adat digunakan untuk tempat tinggal sampai berbagai acara
adat penting sesuai kepercayaan masing-masing suku.
Ciri Rumah Tradisional di Indonesia
Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan
memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak atau gaya
bangunan.
Penilaian kategori rumah tradisonal dapat juga dilihat dari kebiasaan-kebiasaan masyarakat
ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti untuk upacara adat.

Filosofi
Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang merupakan salah satu
unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang bersamaan dengan tumbuh kembangnya
kebudayaan dalam masyarakat.Ragam hias arsitektur pada rumah tradisional merupakan hal
yang tidak dapat dipisahkan.

Rumah tradisional merupakan komponen penting dari unsur fisik cerminan budaya dan
kecendrungan sifat budaya yang terbentuk dari tradisi dalam masyarakat.

4
BAB II

Isi

Allika Fara Rabani


1) Informasi produk
Rumah adat Bali
Rumah adat Bali dibangun sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali yaitu bagian dari
kitab agama Hindu yaitu Weda yang khusus mengatur mengenai tata letak ruang dan
bangunan. Aturan ini mirip dengan aturan Feng Shui yang digunakan oleh etnis
Tionghoa yang mana arah dan sudut merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembangunan suatu rumah.
Dengan demikian arah dibangunnya rumah adat Bali begitu diperhitungkan. Untuk
bangunan yang dianggap keramat atau suci seperti Pura harus dibangun menghadap
ke gunung dan disebut dengan istilah Kaja. Sementara untuk bangunan biasa di
bangun menghadap ke laut dan disebut dengan istilah Kelod. Rumahh adat Bali juga
menerapkan aspek keharmonisan berkehidupan atau yang disebut dengan Tri Hita
Karana. Tri Hita Karana merupakan salah satu filosofi agama Hindu yang mana
mengandung makna hubungan harmonis antara pawongan, palemahan, dan
parahyangan yang dibutuhkan guna mewujudkan kedinamisan dalam hidup.
Pawongan sendiri memiliki makna para penghuni rumah, sedangkan palemahan
memiliki makna harus adanya hubungan yang baik dan harmonis antara penghuni
rumah dengan alam atau lingkungan serta parahyangan yang bermakna hubungan
yang seimbang antara manusia dan Tuhan yang Maha Esa.

2) Pembuatan produk
A. Alat dan bahan
1) Gunting
2) lem uhu
3) pensil
4) penghapus
5) jarum
6) benang
7) kain flanel
8) dakron
9) kertas
B. Tahapan pembuatan
 Pembuatan kubus
1. Siapkan alat dan bahan terutama kain flanel dan lem uhu

5
2. Gambarlah kerangka persegi untuk membuat kerangka kubus pada kain flanel
dengan pensil. Pastikan desain yang pertama dibuat besar sebagai inti dari bangunan
tingkat pertama
3. Gambarlah desain kerangka kubus sebanyak mungkin, maksimal 6 kubus,
berurutan dari yang besar ke yang kecil.
4. Setelah semua desain selesai, potong garis yang sudah digambar (terkecuali garis
dalam desain tersebut)
5. Jaitlah desain kubus tersebut lalu sisakan sedikit ruang agar bisa dimasuki Dakron
6. Masukan Dakron kedalam kain flanel yang sudah terbentuk kubus dan sudah diberi
ruang
7. Jait bagian ruang tempat masuknya Dakron
 Pembuatan atap/genteng
1. Buatlah desain dengan menggambarkan persegi. Lalu bentuk persegi ditengah dan
dikelilingi dengan desain trapesium dalam persegi tersebut
2. Potong kain menjadi persegi dan potong sisi sisi trapesium pada desain tersebut.
Bagian desain persegi yang dikelilingi desain trapesium tidak boleh digunting.
3. Setelah itu pasang persegi yang sudah dipotong desain trapesium ke kubus yang
sudah dibuat. Jait bagian bagian yang dipotong agar terbentuk seperti genteng/atap.
Apabila persegi yang dibuat untuk kubus yang kecil, disarankan di lem bagian sisi sisi
yang di potong.
 Pembuatan rumah
1. Apabila kubus dan atap sudah dipasang dan tersusun atas 6 kubus dari yang
berukuran kecil sampai yang besar, susunlah bangun ruang tersebut dari yang besar
dibawah sampai ke yang kecil (dipaling atas), secara berurutan.
2. Buatlah desain persegi panjang pada kain flanel warna Oren, pastikan desain
tersebut sesuai dengan bangun kubus.
3. Apabila sudah dibuat desainnya, potong kain flanel lalu pasangkan pada kubus-
kubus pada bangun ruang yang sudah tersusun. Hal ini dilakukan sebagai hiasan bagi
rumah tersebut.
4. Buat desain persegi pada kain flanel hitam, pastikan persegi tersebut kecil karena
akan dipakai sebagai mini ornamen, lalu tempelkan pada bangun ruang yang sudah di
lapisi kain flanel oren.
5. Buat beberapa tonggak dari kain flanel coklat dan beberapa hiasan untuk jendela,
pintu dan patung/batu.
6. Untuk alasnya, potong kertas menjadi persegi yang besar, lalu lapisi dengan kain
flanel hitam, simpan dibawah bangunan yang sudah dibuat.
7. Bangunan rumah adat Bali pun selesai.

3) Anilisis harga
MODAL
1. Kain flanel =20.000
2. Lem uhu=9000
3. Gunting=4000
4.Pensil=3000
6
5.Jarum+benang= 5000
Total=41000
Harga jual=52000
Keuntungan= Rp. 11.000.00

4) Analisis swot
1. Strength
-Memiliki bangunan bersusun yang unik ditambah dengan estetika ornamen pada produk
yang unik
-Terdapat ornamen kecil yang menunjukan uniknya ornamen budaya Nusantara
-Produk ini bisa digunakan sebagai hiasan rumah maupun gantungan kunci

2. Weaknesses
-Barangnya terhitung sebagai ornamen kecil, kemungkinan hilang barangnya sangat
besar

3. Opportunity
-Barang ini berpeluang besar apabila dijual di tempat-tempat pembelian cendramata
seperti tempat oleh-oleh dan toko ornamen barang hias

4. Threat
-Banyaknya pengrajin yang membuat produk yang mungkin lebih dari produk ini dan
persaingan dagang yang besar

7
Andreansyach Nurul Hidayat

1) Informasi Produk
Rumah adat Mbaru Niang
Mbaru Niang adalah rumah adat dari wilayah Pulau Flores, Indonesia. Rumah adat
Mbaru Niang berbentuk kerucut dan memiliki lima lantai dengan tinggi sekitar 15 meter.
Rumah adat Mbaru Niang dinilai sangat langka karena hanya terdapat di kampung adat
Wae Rebo yang terpencil di atas pegunungan.
Mbaru Niang berbentuk kerucut dengan atap yang hampir menyentuh tanah. Atap yang
digunakan rumah adat Mbaru Niang ini menggunakan daun lontar. Mirip rumah adat
"honai" di Papua, Mbaru Niang adalah rumah dengan struktur cukup tinggi, berbentuk
kerucut yang keseluruhannya ditutup ijuk. Mbaru Niang memiliki 5 tingkat dan terbuat
dari kayu worok dan bambu serta dibangun tanpa paku. Tali rotan yang kuatlah yang
mengikat konstruksi bangunan. Setiap Mbaru Niang dihuni enam sampai delapan
keluarga.
Setiap lantai rumah Mbaru Niang memiliki ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda
yaitu:
•tingkat pertama disebut lutur digunakan sebagai tempat tinggal dan berkumpul dengan
keluarga.
•tingkat kedua berupa loteng atau disebut lobo berfungsi untuk menyimpan bahan
makanan dan barang-barang sehari-hari.
•tingkat ketiga disebut lentar untuk menyimpan benih-benih tanaman pangan, seperti
benih jagung, padi, dan kacang-kacangan
tingkat keempat disebut lempa rae disediakan untuk stok pangan apabila terjadi
kekeringan
tingkat kelima disebut hekang kode untuk tempat sesajian persembahan kepada leluhur.

2) Pembuatan Produk
A. Alat dan bahan
1. Kain flanel
2. Jarum
3. Benang
4. Gantungan kunci
5. Lem
6. Gunting
7. Pulpen/spidol
8. Dakron

8
B. Tahapan pembuatan
1. Buatlah sketsa rumah adat pada kain flanel;
2. Potonglah kain flanel sesuai pola yg sudah di bentuk;
3. Lalu jahit lah pola-pola yg tadi;
4. Sebelum pola dijahit seluruhnya, masukan dakron sesuai kebutuhan;
5. Setelah rumah adat jadi, tempelkan detail-detail kecil seperti pintu dengan
menggunakan lem;
6. Lalu kaitkan rumah adatnya pada gantungan kunci;
7. Gantungan kunci rumah adat Mbaru Niang pun selesai.

3) Analisis harga
Modal
• Kain flanel 2 pcs : Rp15.000
• Lem : Rp5.000
• Jarum dan benang : Rp10.000
• Dakron : Rp5.000
Total : Rp35.000
Harga jual : Rp65.000
Keuntungan : Rp30.000

4) Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)
- Ukurannya yang relatif besar,
- Bentuknya yang lucu dan gemas,
- Detailnya yang mirip dengan aslinya.

2. Weakness (Kelemahan)
- Harganya yang relatif mahal,
- Waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya lumayan lama,
- Rawan untuk sobek karena terbuat dari kain flanel.

3. Opportunity (Peluang)
- Cukup besar, karena dengan desain rumah adat seperti ini bisa membantu
melestarikan budaya,
- Orang-orang yang cinta akan budayanya akan tertarik kepada produk ini.

4. Treat (Ancaman)
- Banyaknya gantungan kunci berbentuk karakter kartun atau film yang lebih
banyak disukai orang-orang.

9
Azizah Valentina Dewanti
1) Informasi produk
Rumah Gadang
Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang merupakan rumah
tradisional dan banyak jumpai di Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut
dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan nama Rumah Bagonjong atau ada
juga yang menyebut dengan nama Rumah Baanjuang.
Fungsi rumah gadang dalam adat yakni sebagai rumah utama sekelompok masyarakat
Minangkabau.
Di samping itu, rumah gadang digunakan menjadi tempat untuk melangsungkan acara-
acara adat atau kegiatan-kegiatan adat, seperti Turun Mandi, Khitan, Perkawinan,
Batagak Gala (Pengangkatan Datuak), dan Kematian.Dalam keseharian, rumah gadang
dihuni oleh keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak perempuan dengan
aktivitas sehari-hari. Fungsi tersebut lebih dominan berlangsung sebagaimana lazimnya
rumah tinggal bagi masyarakat umum.
Keunikan Rumah Adat Suku Minang
Bentuk Rumah Gadang memang unik, bahkan menjadi inspirasi bangunan The House of
the Five Sense, yaitu pintu gerbang utama Taman Hiburan Efteling di Belanda.
Berikut fakta-fakta unik Rumah Gadang yang dirangkum berbagai sumber.
1. Memiliki atap seperti tanduk kerbau yang bermakna kemenangan. Konon, masyarakat
Minangkabau terdahulu pernah menang lomba adu kerbau di Pulau Jawa.
2. Bentuk atap Rumah Gadang melengkung dan bangunannya seperti perahu agak
tinggi. Ini berfungsi supaya terhindar dari ancaman hewan-hewan liar yang biasa masuk
ke rumah.
3. Bangunan Rumah Gadang dirancang anti-gempa serta tahan guncangan. Sebab
kawasan Minangkabau ini di dataran tinggi yang rawan gempa.
4. Keunikan lainnya yaitu tidak memakai paku, melainkan hanya mengandalkan pasak
kayu. Karena paku hanya akan merusak dinding Rumah Gadang.

10
5. Jendela rumah adat suku Minang ini sengaja dibuat miring dan tidak lurus, supaya
memudahkan sinar matahari masuk ke rumah dan pertukaran udara pun maksimal.

Rumah ini mempunyai ciri-ciri yang sangat khas dan indah, yaitu bentuk atap
melengkung seperti tanduk kerbau dan bagian tengah mirip badan kapal. Bentuk atap
yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong. Karena atapnya membentuk
tersebut maka rumah gadang juga disebut rumah bagonjong. Hal menarik lainnya,
pembangunan rumah ini aslinya tidak menggunakan paku untuk merekatkan dan
menyambungkan dua bahagian kayu. Bahan yang digunakan yaitu pasak. Jadi saat terjadi
gempa, rumah ini berayun mengikuti ritme guncangan sehingga tidak akan roboh. Asal
usul bentuk atap rumah gadang mirip tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita
rakyat ‘Tambo Alam Minangkabau’. Kisah ini bercerita tentang kemenangan orang
Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Asal-usul rumah gadang juga
seringkali dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang urang Minang. Konon
ceritanya, bentuk badan rumah gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal
meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa lampau. Perahu nenek moyang ini
dikenal dengan sebutan lancang.

Mengenai filosofi Rumah Gadang itu berasal dari suku bangsa yang menganut falsafah
alam. Garis dan bentuk rumah gadang tampak serasi dengan bentuk alam Bukit Barisan
yang bagian puncaknya bergaris lengkung yang meninggi pada bagian tengahnya serta
garis lerengnya melengkung dan mengembang ke bawah dengan bentuk bersegi tiga
pula. Garis alam Bukit Barisan dan garis rumah gadang merupakan garis-garis yang
berlawanan, tetapi merupakan komposisi yang harmonis jika dilihat secara estetika. Jika
dilihat dan segi fungsinya, garis-garis rumah gadang menunjukkan penyesuaian dengan
alam tropis. Atapnya yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk
yang berlapis-lapis itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan
meluncur cepat pada atapnya.

2) Pembuatan Produk
A. Alat dan bahan
1. Kain flanel
2. Benang

11
3. Jarum
4. Gantungan kunci
5. Pulpen
6. Penggaris
7. Gunting
8. Lem uhu
9. Dakron

B. Tahapan pembuatan
 Balok (badan rumah)
1. Pertama, siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
2. Setelah itu, buatlah kerangka balok di kain flanel yang berwarna merah dengan
menggunakan pulpen dan penggaris dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 5 cm dan
untuk 4 sisi, dan ukuran panjang 3 cm serta lebar 5 cm untuk 2 sisi.
3. Lalu, gunting sesuai pola yang akan menjadi 6 sisi.
4. Setelah itu, jahit ke-6 sisi tersebut menggunakan benang dan jarum berwarna merah
namun sisakan 1 sisi dan jangan dijahit.
5. Kemudian, isi bagian dalam balok dengan dakron melalui 1 sisi yang tidak dijahit
tersebut.
6. Lalu, jahitlah sisi tersebut hingga membentuk balok sempurna.
1. Atap rumah
1. Pertama, buatlah pola pada kain flanel coklat menyerupai atap rumah gadang
menggunakan pulpen yang akan menjadi sepasang lebih besar dan satunya lebih
kecil dengan ukuran mengikuti badan rumahnya.
2. Setelah itu, jahit bagian ujung atap sesuai dengan pasangannya.
3. Kemudian tempelkan sisi bawah atap ke bagian atas sisi balok(badan rumah)
menggunakan lem uhu kuning.
4. Lalu, isilah celah-celah atap menggunakan dakron agar atap terlihat kokoh dan
tegap.
2. Kaki rumah, tiang penopang dan jendela
1. Pertama, buatlah pola tiang yaitu seperti persegi panjang namun sangat
ramping(tinggi tidak lebar) menggunakan flanel warna hitam.
2. Setelah itu, gunting pola tersebut.
3. Lalu tempelkan pada sisi balok depan menggunakan lem uhu.

12
4. Kemudian buatlah pola seperti gelombang di flanel hitam.
5. Setelah itu gunting dan jahit bagian yang tidak bergelombang pada bagian bawah
rusuk balok.
6. Lalu, buatlah pola persegi pada flanel warna krem untuk jendela.
7. Kemudian, gunting sesuai pola dan rekatkan pada bagian depan balok dan samping
kanan kirinya.
3. Pintu
1. Pertama, buatlah pola pintu(peesegi panjang) pada kain flanel warna coklat dan pola
segitiga pada kain flanel warna krem.
2. Kemudian, gunting dan rekatkan pada bagian tengah balok dengan posisi pola
segitiga diatas pola persegi panjang menggunakan lem uhu.
4. Pemasangan gantungan kunci/finishing
1. Pertama, tusuk bagian ujung atap menggunakan jarum, goyangkan jarum tersebut
hingga bolong.
2. Kemudian, masukan bagian ujung gantungan ke kain flanel yang telah di bolongin.
3. Gantungan kunci Rumah Adat pun telah siap dipakai dan dijual.

3) Analisis harga
Modal
1. Kain flanel merah, krem, coklat Rp. 15.000
2. Benang merah Rp. 1.000
3. Jarum Rp. 1.000
4. Gantungan kunci Rp.2.500
5. Pulpen Rp. 2.000
6. Penggaris Rp. 2000
7. Gunting Rp. 6.000
8. Lem uhu Rp. 5.000
9. Dakron Rp. 1.000
Jumlah : Rp.35.500
Harga jual : Rp.42.000
Keuntungan : Rp.7.500

4) Analisis SWOT

1. Strengths (kekuatan)

13
Kekuatan atau kelebihan dari gantungan kunci ini adalah modelnya yang unik, perpaduan
warna yang elegan, tidak mudah lepas karena dijahit dengan benang serta bahan-bahan
bakunya mudah didapat serta detail bentuk setiap bagian menambah keindahan produk
dan menjadikannya lebih realistis, dan juga ukurannya yang pas untuk dijadikan
gantungan kunci.

2. Weakneses (kelemahan)

Kelemahan gantungan kunci ini adalah pembuatannya cukup lama dan tidak anti air
karna bahannya dari kain flanel serta bahan flanel yang jika terkena noda akan sulit
untuk menghilangkannya terutama untuk warna terang.

3. Opportunity (Peluang)

Peluangnya sangat besar karena modelnya yang unik dan jarang ada di pasaran.

4. Threats (Ancaman)

Waktu pembuatannya yang lama dan sangat menghabiskan waktu, sehingga tidak dapat
membuat banyak produk dengan waktu yang cepat, serta bahannya yang tidak anti air
dan juga banyaknya saingan dalam penjualan produk.

14
Dayan Restu Anasta
1) Informasi produk
Rumah adat Tambi
Rumah Tambi adalah rumah adat atau rumah tradisional dari Tampo Lore, Kabupaten Poso,
provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Rumah adat ini berbentuk panggung yang atapnya
sekaligus berguna sebagai dinding. Rumah Tambi merupakan rumah bagi suku Pekurehua
(Napu), Bada dan Behoa di Lemba Lore yang umumnya merupakan rumah penduduk
setempat serta beberapa wilayah di Sulawesi Tengah menjadikan rumah ini sebagai rumah
bagi kepala adat. Yang membedakannya adalah jumlah anak tangga untuk menaiki rumah, di
mana rumah Tambi yang digunakan sebagai rumah kepala adat jumlah anak tangganya ganjil,
sedangkan untuk penduduk biasa anak tangganya berjumlah genap. Alas rumahnya terdiri
dari balok-balok yang disusun, sedangkan pondasinya terdiri dari batu alam. Tangga untuk
naik tersebut terbuat dari daun rumbia atau daun bambu yang dibelah dua.

Ruang di dalam Tambi berbentuk segi empat tanpa sekat disebut dengan lobona. Sekeliling
lobona di sepanjang dinding terdapat asari yang bisa digunakan untuk tidur atau
penyimpanan. Pada bagian tengahnya, terdapat dapur atau rapu berukuran 1x1,5 meter yang
dilengkapi dengan tungku untuk memasak sekaligus penerangan. Di sekeliling Tambi dibuat
para-para berbentuk balai-balai memanjang. Para-para digunakan untuk menyimpan barang
berharga atau benda pusaka.

2) Pembuatan produk
A. Alat dan Bahan
- Gunting
- Lem
- Kain flanel
- Dakron
- Pulpen

15
B.Tahapan pembuatan
• Atap
1. Buatlah pola berbentuk persegi panjang pada kain flanel dengan rasio panjang dan lebar
sekitar 1:1,5.
2. Gunting kain flanel sesuai pola.
3. Lipat kain yang telah di gunting menjadi 2 bagian.
• Dinding depan dan belakang
1. Buatlah pola berbentuk segitiga pada kain flanel.
2. Ukuran segitiga harus sama dengan ukuran dari atap yang telah di lipat.
3. Tempelkan segitiga tersebut pada bagian dalam atap agar membentuk bangun prisma
segitiga.
4. Jangan lupa membuat pintu dan tangga pada dinding.
• Lantai
1. Gunting kain flanel membentuk persegi panjang, sesuaikan ukuran dengan atap rumah.
2. Lem lantai dengan atap.
3. Beri sedikit ruang untuk memasukkan dakron sebelum menutupi seluruh bagian lantai.

• Penyangga Kayu
1. Gunting kain flanel membentuk persegi panjang.
2. Gulung kain flanel tersebut, usahan menggulung dengan rapat.
3. Lem ujung kain yang telah digulung agar tidak terbuka kembali.
4. Tempelkan bagian ini pada bagian lantai rumah.
5. Rumah adat Sulawasi Tengah telah berhasil dibuat.

3) Analisis harga
Modal
1. Kain flanel = 6.000 (2 Rumah)
2. Lem = 9.000 (3 Rumah)
3. Dakron = 1.000

Harga jual = Rp10.000


Keuntungan = Rp4.000

16
4) Analisis SWOT
1. S (Strength)
- Bentuknya kecil sehingga tidak terlalu memakan tempat.
- Merepresentasikan rumah adat sehingga dapat memperkenalkan budaya di Indonesia.
- Harga yang murah dengan kualitas bagus.
2. W (Weakness)
- Budaya yang kurang dikenal oleh masyarakat, sehingga memungkinkan kurangnya
ketertarikan pada produk ini.

3. O (Opportunity)
- Memiliki peluang yang besar untuk dijual di toko souvenir, terutama souvenir di daerah
Sulawesi Tengah.
4. T (Threat)
- Produk akan kalah saing jika dibandingkan dengan produk sejenis yang harganya lebih
mahal.
- Belum banyak masyarakat yang memiliki rasa cinta pada budaya.

17
Desvita Tri Widyianingrum
1) Informasi produk
Rumah Tongkonan
Rumah Adat Tongkonan sebagai Rumah Adat yang berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan
dengan filosofi Aluk Todolo. Rumah Tongkonan juga menjadi simbol martabat keluarga dari
masyarakat Toraja sehingga pembangunannya tidak sembarangan. Dengan bentuk desain,
hingga posisi rumah dan tiang-tiangnya rumah adat ini memiliki nilai serta arti yang berbeda-
beda.

Pertama, posisi rumah menghadap ke utara yang mengartikan di mana lokasi dari Puang
Matua Yang Mahakuasa, yaitu di arah utara. Kini rumah adat sudah tak banyak digunakan
sebagai hunian karena telah membangun rumah biasa. Rumah adat ini kemudian dialih
fungsikan menjadi pusat budaya masyarakat Toraja.

Rumah adat ini juga difungsikan sebagai pusat berbagai kegiatan sosial hingga tempat
upacara religi bagi keluarga yang memiliki rumah tersebut. Selain itu rumah adat tradisional,
rumah ini juga dapat digunakan sebagai menyimpan padi.

Menurut buku karya Kasdar berjudul Arsitektur Benteng dan Rumah Adat di Sulawesi
(2018), pembuatan Rumah Adat Tongkonan bermula dari perkenalan tempat tinggal yang
beratap daun dan berdindingkan tebing, serta tiangnya yang berbentuk segitiga. Rumah Adat
Tongkonan juga sebagai peralihan ke masa pengenalan empat tiang.

Berikutnya, pada masa penyempurnaannya masyarakat juga mengenal ornamen berupa


simbol penanda status sosial seseorang pada pemilik rumah. Kian banyak tanduk kerbau yang
dipasang pada bagian atas rumah adat tongkonan maka kian tinggi juga di strata sosial yang
ia miliki penghuni rumah tersebut.

Jenis Rumah Adat Tongkonan

18
Banua Sang Borong

Bangunan ini juga disebut Barung-barung. Banua sang sorong atau atau Sang Lanta
merupakan bagian rumah yang hanya terdiri dari satu ruangan saja karena tidak memiliki
penyekat antara ruangan. Ruangan ini juga kerap difungsikan untuk melakukan berbagai
kegiatan yang melibatkan banyak orang. Banua Sang Borong memiliki bentuk ruang tanpa
sekat sehingga hanya berbentuk satu ruangan saja, sehingga semua kegiatan dilakukan dalam
satu ruangan tersebut. Bangunan ini kerap dibangun bagi utusan dari seorang penguasa adat.

Keunikan Rumah Adat Tongkonan

Kini rumah adat Tongkonan tak lagi difungsikan sebagai rumah tinggal saja karena hampir
setiap penduduk yang menghuni rumah ini juga membangun rumah tinggalnya sendiri. Pada
mulanya rumah adat Tongkonan kerap digunakan sebagai salah satu pusat budaya bagi para
masyarakat Toraja.

Rumah adat tongkonan ini juga kerap digunakan sebagai tempat upacara religi bagi keluarga
yang menghuninya. Rumah Tongkonan juga digunakan sebagai rumah tradisional atau
banuan bahkan menjadi sebuah lumbung padi.

Sesuai nilai filosofisnya, rumah adat Tongkonan seluruh aspek kehidupan yang ada dengan
ukuran yang luas. Oleh karenanya masyarakat Toraja juga sangat mensakralkan rumah
Tongkonan hingga kini. Tiap ruang pada Rumah Adat Tongkonan memiliki fungsi yang
berbeda-beda, berikut penjelasannya.

Ciri Khas Rumah Adat Tongkonan

Bagian Rumah adat Tongkonan pada area atapnya memiliki bentuk yang paling mencolok,
sebab berbentuk seperti perahu. Atap Rumah Adat Tongkonan ini juga kemudian juga
digunakan sebagai simbol pengingat bahwa leluhurnya menggunakan perahu untuk sampai ke
Pulau Sulawesi. Berikut ini beberapa ciri khas Rumah Adat Tongkonan yang perlu kamu
ketahui:

Bangunan Berbentuk Pohon Pipit

Pada Tahap awal dari perkembangan Rumah Adat Tongkonan adalah rumah dengan bentuk
pohon pipit. Keunikan Rumah Adat Tongkonan ini ada pada bangunan dari rumah adat yang
berada di atas pohon dan terbuat dari susunan ranting pohon pada sebuah dahan besar. Atap
pada rumah ini terbuat dari rumput yang disusun seperti sarang burung pipit.

19
Atap Berbentuk Perahu

Atap pada Rumah Adat Tongkonan berbentuk seperti perahu dan kedua ujungnya berbentuk
seperti busur. Menurut legenda Toraja, mereka datang dari utara melalui laut dan
terperangkap dalam badai yang dahsyat.

Lalu, perahu rusak parah sehingga tidak bisa berlaut. Sehingga mereka kemudian
menggunakan perahu sebagai bentuk atap Rumah Adat Tongkonan mereka dengan arah yang
selalu menghadap ke utara.

Patung Kepala Kerbau

Salah satu bagian yang menonjolkan keunikan pada Rumah Adat Tongkonan adalah terdapat
pada patung kepala kerbau yang terpasang pada bagian atas rumah. Kepala kerbau ini juga
dipasang dan memiliki tiga jenis yaitu kerbau hitam, kerbau putih, dan kerbau belang.

Selain itu patung kepala kerbau, pada Rumah Adat Tongkonan juga terdapat beberapa patung
tambahan. Biasanya pemilik Rumah Adat Tongkonan menggunakan patung naga atau patung
kepala ayam. Arti dari pada patung tersebut adalah sebagai tanda bahwasannya pemilik
Rumah Adat Tongkonan tersebut adalah orang yang dituakan.

Ornamen Unik

Rumah Adat Tongkonan memiliki berbagai macam ornamen yang unik. Warna yang
mendominasi ornamen-ornamen adalah warna hitam dan merah. Pada bagian dinding dan
atap pelananya, terdapat desain spiral, geometris, dan motif kepala kerbau serta ayam jantan
yang diwarnai warna putih, merah, kuning dan hitam.

Warna-warna ini mewakili berbagai festival Aluk To Dolo (Jalan Leluhur), yakni agama asli
Toraja. Warna-warna tersebut juga memiliki makna berbeda dimana warna Hitam
melambangkan kegelapan dan kematian, warna Kuning bermakna berkat dan kuasa Tuhan,
warna Putih sebagai warna ulang yang memiliki arti kemurnian dan warna Merah atau warna
daging yang melambangkan warna darah dan kehidupan manusia.

Empat Warna Dasar

Ciri khas lain dari Rumah Adat Tongkonan adalah empat warna dasar yang setiap warnanya
memiliki makna-makna tersendiri. Warna-warna dasar ini diantaranya warna merah seperti
darah yang melambangkan kehidupan manusia.

20
Kemudian warna kuning yang berarti anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Warna dasar
lainnya adalah adalah warna hitam yang berarti kematian dan warna putih yang
melambangkan warna tulang yang berarti suci atau bersih.

Tanduk Kerbau Depan Rumah

Pada bagian depan Rumah Adat Tongkonan, di bawah atap yang menjulang tinggi, orang
Toraja memasang tanduk kerbau. Jumlah tanduk kerbau sendiri melambangkan banyaknya
pemakaman yang telah keluarga pemilik tongkonan lakukan. Tanduk kerbau ini juga
melambangkan seberapa tinggi derajat keluarga itu. Kian banyak tanduk kerbau, maka status
sosialnya pun semakin tinggi.

Konstruksi Tanpa Paku

Struktur Rumah Adat Tongkonan terbuat di atas tiang kayu. Atap Rumah Adat Tongkonan ini
terbuat dari bambu berlapis, dan konstruksi kayu rumahnya sengaja dirakit tanpa
menggunakan paku. Bahan-bahan ini juga bergabung dengan daun kelapa, rotan, dan
berbagai jenis kayu seperti kayu ulin, dan kayu jati. Rumah Adat Tongkonan juga memakai
konstruksi yang serupa di seluruh wilayah.

2) Pembuatan produk
A. Alat dan Bahan
1. Gunting
2. Pulpen/spidol
3. Penggaris
4. Penghapus
5. Lem UHU
6. Jarum
7. Benang
8. Kain flanel
9. Dakron
10. Rantai kecil atau gantungan kunci polos

B. Tahapan pembuatan
 PEMBUATAN BALOK
1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan seperti pulpen, penggaris, kain flanel, lem dan
gunting.

21
2. Gambar pola sketsa pada kain flanel menggunakan pulpen supaya terlihat jelas ketika
akan di gunting. Tentukan panjang, lebar dan tingginya juga
3. Setelah terbentuk pola jaring-jaringnya, gunting mengikuti ruas garis yang nampak.
4. Lakukan lipatan pada tiap jaring berdasarkan ruas garis hingga membentuk balok.
5. Hubungkan masing-masing tekukannya, dengan menjait memakai jarum dan benang,
sisakan sedikit ruang agar bisa dimasuki dakron
6. Lalu masukan dakron ke dalam kain flanel yang sudah berbentuk balok
7. Kemudian jait bagian ruang tempat masuknya dakron.
 PEMBUATAN ATAP RUMAH TONGKONAN
1. Buatlah bentuk pola trapesium di kain flanel menggunakan pulpen menjadi satu
pasang
2. Lalu balik menjadi bentuk seperti perahu dan tempelkan menggunakan lem
3. Kemudian buat pola segitiga untuk menutupi kanan dan kiri atap rumah, tempelkan
juga menggunakan lem
4. Beri sedikit celah untuk memasukan dakron
5. Setelah dakron dimasukan, rekatkan celah menggunakan lem.
 PEMBUATAN JENDELA RUMAH DAN TANGGA
1. Pertama, buatlah pola persegi panjang dari kain flanel untuk tiang rumah, lalu gulung-
gulung menggunakan lem dan tempelkan pada setiap ujung badan rumah.
2. Setelah itu, buat 4 buah jendela dan tempelkan menggunakan lem pada badan rumah
3. Kemudian buat pintu dan tangga.
4. Terakhir, beri lubang pada ujung atap rumah untuk memasukan bagian ujung
gantungan ke kain flanel yang telah diberi lubang
5. Gantungan kunci rumah adat sudah siap di jual.

3) Analisis harga

MODAL
Gunting =Rp.4000
Pulpen/spidol =Rp.3000
Penggaris =Rp.1000
Penghapus =Rp.1000
Lem UHU =Rp.7000
Jarum + Benang =Rp.4000

22
Kain flanel =Rp.15000
Dakron =Rp.3000
Rantai kecil atau gantungan kunci polos =Rp.5000
Total= Rp.43.000
Harga jual = Rp.48.000
Keuntungan = Rp.5.000

4) Analisis SWOT
1. Strength
- Salah satu bagian dari gantungan rumah adat Tongkonan yang paling khas dan bisa menjadi
salah satu ciri khas yang paling jelas adalah bentuk atapnya yang menyerupai perahu.
- Gantungan kunci rumah adat juga bisa digunakan buat promosi bisnis atau event. Mereka
bisa dicetak dengan logo atau pesan perusahaan, terus bisa dibagikan sebagai hadiah atau
kenang-kenangan buat pelanggan atau peserta event.
- Dengan nempelin kunci ke gantungan, jadi mudah sekali bedain kunci-kunci yang berbeda.
Harga juga merakyat
2. Weaknesses
- Kalau terlalu banyak gantungan kunci atau barang yang gede digantungin, bisa bikin kunci-
kunci jadi berat dan tidak rapi.
- Banyaknya pesaing yang meniru motif gantungan kunci yang dibuat
3. Opportunities
- Bahan yang di gunakan mudah di dapat
- Dengan membuat gantungan kunci rumah adat ini mendatangkan keuntungan yang cukup
besar
- Bisa mengembangkan berbagai macam kreatifitas
- Memberikan lapangan kerja bagi orang lain
4. Threath
- Perkembangan jenis gantungan kunci yang lebih unik sehingga konsumen mudah untuk
beralih kejenis gantungan kunci yang lain
- Banyaknya pesaing yang meniru jenis produk yang kita jual
- Harga bahan baku yang meningkat.

23
Muhammad Shiddiq
1) Informasi produk

Rumah adat Bolon


Rumah adat Bolon atau rumah gargo. Merupakan rumah panggung yang berasal dari
Aceh, Sumatera Utara. Rumah ini berbentuk persegi panjang yang dapat diisi oleh 5
sampai 6 keluarga. Rumah ini juga merupakan simbol identitas bagi Suku Batak sebagai
salah satu suku terbesar di Indonesia.

SEJARAH

Bolon artinya Rumoh Aceh, rumah adat masyarakat Aceh Besar. Rumah Bolon bermakna
rumah besar, karena ukurannya cukup besar. Perancang rumah ini adalah arsitektur kuno
Simalungun.

Pada zaman dahulu, rumah Bolon merupakan tempat tinggal para raja Sumatera Utara.
Setidaknya ada 13 kerajaan yang silih berganti mendiami rumah adat Bolon.

Raja-raja yang pernah tinggal dirumah tersebut adalah Tuan Ranjiman, Tuang Nagaraja,
Tuan Batiran, Tuan Bakkaraja,Tuan Baringin. Tuan Rajaulan, Tuan Bonabatu, Tuan
Atian, Tuan Raondop, Tuan Hormabulan, Tuan Rahalim, Tuan Karel Tanjung, Tuan
Mogang.

RUANGAN

Tinggi rumah ini 1,75 meter di atas permukaan tanah. Pada bagian bawah biasa
digunakan untuk kandang hewan. Daun pintu yang digunakan ada dua, yaitu vertikal dan
horizontal. Namun yang sekarang digunakan adalah horizontal.

Rumah ini tidak memiliki kamar-kamar. Ada pembagian area yang diatur oleh adat yang
kuat. Jika satu keluarga besar membutuhkan tempat antara dua ruangan, maka ruangan
tersebut bertambah dua lagi yang bernama jabu tonga ni ronga jabu hue.Setiap rumah
tangga punya dapur sendiri yang letaknya dibelakang rumah berupa bangunan
tambahan.Ada area netral diantara dua deretan ruangan di seluruh rumah berfungsi

24
sebagai tempat musyawarah.Bangunan lainnya disebut sebagai rumah sopo. Awalnya
digunakan untuk gudang penyimpanan namun sekarang digunakan untuk bermusyawarah
atau bermain musik. Rumah sopo divariasikan menjadi 2 lantai. Rumah yang banyak
dekorasinya disebut rumah Gorgo. Dekorasi tersebut merupakan simbol.

Rumah tradisional Batak Toba dibedakan menjadi dua, yaitu ruma sebagai tempat tinggal
dan sopo sebagai tempat penyimpanan.Bahan rumah Bolon berasal dari papan untuk
dinding dan lantai. Sedangkan atap yang berbentuk melengkung terbuat dari serat.

2) Pembuatan produk

A. Alat dan Bahan

1. Kain Flanel
2. Dakron
3. Lem tembak dan isinya
4. Pensil dan penghapus
5. Gunting
6. penggaris
7. Benang
8. Jarum
9. Lem UHU
B. Tahapan pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan lalu buatlah sketsa dari rumah adat tersebut di kertas dan
diukur sesuai dengan kebutuhan.
2. Sesuaikan ukuran di kertas ke flanel. Lalu gunting mengikuti sketsa tersebut.
3. Siapkan benang dan jarum yang sudah terikat. Lalu jahit bagian sisi-sisi dari sketsa
rumah adat tersebut sampai membentuk 3 dimensi. Sebelum dijahit sampai full
masukkan dakron kedalamnya lalu jahit sisanya.
4. Buat pola untuk atap dari rumah adat tersebut (dua segitiga dan 1 persegi panjang).
Lalu tempelkan bagian segitiga dibagian dalam kain flanel berbentuk persegi panjang
dengan lem tembak atau lem UHU.
5. Jahit bagian bawah dari atapnya dengan bagian atas dari bangunan utama. Lalu isi
dakron sebelum semua terjahit.
6. Gunting kain flanel membentuk persegi panjang sebanyak 5 buah. Lalu gulung
memanjang dan beri lem.

25
7. Tempelkan dibagian bawah rumah adat tersebut.
8. Gunting kain flanel membentuk persegi panjang dengan ukuran 3cm x 0,5cm dan
buat 2. Lalu gunting lagi kain flanel dengan ukuran setengahnya dari ukuran tadi.
Buat 6 buah.
9. Tempelkan dari tiap-tiap potongan tersebut membentuk tangga. Lalu tempelkan
dibagian depan.
10. Buat pintu dan dekorasi lainnya. Lalu tempelkan
11. Buat lubang di atas atap atau diatas pintu untuk memasang gantungan kunci.
12. Gantungan kunci rumah adat Bolon sudah jadi.
3) Analisis harga
Modal
1.kain flanel 3 pcs = 20.000
2.lem uhu 1 pcs = 5.000
3.gunting 1 pcs = 3.000
4.pensil 1 pcs dan penghapus 1 pcs = 3.000
5.jarum+benang = 3.000
Total = 34.000
Harga jual =40.000
Keuntungan = 6.000

4) Analisis SWOT

1. S (Strength)

1. Ukurannya yang cukup besar sehingga mudah ditemukan ketika jatuh.


2. Simple dan praktis
3. Bisa dijadikan hiasan meja juga.

2. W (Weakness)

1. Tidak terlalu meriah dekorasinya


2. Tidak terlalu detail
3. Warnanya terlalu monoton.

3. O (Opportunity)

1. Menengah kebawah. Karena weakness sangat terlihat sehingga menurunkan semangat

26
penjual dan pembeli.

4. T (Threat)

1. Persaingan dengan gantungan kunci yang simple dan lebih menarik


2. Kurangnya minat pembeli
3. Target pasar yang tidak tepat.

27
Listiyani Rahmawati
1) Informasi produk

Siwaluh Jabu
Secara harfiah, penamaan Siwaluh Jabu berasal dari bahasa Karo. Waluh bermakna delapan
dan jabu berarti rumah. Maka dapat diartikan Siwaluh Jabu adalah rumah yang mempunyai
delapan ruangan.

Siwaluh Jabu dibangun dengan material kayu, bambu, dan ijuk. Pada bagian tiang, kerangka,
lantai, dan dinding, Siwaluh Jabu menggunakan material kayu. Untuk kerangka atap dan teras
dibangun dengan bahan bambu. Dan bagian atap Siwaluh Jabu terbuat dari ijuk yang tahan
dari terik dan hujan.

Bentuk Siwaluh Jabu juga mengambil desain rumah panggung. Selain itu, hal yang menarik
dari Siwaluh Jabu adalah pembuatannya yang tidak menggunakan paku satu pun.
Siwaluh Jabu mempunyai empat bagian. Bagian pertama yang terdapat di Siwaluh Jabu
adalah kolong. Bagian kolong pada Siwaluh Jabu dulunya dipergunakan untuk memelihara
berbagai hewan ternak.
Inti rumah merupakan bagian kedua dari Siwaluh Jabu. Di bagian ini digunakan untuk
berbagai kegiatan masyarakat Karo. Terdapat delapan ruang dalam bagian inti rumah yang
posisinya saling berhadapan di kedua sisi Siwaluh Jabu.Ruangan-ruangan ini dipisahkan
dengan sekat dan ditutup kain. Terdapat satu dapur di bagian depan setiap dua ruangan.
Ruangan tersebut bisa digunakan secara kolektif dua keluarga.Terdapat pintu kecil sebelum
memasuki Si Waluh Jabu yang dibuat untuk menghormati pemilik rumah. Pintu kecil itu
berguna agar setiap tamu yang masuk akan menunduk.

Bagian ketiga dari Siwaluh Jabu merupakan bagian atas. Pada bagian ini, berguna untuk
menyimpan cadangan kayu bakar yang dipakai untuk memasak. Dan bagian terakhir adalah
bagian luar atau ture (teras) yang terletak di depan maupun di belakang. Bagian ture biasanya
digunakan para perempuan Karo untuk menikmati waktu senggang dengan menganyam tikar.

2) Pembuatan Produk

A. Alat dan Bahan

28
- Gunting

- Kain flanel berwarna merah, putih, hijau tua dan hitam

- Tipe x

- Alat lem tembak dan isi lem

- Ring gantungan kunci

- Benang merah dan hitam

- Jarum jahit

- Kertas

- Pensil

- Penggaris

- Dakron

B. Tahapan pembuatan

1. Buat pola 2 buah kerangka balok pada kertas untuk membuat badan ruamah. Ukuran balok
pertama dengan panjang 7 cm, lebar 7 cm dan tinggi 3 cm. Ukuran balok kedua dengan
panjang 4 cm, lebar 4 cm dan tinggi 1,5 cm. Kemudian gunting setiap pola pada kertas lalu
jiplak di kain flanel merah dan guntinglah kain flanel tersebut.

2. Jahit setiap antar sisi pola flanel menggunakan jarum dan benang dengan teknik jahit tusuk
feston. Sisakan sedikit lubang untuk memasukan dakron. Isi dakron dapat disesuaikan tidak
terlalu menggembung dan tidak terlalu mengempis. Lanjutkan jahitan sebelumnya sehingga
semua sisi terjahit seluruhnya. Lakukan ulang hal ini pada pola balok kedua.

3. Bentuk 4 pola trapesium sama kaki untuk membuat atap rumah dengan ukuran alas 7 cm,
atas 4 cm dan tinggi 9 cm. Gunting kertas pola lalu jiplak pada flanel hitam dan gunting
kembali. Jahit setiap antar sisi miring trapesium menggunakan benang hitam dan jarum
dengan teknik tusuk feston.

4. Buatlah 9 pola persegi panjang dengan ukuran panjang 2 cm, tinggi 1 cm. Lalu jiplak pada
kain flanel hijau tua. Lalu gulung dari sisi tinggi dan rekatkan menggunakan lem. Lakukan
hal ini pada pola pola persegi panjang selanjutnya.

29
5. Buatlah tangga berbentuk 2 dimensi dari kain flanel hijau dengan 2 anak tangga.

5. Buatlah 4 segitiga pada flanel hitam dengan ukuran alas 2 cm, tinggi 2 cm. Lalu rekatkan
pada setiap bagian tengah segitiga. Buat 4 buah segitiga lebih kecil dengan ukuran alas 1 cm
dan tinggi 1 cm pada flanel putih lalu rekatkan pada setiap sisi segitiga hitam sebelumnya.
Pada bagian ini dibuat sebagai atap rumah yang lebih kecil.

6. Buatlah 2 pola kepala kerbau pada flanel putih dan 2 tanduk lalu rekatkan bersamaan
dengan atap rumah berukuran kecil.

7. Buatlah detail atap sebagai ijuk menggunakan flanel hijau dan di gunting hanya bagian
bawahnya saja, ukuran di sesuaikan dengan pola atap rumah sebelumnya. Lalu tempelkan
menggunakan lem.

8. Jika sudah terbentuk pola pola bagian rumah lalu rekatkan setiap bagiannya mulai dari
bentuk bambu di tempelkan pada bagian bawah balok besar di setiap sisi 3 dan disamping
atas tengah 2 berdekatan lalu tempelkan tangga.

9. Tempelkan atap trapesium antara bagian balok besar dan balok kecil rekatkan
menggunakan lem. Kemudian tempelkan segitiga atap kecil pada atas bagian balok kecil.

10. Tambahkan bentuk mendetail lainnya seperti pintu, jendela, sisi bawah balok besar
menggunakan kain flanel hitam dan tipe x, serta kain flanel putih panjang kecil untuk di
setiap sisi balok kecil. Buatlah 8 bentuk setengah jigjag menggunakan flanel merah dan tipe x
lalu rekatkan di setiap sudut balok.

11. Beri lubang pada atas pola kepala kerbau lalu pasang ring gantungan kunci.
3) Analisis Harga
Modal
1. Kain flanel merah Rp.2000
2. Kain flanel putih Rp. 500
3. Kian flanel hijau tua Rp. 2000
4. Lain flanel hitam Rp. 2000
5. Tipe x Rp. 100
6. Isi lem 1000
7. Ring gantungan kunci Rp. 1000
8. Benang merah dan hitam Rp. 1000
9. Dakron Rp. 2000

30
Total Rp. 11.600
Harga jual : Rp 25.000
Keuntungan : Rp. 13.400
4) Analis SWOT
1. S (Strength)
- Warna yang klasik dan detail bentuk setiap bagian menambah kesan miniatur rumah
adat menjadi lebih realistis.
- Warna yang lebih gelap meminimalisir terlihatnya noda/kotor.
- Harga yang cukup standar di kisaran harga gantungan kunci lainnya.
- Ukuran yang sedang dapat digunakan sebagai hiasan rumah selain gantungan kunci.
2. W (Wekaness)
- Jika barang kotor sulit untuk di cuci dan jika di cuci memicu kerusakan.
- Mudah kotor pada warna flanel yang terang seperti flanel putih.
- Ukuran gantungan yang sedikit besar sehingga kurang bisa digunakan di semua bentuk
gantungan.
3. (Opportunity)
- Harga yang cukup normal di kalangan pasar dan mall dengan pembuatan dominan
manual.
- Tema rumah adat dapat menjadi pemburuan wisatawan sebagai oleh oleh.
4. T (Threat)
- Bahan bahan mudah didapatkan sehingga penjual lain dapat meniru produk kita.
- Banyak gantungan yang lebih tahan lama, kuat dan menarik.

31
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan

Kerajinan berbahan dasar flanel dapat menghasilkan untung yang besar dalam pemasaran.
Warna yang kontras dan bervariasi mendukung keindahan dalam pembuatan berbagai macam
bentuk gantungan kunci yaitu salah satunya gantungan kunci bertemakan rumah adat dengan
detail dan ciri khas setiap daerahnya. Teknik jahit yang masih mengandalkan tangan dan
menghabiskan waktu yang cukup lama akan meningkatkan harga jual yang semakin tinggi.
Bentuk gantungan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan tren zaman saat
ini. Kebutuhan bahan dan alat yang mudah didapatkan dan modal yang terbilang murah dan
mudah. Tema rumah adat yang di ambil dalam pembuatan kerajinan tangan gantungan kunci
ini akan berpeluang untuk bisa mengenalkan budaya lokal kepada seluruh kalangan termasuk
dikancah internasional. Bentuk yang mendetail pada bangunan rumah adat daerah akan
menambah kesan keunikan pada gantungan tersebut, semakin detail semakin diminati
konsumen. Pengenalan budaya melalui kerajinan gantungan kunci menjadi salah satu metode
efektifitas dalam pengembangan cinta budaya Indonesia karena melihat budaya dan kearifan
lokal di Indonesia semakin luntur dan terlupakan. Pembuatan gantungan kunci berbahan
dasar kain flanel menjadi langkah awal bagi produsen untuk memulai bisnis sederhana.

2. Saran

Dalam pembuatan pola sebaiknya dilakukan di kertas terlebih dahulu hindari pembuatan pola
secara langsung pada kain flanel dan hindari penggunaan penanda yang sulit dihapus karena
hal ini akan menimbulkan coretan tidak rapih sehingga keindahan warna terganggu. Jika
memiliki skill menjahit tangan yang mempuni sebaiknya setiap bagian dijahit dan minimalisir
penggunaan lem dikarena agar hasil lebih rapih dan maksimal, dibandingkan dengan
penggunaan lem. Gunakan lem sesuai kebutuhan tidak berlebihan dan jangan sampai lem
terlihat sehingga mengganggu keindahan gantungan kunci tersebut. Pilih warna yang soft dan
kontras hindari warna warna yang dominan gelap. Pilih perpaduan warna kain flanel yang
bisa menjadi tolak belakang dengan warna kain flanel lainnya. Dalam menjahit warna benang

32
harus di sesuaikan dengan kain flanel agar terlihat rapih. Pilih ring besi untuk gantungan
kunci yang premium dan bagus agar gantungan kuat. Ukuran gantungan kunci usahakan
untuk tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sesuaikan dengan keperluan.

DOKUMENTASI

Rumah Tongkonan (Desvita) Rumah Adat Mbaru Niang (Andre)

Rumah Gadang (Azizah) Rumah Adat Bolon (Shiddiq)

33
Rumah Adat Si Waluh Jambu Rumah Adat Bali (Allika)
(Listiyani)
Rumah Adat Tambi(Dayan)

34
35

Anda mungkin juga menyukai