Anda di halaman 1dari 10

Laporan Perjalanan Wisata

Study Tour Universitas Katolik Santo Thomas, Fakultas


Ekonomi ke Berastagi

Masyarakat Madani, Desa Dokan

Disusun Oleh : Caessa F. Panjaitan (220120003)

Dosen Pendamping : Ica Karina S. H, M.H

Prodi S-1 Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Katolik Santo Thomas Medan
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Tuhan yang mahakuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya

kami dapat meyelesaikan tugas laporan hasil perjalanan wisata ini dengan baik demi

pemenuhan tugas akhir semester mata kuliah kewarganegaraan.

Kami berterima kasih kepada Dosen kami Bu Ica Karina S.H, M.H yang memberi

kami kesempatan dalam mengikuti kegiatan ini, kami juga berterima kasih kepada seluruh

teman-teman kelompok yang sudah ikut dan saling membantu pada saat pembelajaran.

Semoga laporan yang telah saya susum dapat memberikan manfaat kepada pembaca

kedepannya.

Caessa Panjaitan

Medan, 12 Juli 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 1


DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1, LATAR BELAKANG ......................................................................................... 3
1.2. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3
1.3. TUJUAN MASALAH ........................................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. APA ITU DESA DOKAN?.................................................................................. 5
2.2. BAGAIMANA RUMAH ADAT DI DESA DOKAN? ........................................ 5
2.3. APA KELEBIHAN MASYARAKAT DESA DOKAN JIKA DIBANDINGKAN
DENGAN MASYARAKAT PERKOTAAN? ............................................................. 8
2.4. APA KEKURANGAN MASYARAKAT DESA DOKAN JIKA DIBANDINGKAN
DENGAN MASYARAKAT PERKOTAAN? ............................................................. 8
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN................................................................................................... 9
3.2. SARAN............................................................................................................... 9
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat madani atau civil society merupakan bagian masyarakat yang memiliki

adab dalam membangun, memaknai, dan menjalani kehidupannya. Ahli filsafat Petrus

mengungkapkan bahwa masyarakat madani bisa diartikan sebagai masyarakat yang

beradab dalam memaknai kehidupan.

Asal mula kata madani yaitu dari Bahasa Inggris, yang artinya beradab atau

berbudaya. Sedangkan masyarakat sipil diambil dari terjemahan masyarakat madani

sendiri, yaitu masyarakat yang beradab.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa itu Desa Dokan?

2. Bagaimana rumah adat di Desa Dokan?

3. Apa kelebihan masyarakat Desa dokan jika dibandingkan dengan masyarakat

perkotaan?

4. Apa kekurangan masyarakat Desa dokan jika dibandingkan dengan masyarakat

perkotaan?
1.3. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat Desa Dokan.

2. Menjelaskan rumah adat Desa Dokan beserta peraturannya.

3. Membandingkan kehidupan masyarakat Desa Dokan dan masyarakat perkotaan.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Apa itu Desa Dokan?

Desa Dokan adalah salah satu desa yang terletak di kawasan Tanah Karo yang

telah dinobatkan menjadi desa budaya karena masih memiliki icon berupa rumah

adat khas orang Karo yang berbentuk unuk dan menyimpan banyak cerita dibalik

setiap susunan dan ornamen yang ada di rumah adat tersebut.

2.2. Bagaimana rumah adat di Desa Dokan?

Desa Dokan merupakan sebuah desa yang indah, memiliki 8 rumah tradisional

dan tinggal 7 rumah yang masih digunakan. Batas dari satu keluarga dengan keluarga

lainnya ditandai dengan adanya tirai kain panjang. Semua rumah tradisional Karo

mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah seorang ayah yang sudah tua agar

mengerti tradisi masyarakat Karo.

Rumah kayu ini tak dilengkapi

kamar tidur dan ruang tamu. Semua

anggota keluarga tidur di jabu atau

ruangan tanpa penyekat. Khusus untuk

bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi

penyekat berupa kain panjang yang setiap

pagi dilepas. Ruangan tadi berfungsi ganda: tempat memasak, tempat makan dan
berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga. Karena tidak ada pemisah ruangan,

maka pada setiap jam masak, semua ruangan dipenuhi asap kayu bakar yang dipakai

sebagai bahan bakarnya. Rumah adat ini umumnya dilengkapi empat dapur. Masing-

masing dapur memiliki dua tungku untuk dua keluarga yang biasanya mempunyai

hubungan kekerabatan sangat erat. Setiap tungku dapur menggunakan lima batu

sebagai pertanda bahwa di suku Karo terdapat lima merga yakni Ginting, Sembiring,

Tarigan, Karo-karo dan Perangin-angin.

Di bagian depan dan belakang rumah terdapat ture seperti teras dilengkapi

redan atau tangga. Kedua ujung atap masing-masing dilengkapi dua tanduk kerbau.

Tanduk itu diyakini sebagai penolak bala. Ture biasanya menjadi tempat muda-mudi

mengawali percintaannya. Gadis Karo dahulu kala menganyam tikar atau mbayu

amak di atas tempat ini, sebelum menemukan jodoh. Rumah berbentuk panggung

dan beratap ijuk ini memiliki dua pintun (pintu) dan delapan jendela. Ruangan setiap

keluarga disebut jabu. Sedangkan kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang

ayam, babi, kerbau serta tempat menyimpan kayu bakar.

Tampak dalam rumah adat Desa

Dokan. Interiornya tidak

menggunakan paku sama sekali.

Semua papan dilubangi dan

dimasukkan seperti puzzle. Teknik ini

membuat rumah ini kokoh dan tahan

selama ratusan tahun. Rumah ini juga tahan gempa. Kayu besar yang terdapat pada

atap rumah ini menandakan batas wilayah antara satu keluarga dan keluarga lain

yang tinggal dalam rumah ini.


Kayu-kayu yang ada didalam rumah adat ini

diawetkan dengan teknik pengasapan.

Teknik pengawetan ini dilakukan agar kayu

menjadi kuat dan tidak mudah dimakan

rayap. Ini juga membuat kayunya menjadi berwarna hitam tanpa di cat.

Ini merupakan para atau menyimpan

kayu bakar.

Ini adalah mbun skawiten (bagian

yang berlumut). Ini berada pada atap

rumah adat Desa Dokkan.

Ini adalah atap rumah adat Desa Dokkan. Ada

kepala kerbau diatasnya, kepala kerbau ini

berada di kedua ujung rumah adat Desa Dokkan.

Tanduk itu diyakini sebagai penolak bala. Tapi

saat ini, sudah jarang masyarakat memakai

kepala kerbau asli. Mereka kebanyakan

memakai semacam replika kepala hewan.


2.3. Apa kelebihan masyarakat Desa dokan jika dibandingkan dengan masyarakat

perkotaan?

Kelebihannya adalah masyarakat desa dokan memiliki sifat kebersamaan

yang tinggi. Bahkan 8 keluarga bisa tinggal di satu atap. Dan tanpa sekat ruangan.

Masyarakat perkotaan tidak mungkin setuju menerapkan hal ini. Masyarakat

perkotaan lebih memilih hidup sendiri-sendiri.

2.4. Apa kekurangan masyarakat Desa Dokan jika dibandingkan dengan masyarakat

perkotaan?

Kekurangannya adalah masyarakat Desa Dokan sepertinya kurang

menghargai privasi karena 8 keluarga dalam 1 atap, tidak mungkin mudah

menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu.


BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa saya tuliskan dari laporan ini adalah, masyarakat Karo

sangat menjaga dan mempertahankan adat dan budayanya. Mereka menjadikan

keunikan dan budaya mereka sebagai aset dan hal itu membuat banyak wisatawan

tertarik dan berkunjung ke desa mereka. Mereka juga mendapat keuntungan dari

hal ini.

3.2. Saran

Saran saya adalah, sebaiknya masyarakat Desa Dokan memberi fasilitas untuk

wisatawan. Seperti toilet umum. Karena cukup sulit untuk mencari tempat untuk

buang air. Juga tidak semua orang berani pergi ke rumah orang lain dan meminta

izin untuk menggunakan toilet mereka. Dan tidak semua masyarakat juga bersedia

memberi izin kepada pengunjung.

Anda mungkin juga menyukai