Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SURVEY

LUMBUNG PADI DUSUN DESA KENDENAN, KAB. ENREKANG

Oleh:

KELAS A

Dosen:

Zulkarnain AS, ST,MT

2018
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
a. Latar belakang ................................................................. Error! Bookmark not defined.
b. Rumusan Masalah ........................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II ........................................................................................... Error! Bookmark not defined.
KAJIAN PUSTAKA .................................................................... Error! Bookmark not defined.
a. Desa Kendenan ................................................................. Error! Bookmark not defined.
1. Mata pencaharian ........................................................... Error! Bookmark not defined.
2. Jumlah landa’ di Desa Kendenan ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.
a. Pendekatan Penelitian ..................................................... Error! Bookmark not defined.
b. Lokasi Penelitian .............................................................. Error! Bookmark not defined.
c. Tahapan Penelitian .......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV ......................................................................................... Error! Bookmark not defined.
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Jenis Landa’ padi (landa’) Desa Kendenan .................... Error! Bookmark not defined.
2. Bentuk Landa’ padi (Landa’) .............................................. Error! Bookmark not defined.
3. Perubahan bentuk landa’ dan pengaruhnya .................. Error! Bookmark not defined.
BAB V ........................................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP .................................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Daftar pustaka.................................................................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
yang berjudul “Penilitian Rumah Adat Desa Matajang” dengan baik.
Laporan ini telah kami selesaikan dengan banyak kekurangan berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada
segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian laporan ini.
Karya tulis laporan kami ini berisikan tentang kegiatan Penelitian kami yang telah
kami jalani beberapa hari di Desa Kendenan, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, yang
kami susun secara ringkas dan runtut.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa disampaikan, semoga laporan ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.

Samata, 1 juli 2019

Kelas A
BAB I

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Keindahan arsitektur nusantara telah dikenal luas dan banyak dieksplorasi
sejak masa kolonial atau penjajahan bangsa asing di kepulauan nusantara.
Arsitektur nusantara sebagian besar merupakan bangunan rumah tinggal yang
dibangun berdasarkan adat dan tradisi setempat. Proses pendirian rumah
tradisional sejak awal penentuan lokasi hingga didirikan dan dihuni, tidak pernah
lepas dari pengaruh adat, kepercayaan dan tradisi. Oleh karena itu, arsitektur
nusantara seringkali disebut juga sebagai Arsitektur tradisional.
Menurut Ade Sahroni, arsitektur vernakuler adalah arsitektur yang
terbentuk dari proses yang berangsur-angsur lama dan berulang-ulang sesuai
dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakuler
berasal dari bahasa latin yaitu vernacullus yang berarti lokal, domestik, asli,
pribumi. Arsitektur Vernakuler disebut juga arsitektur rayat. Karya arsitektur
vernakuler dirancang secara kontekstual berdasarkan situasi di tempat berdirinya
bangunan, berdasarkan material yang tersedia dilokasi pembangunan dan tetap
mencerminkan kearifan lokal. Gaya arsitektur vernakuler sejatinya tidak
dikembangkan oleh lulusan sarjana Arsitektur.
Gaya ini merupakan sistem pembangunan yang dikembangkan oleh
tukang bangunan yang telah berpengalaman dalam bidang teknis. Namun pada
abad 19, banyak arsitek profesional berpendidikan yang mengadopsi sistem ini
dan mulailah
dikenal gaya arsitektur vernakuler. Sebenarnya, istilah arsitektur
vernakuler dan arsitektur tradisional memiliki akar yang hampir sama, namun
tetap memiliki perbedaan. Arsitektur vernakuler merupakan bentuk karya yang
orisinal dan sangat spesifik dengan filosofi lokal yang sangat kuat, bersifat
kontekstual sesuai dengan zamannya. Sedangakan arsitektur tradisional adalah
mahakarya vernakuler yang diakui secara aklamasi dan dilestarikan secara turun
temurun dalam waktu yang lama.

ARSITEKTUR VERNAKULER 1
Kabupaten Enrekang adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi
Selatan, Indonesia yang memiliki berbagai ragam adat, dan budaya. Ibu kota
kabupaten ini terletak di Kota Enrekang dengan luas wilayah ±1.786,01 km². Di
kabupaten ini masih terdapat sangat banyak bangunan yang masih melestarikan
adat dan budaya setempat yang masih sangat jarang di ekspos oleh khalayak
banyak, sehingga tempat ini dijadikan destinasi penelitian, salah satu desa yang
terdapat di Kabupaten Enrekang yang masih menjaga adat dan budaya nenek
moyang adalah Desa Kendenan.
Desa kendenan terletak di Kecamatan yang memiliki 6 dusun di dalamnya,
antara lain dusun Awo, dusun Rumanden, dusun Salongge, dusun Kendenan,
dusun Pelapa, dan dusun Petondokan. Masyarakat setempat desa Kendenan masih
sangat melestarikan salah satu adat kebudayaan nenek moyang mereka, yaitu
meletakkan padi di Landa’ padi (Landa’’) mereka.
Landa’ adalah sebuah bangunan yang di dirikan terpisah dari rumah yang
digunakan untuk menyimpan dan mengeringkan padi yang telah di panen hingga
berpuluh-puluh tahun lamanya.
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konstruksi dan material landa’ padi (landa’’) di Desa Kendenan?
2. Bagaimana perkembangan landa’ padi (landa’’) Desa Kendenan dari dulu
hingga sekarang?

ARSITEKTUR VERNAKULER 2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
a. Desa Kendenan
Desa kendenan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten
Enrekang, Kecamatan Baraka. Desa ini terletak di antara apitan gunung buntu
badong dengan gunung buntu tabang, Desa ini terdiri dari beberapa dusun yaitu:
dusun Awo, dusun kendenan, dusun rumanden, dusun salongge dan dusun
petondokan. Dusun Awo merupakan pusat atau sentral desa ini, dusun Awo juga
merupakan pusat titik landa’ terbanyak pada desa Kendenan. Masyarakat Desa
Kendenan mayoritas hidup bertani, karena sebagian besar lahan di Desa Kendenan
merupakan area persawahan yang juga merupakan penghasil beras ketan (Pulu
Mandoti) yang dikenal sebagai beras terharum di Sulawesi Selatan.
Selain digunakan sebagai bahan makanan pokok, beras di Desa Kendenan
juga digunakan sebagai alat tukar barang/jasa (barter), selain itu beras juga
digunakan sebagai mahar perkawinan masyarakat setempat, dan sumbangan dari
masyarakat untuk pasangan yang baru saja menikah.
1. Mata pencaharian
Mata pencaharian umum di Desa Kendenan adalah bertani, karena rata-rata
masyarakat desa kendenan memiliki sawah masing-masing. Berikut jenis padi
yang dihasilkan di desa Kendenan
a. Beras putih biasa
b. Beras ketan merah (Punu Mandoti)

(gambar 2.1)
(kegiatan membawa padi)

ARSITEKTUR VERNAKULER 3
Namun selain sawah, ada juga yang memiliki kebun dan menjual hasil
perkebunannya, antara lain
1. Kebun cengkeh
2. Kebun kopi
3. Kacang-kacangan (campe)
2. Jumlah landa’ di Desa Kendenan
a. Dusun kendenan
Terdapat 66 landa’’
b. Dusun pelapa
Tedapat 24 landa’’
c. Dusun awo
Terdapat 280 landa’
d. Dusun rumanden
Terdapat 37 landa’’
e. Dusun petondokan
Terdapat 38 landa’’
f. Dusun salongge
Terdapat 67 landa’’

ARSITEKTUR VERNAKULER 4
BAB III

METODE PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Tujuan metode
deskriptif kualitatif adalah menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat
yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan
sebagai suatu ciri, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi
ataupun fenomena tertentu.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Kendenan, Kecamatan Baraka,
Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

(Gambar 3.1)
(dokumen pribadi Desa Kendenan)

ARSITEKTUR VERNAKULER 5
(Gambar 3.2)
(Peta penempatan Landa’ Desa Kendenan)

(Gambar 3.3)
(Landa’ Desa Kendenan)

(Gambar 3.4)
(Gambar 3d Landa’)

ARSITEKTUR VERNAKULER 6
c. Tahapan Penelitian
Untuk menjalankan penelitian ini yang dikaitkan dengan metode
penelitian maka penelitian ini dimulai dari suatu permasalahan, kemudian
dirumuskan dan memunculkan pertanyaan penelitian; untuk membantu penelitian
ini dilakukan kajian literatur; dari kajian literatur disusun variabel-variabel yang
akan digunakan untuk mencari data untuk kemudian dilakukan survey lapangan;
dalam pengumpulan data digunakan metode wawancara dan observasi dimana
wawancara dan observasi ini untuk menemukan data kualitatif; data kualitatif ini
akan diinterpretasi dengan menggunakan dasar-dasar teori dan logika, dan dari
hasil analisis akan dilakukan penarikan kesimpulan.

ARSITEKTUR VERNAKULER 7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Orientasi landa’ sama dengan orientasi bola, yaitu Utara-Selatan dan untuk
perletakan landa’ boleh didepan, belakang, samping kiri, atau samping kanan bola
(AS 2019). perletakan landa’’ bisa berkelompok di satu titik tertentu, seperti
puncak bukit yang dianggap sakral oleh masyarakat-masyarakat setempat, dan ada
juga yang berada di dekat ladang persawahan, intinya mengikuti lahan pemilik,
kondisi topografi tanah dan memudahkan untuk akses ke landa’’.
1. Jenis Landa’ padi (landa’) Desa Kendenan
a. Ragam 1
Memiliki Kolom Bulat, dan tempat duduk (bale-bale) di bawahnya.

(Gambar 4.1)
(gambar landa’’ tipe 1)

ARSITEKTUR VERNAKULER 8
b. Ragam 2
Memiliki Kolom bulat tanpa tempat duduk (bale-bale) dibawahnya

(Gambar 4.2)
(gambar landa’’ tipe 2)
c. Ragam 3
Memiliki tambahan ruang di salah satu sisi ataupun kedua sisinya (landa’
lombon)

(Gambar 4.3)
(gambar landa’’ tipe 3)

ARSITEKTUR VERNAKULER 9
d. Ragam 4
Sudah mengalami perubahan bentuk kolom (kolom persegi).

(Gambar 4.4)
(gambar landa’’ tipe 4)
e. Ragam 5
Sudah mengalami perubahan dari segi struktur landa’’

Gambar 4.5)
(gambar landa’’ tipe 5)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
0
2. Bentuk Landa’ padi (Landa’)
a. Ragam 1

Keterangan:

1. Pa’tumpak batu
2. Tuma’bak
3. Ariri banga
4. Pattolo
5. Pesa’pi
6. Petuo
7. Lindo para
8. Kaso
9. Pattukka

(Gambar 4.6 gambar 3d landa’ tipe 1)


(gambar 3d landa’’)
 Pondasi ( Pa’tumpak batu)
Pondasi yang digunakan pada landa’ adalah pondasi umpak yakni pondasi
yang menggunakan batu sebagai umpak tiang rumah, batu juga berfungsi
sebagai perantara antar tiang (kayu banga) dengan tanah, hal ini akan
membuat tiang kayu banga bertahan lebih lama karena tidak bersentuhan
langsung dengan tanah (tidak mudah rusak), batu pondasi disebut juga
sebagai pa’tumpak batu.

(Gambar 4.7)
(Pondasi umpak landa’ padi)
1
ARSITEKTUR VERNAKULER
1
 Tiang ( Ariri Banga)
Memiliki 4 tiang penyanggah yang berbentuk bulat dengan material kayu
banga, dengan diameter ± 60-100 cm dengan jarak ± 150-200 cm antar
tiang penyangga. Material kayu banga di gunakan pada landa’ tidak lain
karena material inilah yang banyak tersedia di lokasi tersebut.

(Gambar 4.8)
(Tiang landa’ padi)

 Tempat duduk (Bale-Bale)


Terbuat dari material kayu banga dan digunakan sebagai tempat
melakukan interaksi sosial antar warga masyarakat setempat, bale-bale
juga biasa disebut Tuma’bak.

(Gambar 4.9)
(Bale-bale landa’ padi)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
2
 Badan landa’

Petuo

Dinding (kayu
banga)
Pesa’pi

Lantai ( kayu
bakan)
(Gambar 4.10)

(Gambar 4.11)
Di bagian dalam badan landa’ terdapat 2 ruangan terpisah dengan
dinding pembatas, dan juga 2 pintu yang berbeda yang terletak
dibagian depan dan belakang Landa’’.
 Atap
Menggunakan material rumbia, dengan model atap condong kedepan

(Gambar 4.12)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
3
b. Ragam 2

(Gambar 4.13)
(gambar 3d landa’ tipe 2)

 Pondasi ( Pa’tumpak batu)


Pondasi yang digunakan pada landa’ adalah pondasi umpak yakni pondasi
yang menggunakan batu sebagai umpak tiang rumah, batu juga berfungsi
sebagai perantara antar tiang (kayu banga) dengan tanah, hal ini akan
membuat tiang kayu banga bertahan lebih lama karena tidak bersentuhan
langsung dengan tanah (tidak mudah rusak), batu pondasi disebut juga
sebagai pa’tumpak batu.

(Gambar 4.14)
(Pondasi umpak landa’ padi)
 Tiang ( Ariri Banga)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
4
Memiliki 4 tiang penyanggah yang berbentuk bulat dengan material kayu
banga, dengan diameter ± 60-100 cm dengan jarak ± 150-200 cm antar
tiang penyangga. Material kayu banga di gunakan pada landa’ tidak lain
karena material inilah yang banyak tersedia di lokasi tersebut.

(Gambar 4.15)
(Tiang landa’ padi)
 Badan landa’

Petuo
Dinding (kayu
banga)
Pesa’pi

Lantai ( kayu
bakan)
(Gambar 4.16)
Di bagian dalam badan landa’ terdapat 2 ruangan terpisah dengan
dinding pembatas, dan juga 2 pintu yang berbeda yang terletak
dibagian depan dan belakang landa’
 Atap

Pattukka’
kaso

Lindo para

(gambar 4.17)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
5
c. Ragam 3

(Gambar 4.18)
(gambar 3d landa’’ tipe 3)
 Pondasi ( Pa’tumpak batu)
Pondasi yang digunakan pada landa’ adalah pondasi umpak yakni pondasi
yang menggunakan batu sebagai umpak tiang rumah, batu juga berfungsi
sebagai perantara antar tiang (kayu banga) dengan tanah, hal ini akan
membuat tiang kayu banga bertahan lebih lama karena tidak bersentuhan
langsung dengan tanah (tidak mudah rusak), batu pondasi disebut juga
sebagai pa’tumpak batu.

(Gambar 4.13)
(Pondasi umpak landa’’)
 Badan Landa’

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
6
Tidak memiliki perbedaan material dengan yang lain, hanya saja landa’’
tipe ini memiliki tambahan ruang di salah satu ataupun kedua sisinya,
ruang ini juga tidak lain, yaitu sebagai tempat penyimpanan, landa’’ tipe
ini disebut juga landa’ Lombon.

(Gambar 4.14)
(Gambar badan landa’’)
 Atap

Pattukka’
kaso

Lindo para

(gambar 4.15)
(gambar atap landa’’)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
7
d. Ragam 4

(Gambar 4.9)
(gambar 3d landa’’ tipe 4)

 Pondasi ( Pa’tumpak batu)


Pondasi yang digunakan pada landa’’ adalah pondasi umpak yakni
pondasi yang menggunakan batu sebagai umpak tiang rumah, batu juga
berfungsi sebagai perantara antar tiang dengan tanah, hal ini akan
membuat tiang kayu bertahan lebih lama karena tidak bersentuhan
langsung dengan tanah (tidak mudah rusak), batu pondasi disebut juga

sebagai pa’tumpak batu.


(Gambar 4.16)
(Pondasi umpak landa’ padi)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
8
 Badan landa’

Petuo
Dinding (kayu
banga)
Pesa’pi

Lantai ( kayu
bakan)
(Gambar 4.17)

 Atap

Pattukka’
kaso

Lindo para

(gambar 4.18)

1
ARSITEKTUR VERNAKULER
9
e. Ragam 5

(Gambar 4.9)
(gambar 3d landa’’ tipe 5)

Landa’’ dengan tipe ini yaitu landa’’ yang sudah mengalami perubahan
signifikan hampir keseluruhan dari bagiannya, baik dari material dan
strukturnya
 Badan landa’’
Berbeda dengan tipe yang lainnya, bagian badan landa’’ tipe ini sudah
banyak mengalami perubahan, antara lain yaitu landa’ ini sudah tidak
menggunakan petuo, dan tidak menerapkan sistem tumpu seperti pada
landa’ jenis 1, 2, 3, dan 4.

(gambar 4.19 badan landa’)

2
ARSITEKTUR VERNAKULER
0
 Atap
Berbeda dari landa’ sebelumnya, atap dari landa’ tipe 5 tidak tertutup
baik bagian depan maupun belakangnya belakangnya

(gambar 4.20)

3. Perubahan bentuk landa’ dan pengaruhnya


Perubahan dalam segi bentuk landa’ tidak terlepas dari hal yang disebabkan
beberapa faktor yang salah satunya adalah ketersediaan bahan material.
Adapun perubahan yang terjadi pada landa’ yang ada di desa Kendenan adalah
sebagai berikut:
a. Tiang
Perubahan tidak terjadi pada jumlah tiang melainkan bahan material yang
digunakan, dan juga bentuk dari tiang. Masyarakat dulu menggunakan jenis
kayu banga yakni jenis kayu yang paling kuat yang ada di desa Kendenan
pada saat itu. Kayu banga juga digunakan karena kayu jenis ini tidak dapat
di raih oleh binatang (tikus) . Namun seiring kebutuhan kayu banga yang
menurun di daerah ini, masyarakat mulai menggunakan jenis material kayu
yang lain sehingga bentuknya berubah menjadi tidak bulat lagi seperti
sebelumnya.
b. Atap
Masyarakat dulu menggunakan atap ilalang dalam pemilihan material atap,
namun pasar sebagai salah satu faktor adanya perubahan dalam segi
material juga dalam pemilihan material atap membuat masyarakat beralih
ke atap seng, karena ilalang sudah sangat jarang dijumpai. Dalam segi
bentuk, atap landa’ tidak mengalami perubahan.

2
ARSITEKTUR VERNAKULER
1
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa kendenan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kabupaten
Enrekang, Kecamatan Baraka. Desa ini terletak di antara apitan gunung buntu
badong dengan gunung buntu tabang, Desa ini terdiri dari beberapa dusun yaitu:
dusun Awo, dusun kendenan, dusun rumanden, dusun salongge dan dusun
petondokan. Dusun Awo merupakan pusat atau sentral desa ini, dusun Awo juga
merupakan pusat titik landa’ terbanyak pada desa Kendenan. Masyarakat Desa
Kendenan mayoritas hidup bertani, karena sebagian besar lahan di Desa Kendenan
merupakan area persawahan yang juga merupakan penghasil beras ketan (Punu
Mandoti) yang dikenal sebagai beras terharum di Sulawesi Selatan. Masyarakat
setempat desa Kendenan masih sangat melestarikan salah satu adat kebudayaan
nenek moyang mereka, yaitu meletakkan padi di Landa’ padi (Landa’) mereka.
Landa’ padi adalah sebuah bangunan yang di dirikan terpisah dari rumah yang
digunakan untuk menyimpan dan mengeringkan padi yang telah di panen hingga
berpuluh-puluh tahun lamanya.
B. Daftar pustaka
http://desakendenanpengharilpulukmandoti-
iman.blogspot.com/2011/01lumbung-padi-landak-yang-berada-di-
desa.html?m=1
https://docplayer.info/56270706-identifikasi-varian-arsitektur-lumbung-di-
bali.html
Jurnal Univ. Bandar Lampung (UBL)
Sumadi ( 2019 ). Warga setempat. Menjelaskan ritual pembuatan landa’.
Jurnal AS 2019

2
ARSITEKTUR VERNAKULER
2

Anda mungkin juga menyukai