Anda di halaman 1dari 14

SMA NEGERI 1 JUNJUNG SIRIH

Tugas Keminangkabauan
“RUMAH GADANG LALIDIAN ”

Disusun oleh : Aisyah Ridayatul Hasanah


Anggota :
Naysilla Tysmayer
Zahra Aviva

Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “SILSILAH
RUMAH GADANG LALIDIAN” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca tentang RUMAH GADANG LALIDIAN Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga
makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui narasumber
maupun dari ukiran rumah gadang tersebut.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi
kami, bapak kami, Bapak Riko Chandra,S.Sn., dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.
Daftar Isi
1. COVER
2. DAFTAR ISI
3. ISIAN
4. PENUTUP
5. DAFTAR PUSTAKA
6. LAMPIRAN
Isian
Rumah Gadang adalah nama untuk rumah adat Minangkabau yang
merupakan rumah tradisional dan banyak jumpai di Sumatra Barat, Indonesia.
Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh masyarakat setempat dengan
nama Rumah Bagonjong atau ada juga yang menyebut dengan nama Rumah
Baanjuang.[1]

Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai di Sumatra Barat. Namun
tidak semua kawasan di Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat
ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah
Gadang ini boleh didirikan. Begitu juga pada kawasan yang disebut dengan
rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak ada yang didirikan oleh para
perantau Minangkabau.

Rumah Gadang sebagai tempat tinggal bersama, mempunyai ketentuan-


ketentuan tersendiri. Jumlah kamar bergantung kepada jumlah perempuan yang
tinggal di dalamnya. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami
memperoleh sebuah kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak
memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar
bersama di ujung yang lain.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali


kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang.
Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang
berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke
kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua,
tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk
dalam suku/kaum tersebut secara turun temurun[2] dan hanya dimiliki dan
diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut.[3] Dihalaman depan
Rumah Gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan Rangkiang,
digunakan untuk menyimpan padi. Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah
kanan dan kirinya terdapat ruang anjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai
tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat, karena itu
rumah Gadang dinamakan pula sebagai rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan
Koto-Piliang memakai tongkat penyangga, sedangkan pada kelarasan Bodi-
Chaniago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Hal ini sesuai filosofi
yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, golongan pertama menganut
prinsip pemerintahan yang hierarki menggunakan anjung yang memakai tongkat
penyangga, pada golongan kedua anjuang seolah-olah mengapung di udara. Tidak
jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau
kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga
sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum
menikah.

Pada tanggal 21 November 2022 kami melakukan wawancara kepada salah


satu kaum yang ada di RUMAH GADANG LALIDIAN dengan biodata :

a. Nama : USMAN RAJAB


b. Umur : 67 tahun
c. Tanggal lahir : 18 Agustus 1955
d. Suku : Pinyalai / Chaniago
e. Pekerjaan : Wiraswasta/Petani

RUMAH GADANG LALIDIAN didirikan pada tahun 1835 memiliki datuk


dengan gala DT.Rajo Paninggahan , di rumah gadang ini baru mengalami
pergantian datuk tiga kali dengan nama asli datuk pertamanya adalah Dt.Bariallah
yang kedua Dt.Kasad dan yang sekarang Dt.Hermanto , di dalam rumah gadang ini
memiliki Tong Anai USMAN RAJAB , panito BUYA MUYARDI ,manti MASRI ,
dubalang adat MAK TOMOANG manusia tertua acik BAYA.

Dahulunya kaum ini memiliki 12 ruang , kemudian rumah gadang ini di


pecah menjadi 3 yaitu rumah gadang balakang , rumah gadang lalidian, rumah
gadang baru. Alasan kaum ini memiliki 3 rumah gadang karna dahulunya kaum ini
sangat banyak kaumnya. Dahulu kenapa di angkat menjadi Dt. RAJO
PANINGGAHAN merupakan permintaan negeri , karena beliau yang merintis
nagari Paninggahan , maka dijadikanlah beliau penghulu nagari , maka
terbentuklah nama nagari Paninggahan , dibuat rumah gadang dahulu baru datuk
lain menyusul , beliau lah yang membentuk datuk – datuk nagari.

Fungsi rumah gadang ini yaitu sebagai tempat perkumpulan datuk datuk
suku pinyalai di nagari PANINGGAHAN, tempat berkumpul keluarga besar kaum
ini, tempat rapat jika kaum ini ada yang perlu dirapatkan, dan acara acara adat
lainnya. Fungsi kandang rumah gadang ini dahulunya untuk meletakkan ternak ,
sekarang kandang ini dijadikan gudang . Rumah gadang ini memiliki tonggak yang
terbuat dari JUA , dinding kebelakang dari SASAK BUGIH, di depan ukiran SURIAN,
atap dari UJUK ANAU . Panjang rumah gadang 12 Meter dengan lebar 7 Meter.
Jumlah gonjong rumah gadang ini ada 5 gonjong, alasan jumlah gonjong rumah
gadang ini adalah karna menurut palsapah adat minangkabau “ADAT BASANDI
SYARA’ , SYARA’ BASANDI KITABULLAH”. Gonjoang yang utama dinamakan
gonjoang janjang.

Rumah gadang ini memiliki tonggak 20 buah dengan 4 tonggak kesamping


dan 5 tonggak kebelakang dan 4 jendela . Memiliki 4 kamar. Dan memiliki lantai
kayu. Rumah gadang ini memiliki bangunan dari kayu. Rumah gadang memiliki
ukiran bernama PANDAI SIKEK / PUCUK RABUANG yang bermakna bersama –
sama dalam melakukan segala sesuatu.

Jika teman teman ingin melihat versi list dan sedikit kalian bisa melihat list
beikut :

1. Nama Rumah Gadang : Rumah Gadang Lalidian


2. Gala datuk : DT.Rajo Paninggahan
3. Toang Anai : Usman Rajab
4. Panito : Buya Muyardi
5. Manusia tertua : Cik Baya
6. bilik : 4 buah
7. Tonggak : 20tonggak
8. Fungsi rumah gadang : Untuk acara persatuan suku pinyalai, Untuk
perkumpulan Keluarga besar, Untuk acara acara adat.
9. Jendela : 4 jendela
10.Sejak awal dibangun Datuk diganti 3 kali
11.Nama datuk pertama : BARIALLAH
12.Panjang rumah gadang : 12 meter
13.Lebar rumah gadang : 7 meter
14.Tahun dibangun rumah gadang : 1835
15.Jumlah gonjong rumah gadang : 5 gonjong
16.Terbuat dari : kayu
17.Rumah gadang utama
Kesimpulan

Dari hasil pembahasan mengenai penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
bermanfaat siswa siswi. Karena dengan adanya wawancara ini siswa siswi jadi tidak minim
informasi dalam permasalahan rumah.
Penutup

Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Gadang
LAMPIRAN

(aisyah , rumah gadang lalidian ;2022)


(naysilla,jendela rumah gadang;2022)
(zahra,kandang rumah gadang ; 2022)
(aisyah,kandang ;2022)
(aisyah,ruang tengah ; 2022)
(naysilla , kamar rumah gadang ; 2022)

Anda mungkin juga menyukai