Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL OBSERVASI MAKAM SELAPARANG

LOMBOK TIMUR

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
1. Baiq. Dwiva desilia putri ( 05 )
2. Endang ningsih ( 10 )
3. M. Harjiman tamimi ( 17 )
4. Nabila rizki adinda ( 21 )
5. Syaftirridho putri ( 31 )
6. Tantowi johari ( 33 )

XI MIPA 2
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Pertama dan utama kita panjatkan segala puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Observasi ini sesuai waktu yang telah di tentukan. Shalawat
serta salam tak lupa pula senantiasa terarah kepada nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh petunjuk ini
Dalam penyusunan makalah ini selain merupakan tugas sekolah yang harus
terpenuhi juga dimaksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita terhadap
peninggalan-peninggalan bersejarah dimasa lalu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karna itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun kearah perbaikan dikemudian
hari. Kami berharap semoga makalahini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya semoga allah SWT selalu
memberikan yang terbaik  bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3

1.1.      Lokasi.....................................................................................................................................3

1.2.      Status.....................................................................................................................................4

1.3.      Latar sejarah...........................................................................................................................4

1.4.      Pemugarannya.......................................................................................................................8

KESIMPULAN.........................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
PEMBAHASAN
1.1.      Lokasi

Makam ini terletak di kampung peresak, desa selaparang, kecamatan pringgabaya,


kabupaten Lombok Timur. Kira-kira berjarak 4 km di sebelah barat laut ibukota kecamatan
pringgabaya.dari mataram, ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat, jaraknya lebih kurang 55
km. dapat di jangkau dengan segala jenis kendaraan, termasuk kendaraan jenis bus.

1.2.      Status

Makam selaparang termasuk sebuah monumen peninggalan sejarah dan purbakala


yang pada saat di temukan dan di catat sebagai peninggalan sejarah dan purbakal sudah tidak
di gunakan sebagaimana fungsinya semula, yaitu sebagai tempat pemakaman. Oleh karena
itu, makam selapatrang termasuk dalam klasifikasi “monument mati” atau “dead monument”

Makam selaparang memiliki fungsi social yang cukup penting sebagai tempat beziara.
Makam ini terkenal juga dengan sebutan makam keramat raja selaparang. Hal ini dapat di
lihat dari banyaknya peziarah pada waktu-waktu tertentu, terutama pada musim menjelang
keberangkatan jamaah haji ke mekkah banyak yang memerlukan berziarah ke makam ini
lebih dulu. Tradisi ini masih berlanut sampai sekarang.

1.3.      Latar sejarah

Selaparang merupakan sebuah “kerajaan” yang sangat di kenal, baik di Lombok


maupun di luar Lombok. Nama selaparang masih “lestari” sampai sekarang sebagai nama
sebuah desa, tempat makam selaparang itu berada.

Masyarakat suku sasak di Lombok pada umumnya percaya bahwa makam kuna yang
ada di selaparang ini adalah tempat pemakaman raja-raja selaparang (islam).

Selaparang adalah sebuah kerajaan islam tertua di Lombok. Di desa selaparang ada
dua kompleks pemakaman kuna, masing-masing di kenal dengan sebutan makam keramat
selaparang dan makam tanjung. Keduanya di percaya sebagai makam raja-raja selaparang.
Saying sekali kita belum thau secara pasti siapa nama-nama tokoh yang di makamkan di
tempat itu, karena belum ada sumber-sumber tertulis yang dapat di pertanggung jawabkan
secara ilmiah. Melihat bentuk makam dan batu nisannya, mungkin sekali kalau yang di
makamkan itu tokoh-tokoh yang berpengaruh. Mungki dia seorang raja atau tokoh penyiar
agama.

Sejak kapan kerajaan selaparang muncul dalam peristiwa sejarah, belum dapat di
tentukan dengan tepat, karena belum ada data yang lengkap mengenai hal ini. Bahkan,
dimana lokasi “istana” kerajaan selaparang itu sampai sekarang masih belum terjawab.

Nieumenhuizen menduga bahwa perseketuan masyarakat hukuk yang tinggal di


lombok telah ada sejak tahun 1543. Hal ini di dasarkan atas penelitiannya pada sejumlah
lontar yang menyebutkan pembagian pulau Lombok menjadi beberapa daerah kecil yang
diperintah oleh seorang “Datu” seperti sokong, bayan selaparang dan sebagainya
(Nieumenhuizen, 1932). Jika pendapat itu benar, maka nama selaparang telah muncul pada
pertengahan abad ke-16. Akan tetapi sarjana ini tidak menjelaskan angka tahun tersebut
diperolehnya sehingga terang saja masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam, kalau
dikaitkan dengan masuknya agama islam di Lombok.

Babad Lombok menyebutkan bahwa ajaran agama islam masuk ke Lombok di bawa
oleh Sunan Prapen, putra Sunan Ratu Giri bersamaan waktu dengan pengiriman Dato Bandan
(Dato Ribandan) Kemakasar dan Selayara untuk menyebarkan agama islam. Jika berada
dalam babad Lombok itu dapat di benarkan, H. J. de Graaf berpendapat bahwa peristiwa itu
harus terjadi pada masa pemerintahan sunan Dalem ( 1506-1545 AD) atau pada masa
pemerintahan Batu Renggong dengan kerajaan Gelgel (H. J. de Graaf 1941:355-
373:Tawalinuddin Haris 1981,1-23).

Di dalam kompleks makam keramat selaparang ada sebuah batu nisan yang
bertuliskan huruf Arab dan huruf-huruf yang merupakan peralihan huruf Jawa Kuna ke huruf
Bali. Inskripsi ini terdiri atas lima baris, terpahat dalam bentuk relief timbul, -(sekarang sudah
aus rusak) berbunyi :
           

             Baris kesatu : la ilaha ilallah


Baris kedua : wa muhammadaun rasul
Baris ketiga : ulla (dan) maesan
Baris keempat : gagawean
Baris kelima : para yuga

Menurut W. F. Stutterheim, inskripsi tersebut adalah sebuah cadra sengkala yang


bernilai angka tahun 1142 Hijrah atau 1729 Masehi (W. F. Stutterheim, 1937 : 309 – 310).
Angka tahun ini dihubungkan dengan kematian seorang raja selaparang yang pada enam
tahun sebelumnya (1723 M) beperang mengusir orang-orang Sumbawa dengan bantuan
orang-orang Bali yang pada akhir abad ke-17 berhasil menanamkan kekeuasaannya atas
sebagiana pulau Lombok, tetapi, menurut tradisi, batu nisan yang berangka tahun itu adalah
makam Ki Gading atau penghulu Gading . kalau melihat namanya, tentu bukan nama seorang
raja atau datu. Mungkin, nama seorang penyebar agama atau tokoh yang ada hubungannya
dengan masalah keagamaan. Kalau kita berpegang pada angka tahun tersebut maka usia
peninggalan berupa “makam keramat raja” ini tidaklah terlalu tua, kira-kira dua atau tiga
abad yang lampau. Namun perlu disadari bahwa angka tahun itu tidak dapat dipakai sebagai
dasar penentuan umur kompleks makam secara keseluruhan. Di dalam sat kompleks
pemakaman, sangat mungkin kubu-kubur yang ada di dalamnya berasal dari masa yang
berbeda-beda.

Memperhatikan tipologinya, bagian terbesar batu nisan yang ada di kompleks


pemakan ini mengingatkan kita pada bentuk batu nisan yang terdapat di Aceh, Banten,
Madura, yang berasal dari abag ke 16 dan 17.

Oleh karena itu, dari sudut arkeologi peninggalan islam, di selaparang ini
termasukpeninggalan yang tua, bahkan mugkin sekali dugaan Nieuwenhuizen tentang
munculnya selaparang dan pendapat H. J. de Graaf tentang masuknya islam di Lombokyang
di bawa oleh sunan prapen ada benarnya.

Ada pendapat bahwa sebelum berdirinya kerajaan selaparang islam telah ada kerajaan
selaparang Hindu yang didirikan oleh Ratu Mas Pahit, salah seorang keturunan Prabu
Brawijaya dari Majapahit, kerajaan inilah yang kemudian di hancurkan oleh pasukan
Majapahit di bawah pimpinan Senapati Nala (Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat, jilid
1:11  - 12).

Akan tetapi,selama bukti-bukti belum ada,maka pendapat tersebut tetap merupakan


dugaan belaka,jauh sebelum berdirinya Majapahit,mungkin di Lombok telah berkembang
kebudayaan Hindu tegasnya sudah ada penganut agama Hindu Mahayana.Hal ini didasarkan
pada temuan empat buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960 di Lombok Timur ( di
Batu Pandang,kecamatan Pringgabaya,Lombok Timur ).Keempat patung Budha itu sekarang
masih tersimpan di Museum Nasional,Jakarta.Dua diantara keempat patung itu dikenal
sebagai Tara dan Awalokiteswara.Menurut Dr.Soekmono,satu diantaranya mirip dengan
patung Budha di Candi Borobudur ( R.Soekmono,1965 : 44).Akan tetapi,perlu
dipertimbangkan juga kemungkinannya,bahwa keempat patung itu merupakan barang yang
didatangkan dari luar.Kalau demikian halnya,tentu persoalannya akan menjadi lain.
Di dalam Negarakertagama,pupuh 14,disebutkan bahwa “Lombok Mirah” dan Sasak
menjadi daerah kesatuan Majapahit.Sekalipun para ahli berbeda pendapat mengenai
penafsiran kata “Sasak dan Lombok Mirah” itu,namun mereka sependapat bahwa lokasinya
di Lombok belum dapat dipastikan,apakah pada watu itu sudah ada kerajaan Selaparang.

Selain dalam sumber-sumber lokal,nama Selaparang disebutkan pula dalam sumber-


sumber Bali,Sumbawa,Makasar,Hikayat  Banjar dan sumber Kompeni yang umumnya
berasal dari masa yang kemudian.Bahkan menurut sumber yang terakhir ini,nama Selaparang
sering dikaitkan dengan pulau Lombok yg pada waktu itu diperintah oleh raja-raja yang
beragama Hindu.Mungkin pada permulaannya,Selaparang ini merupakan “kerajaan”
kecil  dengan wilayah yang amat sempit,yakni di Desa Selaparang sekarang dan
sekitarnya.Kerajaan-kerajaan kecil semacam ini banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh
Lombok.Masing-masing dikepalai oleh seorang “Datu”.Datu satu ini pada hakekatnyai tidak
lebih dari “kepala suku”,atau seorang ( cikal bakal ) pendiri suatu desa,yang dalam
perkembangan selanjutnya “dipuja” oleh pengikutnya yang dianngap identik dengan
raja.Diantara mereka sering terjadi perselisihan yang sering berakhir dengan suatu
peperangan.

Bagaimana kerajaan Selaparang pada waktu itu tidak diketahui dengan jelas.Siapa
nama rajanya,demikian pula siapa nama-nama tokoh yang dimakamkan di kompleks
pemakaman kuno Selaparang belum jelas.Ada berapa nama yang disebut dalam tradisi,yaitu
Raden Mas Pekel,Raden Dipati Prakoso,Batara Selaparang,dan sebagainya.Tetapi yang mana
makamnya,dan apakah tokoh-tokoh itu dimakamkan di Selaparang atau ditempat lain,juga
belum jelas.
Rupa-rupanya kerajaan Selaparng ini dapat mengembangkan sayapnya hingga hampir
menguasai seluruh Lombok Timur,bahkan sampai di Sumbawa.Karena menurut berita
Makasar,pada abad ke-17 seorang anak remaja bernama Mas Pamayanmenjadi raja di
Sumbawa dilantik pada tanggal 30 November 1648 ( H.J.de Graaf, 1941 : 360 ).Dikatakan
pula bahwa Lombok dan Sumbawaada di bawah kekuasaan  seorang raja yang berkedudukan
di Lombok ( Cense, 1928 : 54 ).Sejak kapan Selaparang  dan Sumbawa menjadi kerajaan
belum jelas.Mungkin pada waktu itu telah terjadi ikatan kekeluargaan  antara raja Selaparang
dan raja Sumbawa,seperti yang tersebut dalam Hikayat Banjar,bahwa seseorang pangeran
Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang dan kawin dengan puteri raja bernama
Mas Surabaya.Dari perkawinan itu lahirlah aeorang anak laki-laki bernama Raden
Mataram.Setelah isterinya meninggal,kemudian Raden Subangsa dikawinkan lagi oleh raja
Selaparang dengan anaknya di Sumbawa yang bernama Mas Penghulu,yang kemudian
melahirkan Raden Banten (J.J. Ras ,1968 ).Pada waktu itu,baik Sumbawa maupun Selaparang
ada di bawah kekuasaan Gowa di Sulawesi Selatan,karena sejak tahun 1625 Sumbawa sudah
ditaklukkan Gowa. Sedangkan Lombok baru ditaklukkan Gowa setelah surutnya kekuasaan
Gelgel pada tahun 1640.Setelah jatuhnya Gowa ketangan VOC,serta dengan ditanda
tanganinya perjanjian Bongaya 1667.Berita-berita mengenai Selaparang agak simpang siur
sehingga sulit diikuti.

Dalam perjanjian 1674 antara Sumbawa dan VOC di Benteng Rotterdam (Makasar)
salah seorang di antara utusan raja Sumbawa adalah seorang “regent” bernama “Nene’ Juoro
Saparang. H.J. de Graaf fmenyimpulkan, pada waktu itu selaparang menjadi vazaal
Sumbawa. Hl ini terlihat pula pada perjanjian yang ditandatangani tanggal 16 maret 1675,
antar Sumbawa dan VOC, yang antar lain di wakili oleh Fransen Holstein. Dalam perjanjian
ini, Sumbawa menyerahkan 16 pika beras kepada VOC yang harus di serahkan oleh
Selaparang. Sumber kompeni menyebutkan, bahwa pada 1680 selaparang di kuasai Sumbawa
dengan bantuan orang0orang makasar yang meninggalkan makasar karena mendapat tekanan
atau tidak senang kepada kompeni (H.J. de Graaf, 1941 : 360-362).

1.4.      Pemugarannya

Makam selaparang atau makam keramat selaparang. Termasuk makam tanjung,


sebagai benda cagar budaya dengan status “dead moment, telah di pugar oleh departemen
pendidikan dan kebudayaan dengan dana proyek pemugaran peninggalan sejarah dan
purbakal Nusa Tenggara Barat dengan tiga tahap. Pemugaran di mulai pada tahun anggaran
1978/1979 s.d. 1980/1981. Pelaksanaan pemugaran oleh biang permusiuman, sejarah dengan
kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemenpendidikan dan kebudayaan propinsi Nusa
Tenggara Barat, dengan tenaga teknis inti dari pusat.

Pada waktu pemugaran juga dilakukan konservasi sederhana dalam bentuk


pembersihan batu-bat nisan dari berbagai “penyakit” batu. Di samping itu juga di lakukan
penataan lingkungan serta pemugaran dengan kawat berduri. Juga dilengkapi dengan saran
penunjang seperti:
a. Jaringan pipa air untu keperluan pengunjung maupun pemeliharaan tanaman (tanam)
b. Rumah jaga untuk tempat tinggal juru pelihara. Dalam hal ni Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan menempatkan seorang juru pelihara yang berstatus Pegawai Negri
Sipil (PNS). Juru pelihara pertama dengan status PNS di makam Selaparang adalah
Sdr. Lalu Nurjani.
Pada waktu penataan lingkungan dan pemugaran, ada beberapa makam “non arkelogis”
yang letaknya sangat dekat dengan situs, pada bagian tenggara kompleks makam. Untuk
keperluan pengamanan situs selanjutnya, dan juga untuk keserasian dengan lingkungan
secara keseluruhan, maka itu kmudian “dimasukkan” ke dalam lingkungan situs yang berada
di dalam pagar. Hal ini sesuai dengan hasil permufakatan dengan pihakpihak yang
berkepentingan. Juga telah di sepakati oleh semua pihak bahwa seluruh tanah di dalam pagar
menjadi bagian dari situs.

KESIMPULAN
Demikian hasil laporan observasi tentang Makam Selaparang berkenaan dengan
banyaknya peninggalan bersejarah yang ada di Lombok. Kita harus tetap menjaga dan
melestarikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada, sepeerti Makam Selaparang yang
merupakan tempat di makamkannya para leluhur kita. Dan memiliki dampak yang cukup
besar bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/kanalntb.com/melihat-lebih-dekat-komplek-makam-raja-
selaparang-kerajaan-islam-lombok/amp/
https://www.google.com/amp/s/kanalntb.com/melihat-lebih-dekat-komplek-makam-raja-
selaparang-kerajaan-islam-lombok/amp/
http://artdyart.blogspot.com/2012/09/contoh-makalah-peninggalan-bersejarah.html?m=1
https://hura hura.wordpress.com/2012/07/29/karakteristik-kompleks-pemakaman-kuna-
selaparang/

Anda mungkin juga menyukai