Anda di halaman 1dari 3

Hukum Administrasi Negara

1. (a).Berdasarkan perpres Nomor 54 tahun 2010 Pengadaan Barang/Jasa dibagi


dalam dua
kelompok besar :
- Pengadaan barang/jasa secara swakelola
- Pengadaan barang/jasa melalui pemilihan penyedia barang/jasa.
Menurut saya berdasarkan Perpres Nomor 54 tahun 2010 menurut pada soal
tersebut
diketahui bahwa kemendikbud akan melakukan kegiatan pengadaan barang berupa
penyediaan 1 unit mobil pintar dengan nilai pekerjaan sebesar Rp197.000.000,00
maka
saya akan melakukan pengadan barang dengan metode e-purchase melalui aplikasi
pengadaan e-catalog pemerintah.dikarenakan lebih terjamin dan aman karena dalam
catalog elektronik tersebut telah disediakan berbagai macam jenis kendaraan dan
harga
termasuk ppn dengan penyedian yang sudah terjamin dan sesuai dengan
kualifikasinya.
(b). Dalam rangka pengoptimalan kemanfaatan BMN dapat dilakukan dengan sistem
pinjam pakai. Menurut lampiran III PMK No.96/PMK.06/2007 dinyatakan bahwa
pinjam
pakai BMN adalah penyerahan penggunaan BMN antara pemerintah pusat kepada
pemda
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu
berakhir,
BMN tersebut diserahkan kembali kepada pemerintah pusat.
Dalam prosesnya sesuai dengan Lampiran III PMK No.96/PMK.06/2007
- dilakukan dulu permohonan yang diajukan oleh pengguna barang kepada
pengelola
barang dalam kasus tersebut adalah kemendikbud.
- Pengelola barang melakukan penelitian atas permohonan tersebut seperti uji
kelayakan
-Jika disetujui makan Kemendikbud dapat menerbitka surat persetujuan pinjam pakai
kendaraan mobil pintar tersebut kepada lembaga yang mengajukan permohonan.
-Surat persetujuan memuat pihak-pihak terkait, keterangan barang, lamanya pinjam
pakai,
serta kewajiban peminjam.
- Atas surat persetujuan tersebut dibuatkan surat perjanjian pinjam pakai.

2. 2. Pengertian perbuatan melawan hukum tidak hanya meliputi perbuatan yang


bertentangan
dengan pasal-pasal dalam perundang-undangan yang berlaku tetapi termasuk juga
perbuatan yang melanggar keputusan dalam masyarakat.
Sedangkan istilah penguasa menurut putusan mahkamah agung RI No. 66 tahun
1952
disebut sebagai pemerintah dan menurut putusan Mahkamah Agung RI No. 838
tahun1970 disebut sebagai penguasa.sedangkan menurut ketentuan pasal 1 angka
6 Jo
pasal 1 angka 2UU No.5 tahun 1986 yang sudah diubah dengan UU No. 9 tahun
2004
tentang peradilan Tata Usaha Negara disebut sebagai badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang
berlaku, sehingga pengertian tidak hanya meliputi instansi-instansi resmi yang
berada
dalam lingkungan eksekutif dibawah presiden akan tetapi termasuk juga
Badan/pejabat
lain yang melaksanakan urusan pemerintahan.
Secara garis besar perbuatan melawan hukum oleh pemerintah dapat
diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis,yaitu:
- Perbuatan melawan hukum oleh penguasa
- Perbuatan melawan undang-undang
- Perbuatan yang tidak tepat
- Perbuatan yang tidak bermanfaat
- Perbuatan yang menyalahgunakan wewenang
Dalam kasus tersebut jenis perbuatan melawan hukum yang dilakukan pihak PLN
adalah
perbuatan melawan undang-undang yang menyebabkan kerugian bagi konsumen
yaitu
masyarakat pengguna listrik.
“Mantan Menko Maritim ini juga mengungkapkan, bahwa ada mafia dibalik
pembelian TDL
dengan konsep voucher. Ia menyatakan ada skema korupsi yang terjadi dalam
potongan
administrasi yang merugikan rakyat. “Mereka beli pulsa 100 ribu, ternyata pulsanya
hanya
sekitar Rp70 ribu, ini kejam sekali. Ini kelakuan provider setengah mafia, kira-kira
gitulah
disebutnya. “Padahal kalau misalnya beli pulsa telpon, harganya 100ribu, tapi kita
hanya
bayar Cuma sekitar Rp90 ribuan. Karena itu uang muka, jadi provider taruh uang
muka
dibank. Monopoli ini sama sekali merugikan rakyat,”tutupnya”
Tindakan ini jelas-jelas melawan Undang-undang.

Berdasarkan Pasal 10 ayat (3) UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pembagian pendapatan daerah dilakukan sebagai
berikut:

10% dari pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dialokasikan untuk pemerintah pusat.

90% dari pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dialokasikan untuk pemerintah
daerah, yang kemudian dibagi sebagai berikut:
10% dialokasikan untuk pemerintah provinsi.

30% dialokasikan untuk pemerintah kabupaten/kota.

60% dialokasikan untuk pemerintah desa/kelurahan.

Sebagai contoh, jika nilai 10% pendapatan PBB sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah), maka total pendapatan PBB adalah Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dengan demikian, pembagian pendapatan daerah berdasarkan Pasal 10 ayat (3) UU Nomor
33 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

Pemerintah pusat: Rp. 100.000.000,00 (sepuluh persen dari total pendapatan PBB).

Pemerintah provinsi: Rp. 90.000.000,00 (sepuluh persen dari 90% total pendapatan PBB).

Pemerintah kabupaten/kota: Rp. 270.000.000,00 (tiga puluh persen dari 90% total pendapatan
PBB).

Pemerintah desa/kelurahan: Rp. 540.000.000,00 (enam puluh persen dari 90% total
pendapatan PBB).

3.

Anda mungkin juga menyukai