Anda di halaman 1dari 7

Tugas :1

Mata Kuliah : TAP


Dosen : Fathol Bari, SH., MH.
Nama : Fauzul Mona
NIM : 041653607
Program Studi : Ilmu Hukum

Kepada yang terhormat Bapak Dosen yang saya hormati, izin untuk menjawab soal pada tugas
1 yaitu:

Wanprestasi pada Kontrak Jaminan Fidusia

Pengertian Fidusia sebagai salah satu bentuk hak tanggungan adalah pengalihan penguasaan
hak kepemilikan atas suatu benda bergerak yang hak kepemilikannya masih dalam kekuasaan
pemilik benda tersebut. Banyak modus tindak keperdataan dan kepidanaan sebagai implikasi
bisnis financing ini, dari laporan palsu debitor, penggadaian ulang (penggelapan), eksekusi
sepihak leasor (kejahatan korporasi) hingga kesalahan wewenang pejabat publik.

Tipe Kasus-1

Peristiwa hukum dialami saat Latuwo (35 Th) dihadang untuk berhenti oleh orang-orang yang
menyatakan diri dari Federal Insurance Finance (FIF), dengan sikap kasar menyita sepihak
motor (barang agunan fidusia) yang dikendarainya karena cedera janji pembayaran uang cicilan
(Peristiwa 26 Juli 2016). Upaya penyelesaian tunggakan kredit pembayaran kendaraan
bermotor tersebut ternyata tidak ada titik temu kesepakatan, dan diketahui bahwa perjanjian
fidusianya belum/tidak terdaftar ke Kantor Jaminan Fidusia. Oleh karena tidak diperoleh
kesepakatan maka Latuwo melaporkan kronologi kejadian perkara eksekusi sepihak PT FIF ke
kepolisian (seorang petugas polisi, Oni) sebagai tindak pidana perampasan dan perbuatan tidak
menyenangkan. Namun pihak kepolisian menolak membuatkan laporan polisi dengan alibi
motor tidak ‘raib/hilang/dirampas’ namun ‘diamankan’ oleh pihak kantor FIF, dan memang
demikian bahwa benar keberadaan motornya berada di kantor FIF. Petugas penyidik kepolisian
(Oni) berpendapat bahwa, “ini bukanlah pencurian dan juga bukan perampasan. Tapi masalah
kredit. Dan polisi tidak bisa membuatkan laporan polisi jika masalahnya adalah kredit” yaitu
“… kredit macet”. Latuwo frustasi, akhirnya Ia laporkan perkaranya ke jajaran lebih tinggi
kantor kepolisian Polda Jatim. Hasilnya, Ia dibuatkan laporan polisi dengan tersangka Teguh
sebagai pimpinan FIF, dengan sangkaan Pasal 368 KUHP perihal tindak kekerasan untuk
maksud hapusnya hutang-piutang dan Pasal 372 KUHP perihal perbuatan melawan hukum
karena penggelapan. Laporan polisi tingkat Polda tersebut dirujuk ke kantor polisi tingkat
Polrestabes Surabaya dan terus ke kantor polisi Polsek Dukuh Pakis (otoritas locus delicti).
Proses penanganan perkara ini cukup lama (26/Juli/2016 hingga November 2016), namun
dengan terbitnya Surat Pemberitahuan Proses Penyidikan (SP2P) kasus ini malah
mandeg/berhenti. Sehingga penanganan kasus perkara ini dipertanyakan lagi oleh publik untuk
penyelesaiannya.

Tipe Kasus-2

Kepala Desa di Kecamatan Sempor berinisial NM (52) berurusan dengan polisi, karena
penggadaian terselubung motor jaminan fidusia. Kasus gadai menggadai motor jaminan fidusia
milik NSC ini melibatkan peran debitur nakal. Kasat Reskrim Polres Kebumen AKP Edy Istanto
mengatakan, tindakan gadai menggadai yang dilakukan NM berlangsung 4 tahun terakhir, yang
keuntungan dari hasil menggadai tersebut, NM yang telah dua periode menjabat mendapatkan
jatah keuntungan sebesar 10 persen. "Jadi jika sepeda motor digadai Rp 4 juta, ia akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp 400 ribu," kata Istanto. Kasus gadai ulang ini berawal dari
laporan salah satu karyawan NSC terkait dua kendaraan sepeda motor yang menjadi objek
jaminan fidusia telah digadaikan oleh NM. Diketahui lingkaran penggadaian ulang berawal dari
debitur SM warga dari NM menggadaikan dua sepeda motor padanya. Selanjutnya sepeda
motor tersebut digadaikan kembali oleh NM dengan dibantu oleh perantara tersangka GW (42),
warga Sidayu Gombong.Ujung transaksi, sepeda motor berpindah tangan dari NM kepada
tersangka inisial AK warga Kecamatan Puring. Polisi telah mengembangkan kasus tersebut,
mendapatkan adanya proses transaksi penggadaian lain sebanyak 15 unit kendaraan bermotor
dan dua mobil yang disimpan di gudang milik Kepala Desa.

Memperhatikan peristiwa hukum di atas, para pihak bersengketa dan otoritas berwenang telah
memenuhi unsur-unsur perbuatan hukum baik hukum pidana, hukum administrasi negara
maupun hukum perdata.

Pertannyaan 1

1. Jelaskan unsur-unsur perbuatan melawan hukum apa saja yang dapat diterapkan kepada
PT. FIF dan Kepala Desa NM.
Jawaban

Unsur-unsur perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT FIF:

a) Tidak menndaftarkan jaminan fidusia ke Kantor Pendaftaran Fidusia


Pasal 11 ayat (1) yaitu "benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia
wajib didaftarkan. (UU Nomor 49/1999)
Pasal 1 ayat (1) "Perusahaan Pembiayaan yang melakukan pembiayaan
konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib
mendaftarkan jainan fidusia dimaksud pad Kantor Pendaftaran Fidusia, sesuai
undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia" (PMK No.130/2012)
Pasal 2 PMK Nomor 130 Tahun 2012 "perusahaan pembiayaan wajib
mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30
(tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan
konsumen"

b) Melakukan perampasan secara paksa


Pasal 3 "Perusahaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan
fidusia berupa kendaraan bermotor apabila Kantor Pendaftaran Fidusia belum
menerbitkan seertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada
Perusahaan Pembiaayaan" (PMK No.130/2012).
Pasal 4 "penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor
oleh Perusahaan Pembiayaan wajib memenuhi ketentuan dan persyaratan
sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai jaminan fidusia dan telah
disepakati oleh para pihak dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan
bermotor"(PMK No.130/2012).
Sanksi yang dapat diberikan kepada PT FIF terdapat pada Pasal 5 yaitu
"Perusahaan Pembiayaan yang melanggat ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1. Pasal 2, Pasal 2, Pasal 4 Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi
admistratif secara bertahap berupa peringatan, pembekuan kegiatan usaha atau
pencabutan izin usaha" (PMK No.130/2012).
Unsur melawan hukum yang dilakukan oleh kepala desa:

a) Menggadaikan tanpa persetujuan penerima jaminan fidusia.


Pasal 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia yaitu "Pemberi Fidusia yang mengalihkan,
menggadaikan, atau menyewakan Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) yang dilakukan tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Penerima Fidusia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

Pertanyaan 2

2. Apakah bagi korporasi PT FIF telah memenuhi unsur melawan hukum untuk dapat
dikenakan sanksi pidana dan perdata?

Jawaban

Tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh PT FIF dalam mengambil paksa
kendaraan debitur telah memenuhi unsur melawan hukum pidana dan dapat dikenakan
sanksi pidana yaitu tindak pidana pemerasan diatur dalam KUHP pasal 368 yang berbunyi
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau Sebagian adalah kepunyaan orang itu
atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun”. dan Pasal 372
yaitu “barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak Rp900 ribu “. Serta
unsur melawan hukum perdata yaitu tidak mendaftarkan jaminan fidusia ke Kantor
Pendaftaran Fidusia sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU 42/1999
tentang Jaminan Fidusia dan Pasal 1 ayat (1) PMK No.130/2012.
Pertanyaan 3

3. Jelaskan unsur-unsur tidak terpenuhinya pelayanan dan perlindungan publik pada kantor
Kepolisian Sektor Dukuh Pakis.

Jawaban

Pasal 13 UU No.2/2002 tentang Kepolisian. Tugas pokok Kepolisan Negara Republik


Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan
memberikan perlindungan, pengyoman, dan pelayanan kepada Masyarakat. Unsur-unsur tidak
terpenuhinya pelayanan dan perlindungan publik pada kantor Kepolisian Sektor Dukuh Pakis
yaitu:

Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi
penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan
yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).

a) Unsur pertama
Adalah setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan UndangUndang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Unsur ini
terpenuhi institusi penyelenggara adalah kantor Kepolisian Sektor Dukuh Pakis.
b) Unsur kedua
Adalah orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan atau memerlukan
layanan (penerima layanan), pada dasarnya tidak memiliki daya tawar atau tidak dalam
posisi yang setara untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk
mendapatkan pelayanan yang baik. Posisi inilah yang mendorong terjadinya komunikasi
dua arah untuk melakukan KKN dan memperburuk citra pelayanan dengan
mewabahnya Pungli, dan ironisnya dianggap saling menguntungkan.
c) Unsur ketiga
Adalah kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur kepuasan pelanggan menjadi
perhatian penyelenggara pelayanan (Pemerintah), untuk menetapkan arah kebijakan
pelayanan publik yang berorienntasi untuk memuaskan pelanggan, dan dilakukan
melalui upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan. Unsur
kepuasan pelanggan dalam layanan Kantor Kepolisian Dukuh Pakis tidak terpenuhi,
karena kasus mandeg sehingga tidak ada penyelesaian terhadap perkara yang dimaksud.
PT. FIF sebagai leasor telah melakukan eksekusi sepihak (bukan perbuatan titel eksekutorial
dan parate eksekusi), di sisi lain kepolisian sector Dukuh Pakis terindikasi maladministrasi yaitu
non-performance against good governance principles dan asas-asas perlindungan masyarakat
(UU 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan jo. UU 37/2008 tentang Ombudsman RI jo.
UU 2/2002 tentang Kepolisian Negara RI). Demikian pula Kepala Desa NM, warga SM,
perantara GW dan tersangka AK yang terlibat tindak pidana melalui penggadaian ulang barang
fidusia. Jawablah pertanyaan dibawah ini:

Pertanyaan

1. Apakah PT. FIF a/n pimpinan memenuhi persyaratan sebagai pihak yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana maupun perdata (corporate liability)? Jelaskan!

Jawaban.

Pimpinan PT FIF telah memenuhi persyaratan sebagai pihak yang dapat dimintai
pertanggungjawaban pidana maupun perdata, karena pimpinan tersebut memegang kendali
penuh atas lisensi PT FIF untuk memerintahkan eksekutor merampas motor debitur
wanprestasi. Di dalam hukum pidana dikenal asas Vicarious Liabilty yaitu pertanggungjawaban
enurut hukum seseorang atas perbuatan salah yang dil akukan oleh orang lain atau secara
singkat asas ini dapat dikatakan sebagai pertanggungjawaban pengganti. Pertanggungjawaban
penggganti itu dirumuskan dalam Pasal 35 ayat (3) konsep yang berbunyi: Dalam hal tertentu,
setiap orang dapat dipertanggungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain,
jika ditentukan dalam suatu undang-undang. Ketentuan ayat ini dalam penjelsan pasalnya
merupakan pengecualian dari asas tiada pidana tanpa kesalahan. lahirnya pengecualian ini
merupakan penghalusan dan pendalaman asas regulatif dari yuridis moral yaitu dalam hal-hal
tertentu tanggung jawab seseorang dipandang patut diperluas sampai kepada tindakan
bawahannya yang melakukan pekerjaan atau perbuatan untuknya atau dalam batas perintahnya.
Oleh karena itu meskipun seseorang dalam kenyataannya tidak melakukan tindak pidan namun
dalam rangka pertanggungjawaban pidana ia dipandang mempunyai kesalahan jika perbuatan
orang lain berada dalam kedudukan yang sedemikain itu merupakan tindak pidana.

Pertanyaan

2. Apa implikasi hukum sehubugan dengan belum/tidak terdaftarnya perjanjian fidusianya ke


Kantor Jaminan Fidusia? Jelaskan!
Jawaban

Implikasi hukum jika belum/tidak terdaftarnya jaminan fidusia pada Kantor Jaminan Fidusia
dapat menimbulkan hilangnya hak yang didahulukan (preferen) kepada Penerima Fidusia
terhadap kreditor lain dan kurang terjaminya kepentingan pihak yang menerima fidusia.
Pemberi Fidusia mungkin saja menjaminkan benda yang telah dibebani dengan fidusia kepada
pihak lain tanpa sepengetahuan Penerima Fidusia.

Peraturan Perundang-Undangan

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Janminan Fidusia;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tetang Administrasi
Pemerintah;
5. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 tentang
Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan
Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminana
Fidusia.

Buku

1. Hiariej, E.O.S., (2014). Hukum pidana, Universitas Terbuka.(p.7.3-7.4 & 7.44p-7.45)


2. Purwanto, E.A., & Tyastianti, D., & Taufiq, A., & Novianto, W. 2016.
Pelayanan publik Lembaga Administrasi Negara. (p.13-14)

Literatur lainnya

Septian, A.Y. Tindak pidana perampasan motor ditinjau dari pasal 368 kuhp.
http://eprints.ubhara.ac.id/941/2/JURNAL-dikonversi.pdf - diakses pada tanggal 23
Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai