Anda di halaman 1dari 3

Tugas Ke : 3

Nama : Rudi Iskandar


NIM : 031009287
MTK. : EKSI 4205

1. Prosedur Pembukaan Rahasia Bank Untuk


a. Kepentingan Perpajakan, yaitu :
Ketentuan mengenai pembukaan rahasia bank untuk kepentingan perpajakan ini diatur
dalam pasal 41 Undang-undang Perbankan 1998 yang menyatakan bahwa: “Untuk
kepentingan perpajakan, Pimpinan Bank Indonesia atas perintah Menteri Keuangan
berwenang mengeluarkan perintah tertulis kepada bank agar memberikan keterangan
dan memperlihatkan buktibukti tertulis serta Surat-Surat mengenai keadaan keuangan
nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak”. Dalam pembukaan rahasia bank
karena untuk keperluan pemeriksaan dan penyidikan perpajakan, maka pembukaannya
harus ada permintaan tertulis dari Menteri Keuangan. Adapun mengenai keperluan
untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan lainnya maka
tidak diperlukan permintaan. Hal demikian didasarkan kepada ketentuan pasal 35 ayat
1 dan 2 berikut penjelasannya dari Undang-Undang No. 9 Tahun 1994, yaitu bahwa
untuk kepentingan menjalankan peraturan perundang-undangan pajak, pihak pajak
langsung dapat meminta keterangan atau bukti dari bank mengenai keadaan keuangan
nasabahnya sepanjang mengenai perpajakannya.

b. Kepentingan Peradilan Pidana, yaitu :


Menurut ketentuan pasal 42 ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang Perbankan Tahun 1998
menyatakan sebagai berikut:
Pertama, untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana, Pimpinan Bank Indonesia
dapat memberikan ijin kepada Polisi, Jaksa, atau Hakim untuk memperoleh keterangan
dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank;
Kedua, ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan secara tertulis atas
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian. Republik Indonesia, Jaksa Agung atau
Ketua Mahkamah Agung; Ketiga, permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2
harus menyebutkan nama dan jabatan Polisi, Jaksa atau Hakim, nama tersangka atau
terdakwa, alasan diperlukannya keterangan dan hubungan perkara pidana yang
bersangkutan dengan perkara pidana yang diperlukan.
Di dalam Pasal 3 Ayat (1) tentang Pembukaan Rahasia Bank untuk kepentingan
peradilan dalam perkara pidana wajib dilakukan setelah terlebih dahulu memperoleh
perintah atau izin tertulis dari pimpinan Bank Indonesia.
Di dalam Pasal 6 mengatur tentang pembukaan rahasia perbankan di dalam
kepentingan peradilan dalam perkara pidana, di mana pimpinan BI dapat memberikan
izin tertulis kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank
mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank (Ayat 1), setelah ada
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Ayat 2), hal mana
ketentuan tersebut juga berlaku di dalam perkara pidana yang diproses di luar peradilan
umum (Ayat 3) di mana permintaan tertulis tersebut harus menyebutkan :
a. Nama dan jabatan polisi, jaksa atau hakim;
b. Nama tersangka atau terdakwa;
c. Nama kantor bank tempat tersangka atau terdakwa mempunyai simpanan;
d. Keterangan yang diminta;
e. Alasan diperlukannya keterangan; dan
f. Hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.

Bahwa kemudian hari lebih lanjut diatur di dalam Pasal 9, bahwa permintaan tertulis
tersebut harus ditandatangani dengan membubuhkan tanda tangan basah oleh Jaksa
Agung Republik Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia atau Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia, yang ditujukan kepada: Gubernur Bank Indonesia Up.
Direktorat Hukum Bank Indonesia. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah
surat permintaan untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana diterima secara
lengkap oleh Direktorat Hukum BI, Gubernur BI memberikan perintah atau izin tertulis
membuka rahasia bank, kecuali untuk perkara pidana korupsi, perintah atau izin
diberikan dalam waktu 3 (tiga) hari. Demikian juga terhadap surat permintaan yang
tidak memenuhi persyaratan, Gubernur BI secara tertulis dapat menolak untuk
memberikan perintah atau izin tertulis membuka rahasia bank, selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari setelah surat permintaan diterima untuk kepentingan perkara pidana
dan 3 (tiga) hari setelah permintaan diterima yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi. (Pasal 10 Ayat (3) dan (4)).

2. Penilaian tingkat kesehatan bank salah satunya adalah Capital, Komponen lain yang
dinilai pada komponen ini, adalah :
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 perihal
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, berikut ini adalah perincian dari setiap
variabel yang akan dianalisis dalam rasio CAMEL yaitu:
1) Capital (Modal) Penilaian didasarkan kepada capital atau struktur permodalan dengan
metode CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu dengan membandingkan modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
2) Asset (Aktiva) Penialian didasarkan pada kualitas aktiva yang dimiliki bank. Rasio
yang diukur ada dua macam yaitu rasio aktiva produktif dan rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
3) Management (Manajemen) Penilaian didasarkan pada manajemen permodalan, aktiva,
rentabilitas, likuiditas, dan umum.
4) Earning (Rentabilitas) Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah kemampuan bank
dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Penilaian dalam unsur ini
yaitu rasio laba terhadap total asset (Return on Asset), rasio beban operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO).
5) Liquidity (Likuiditas) Penilaian dalam unsur ini yaitu jumlah kewajiban bersih call
money terhadap aktiva lancar dan rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh
bank.
3. Keberadaan lembaga pembiayaan atau leasing merupakan suatu kebutuhan yang sangat
diharapkan bagi masyarakat Indonesia. Dari satu sisi, kehadirannya mampu membantu
usaha dan mengangkat taraf hidup namun di sisi lain, merupakan momok yang
menakutkan sebab masyarakat selaku konsumen selalu berada di posisi yang lemah.
Alasan konsumen selalu pada posisi yang lemah, yaitu :

Karena perjanjian kredit antara konsumen dan leasing tidak adil dan cenderung merugikan
konsumen, dan  kontrak atau perjanjian kredit di buat secara sepihak oleh pihak leasing,
sehingga bisa di bilang konsumen terpaksa untuk menerima kontrak tersebut bila ingin
menerima kredit.

Pembahasan
Leasing adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk
digunakan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pemberian fasilitas leasing, dan masing masing
pihak mempunyai hak dan kewajiban. masing masing pihak melakukan kegiatannya
melalui kesepakatan yang dibuat bersama. Adapun pihak pihak yang terlibat dalam proses
pemberian fasilitas leasing yaitu:
 Lessor yaitu perusahaan leasing yang membiayai keinginan para nasabahnya untuk
memperoleh barang modal.
 Lessee yaitu nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada lessor untuk
memperoleh barang modal  yang di inginkan
 Supplier yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan di leasing sesuai
perjanjian antara leassor dengan lessee dalam hal ini  suplier juga dapat bertindak
sebagai lessor.
 Asuransi yaitu pihak yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara leassor
dengan leasse.
 Kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a) Melakukan sewa guna usaha dengan opsi bagi lessee (finance lease)
b) Melakukan sewa guna usaha dengan tanpa hak opsi bagi leasse (operating lease).

Anda mungkin juga menyukai