Jawab :
Dalam Pasal 1 Perpu Nomor 3 Tahun 2008 menyatakan bahwa nilai yang
rupiah). Pada tahun 2009 Perpu ini diperkuat menjadi Undang-Undang Nomor 7 tahun
66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin
Simpanan yang dalam Pasal 1 menyatakan bahwa nilai simpanan yang dijaminkan oleh
Jika nasabah memiliki beberapa rekening dalam satu bank, maka simpanan
yang dijamin dihitung dari jumlah saldo seluruh rekening. Nilai simpanan yang dijamin
berupa simpanan pokok ditambah bunga untuk bank konvensional dan simpanan pokok
ditambah bagi hasil untuk bank syariah. Dalam Undang-Undang Lembaga Penjamin
Simpanan dan Undang-Undang Perbankan, terdapat salah satu jenis simpanan yang
tidak jelas apa yang dimaksudkannya, yakni “bentuk lain yang dipersamakan dengan
simpanan itu”.
Maksud dari dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, merupakan
frase yang telah disebutkan sebelumnya yakni giro, deposito, sertifikat deposito,
beserta tabungan. Bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan simpanan dalam Pasal-
Pasal pada kedua Undang-Undang tersebut memuat rumusan yang terlalu umum.
Segala sesuatu yang dibukukan sejajar dengan klasifikasi dana masyarakat, seperti:
ketiga lainnya
Penjmain Simpanan didasarkan kepada hasil rekonsiliasi atau verifikasi yang dilakukan
Verifikasi biasanya melibatkan akuntan publik dan due diligence oleh pihak luar yang
independen seperti konsultan hukum. Hal ini dikaitkan dengan angka-angka sebagai
hasil rekonsiliasi atau verifikasi menjadi besaran yang menentukan jumlah yang harus
dibayarkan kepada kreditur bank, yang pada akhirnya akan membebani APBN
Simpanan:
tabungan secara periodik (misal: sebulan sekali), hal tersebut juga dapat
meminta ke bank agar bunga yang diberikan tidak melebihi bunga penjaminan
wajib dilindungi oleh bank! kaitkan jawaban anda dengan aturan yang
berlaku !
Jawab :
dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi dalam UU Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan. "Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris
yang sah dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan
mengenai simpanan Nasabah Penyimpan tersebut," bunyi Pasal 44A ayat (2) UU
persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut," bunyi
Persyaratan yang harus dilengkapi oleh ahli waris menghubungi Pihak Bank.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencairkan dana orang yang sudah
meninggal adalah dengan menghubungi pihak bank yang berkaitan. Keluarga perlu
mencari tahu di bank mana saja mendiang memiliki uang dan tabungan.
tentang penutupan rekening dan pencairan dana pada ahli waris. Kantor cabang yang
didatangi sebaiknya adalah kantor cabang tempat pembukaan rekening dilakukan agar
Jika pihak keluarga masih belum mengetahui syarat-syarat apa saja yang perlu
dibawa ke bank, maka tidak perlu membawa apapun karena sifatnya sebatas
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, sebaiknya datangi langsung bank yang
bersangkutan. Namun apabila lokasi bank terlalu jauh dan pihak keluarga sulit untuk
mendatangi langasung, dapat menelpon atau mengirim email kepada pihak bank.
Dana yang dicairkan oleh pihak bank dapat diterimakan langsung kepada ahli
waris, baik itu dalam bentuk tunai ataupun pemindahan buku. Ketika dana sudah jatuh
ke tangan ahli waris dan rekening sudah ditutup, maka kewajiban pihak bank sudah
selesai.
notaris/pengacara jika mendiang telah meninggalkan surat warisan. Namun jika tidak
membuat atau belum sempat membuat surat warisan, maka pembagian harta
Jawab :
dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi dalam UU Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan. "Dalam hal Nasabah Penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris
yang sah dari Nasabah Penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh keterangan
mengenai simpanan Nasabah Penyimpan tersebut," bunyi Pasal 44A ayat (2) UU
persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis, bank wajib
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan tersebut," bunyi
Jawab :
“Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja
tidak memberikan keterangan yang wajib dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana
penjara sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta
denda sekurang kurangnya Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan paling banyak
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan lalai
ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), diancam dengan pidana
kurungan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun dan atau
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha,
atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank;
adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, maupun dalam
dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
rupiah).
Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau pegawai bank yang dengan sengaja:
imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga, untuk
uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka
pembelian atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wesel, surat promes,
cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka
rupiah).”
5. Dengan banyak kasus tindak pidana perbankan dewasa ini maka ada
terhadap perbankan?
Jawab :
perbankan . Makandari itu masyarakat buth kepastian dan jaminan terhadap segala
dipahami secara holistik bukan tidak mungkin akan disikapi nasabah dengan
mengambil keputusan secara gegabah. Misalnya saja, penarikan uang skala besar
karena rasa panik dan khawatir sehingga dapat berpotensi mengganggu kinerja
Oleh karena itu, semua lembaga keuangan dan stakeholders terkait harus terus
ekonomi yang terus bergerak dinamis setiap saat. Tentu saja, sebagai langkah mitigasi
dari berbagai ancaman risiko, lembaga keuangan harus mengedepankan prinsip kehati-
menjadi sangat mudah diakses oleh publik setiap saat dengan tingkat likuiditas sangat
tinggi.
Namun, tingginya aksesibilitas itu harus tetap menjadi perhatian serius dari sisi
digitalisasi tersebut. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dalam Laporan Monitoring
Keamanan Siber 2022 menyebutkan, keuangan dan perbankan masuk dalam lima besar
keuangan. Hal ini perlu dilakukan demi merawat kepercayaan masyarakat pada
lembaga keuangan perbankan dan juga penjaminan simpanan yang begitu tinggi.