Anda di halaman 1dari 8

Tugas

Dampak Lingkungan dan Keselamatan Jalan

Oleh

Kamalia
1804101010036

PROGRAM STUDI MAGISTER


TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK
SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 22
TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLI N DU NGAN
DAN PENGELOLAAJ LINGKUNGAN HIDUP

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan amanat dari Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang terakhir diubah melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang
Cipta Kerja.

Secara prinsip dan konsep peraturan perundang-undangan ini tidak berubah dari
konsep pengaturan dalam ketentuan sebelumnya, perubahan lebih diarahkan untuk
penyempurnaan kebijakan dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan memberikan
kemudahan (penyederhanaan sistem perizinan berusaha) kepada pelaku usaha dalam
memperoleh Persetujuan Lingkungan namun dengan tetap memenuhi ketentuan yang
ditetapkan.

Persetujuan lingkungan berfungsi sebagai dasar pertimbangan pengambilan


keputusan penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Izin Usaha/ Perizinan
Berusaha/Persetujuan Pemerintah), serta merupakan komitmen pengelolaan
lingkungan pelaku usaha dapat diawasi dan ditegakkan hukum (termuat dalam
Perizinan Berusaha/Persetujuan Pemerintah).

Beberapa hal penting dari Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Perubahan nomenklatur perizinan berusaha, dari yang semula Izin Lingkungan


diubah menjadi keputusan kelayakan lingkungan yang menjadi syarat dalam
perizinan berusaha.
2. Kewenangan penilaian dan penerbitan Persetujuan Lingkungansejalan dengan
kewenangan untuk penerbitan Perizinan Berusaha atau Persetujuan
Pemerintah, baik oleh Menteri, Gubernur, maupun Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenanganya.
3. Kewenangan untuk penentuan UKL-UPL dan NSPK terkait Persetujuan
Lingkungan akan langsung dikeluarkan oleh Kementerian/Pusat, sehingga
dapat menjadi acuan untuk pelaksanaan lebih lanjut di daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota)
4. Persetujuan teknis menjadi salah satu persyaratan administif dalam pengajuan
dokumen Andal, RKL-RPL.
5. Aturan pelaksanaan terkait persetujuan teknis (Pemenuhan Baku Mutu Air
Limbah; Pemenuhan baku Mutu Emisi; Pengelolaan Limbah B3; dan Analisis
Mengenai Dampak Lalu Lintas; Daftar Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal,
UKL-UPL, dan SPPL; Tata Cara Sistem Sertifikasi Kompetensi Amdal;
Pelatihan Kompetensi Amdal Dan Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan
Amdal; Pembentukan Lembaga Uji Kelayakan Lingkungan Hidup dan Tim Uji
Kelayakan Lingkungari Hidup; dan Tata Cara Penilaian Calon Ahli
Bersertifikat akan segera diterbitkan sesuai dengan jangka waktu yang diatur
dalam ketentuan peraturan perudangan yang berlaku, termasuk bentuk sistem
Informasi Dokumen Lingkungan yang akan diintegrasikan kedalam perizinan
berusaha.

Pemerintah telah mengeluarkan aturan baru pengolahan limbah bahan berbahaya


dan beracun (B3) dan non-B3. Aturan tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. PP ini merupakan salah satu turunan Undang-Undang No.11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Dengan terbitnya PP 22/2021 maka mencabut sekaligus lima aturan sebelumnya


yaitu PP 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, PP
27/2012 tentang Izin Lingkungan, PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan
Pengendalian Pencemaran Air, PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
dan PP 19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut.
Kemudian, aturan baru tersebut juga mengubah PP 46/2017 tentang Instrumen
Ekonomi Lingkungan Hidup.
“Salah satu aturan turunan UU Cipta Kerja yang paling banyak dibahas yaitu PP
22/2021. Ini karena PP tersebut secara fundamental mengubah landscape kerangka
peraturan dalam lingkungan hidup. Terlebih jumlah pasal yang sangat banyak dalam
memahami aturan ini jadi lebih kompleks. Sesaat PP 22/2021 diterbitkan kami
langsung identifikasi ketentuan dalam PP ini,” jelas Robert dalam acara webinar HOL
‘Kewajiban Pelaku Usaha dalam Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3 Pasca-
Peraturan Pelaksana UU Cipta Kerja’.

Cakupan dalam PP 22/2021 antara lain persetujuan lingkungan, mutu air, mutu
udara, mutu laut, pengendalian kerusakan lingkungan hidup, pengelolaan limbah B3
dan Non-B3, dana penjaminan, sistem informasi lingkungan hidup, pengawasan dan
sanksi. Robert menjelaskan PP 22/2021 menambah 70 ketentuan, mengubah 73
ketentuan dan menghilangkan 11 ketentuan. Pada PP 22 tahun 2021 ini terdapat 13
Bab dimana pada Bab II membahas mngenai Persetujuan Lingkungan. Secara prinsip
Izin Lingkungan tidak dihilangkan hanya tujuan dan fungsinya diintegrasikan kedalam
Ijin Berusaha.

2. Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan


Pembangunan Jalan

Disusun Oleh: Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan Deputi


MENLH Bidang Tata Lingkungan Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2007

Dalam setiap dokumen AMDAL atau UKL-UPL kegiatan pembangunan dan


pengoperasian jalan, deskripsi kegiatan yang akan dilakukan harus jelas dan harus
mencakup antara lain:

1. IDENTITAS PEMRAKARSA

Terdapat penjelasan tentang nama dan alamat pemrakarsa, struktur organisasi,


penanggungjawab proyek dan bagian yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
lingkungan.
2. PELAKSANAAN PROYEK

Terdapat penjelasan tentang jadwal waktu pelaksanaan setiap tahapan proyek


(prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi).

3. LOKASI KEGIATAN

Terdapat informasi spesifik mengenai lokasi kegiatan termasuk didalamnya:

ƒ Nama desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, luas lahan yang akan digunakan harus
jelas dan sebaiknya dilengkapi dengan letak geografis (koordinat);

ƒ Luas area yang dibutuhkan mencakup deskripsi layout proyek;

ƒ Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (sesuai dengan RTRW Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota), harus disertakan Peraturan Daerah yang mengatur tata
ruang tersebut;

ƒ Kondisi ekosistem setempat (hutan, rawa, bukit, gunung, gambut dll).

ƒ Penjelasan umum tentang lokasi tersebut apakah membutuhkan kegiatan pemadatan


atau pengurugan, datar atau berbukit (apakah akan dilakukan kegiatan cut and fill?),
kemungkinan dilakukan reklamasi, dan kemungkinan relokasi penduduk.

ƒ Penjelasan umum tentang kondisi rencana tapak proyek

4. DESKRIPSI PERENCANAAN JALAN (DESAIN JALAN)

Sesuai dengan dampak yang ditimbulkan, secara garis besar panduan ini akan
mengelompokkan jalan dalam dua kategori besar yaitu jalan tol dan jalan non tol.
Dalam menilai dokumen AMDAL atau UKL-UPL kegiatan pembangunan dan
pengoperasian jalan, harus diperhatikan deskripsi detail mengenai spesifikasi teknis
dan desain jalan akan dibangun. Pada umumnya, baik jalan non tol (arteri dan kolektor)
maupun jalan tol mencakup hal-hal seperti:

ƒ Panjang Jalan Panduan Penilaian AMDAL Atau UKL/UPL Untuk Kegiatan


Pembangunan Jalan 3
ƒ Lebar RUMIJA (Ruang Milik Jalan), secara rinci dapat mengacu pada UU Nomor
38 Tahun 2004 tentang Jalan

ƒ Lebar Jalur

ƒ Lebar dan Jumlah Lajur, adalah lebar bagian jalan untuk satu kendaraan

ƒ Lebar Median, adalah ukuran lebar pembatas antara dua jalur jalan

ƒ Lebar Bahu Luar, adalah ukuran lebar bahu jalan sebelah luar

ƒ Lebar Bahu Dalam adalah ukuran lebar bahu jalan sebelah dalam

ƒ Kecepatan rencana, adalah kisaran kecepatan yang direncanakan diperbolehkan


untuk kendaraan yang melaju di jalan yang direncanakan

ƒ Tipe perkerasan

ƒ Konstruksi badan jalan

ƒ Deskripsi galian dan timbunan

ƒ Keberadaaan persimpangan

ƒ Saluran drainase

ƒ Jembatan yang dibangun (apabila ada)

ƒ Jembatan penyeberangan(apabila ada)

ƒ Underpass (apabila ada)

ƒ Overpass (apabila ada) Khusus untuk jalan tol, perlu lebih diperhatikan terhadap:

ƒ Desain dalam mengelola aksesibilitas masyarakat sekitar rencana jalan tol, apakah
cukup menggunakan jembatan penyeberangan, Underpass, atau Overpass

ƒ Desain dan Lokasi pintu keluar masuk Secara umum jalan tol akan membutuhkan
RUMIJA yang lebih besar dari pada jalan non tol, sehingga akan lebih baik apabila
dokumen AMDAL atau UKL-UPL juga menyertakan Preliminary Design atau Basic
Design dari rencana jalan yang akan dibangun, termasuk apabila ada perbedaan desain
dari beberapa ruas jalan tersebut.

5. DESKRIPSI ALTERNATIF TRASE JALAN/RUTE

Perlu diperhatikan apakah Dokumen AMDAL atau UKL-UPL pembangunan jalan


telah menyertakan deskripsi alternatif trase jalan/rute dalam kajiannya. Alternatif trase
jalan/rute akan menjadi penting untuk menentukan trase jalan/rute yang paling layak
baik secara ekonomi maupun lingkungan.

6. DESKRIPSI ALTERNATIF SUMBER BAHAN MATERIAL

Perlu dilihat juga sudahkah disampaikan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL
tersebut alternatif sumber bahan material (lokasi quarry) tanah urug, batu kerikil dan
pasir. Disamping itu, perlu diuraikan pula berapa banyak material batu dan tanah urug
yang diperlukan oleh masing-masing alternatif.

7. DESKRIPSI ALTERNATIF LOKASI SARANA DAN PRASARANA


PENDUKUNG PEMBANGUNAN JALAN Dokumen AMDAL atau UKL-
UPL

Pembangunan jalan perlu menyertakan deskripsi alternatif sarana dan prasarana


pendukung pembangunan seperti penempatan basecamp, material, mesin pengolah
aspal (Asphalt Mixing Plant) dan mesin pengolah beton (Concrete Mixing Plant).
Alternatif ini harus menjadi bahan kajian dalam prakiraan dampak.

Buku panduan ini adalah alat bantu penilaian dokumen AMDAL atau UKL-UPL
yang bersifat umum dan cukup fleksibel terhadap kemungkinan perubahan terhadap
hal-hal yang perlu diperhatikan akibat perbedaan kondisi di lapangan. Kegiatan
pembangunan jalan memiliki beberapa aspek yang sangat tergantung pada kondisi
setempat, sehingga diharapkan penilai dapat memperhatikan pula kondisi lokal dalam
melakukan penilaian. Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat untuk
terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, khususnya pada
pembangunan jalan.
3. Perbandingan antara “PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2021 TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP” dengan “Panduan Penilaian AMDAL atau
UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Jalan”

• PP Nomor 22 Tahun 2021 merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
terakhir diubah melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta
Kerja. Sedangkan UKL kegiatan pembangunan jalan merupakan kegiatan
pembangunan dan pengoperasian jalan, deskripsi kegiatan yang akan dilakukan
harus jelas, dan tertera jelas pada panduan tersebut
• Aturan pelaksanaan terkait persetujuan teknis (Pemenuhan Baku Mutu Air
Limbah; Pemenuhan baku Mutu Emisi; Pengelolaan Limbah B3; dan Analisis
Mengenai Dampak Lalu Lintas; Daftar Usaha dan/atau Kegiatan wajib Amdal,
UKL-UPL, dan SPPL; Tata Cara Sistem Sertifikasi Kompetensi Amdal; Pelatihan
Kompetensi Amdal Dan Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan Amdal;
Pembentukan Lembaga Uji Kelayakan Lingkungan Hidup dan Tim Uji Kelayakan
Lingkungari Hidup; dan Tata Cara Penilaian Calon Ahli Bersertifikat akan segera
diterbitkan sesuai dengan jangka waktu yang diatur dalam ketentuan peraturan
perudangan yang berlaku, termasuk bentuk sistem Informasi Dokumen
Lingkungan yang akan diintegrasikan kedalam perizinan berusaha.
• Pada PP Nomor 22 Tahun 2021 lebih membahas mengenai Aturan pelaksanaan
terkait persetujuan teknis, sedangkan pada Panduan Penilaian AMDAL atau
UKL/UPL untuk Kegiatan Pembangunan Jalan membahas mengenai tata cara,
kriteria – kriteria, serta lampiran – lampiran yang di perlukan untuk perencanaan
pembangunan jalan.

Anda mungkin juga menyukai