Tidak, secara umum sistem penerbitan persetujuan lingkungan untuk penerbitan
perizinan berusaha dan/atau persetujuan lingkungan masih menerapkan atau tidak jauh berbeda dengan mekanisme sebelum PP 22/2021, hanya saja prosesnya disederhanakan dengan cara perubahan nomenklatrur izin lingkungan menjadi persetujuan lingkungan. 2. a. pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (pembuangan dan/atau pemanfaatan Air Limbah); b. pemenuhan Baku Mutu Emisi (pembuangan Emisi); c. Pengelolaan Limbah B3; dan/atau d. analisis mengenai dampak lalu lintas, hal tersebut sesuai Pasal 57 ayat 4 PP 22/2021 dan peraturan turunannya PermenLHK 5/2021 (khusus a,b,c). 3. Persetujuan Teknis adalah persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah berupa ketentuan mengenai standar perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan/atau analisis mengenai dampak lalu lintas Usaha dan/atau Kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan. Surat Kelayakan Operasional yang selanjutnya disebut SLO adalah surat yang memuat pernyataan pemenuhan mengenai standar perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Usaha dan/atau Kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. sedangkan Persetujuan Lingkungan (PL) adalah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah pusat atau pemerintah Daerah. (definisi berdasar PP 22/2021). Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (P3LH), terdapat mekanisme baru untuk integrasi Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dengan AMDAL atau UKL-UPL. Prosedur sebelumnya mengatur kewajiban pengurusan izin PPLH dilakukan setelah izin lingkungan diperoleh, dan usaha atau kegiatan telah berjalan. Namun hal ini dipandang menjadi salah satu penyebab panjangnya rantai birokrasi perizinan di Indonesia yang harus dipangkas. Persetujuan teknis (Pertek) harus diperoleh terlebih dahulu, sebelum suatu rencana usaha dan atau kegiatan mengajukan persetujuan lingkungan. Sehingga seluruh pengelolaan lingkungan terintegrasi kedalam AMDAL atau UKL-UPL. Setelah Persetujuan Lingkungan diperoleh, pelaku usaha langsung mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO) untuk bangunan/fasilitas yang telah mendapatkan persetujuan teknis. 4. Komisi Penilai AMDAL adalah Komisi yang bertugas menilai Dokumen AMDAL yang terdiri dari Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Dalam hakikatnya jika dilihat dari tugas dan fungsi, KPA masih ada sampai saat ini, namun didalam PP 22/2021 KPA telah berganti nama menjadi TUK (tim Uji Kelayakan) Lingkungan Hidup, dimana TUK akan dibentuk oleh Lembaga Uji Kelayakan (LUK) Lingkungan Hidup Pusat. Namun sampai sekarang LUK belum terbentuk, jadi belum bisa membentuk TUK, sehingga KPA bisa memperpanjang lisensinya sampai dengan terbentuknya TUK Lingkungan Hidup. 5. Instansi yang membidangi Lingkungan Hidup (pusat: KLHK, daerah: DLH). Kemudian tidak semena-mena dalam menentukan/menetapkan kegiatan daftar kegiatan wajib UKL-UPL dan SPPL, tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertetentu yang paling utama adalah pertimbangan dampak lingkungan yang akan dikibatkan oleh suatu jenis kegiatan. Namun sekarang, jika dilihat dari kalimat "menetapkan daftar kegiatan wajib UKL-UPL dan SPPL", yang mempunyai hak penetapan daftar kegiatan tsb adalah KLHK RI/Pusat, kami didaerah hanya bisa menerima regulasi/aturan yang sudah disahkan mengenai daftar kegiatan tsb yaitu PermenLHK 4/2021 tentang aftar Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup, sebagai dasar dan acuan kami didaerah dalam menapis U d/a K. 6. Kategori B, karena berpotensi menimbulkan dampak pada: a. Aspek fisik kimia, terutama pada kualitas udara (emisi ambient dan kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang) serta air tanah. b. aspek sosial, ekonomi dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat. 7. PUSAT, karena 8. RINTEK LB3, Pertek dan SLO pengelolaan LB3, Pertek dan SLO pembuangan Air Limbah ke Laut, Pertek dan SLO pembuangan emisi udara, kewenangan penerbitan masing-masing pertek dan SLO mengikuti sesuai dengan kewenangan penerbitan Persetujuan Lingkungannya. 9. Rencana usaha dan atau kegiatan pada tahap perencanaan (studi kelayakan atau DED) dan kesesuaian dengan tata ruang, terdiri dari uji keharusan, uji konsisteni dan uji kedalaman. 10. bahwa harus melihat DP dan DPH yang muncul di setiap pelingkupan dan sesuai dengan kegiatan utama dan kegiatan pendukung (deskripsi rencana kegiatan) 11. Tidak menampilkan/memuat dasar aturan data primer, tidak menggunakan laboratorium terkareditasi, titik koordinat sampling yang tidak konsisten, ketidak jelasan penggunaan kriteria.
Review penapisan kegiatan wajib AMDAL dan kewenangan
penilaian dokumen AMDAL (gunakan PP 22 2021 lampiran 1, PerMen LHK 4 2021 dan PP 5 2020) PT PLN akan membangun Pusat Listrik Tenaga UAP (PLTU) Mekarjaya berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2x45 MW di Kab. Mekarjaya yang merupakan pemekaran dari Kab. Mekar Sedikit lokasi tidak pada kawasan lindung. Cooling water, makeup water dan kebutuhan air domestic mengambil dari air laut yang didemineralisasi dengan debit pengambilan 250 liter/detik. Tempat penampungan batubara (coal yard) 2500 Ha, Ash dispossal area 5 Ha. Stack/cerobong tinggi 100 m dan diameter 4 m. Untuk melindungi fasilitas PLTU dari pengaruh ombak maka dibangun break water sepanjang 600m. Panjang jetty [pelabuhan laut] 200 m, luas 6000m2 dengan konstruksi open pile. Lakukan penapisan kegiatan tersebut;
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis Dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan