Anda di halaman 1dari 13

SISTEM OPERASIONAL PROSEDUR

TENTANG

PEMBUKAAN RAHASIA BANK DAN PEMBLOKIRAN REKENING MILIK NASABAH

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

1. Bank merupakan lembaga kepercayaan sehingga bank harus dapat menjaga


kepercayaan dari nasabah serta menjaga kerahasiaan nasabah (simpanan) sesuai
dengan Undang-undang tentang Kerahasiaan Bank yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia.
2. Meningkatnya Claim Nasabah dan tuntutan hukum terhadap Bank atas
Pemblokiran Rekening yang tidak sesuai mekanisme dan peraturan yang ada.

B. Maksud dan Tujuan

1. Menjadi Pedoman Pejabat dan Petugas Operasional Bank dalam melakukan


pemberian informasi yang menyangkut kerahasiaan Bank dan Pemblokiran
Rekening Nasabah guna meminimalisasi Risiko terhadap Bank khususnya Risiko
Operasional, Risiko Reputasi dan Risiko Hukum.
2. Agar dapat Memberikan Pelayanan yang Prima dan mendapat kepercayaan
Nasabah dan stakeholder.

C. Dasar Hukum

1. Akta Anggaran Dasar dan beserta perubahannya PT. Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3472)
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-undang
nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan dan telah diumumkan melalui

1
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3790).
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tanggal 4 April 2003 tentang Penetapan
Perpu No. 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
menjadi UU.
5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
6. Peraturan Bank Indonesia Nomor 2/19/PBI/2000 Tanggal 7 September 2000
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau izin tertulis
membuka rahasia Bank.
7. Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor 11/28/PBI/2009 Tanggal 1 Juli 2009
Tentang Penerapan Program Anti Pencucian dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme bagi Bank Umum.
8. Surat Edaran Nomor 11/31/DPNP Tanggal 30 November 2009 Perihal Program
Anti Pencucian uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum.

2
BAB II
PROSEDUR PEMBUKAAN RAHASIA BANK

A. Pengertian-pengertian

1. Bank adalah PT. Bank Sulsel beserta cabangnya


2. Kerahasiaan Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan
mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanan nasabah.
3. Nasabah merupakan pihak yang mempergunakan jasa bank.
4. Simpanan nasabah adalah dana yang disimpan nasabah dalam bentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya.
5. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya dalam bentuk
simpanan.
6. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan.
7. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
8. Kejaksaan adalah Lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
9. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga
Independent yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang.
10. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun.

B. Mekanisme Pembukaan Rahasia Bank

1. Permintaan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan


1.1 Setiap permintaan pembukaan kerahasiaan Bank baik itu dari Kepolisian,
Kejaksaan dan Pengadilan harus dalam bentuk tertulis. Untuk Permintaan
dari Pihak Kepolisan yang menandatangani Surat Permohonan tersebut
adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Kejaksaan adalah Jaksa
Agung sementara Pengadilan adalah Mahkamah Agung;
1.2 Setiap permohonan pembukaan kerahasian yang disampaikan secara
tertulis harus disertai dengan Surat izin dari pimpinan Bank Indonesia
untuk membuka kerahasiaan Bank. Apabila tidak dilampiri Surat Izin dari

3
Bank Indonesia maka surat tersebut harus ditolak dan dibuat secara
tertulis dengan menyebutkan alasan bahwa permohonan ditolak
dikarenakan belum ada izin dari Bank Indonesia;
1.3 Apabila surat permohonan dilampiri dengan Surat Izin dari Pimpinan
Bank Indonesia maka bagi cabang yang menerima Surat Permohonan
tersebut maka dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) hari, cabang
harus mengirim Surat dari Kepolisan dan Bank Indonesia tersebut kepada
Direksi;
1.4 Dalam Surat izin dari Bank Indonesia tersebut, minimal menyebutkan,
yaitu :
a. Nama dan jabatan polisi, jaksa atau hakim (salah satunya);
b. Nama tersangka atau terdakwa;
c. Nama Kantor bank tempat tersangka mempunyai simpanan;
d. Keterangan yang diminta ;
e. Alasan diperlukan keterangan;
f. Hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan
yang diperlukan.
1.5 Bagi cabang menerima Surat Permohonan Kepolisian dan dilampiri pula
dengan Surat Izin dari Bank Indonesia maka cabang berkewajiban untuk
menjawab permohonan dari pihak kepolisan, kejaksaan, dan pengadilan
tersebut.
1.6 Setiap permintaan keterangan/data diluar dari Surat Permohonan dan
atau Surat Izin Bank Indonesia maka permintaan tersebut harus ditolak.
1.7 Pemberian jawaban atas permohonan tersebut harus dilakukan secara
tertulis dan ditembuskan kepada Direksi.
1.8 Untuk permohonan yang langsung ditujukan kepada Direksi dan telah
memperoleh Persetujuan dari Bank Indonesia, maka Direksi dalam jangka
waktu sesingkat-singkatnya memerintahkan kepada Group Kepatuhan
Khususnya Departemen Hukum dan Kepatuhan untuk memenuhi
Permintaan tersebut.

2. Permintaan Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan khusus untuk Tindak Pidana


Pencucian Uang
2.1 Untuk perkara Tindak Pidana Pencucian aparat Kepolisan, Kejaksaan dan
Pengadilan tidak perlu meminta izin dari Bank Indonesia untuk membuka
kerahasiaan nasabah penyimpan dan simpanannya. Dalam Surat
Permohonan Permintaan Keterangan tersebut yang menandatangi surat
tersebut adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk penyidikan

4
yang dilakukan oleh Kepolisian, untuk Jaksa penyidik atau penuntut
umum ditandatangani oleh Kejaksaan Agung dan atau Kejaksaan Tinggi
setempat, untuk permintaan dari instansi atau lembaga atau komisi dalm
hal penyidik selain dari Kejaksaan atau Kepolisian harus ditandatangani
oleh Pemimpin Instansi, lembaga atau komisi tersebut dan Hakim Ketua
Majelis yang memeriksa perkara pencucian uang tersebut.
2.2 Adapun Kriteria nasabah yang tidak perlu dijaga kerahasiaannya adalah:
 Nasabah yang telah dilaporkan oleh PPATK (Pusat Pelaporan Analisa
Transaksi Keuangan) kepada Penyidik (Kepolisian);
 Tersangka dan atau terdakwa
2.3 Dalam surat permohonan permintaan keterangan tersebut sekurang-
kurang berisikan hal-hal sebagai berikut :
 nama dan jabatan yang melakukan pemeriksaan misalnya Polisi,
Jaksa atau hakim;
 identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis atau
pemeriksaan PPATK, tersangka, atau terdakwa;
 uraian singkat tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan;
dan
 tempat Harta Kekayaan berada.
2.4 Disamping itu, surat permohonan tersebut harus dilampiri dengan :
 laporan polisi dan surat perintah penyidikan;
 surat penunjukan sebagai penuntut umum; atau
 surat penetapan majelis hakim.
2.5 Setiap permintaan keterangan/data diluar dari Surat Permohonan maka
permintaan tersebut harus ditolak.
2.6 Pemberian jawaban atas permohonan tersebut harus dilakukan secara
tertulis dan ditembuskan kepada Direksi.
2.7 Untuk permohonan yang langsung ditujukan kepada Direksi, maka Direksi
dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya memerintahkan kepada Group
Kepatuhan Khususnya Departemen Hukum dan Kepatuhan untuk
memenuhi Permintaan tersebut.

3. Permintaan Menteri Keuangan terkait Pajak


3.1 Setiap permintaan pembukaan kerahasiaan Bank baik itu dari Menteri
Keuangan terkait Pajak harus dalam bentuk tertulis;
3.2 Setiap permohonan pembukaan kerahasian yang disampaikan secara
tertulis harus disertai dengan Surat izin dari pimpinan Bank Indonesia
untuk membuka kerahasiaan Bank. Apabila tidak dilampiri Surat Izin dari
Bank Indonesia maka surat tersebut harus ditolak dan dibuat secara

5
tertulis dengan menyebutkan alasan bahwa permohonan ditolak
dikarenakan belum ada izin dari Bank Indonesia.
3.3 Apabila surat permohonan dilampiri dengan Surat Izin dari Pimpinan
Bank Indonesia maka bagi cabang yang menerima Surat Permohonan
tersebut maka dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) hari cabang
harus mengirim Surat permohonan permohonan dan Izin dari Bank
Indonesia tersebut kepada Direksi.
3.4 Dalam Surat izin dari Bank Indonesia tersebut, minimal menyebutkan,
yaitu:
a. Nama petugas pajak yang ditunjuk;
b. Nama penunggak pajak.
3.5 Bagi cabang menerima Surat Permohonan Menteri Keuangan dan
dilampiri pula dengan Surat Izin dari Bank Indonesia maka cabang
berkewajiban untuk menjawab permohonan dari Menteri Keuangan
tersebut;
3.6 Untuk permintaan diluar dari Surat Permohonan dan Izin dari Bank
Indonesia maka cabang berkewajiban untuk menolaknya.
3.7 Pemberian jawaban atas permohonan tersebut harus dilakukan secara
tertulis dan ditembuskan kepada Direksi.
3.8 Untuk permohonan yang langsung ditujukan kepada Direksi dan telah
memperoleh Persetujuan dari Bank Indonesia, maka Direksi dalam jangka
waktu sesingkat-singkatnya memerintahkan kepada Group Kepatuhan
Khususnya Departemen Hukum dan Kepatuhan untuk memenuhi
Permintaan tersebut.

4. Permintaan dari Badan Urusan Piutang dan Lelang/Panitia Urusan Piutang


Negara
4.1 Untuk Permintaan dari Badan Urusan Piutang dan Lelang/Panitia Urusan
Piutang Negara yang bermohon haruslah Kepala Badan Urusan Piutang
dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara dan dilakukan secara tertulis.
Permintaan ini harus juga memperoleh Izin dari Pimpinan Bank
Indonesia.
4.2 Dalam Surat Izinnya, Bank Indonesia minimal menyebutkan, yaitu:
a. Nama dan jabatan dari Badan Urusan Piutang dan Lelang/Panitia
Urusan Piutang Negara;
b. Nama debitur yang bersangkutan;
c. Dan alasan keperluannya

6
4.3 Untuk permintaan diluar dari apa yang diminta sebagaimana disebutkan
dalam Surat izin Bank Indonesia dan surat Permohonan tidak akan
dilayani.
4.4 Bagi cabang menerima Surat Permohonan dari Badan Urusan Piutang dan
Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara dan dilampiri pula dengan Surat
Izin dari Bank Indonesia maka cabang berkewajiban untuk permohonan
tersebut;
4.5 Untuk permintaan diluar dari Surat Permohonan dan Izin dari Bank
Indonesia maka cabang berkewajiban untuk menolaknya.
4.6 Pemberian jawaban atas permohonan tersebut harus dilakukan secara
tertulis dan ditembuskan kepada Direksi.
4.7 Untuk permohonan yang langsung ditujukan kepada Direksi dan telah
memperoleh Persetujuan dari Bank Indonesia, maka Direksi dalam jangka
waktu sesingkat-singkatnya memerintahkan kepada Group Kepatuhan
Khususnya Departemen Hukum dan Kepatuhan untuk memenuhi
Permintaan tersebut.

5. Permintaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
5.1 Untuk permintaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tidak diperlukan izin dari Bank
Indonesia;
5.2 Untuk permohonan yang langsung ditujukan kepada Direksi dan telah
memperoleh Persetujuan dari Bank Indonesia, maka Direksi dalam jangka
waktu sesingkat-singkatnya memerintahkan kepada Group Pengenalan
Nasabah khususnya Departemen Anti Pencucian Uang untuk memenuhi
Permintaan tersebut;
5.3 Permohonan yang langsung ditujukan kepada Cabang, maka Cabang
wajib melapor dan melakukan koordinasi dengan Direktur Kepatuhan.
5.4 Direktur Kepatuhan memerintahkan Group Pengenalan Nasabah
khususnya Departemen Anti Pencucian Uang tersebut untuk melakukan
koordinasi dengan petugas dari KPK dan PPATK.

6. Permintaan dari Nasabah sendiri atau Kuasanya


6.1 Untuk permintaan dari nasabah tidak diperlukan izin dari Bank Indonesia.
Akan tetapi, permohonan tersebut harus dibuat secara tertulis dengan
disertai identitas nasabah dan didalam Suratnya nasabah berkewajiban
menyebutkan nomor rekeningnya;

7
6.2 Permintaan yang dilakukan secara tertulis oleh Kuasa dari pemilik
rekening, harus melampirkan surat kuasanya yang dibuat secara notariil
beserta identitas diri dari penerima kuasa dan pemilik rekening serta
memperlihatkan asli buku tabungan, giro atau Depositonya (Dokumen ini
wajib diphotocopy dan asli dikembalikan);
6.3 Bagi permintaan yang disampaikan oleh ahli waris dari pemilik rekening
secara tertulis, ahli waris berkewajiban untuk menyerahkan Surat
Keterangan Kematian dan surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh
Kelurahaan dimana pemilik rekening berdomisili. Disamping itu, ahli waris
juga wajib menyerahkan buku kepemilikan rekening beserta Identitas
pemilik rekening dan Kartu Nikah serta Identitas ahli waris.

7. Untuk Perkara Perdata antara Bank dengan nasabahnya


 Untuk perkara perdata yang melibatkan antara Bank dengan nasabahnya
tidak diperlukan izin dari Bank Indonesia.

C. Lain-lain

 Untuk permintaan pembukaan kerahasiaan Bank yang diminta oleh pihak-pihak


diluar yang telah disebutkan dalam SOP ini maka Pejabat / Petugas Bank berhak
untuk menolaknya.
 Setiap permohonan pembukaan kerahasiaan bank harus diregister dalam daftar
Surat masuk dan mendapat disposisi untuk urutan pelaksanaannya dari
Pemimpin Cabang / Wakil Pemimpin Cabang ke Pemimpin Seksi terkait.
 Pemberian informasi yang menyangkut kerahasiaan Bank yang dilakukan oleh
Pejabat / Petugas Bank diluar mekanisme yang sesuai SOP menjadi tanggung
jawab ybs apabila timbul permasalahan hukum dikemudian hari dan akan
mendapat sangsi dari bank sesuai dengan Pedoman SDM PT. Bank Sulsel.

8
BAB III
PEMBLOKIRAN

A. Pengertian-pengertian

1. Bank adalah PT. Bank Sulsel beserta cabangnya.


2. Pemblokiran adalah suatu tindakan hukum yang dilakukan atas permintaan secara
tertulis oleh pemilik rekening atau Kepolisian, Kejaksaan, Mahkamah Agung,
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka penyidikan dan Pejabat Pajak.
3. Nasabah merupakan pihak yang mempergunakan jasa bank.
4. Simpanan nasabah adalah dana yang disimpan nasabah dalam bentuk giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya.
5. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya dalam bentuk
simpanan.
6. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau
pembiayaan.
7. Pejabat dibidang perpajakan adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
8. Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9. Kejaksaan adalah Lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
10. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga
Independent yang dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas tindak
pidana pencucian uang.
11. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun.

b. Mekanisme Pemblokiran
1. Permintaan Kepolisian, Kejaksaan, dan Pengadilan
1.1 Untuk setiap permintaan pemblokiran rekening nasabah yang dilakukan
Kepolisaan, kejaksaaan dan pengadilan haruslah dalam bentuk tertulis.
Permohonan tersebut haruslah ditandatangani oleh Kepala Kepolisian
Daerah setempat apabila diminta oleh Polisi, Kejaksaan Tinggi apabila
diminta oleh Pihak Kejaksaan, dan Hakim Ketua Majelis yang memeriksa
perkara tersebut;

9
1.2 Adapun alasan rekening nasabah dapat diblokir adalah :
 Nasabah dinyatakan sebagai tersangka dan atau
 Nasabah dinyatakan sebagai terdakwa.
1.3 Untuk permintaan pemblokiran yang dilakukan oleh Kepolisian, kejaksaan
dan hakim terkait permasalahan tindak pidana pencucian uang, maka
permohonan tersebut harus ditandatangani oleh Kepala Kepolisan Republik
Indonesia untuk Kepolisian, Kejaksaaan Tinggi dan atau Jaksa Agung untuk
permintaan dari Kejaksaan, dan Hakim Ketua Majelis yang memeriksa
perkara tersebut;
1.4 Adapun alasan rekening nasabah dapat diblokir untuk perkara pidana
pencucian uang adalah :
 Nasabah yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada Penyidik;
 Tersangka, dan atau;
 Terdakwa.
1.5 Dalam surat permohonannya baik untuk perkara pidana lainnya maupun
perkara tindak pidana pencucian uang sekurang-kurangnya menyebutkan
hal-hal sebagai berikut:
 Nama dan Jabatan yang ditugaskan;
 Identitas dari nasabah yang telah dilaporkan oleh PPATK. Untuk
perkara pidana lainnya tidak diperlukan;
 Alasan pemblokiran;
 Tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan dan;
 Tempat harta kekayaan.
1.6 Jangka waktu pemblokiran untuk tindak pidana pencucian uang paling lama
adalah 30 (tiga puluh) hari dan apabila jangka waktu tersebut lewat maka
bank wajib mengakhiri pemblokiran tersebut demi hukum. Sementara itu,
untuk tindak pidana lainnya tidak memiliki jangka waktu berakhirnya
pemblokiran kecuali atas izin dari yang memohon sebagaimana disebutkan
pada Point 1.1 diatas.
1.7 Setiap permintaan pemblokiran, Bank wajib segera melakukan pemblokiran
setelah surat perintah pemblokiran tersebut dilakukan dan bank dalam
jangka waktu 1 (satu) hari kerja sejak tanggal pemblokiran wajib
menyampaikan berita acara pemblokiran kepada pemohon. Selama rekening
nasabah diblokir simpanan nasabah tidak bisa dipindahbukukan dengan
alasan apapun kecuali izin dari pemohon.

10
2. Permintaan Direktorat Pajak
2.1. Permohonan Pemblokiran rekening terkait Pajak harus secara tertulis dan
ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atau Kepala Kantor
Pelayanan Pajak bumi dan bangunan;
2.2. Bank wajib melakukan pemblokiran seketika setelah memperoleh Surat
permohonan Pemblokiran rekening tersebut dari pejabat dibidang pajak;
2.3. Untuk permintaan mengetahui jumlah simpanan nasabah, Bank harus
menolaknya dan memberitahukan bahwa untuk hal tersebut harus
memperoleh izin dari Bank Indonesia terlebih dahulu atau atas izin nasabah;
2.4. Bank wajib membuat surat berita acara pemblokiran dan surat tersebut
dikirim kepada pemohon dengan tembusan Direksi;
2.5. Pemblokiran atas permintaan Direktorat Pajak wajib diberitahukan kepada
nasabah dalam jangka waktu 1 (satu) hari setelah berita acara dibuat dan
pemberitahuan tersebut harus dilakukan secara lisan dan tertulis dengan
melampirkan surat permohonan pemblokiran dari Direktorat Pajak dan
berita acaranya.

3. Permintaan Nasabah
3.1 Pemblokiran atas permintaan nasabah sendiri dilakukan secara tertulis;
3.2 Dalam surat permohonannya nasabah harus mencantumkan alasan
pemblokiran, nomor rekening dan bank berkewajiban mencocokkan identitas
pemohon dengan spesimen yang ada di bank serta dilampirkan pula kartu
identitas diri. Disamping itu, nasabah berkewajiban membuat surat
pernyataan bahwa sehubungan dengan pemblokiran ini maka apabila timbul
permasalahan hukum terkait dengan pemblokiran ini Bank dibebaskan untuk
bertanggungjawab;

4. Permintaan Komisi Pemberantasan Korupsi


4.1 Untuk permintaan dari Komisi Pemberantasan korupsi tidak diperlukan izin
dari pemilik rekening dan Bank Indonesia.
4.2 Bagi cabang bank yang memperoleh permohonan pemblokiran rekening
tersebut terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Direktur Kepatuhan
dan Direktur Kepatuhan memerintahkan Group Anti Pencucian Uang
khususnya Departemen Pengenalan nasabah untuk melakukan koordinasi
dengan cabang.
4.3 Berita acara pemblokiran rekening tersebut ditujukan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dan ditandatangani oleh Direktur Kepatuhan
dengan tembusan kepada Cabang.

11
5. Pembukaan Blokir

5.1 Bank wajib membuka blokir atas rekening nasabah setelah mendapat surat
pembukaan blokir dari nasabah atau lembaga yang meminta
pemblokirannya.

5.2 Dibuatkan Berita Acara Pembukaan Blokir Rekening dan dicatat pada buku
Register Pemblokiran Rekening.

c. Lain-lainnya

 Setiap permintaan pemblokiran yang diajukan atau diminta oleh Pihak-Pihak


diluar dari yang telah disebutkan di atas maka Pejabat/Petugas Bank
berkewajiban untuk menolaknya untuk menghindari tuntutan hukum atas Bank
yang dapat diajukan oleh nasabah.
 Setiap permohonan pemblokiran rekening harus diregister dalam daftar Surat
masuk dan pada buku register Pemblokiran Rekening dan mendapat disposisi
untuk urutan pelaksanaannya dari Pemimpin Cabang / Wakil Pemimpin Cabang
ke Pemimpin Seksi terkait.
 Pemblokiran yang tidak sesuai dengan mekanisme yang tertuang dalam SOP ini
menjadi tanggung jawab Pejabat /Petugas terkait yang melaksanakannya.

12
BAB IV
PENUTUP

1. Pedoman Pembukaan Kerahasiaan Bank dan Pemblokiran Rekening mulai berlaku


semenjak disahkan oleh Direksi;
2. Lampiran-lampiran (yang ada saat ini atau akan ada dimasa yang akan datang)
merupakan bagian dan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah dari pedoman
ini;
3. Pedoman ini dapat dirubah untuk perbaikan dan perubahan tersebut merupakan
satu-kesatuan dari Pedoman ini.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.

Makassar, November 2010

13

Anda mungkin juga menyukai